Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus ( masalah utama )

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri, makan,


berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting)
(Keliat B. A, dkk, 2011).

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan
jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan
baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Etiologi

Faktor Predisposisi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah,


Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan.
Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis, beberapa penyakit
kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri. Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien
dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga
menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan
diri. Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan
dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa
Faktor Presipitasi.

Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial ekonomi,
pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.

Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi


kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi, shampoo
dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk menyediakannya.

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga
kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat budaya di sebagian masyarakat
tertentu jika individu sakit tidak boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang
yang enggan menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun,
shampoo, dll.

Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukan nya.

Rentang respon

Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stresor.
2. Tanda dan gejala

Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut :
Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh atau mendapatkan
sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian
,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian.Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu
Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar
kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk toileting,membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Proses terjadinya masalah


menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik
dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian
4.sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan
mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) BodyImage
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan
adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat
mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain
kondisi disik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine 1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman
nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial

3. Mekanisme koping

Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen, 2000), yaitu :
Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai
tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.

4. Penatalaksanaan

penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut


a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

A. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

a) asalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji :


Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP 1
Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan D
iri : Kebersihan Diri adalah :
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi
bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit Perawatan Diri.

B. Pohon Masalah

gangguan pemeliharaan Effect


kesehatan(BAB,BAK,dll)

Core Problem
defisit perawatan diri

menurunnya motivasi Cause


perawatan diri

III. Diagnosa Keperawatan


lDefisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
lMenurunnya motivasi dalam merawat diri

keperawatan (Individu ,Keluarga dan Kelompok)


A. INDIVIDU
SP 1
1. mengidentifikasi penyebab dan akibat defisit perawatan diri
2. menjelaskan cara perawatan diri(mandi)
3. melatih klien cara perawatan diri
4. melatih klien memasukan kegiatan mandi dalam kegiatan jadwal harian
SP 2
1. mendiskusikan cara perawatan diri berdandan(alat yang di butuhkan,kegiatan
berdandan,cara berdandan,waktu berdandan,manfaat berdandan,kerugian jika
tidak berdandan)
2. melatih cara berdandan
3. melatih klien memasukan kegiatan berdandan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3
1. mendiskusikan cara perawatan diri berdandan(tanyakan alat-alat yang di
butuhkan,cara makan dan minum.waktu makan dan minum)
SP 4
1. melatih cara perawatan diri BAB,BAK(alat yang dibutuhkan?kegiatan
BAB,BAK,cara melakukan BAK/BAB yang benar,manfaat BAB/BAK yang
benar,Kerugian jika tidak BAB/BAK yang benar
2. melatih cara perawatan diri:BAB/BAK
3. melatih klien emasukan kegiatan BAB/BAK ke dalam kegiatan jadwal harian

B. KELUARGA
SP 1
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan diri
dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawtan diri
SP 2
melatih keluarga cara merawat keluarga
SP 3
mengajarkan cara merawat diri berdandan
SP 4
membuat perencanaan pulang bersama keluarga

C. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Sesu 1 :Pasien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP) a. Sapa pasien dengan ramah,
baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai pasien d. Jelaskan maksud dan tujuan
kepada pasien
e. Menunjukan tindakan yang jujur dan sopan kepada pasien
f. Tunjukkansikapempatidanmenerimapasienapaadanya
sesi 2 :Pasien dapat mendiskusikan aspek positif
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
c. Usahakan memberikan pujian yang realistik.

d. Memberikan pasien waktu untuk menjawab


Sesi 3:pasien dapat menilai kemampuan yang masih digunakan
a. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam keadaannya saat ini
b. Memberikan kesempatan pasien untuk menjawab
sesi 4 :Membuat perencanaan realistis bersama pasien
a. Mengajarkan pasien teknik atau cara melakukan perawatan diri
b. Memberikan waktu luang untuk pasien
c. Memberikan pujian setiap apapun yang dilakukan oleh pasien

IV. DAFTAR PUSTAKA

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.


Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai