Anda di halaman 1dari 16

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah utama)


a. Definisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan,
baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016).
Suatu keadaan ketika individu mengalami perilaku yang secara fisik
dapatmembahayakan bagi diri sendiri atau pun orang lain (Sheila L. Videbeck,
2008).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakanyang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupunlingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marahyang tidak konstruktif (Towsend,1998).
b. Faktor resiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor risiko dari risiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self. directed violence) dan risiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
 Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
1) Usia 2 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedh,
menyatakan pesan bernada kemarahan kepada orang tertentu
yang telah menolak individu terse- but, dll.)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik.
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status perkawinan (sendiri, menjanda, bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan keprbadian,
penyalahgunaan zat)
11) Pekerjaan (profesional eksekutif, administrator atau pemililk
bisnis, dll.)
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri. sesuatu
yang bersifat kekerasaan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Gangguan psikologis
15) Isolasi sosial
16) lde bunuh diri
17) Rencana bunuh diri
18) Riwayat upacara bunuh diri berulang
19) Isvarat verbal (membicarakan kematian, menanya- kan tentang
dosis mematikan suatu obat, dll.)
 Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed
violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasaan masa kecil, baik secara fisik, psi- kologis,
maupun seksual
5) Riwayat penyalahgunaan zati
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
7) Impulsif
8) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor. (seperti,
pelanggaran lalu lintas, penggunaan kenda- raan bermotor
untuk melampiaskan amarah)
9) Bahasa tubuh negatif (seperti, kekakuan, menge- palkan
tinju/pukulan, hiperaktivitas, dll.)
10) Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan se- rangan,
kejang, dll.)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat mclakukan kekerasan tidak langsung (kencing d
lantal, menyobek objek di dinding, me lempar barang,
memecahkan kaca, membanting. pintu, dll)
13) Pola perilaku kekerasaan terhadap orang lain menendang,
memukul, menggigit, mencakar, upaya perkosaan,
memperkosa, pelecehan seksual. me ngencingi orang, dll)
14) Pola ancaman kekerasaan (ancaman secara verbal terhadap
objek atau orang lain, menyumpah sera- pah, gestur atau
catatan mengancam, ancaman seksual, dll)
15) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri, memin- jam
dengan memaksa, penolakan terhadap medi- kasi, dll.)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalakan api
19) Gangguan psikosis

20) Perilaku bunuh diri


c. Tanda dan gejala:
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungs
kapan pasien dan didukung dengan hasil observasi.

 Data subjektif
1) Ungkapan berupa ancaman.
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/ melukail
 Data objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat.
4) Mengepalkan tangan.
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain

d. Rentang respons
Perilaku kekerasan di definisikan sebagai bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptif, yaitu amuk.Marah merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi)
yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Laraia, 2005).Amuk merupakan
respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan yang kuat dan merupakan bentuk perilaku destruktif
yang tidak dapat di kontrol (Yosep, 2009).Hal ini disertai dengan hilangnya
kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan. Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat.
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruksi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor predisposisi:
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh
adanya faktor predisposisi (faktor yang melatarbelakangi) munculnya masalah
masalah dan faktor prepisitasi (faktor yang memicu adanya masalah).
Didalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis, dan
sosiokultural.
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oehrespons psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal.Sehingga, sistem limbik memiliki
peran sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor psikologis
 Teori agresif frustasi (Frustasion aggression theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil
akumulasi frustasi.Hal ini dapat.terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
mendorong individu untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi
akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
 Teori perilaku (Behaviororal theory)
Kemarahan merupakan bagian dari proses be- lajar. Hal ini dapat
dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.
Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan sering
menim- bulkan kekerasan di dalam maupun di luar rumah.
 Teori eksistensi (Existential theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah ber.tindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku
konstruktif, maka individu akan memenhi kebutuhannya melalul
perilaku destruktif.

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan periaku kekerasan bagi setiap. individu. Stresor dapat disebabkan
dari laur maupun dar dalam.Stresor yang berasal dari luar dapat berupa serangan
fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain.Stresor yang berasal dari dalam dapat
berupa, kehilangan keluarga atau sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap
penyakit fisilk, penyakit dalam, dan lain-lain.Selain itu, lingkungan yang kurang
kondusif, seperti penuh penghinaan, tindak kekerasan.dapat memicu perilaku
kekerasan.

3. Sumber koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan ketrampilan,
teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi.Hubungan antara individu,
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan penting pada saat ini.Sumber
koping lainnya termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan
positif, ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan
material, dan kesejahteraan fisik.

4. Mekanisme koping
Mekanisme Koping Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk
membantu klen mengembangkan mekanisme koping yang.konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang sering
digunakan, antara lain. mekanisme pertahanan ego, seperti displacement,
sublimasi, proyeksi, depresi, denial dan reaksi formasi.

A. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

No Data Masalah

1. Ds : Risiko perilaku
- Mengancam kekerasan
- Mengumpat dengan kata kata
kasar
- Suara ketus
- Bicara ketus

Do:

- Klien menyerang orang lain


yang ada di dekatnya
- Klien mulukai diri sendiri
dan orang lain
- Prilaku klien agresif/
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
mengamuk
- Mata melotot atau
pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah
- Postur tubuh kaku

2. Ds : Risiko mencederai
- Klien mengatakan sering diri sendiri, orang
memukul mukul badannya lain, dan
jika marah lingkungan
- Klien mengatakan bahwa
jika marah sering menarik
rambutnya dengan keras
Do
- Klien tampak banyak lebam
di badanya
- Klien tampak kumel

3. Ds : Perilaku kekerasan
- Mengancam
- Mengumpat dengan kata kata
kasar
- Suara ketus
- Bicara ketus

Do:

- Klien menyerang orang lain


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
yang ada di dekatnya
- Klien mulukai diri sendiri
dan orang lain
- Prilaku klien agresif/
mengamuk
- Mata melotot atau
pandangan tajam
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Wajah memerah
- Postur tubuh kaku

B. Pohon masalah

III. Diagnosa keperawatan


A. Risiko perilaku kekerasan
B. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
C. Perilaku kekerasan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
IV. Strategi pelaksanaan tindakan keperwatan (individu, keluarga dan kelompok)
TINDAKA PERTEMUAN
N Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5 s.d 12
1. Identifikasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan
penyebab, tanda & latihan fisik. Beri pujian latihan fisik & obat. fisik & oabat & verbal. latihan fisik 1,2& obat
gejala, PK ynag 2. Latih cara mengontrol Beri pujian Beri pujian 7 verbal & spiritual.
diklakukan, akibat PK dengan cara obat 2. Latih cara mengontrol 2. Latih cara mengontrol Beri pujian
PK (jelaskan 6 benar: jenis, PK secara verbal (3 spiritual (2 kegiatan) 2. Nilai kemampuan yang
2. Jelaskan cara guna, dosis, frekuensi, cara yaitu : 3. Masukkan pada jadwal telah mandiri
mengontrol PK : cara kontinuitas minum mengungkapkan, kegiatan untuk latihan 3. Nilai apakah PK
fisik, obat, verbal, obat) meminta, menolak fisik, minum obat, verbal terkontrol
spiritual 3. Masukkan pada jadual dengan banar) dan spiritual
PASIEN
3. Latih cara kegiatan untuk latihan 3. Masukkan pada jadual
mengontrol PK fisik dan minum obat kegiatan untuk latihan
secara fisik : tarik fisik, minum obat dan
nafas adalam dan verbal
pukul kasur dan
bantal
4. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan fisik
KEGIATAN 1. Diskusikan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi ekgiatan 1. Evaluasi kegitan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
masalah yang keluarga dalam keluarga dalam dalam merawat/melatih keluarga dalam
dirasakan dalam merawat/melatih pasien merawat/melatih pasien fisik, memberikan merawat/melatih
marawat pasien fisik. Beri pujian pasien fisik dan obat, latihan bicara yang pasien fisik,
2. Jelaskan 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat. Beri baik & kegiatan spiritual. memberikan obat, cara
pengertian, tanda memberikan obat pujian Beri penjelasan bicara yang baik &
& gejala, dan 3. Latih cara membarikan/ 2. Latih cara membimbing 2. Jelaskan follow up ke kegiatan spiritual dan
proses terjadinya membimbing mium obat : cara bicara yang baik RSJ/PKM, tanda kambuh, follow up. Beri pujian
PK (gunakan 4. Anjurkan membantu 3. Latih cara membimbing rujukan 2. Nilai kemampuan
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
booklet) pasien sesuai jadual dan kegiatan spiritual 3. Anjuran membantu keluarga merawat
3. Jelaskan cara memberi pujian 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan pasien
merawat PK pasien sesuai jadual memberikan pujian 3. Nilai kemampuan
4. Latihan satu cara dan memberi pujian keluarga melakukan
merawat PK kontrol ke RSJ/PKM
dengan melakukan
kegiatan fisik :
tarik nafas dalam
dan pukul kasur
dan bantal
5. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadual dan
memberi pujian

C. Terapi Aktivitas Kelompok

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan


· Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan
yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


· Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan
yang di harapakan adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial


· Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial.

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual


· Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan
klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan.

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat

· Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan
yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh
minum obat.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Jl. Soekarno Hatta No. 1 Tanjungkarang Bandar Lampung
V. Daftar pustaka
Sutejo. 2020. Keperawatan jiwa. Yogyakarta: pusaka baru.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.SDKI.Jakarta Selatan:DPP PPNI
Unimus.tanpa tahun. “BAB II KONSEP DASAR”.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=4718
Juanda, ganda.Tanpa tahun.“LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN”.https://www.coursehero.com/file/53257743/LP-RPKdoc/
Keperawatan jiwa eksdu. 2013. “TAK RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)”.
http://keperawatanjiwaeksdu28.blogspot.com/2013/11/tak-rpk-resiko-perilaku-
kekerasan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai