LAPORAN PENDAHULUAN
Data subjektif
1) Ungkapan berupa ancaman.
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukail
Data objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat.
4) Mengepalkan tangan.
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain
d. Rentang respons
Perilaku kekerasan di definisikan sebagai bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi)
yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Laraia, 2005).Amuk merupakan
respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat dan merupakan bentuk perilaku destruktif
yang tidak dapat di kontrol (Yosep, 2009).Hal ini disertai dengan hilangnya
kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan. Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruksi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan periaku kekerasan bagi setiap. individu. Stresor dapat disebabkan
dari laur maupun dar dalam.Stresor yang berasal dari luar dapat berupa serangan
fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain.Stresor yang berasal dari dalam dapat
berupa, kehilangan keluarga atau sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap
penyakit fisilk, penyakit dalam, dan lain-lain.Selain itu, lingkungan yang kurang
kondusif, seperti penuh penghinaan, tindak kekerasan.dapat memicu perilaku
kekerasan.
3. Sumber koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan ketrampilan,
teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi.Hubungan antara individu,
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.Sumber
koping lainnya termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan
positif, ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan
material, dan kesejahteraan fisik.
4. Mekanisme koping
Mekanisme Koping Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk
membantu klen mengembangkan mekanisme koping yang.konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang sering
digunakan, antara lain. mekanisme pertahanan ego, seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, depresi, denial dan reaksi formasi.
No Data Masalah
1. Ds : Risiko perilaku
- Mengancam kekerasan
- Mengumpat dengan kata kata
kasar
- Suara ketus
- Bicara ketus
Do:
2. Ds : Risiko mencederai
- Klien mengatakan sering diri sendiri, orang
memukul mukul badannya lain, dan
jika marah lingkungan
- Klien mengatakan bahwa
jika marah sering menarik
rambutnya dengan keras
Do
- Klien tampak banyak lebam
di badanya
- Klien tampak kumel
3. Ds : Perilaku kekerasan
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata kata
kasar
- Suara ketus
- Bicara ketus
Do:
B. Pohon masalah
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan
yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan
klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.
· Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan
yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh
minum obat.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
V. Daftar pustaka
Sutejo. 2020. Keperawatan jiwa. Yogyakarta: pusaka baru.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.SDKI.Jakarta Selatan:DPP PPNI
Unimus.tanpa tahun. “BAB II KONSEP DASAR”.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4718
Juanda, ganda.Tanpa tahun.“LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN”.https://www.coursehero.com/file/53257743/LP-RPKdoc/
Keperawatan jiwa eksdu. 2013. “TAK RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)”.
http://keperawatanjiwaeksdu28.blogspot.com/2013/11/tak-rpk-resiko-perilaku-
kekerasan.html?m=1