Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PEMUPUKAN FOSFAT DAN KALIUM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh

Ahmad Maulana
NPM 17173054

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2020

ii
PENGARUH PEMUPUKAN FOSFAT DAN KALIUM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Oleh

Ahmad Maulana
NPM 17713054

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)
Pada
Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2020
EFFECT OF PHOSPHATE AND POTASSIUM FERTILIZATION ON
GROWTH AND SOYBEAN RESULTS

Oleh

Ahmad Maulana

ABSTRACT

The element phosphorus is the second essential element after nitrogen (N) which
plays an important role in photosynthesis and root development. Phosphorus acts as
an energy circulation in plants. Energy is obtained from the results of photosynthesis,
respiration, and carbohydrate metabolism in the form of ATP and ADP which are
then used for the process of growth and reproduction. Potassium is a nutrient needed
by plants in large quantities after N and P. In soybean plants, it is needed a balanced
potassium, so if the lack of potassium is seen from the bottom leaves that are dry or
there are scorch marks. Flowers fall out easily. Scorched edges, leaves curl
downwards and are vulnerable to disease.

Keywords : phosphorus, Potassium, Soybean

ABSTRAK

Unsur fosfor adalah unsur esensial kedua setelah nitrogen (N) yang memainkan peran
penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Fosfor bertindak sebagai sirkulasi
energi pada tanaman. Energi diperoleh dari hasil fotosintesis, respirasi, dan
metabolisme karbohidrat dalam bentuk ATP dan ADP yang kemudian digunakan
untuk proses pertumbuhan dan reproduksi. Kalium adalah nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah besar setelah N dan P. Pada tanaman kedelai, dibutuhkan
kalium yang seimbang, jadi jika kekurangan kalium terlihat dari daun bagian bawah
yang kering atau ada bekas luka bakar. Bunga rontok dengan mudah. Tepi hangus,
daun melengkung ke bawah dan rentan terhadap penyakit.

Kata Kunci : Fosfor, Kalium, kedelai

i
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 4
1.4 Kerangka Penelitian......................................................................... 5
1.5 Hipotesis............................................................................................ 6
1.6 Kontribusi.......................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 7


2.1 Tanaman Kedelai.............................................................................. 7
2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai................................ 7
2.3 Syarat Tumbuh................................................................................. 9
2.4 Peran Fosfor untuk Tanaman Kedelai........................................... 10
2.5 Peran Kalium untuk Tanaman Kedelai......................................... 11

III. METODE PENELITIAN....................................................................... 13


3.1 Waktu dan Pelaksanaan Penelitian................................................ 13
3.2 Bahan dan Alat................................................................................. 13
3.3 Metode Penelitian............................................................................. 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 14
3.5 Variabel Pengamatan....................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

ii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman anggota kacang-kacangan yang memiliki

kandungan protein nabati yang paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis

kacang-kacangan yang lainnya seperti kacang tolo, kacang merah, kacang hijau,

kacang gude dan kacang tanah. Hal tersebut ditegaskan oleh Astawan (2004)

bahwa kedelai utuh mengandung 35-40 % protein paling tinggi dari segala jenis

kacang-kacangan. Ditinjau dari segi protein, kedelai yang paling baik mutu

gizinya, yaitu hampir setara dengan protein pada daging. Protein kedelai

merupakan satu-satunya dari jenis kacang yang mempunyai susunan asam amino

esensial yang paling lengkap.

Menurut Cahyadi (2015) dalam 100 g biji kedelai mengandung sebanyak 331 kkal

energi, 35g karbohidrat, 18g lemak, 35g protein, serta berbagai vitamin, mineral,

dan asam amino essensial seperti vitamin A, vitamin B1, zat besi, kalsium, leusin,

triptofan, dan lain-lain.

Tanaman kedelai berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia,

yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau.

Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo

menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara

lain di Amerika dan Afrika pun berasal dari Asia (AAK, 1991).

1
Produksi kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 yaitu

sebanyak 1,87 juta ton. Namun setelah itu, produksi terus mengalami penurunan

(Atman, 2006). Menurut Alimoeso (2006) sejak 1993 produksi kedelai terus

menurun. Pada 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam

kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah. Saat itu bea

masuk impor kedelai nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat

meningkat. Namun pergerakannya sangat lambat, pada 2004 hanya 723.483 ton,

808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Bahkan pada 2007 kembali turun

menjadi sekitar 608.000 ton (Anonymous, 1996).

Produksi kedelai di Indonesia masih rendah disebabkan antara lain karena

penerapan teknologi oleh petani yang belum tepat, waktu tanam yang tidak tepat,

penggunaan pupuk anorganik yang belum berimbang dan gangguan hama dan

penyakit (Adisarwanto, 2005). Salah satu usaha untuk dapat meningkatkan

pertumbuhan dan produksi kedelai dengan penggunaan pupuk anorganik adapun

pupuk yang digunakan adalah pupuk kalium. Kalium penting untuk

perkembangan klorofil, meskipun ia tidak (seperti magnesium) memasuki

susunan molekulnya. Daun tanaman menderita kekurangan Kalium, tepinya

menjadi kering dan berwarna kuning coklat sedang permukaannya mengalami

khlorotik tidak teratur di sekitar tepi daun. Sebagai akibat dari kerusakan ini

fotosintesa sangat terganggu dan sintesa boleh dikatakan menjadi terhenti

(Soegiman, 1982). Kalium menambah ketahanan tanaman terhadap penyakit

tertentu dan meningkatkan sistem perakaran, Kalium cenderung menghalangi efek

2
rebah (lodging) tanaman dan melawan efek buruk yang disebabkan oleh terlalu

banyaknya nitrogen.

Selain pupuk kalium untuk memperbaiki pertumbuhan akar tanaman maka

digunakan pupuk Phosfat. Phosfat (P) merupakan unsur hara makro yang esensial

bagi pertumbuhan tanaman, karena merupakan komponen struktur yang tidak

dapat disubstitusi. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya

sintesis protein, seperti lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna

keunguan (Adisarwanto, 2007). Pada tanaman yang kekurangan P pertumbuhan

luas daun terhambat, karena terjadi penurunan tekanan hidrolik akar, menghambat

pembelahan sel dan pembesaran sel. Terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh

sintesis karbohidrat yang tidak berjalan secara optimal (Adisarwanto, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah peningkatan dosis fosfor berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil

kedelai?

2. Apakah terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai

antara yang tidak dan diberi kalium ?

3. Apakah terdapat kombinasi dosis fosfor dan kalium yang tepat untuk

menghasilkan pertumbuhan dan hasil kedelai yang maksimum?

3
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis fosfor pada pertumbuhan dan hasil

tanaman kedelai yang ditanam.

2. Membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai antara yang tidak

dan diberi kalium.

3. Mengetahui apakah terdapat kombinasi dosis fosfor dan kalium yang tepat

untuk menghasilkan pertumbuhan dan hasil kedelai yang maksimum.

4
1.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pemaparan tujuan penelitian daiatas, maka berikut ini adalah

kerangka pemikiran yang dapat menunjang penelitian.

Tanah

Pemberian Fosfor
Tanpa Pemupukan
Sebelum Tanam
Penanaman Kedelai

Pertumbuhan Tanaman

Tanpa Pemupukan Pemberian Kalium

Pertumbuhan Pertumbuhan

Tinggi Tanaman Tinggi Tanaman

Bobot 100 Butir Benih Bobot 100 Butir Benih

Jumlah Polong isi Jumlah Polong isi

Jumlah Polong Hampa Jumlah Polong Hampa

Produksi Benih Per Plot Produksi Benih Per Plot

5
1.5 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan hipotesis

sebagai berikut:

1. Pertumbuhan tanaman dan produksi kedelai akan meningkat seiring dengan

peningkatan dosis fosfor yang diberikan.

2. Pemberian kalium dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kedelai.

3. Respons tanaman kedelai pada pertumbuhan dan produksi kedelai berbeda

terhadap pemberian fosfor dan kalium yang berbeda.

1.6 Kontribusi

Manfaat penelitian yaitu bahwa hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai

pedoman para petani di daerah pertanian untuk bercocok tanam kedelai sehingga

diperoleh hasil yang optimal.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai memiliki batang semak dengan tinggi antara 30-100 cm.

Setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang. Daun kedelai merupakan daun

majemuk yang kebanyakan berjumlah tiga lembar (trifoliate). Akar kedelai

merupakan akar tunggang yang dapat tumbuh hingga kedalaman 150 cm.

Kedelai memiliki bunga berwarna ungu atau putih yang terletak pada ruas-ruas

batang. Bunga kedelai merupakan bunga sempurna sehingga dapat melakukan

penyerbukan sendiri. Penyerbukan kedelai terjadi saat mahkota bunga masih

tertutup sehingga kemungkinan terjadi penyerbukan silang sangat kecil. Buah

kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji kedelai terdiri atas

dua keping yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak di antara dua biji

(Septiatin, 2012).

2.2 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai (Glycine max (L) Merril ) merupakan salah satu tanaman

semusim yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Berdasarkan

klasifikasinya termasuk Divisio: Spermathopyta, Subdivisio: Angiospermae,

Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine,

Species: Glycine max (L.) Merrill (Sumarno dan Harnoto, 1983).

7
Kedelai merupakan tanaman dari famili Fabaceae. Struktur akar tanaman

kedelai terdiri atas akar lembaga, akar tunggang dan akar cabang berupa akar

rambut. Perakaran kedelai dapat menembus tanah pada kedalaman ± 150 cm,

terutama pada tanah yang subur. Perakaran tanaman kedelai mempunyai

kemampuan membentuk bintil (nodula-nodula) akar yang merupakan koloni

dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri Rhizobium bersimbiosis dengan

akar tanaman kedelai untuk menambat nitrogen bebas dari udara. Unsur

nitrogen tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman kedelai, sedangkan

bakteri Rhizobium memerlukan makanan yang berasal dari tanaman kedelai,

sehingga proses ini merupakan hubungan hidup yang saling menguntungkan

(Rukmana dan Yuniarsih, 2005).

Kedelai memiliki empat tipe daun yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai daun

primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer berbentuk oval

dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak berseberangan pada buku

pertama di atas kotiledon. Tipe daun yang lain terbentuk pada batang utama dan

cabang lateral terdapat daun trifoliat yang secara bergantian dalam susunan

yang berbeda. Anak daun bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam,

mulai bulat hingga lancip (Sumarno dkk., 2007). Tanaman kedelai termasuk

berbatang semak yang dapat mencapai ketinggian antara 30-100 cm, batang

beruas-ruas, dan memiliki percabangan antara 3-6 cabang. Daun kedelai

mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun oval, bagian ujung daun meruncing,

8
dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (Cahyono,

2007).

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna karena pada setiap bunga memiliki

alat reproduksi jantan dan betina. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan

putih. Potensi jumlah bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas

kedelai, tetapi umumnya berkisar 40-200 bunga per tanaman (Sumarno dkk.,

2007). Buah kedelai disebut buah polong seperti buah kacang-kacangan lainnya

yang tersusun dalam rangkaian buah. Polong kedelai yang sudah tua ada yang

berwarna coklat, coklat tua, coklat muda, coklat kekuning-kuningan, coklat

keputih-putihan, dan kehitaman. Tiap polong kedelai berisi antara 1 – 5 biji,

jumlah polong pertanaman tergantung pada varietas kedelai, kesuburan tanah,

dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada tanah subur pada

umumnya dapat menghasilkan antara 100 – 200 polong/pohon (Suhaeni, 2007).

2.3 Syarat Tumbuh

Di indonesia kedelai dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran

rendah sampai ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl). Meskipun

demikian telah banyak varietas kedelai dalam negeri dan kedelai introduksi

yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) ± 1200 m

dpl. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan dengan iklim

sangat lembab. Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang

9
beriklim tropis dan subtropis. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara

21-34º C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah

23-27º C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu sekitar

30º C (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Kedelai tumbuh dengan baik disetiap tanah yang subur, gembur dan kaya akan

humus atau bahan organik, pH yang cocok untuk tanaman kedelai berkisar

antara 5,8-7,0, namun kedelai masih dapat tumbuh pada tanah masam (pH

rendah) seperti pada tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan jalan

pengapuran dan pemupukan untuk meningkatkan pH tanah dan tersedianya

unsur hara pada keadaan seimbang (Suprapto, 1999).

2.4 Peran Fosfor untuk Tanaman Kedelai

Phosfat sangat berfungsi dalam tanaman bahkan tanaman yang paling

sederhana. Phosfat berpengaruh menguntungkan bagi tanaman yaitu :

Pembelahan sel serta pembentukan lemak serta albumin, pembangunan dan

pembuahan termasuk pembuahan biji, apabila tanaman berbuah pengaruh

akibat pemberian Nitrogen yang berlebihan akan hilang, perkembangan akar,

khusus lateral dan akar halus berserabut. Kekuatan batang pada tanaman

serealia, membantu menghindari tumbangnya tanaman, mutu tanaman, kusus

rumput untuk makanan ternak dan sayuran. Kekebalan terhadap penyakit

tertentu (Soegiman, 1982).

10
Phosfat berpengaruh menguntungkan pada hal – hal sebagai pembuahan

termasuk pembuahan biji, apabila tanaman berbuah pengaruh akibat pemberian

Nitrogen yang berlebihan akan hilang, perkembangan akar, khusus lateral dan

akar halus berserabut. Kekuatan batang pada tanaman akan membantu

menghindari tumbangnya tanaman dan kekebalan terhadap penyakit tertentu

(Soegiman, 1982).

Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti

Besi (Fe), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak

terlihat secara fisik pada tanaman. Apabila kekurangan Phosfat akan terlihat

dimulai dari daun tua menjadi keunguan cenderung kelabu. Tepi daun cokelat,

tulang daun muda berwarna hijau gelap. Pertumbuhan daun kecil, kerdil, dan

akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil (Adisarwanto,

2008).

2.5 Peraan Kalium untuk Tanaman Kedelai

Kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak

setelah N dan P (Nursyamsi et al., 2008). Selain itu kalium sebagai katalisator,

terutama di dalam perombakan protein menjadi asam amino. Lebih lanjut

dikemukakan bahwa kalium mempunyai tugas membongkar dan menyusun

karbohidrat, sehingga apabila tanaman kekurangan kalium maka proses

fotosintesis dan respirasi akan terhambat. Selain berperan dalam proses

11
fotosintesis dan pernapasan, kalium juga berperan dalam pembentukan pati,

aktivator dari enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman,

proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain,

mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit serta meningkatkan

sistem perakaran, membentuk batang yang lebih kuat, serta berpengaruh

terhadap hasil (Hardjowigeno, 2007).

Pada tanaman kedelai dibutuhkan kalium yang seimbang maka apabila

kekurangan kalium terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak

hangus. Bunga mudah rontok. Tepi daun hangus, daun menggulung ke bawah

dan rentan terhadap serangan penyakit. Apabila kelibahan kalium tanaman akan

menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman

terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi (Nursyamsi et al., 2008).

12
III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung, dimulai

pada juni–Agusuts 2020.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, sabit, rol

meter, tugal, ember, gembor, tangki semprot, tali, kamera, penggaris, kertas

label, alat tulis, gunting. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

benih varietas, pupuk fosfor SP-36, pupuk kalium, kapur, pupuk kandang,

insektisida, fungisida.

3.3 Metode Penelitian

Untuk menjawab rumusan permasalahan dan menguji hipotesis maka

rancangan perlakuan disusun secara faktorial (2x2) dalam Rancangan

Kelompok Teracak Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah dosis fosfor yang

terdiri atas dua taraf, yaitu 0 kg/ha SP-36 (P0), 100 kg/ha SP-36 (P1). Faktor

kedua adalah dosis nitrogen yang terdiri atas dua taraf, yaitu 0 kg/ha kalium

(K0) dan 150 kg/ha kalium (K1) sehingga terdapat 4 kombinasi perlakuan.

Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sebagai kelompok sehingga terdapat

12 satuan percobaan.

13
3.4 Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan untuk memperbaiki struktur dan tekstur tanah,

sehingga menjadi lebih gembur agar mudah untuk ditanami. Dimulai dengan

membersihkan gulma, kemudia dilakukan pencangkulan untuk membuat

bedengan dengan panjang 80 cm, lebar 60 cm, tinggi bedengan 30 cm, lebar

siring 50 cm. berikan kapur untuk memperbaiki keasaman lahan dan beri

juga pupuk kandang dan aduk hingga rata. Lalu diamkan selama 1 minggu

agar pupuk kandang meresap ke tanah. Dan bedengan yang di perlukan

sebanyak 12 bedengan dan 1 bedengan berisi 10 tanaman dengan 1

perlakuan.

2. Pemupukan

Pupuk yang diberikan sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah pupuk

Kalium dan Phosfat. Pupuk tersebut diberikan satu hari sebelum tanam

dengan dosis sesuai perlakuan. Adapun pupuk dasar yang diberikan yaitu

pupuk kandang, SP-36 dan KCl sesuai perlakuan yang diberikan yaitu SP-

36 P0 (0 kg/ha), P1 (100 kg/ha) dan KCl K0 (0 kg/ha), K1 (150 kg/ha).

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kedelai meliputi: Penyiraman, penyulaman,

penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit.

A. Penyiraman dilakukan 1 hari sekali, penyiraman dilakukan pada pagi dan

sore hari, sesuai dengan cuaca.

14
B. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam (HST), dengan

bibit yang sama.

C. Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput-rumput dan tumbuhan liar

yang tumbuh di sekitar tanaman kedelai, Penyiangan gulma dilakukan

dengan cara mencabut rumput-rumput menggunakan tangan dan koret.

D. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kedelai dilakukan

dengan disemprot menggunakan Insektisida dan Fungisida

4. Panen dan Pascapanen.

Panen kedelai dilakukan umur 85-90 hari setelah tanam (HST) dan panen

juga secara serentak jika 95% polong kedelai sudah masak fisiologis.

Pemanenan dilakukan pada pagi hari yaitu sekitar 9 pagi, hasil panen

dikumpulkan ditempat kering dan diberi alas. Pascapanen terdiri dari

penjemuran hasil panenan, pembijian, pengeringan,, pembersihan,,

pengambilan data, dan penyimpanan.

3.5 Variabel Pengamatan

Adapun peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman diamati pada umur 15, 30, dan 45 hari setelah

tanam (HST). Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang hingga titik

tumbuh tertinggi dalam satuan cm. Adapun tanaman yang menjadi sampel

10 tanaman dalam satu bedengan.

15
2. Bobot 100 Butir Benih (Gr)

Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah

kering, dari masing-masing plot perlakuan. Untuk memperoleh 100 biji

kedelai tersebut dilakukan pengambilan biji secara acak, dari setiap plot

perlakuan.

3. Jumlah Polong Isi (%)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh

polong berisi pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :

Jumlah Polong isi


Persentase polong berisi = x 100 %
Jumlah Seluruh Polong

4. Jumlah Polong Hampa (%)

Pengamatan dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung seluruh

polong hampa pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus :

Jumlah Polong Hampa


Persentase polong hampa = x 100 %
Jumlah Seluruh Polong

5. Produksi Benih Per Plot (gr)

Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh

tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang

telah kering.

16
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta

Adisarwanto, T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.

Adisarwanto,T. dan R. Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di

Lahan Sawah- Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya, Bogor. 86 hal.

Alimoeso, S. 2006. Tahun 2006, Deptan RI Canangkan Program Bangkit Kedelai.

Dalam www.jabar.go.id, 1 Juni 2006.

Anonymous, 1996. Budidaya Tanaman Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta.

Astawan, M. 2004. Tetap Sehat Dengan Produk Makanan Olahan. Suakarta: Tiga

Serangkai.

Atman. 2006. Pengembangan kedelai dilahan masam. Harian Singgalang. Kamis,

27 Juli 2006.

Cahyadi, W. 2015. Kedelai Khasiat dan Tenologi Edisi I. Bumi Aksara. Jakarta.

95 hlm.

Cahyono B. 2007. Teknk Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Aneka Ilmu.

Semarang.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. p.288. ,

1983, Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta

17
Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008.

Pengaruh asam oksalat, Na+, NH4+, dan Fe+ terhadap ketersediaan K

tanah, serapan N, P, dan K tanaman serta produksi jagung pada tanah yang

didominasi smektit. Jurnal Tanah dan Iklim Indonesia. Soil and Climate

Journal. No. 28:69-81.

Rukmana dan Yuniarsih, 2002. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Penerbit

Kanisius, Yogyakarta.

Septiatin, A. 2012. Meningkatkan Produksi Kedelai di Lahan Kering, Sawah, dan

Pasang surut. Yrama Widya. Bandung. 74 hlm.

Soegiman,1982, Ilmu tanah Terjemahan, Bratara Karya Aksara, Jakarta.

Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kedelai. Nuansa. Bandung. 56 hlm.

Sumarno, D. dan Harnoto. 1983. Kedelai dan cara bercocok tanamnya. Bull.

Tekn. No. 6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 53

hlm.

Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim. 2007. Kedelai. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 512 hlm.

Suprapto, H.S., 1999. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

18
19

Anda mungkin juga menyukai