Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1.Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan


2.1.1. Definisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik
secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016). Risiko perilaku
kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu risiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain (risk for other-directed violence). NANDA (2016) menyatakan bahwa
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan
dimana seorang individu bisa menunjukkan atau mendemonstrasikan tindakan
yang membahayakan dirinya sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun
seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk risiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain, hanya saja ditujukan langsung kepada orang lain.
Berbeda dengan risiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan memiliki
definisi sendiri.Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai suatu keadaan
hilangnya kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, atau lingkungan.Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk
melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran
diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk
melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat
berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang
ada di lingkungan.Klien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat
melakukan kekerasan di rumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian
untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama di rumah.
(Sutejo, 2017, hal.61)
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan, ditujukan pada diri
sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(Depkes RI, 2006). (Dikutip dalam buku Keperawatan jiwa 2013 , Deden
Dermawan.S.kep.Ns hal.94)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang
tidak terkontrol (Yosep, 2010).(Dikutip dalam buku Asuhan Keperawatan jiwa
2012 mukhripah damayanti,S.kep.Ns. hal.95 )

2.1.2. Etiologi
2.1.2.1.Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh
adanya faktor predis posisi (faktor yang (melatar belakangi) munculnya masalah
dan faktor presipitasi (factor yang memicu adanya masalah).
Di dalam faktor predisposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis, dan
sosiokultural.(dikutip dalam buku Keperawatan jiwa 2017
Ns.sutejo,M.kep.,Sp.Kep.J hal.63)
2.1.2.2.Faktor biologis
1. Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2. Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respons psikologi terhadap
stimulus eksternal maupun internal.Sehingga, system limbik memiliki peran
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2.1.2.3.Faktor psikologis
1. Teori agresif frustasi (Frustasion aggression theory)
Teori ini menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi.Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
2. Teori perilaku (Behaviororal theory).
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.Reinforcement yang
diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan di dalam
maupun di luar rumah.
3. Teori eksistensi (Existencial theory)
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku.
Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi melalui perilaku konstruktif,
maka individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
2.1.2.4.Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2010) (Dikutip dalam buku Asuhan Keperawatan jiwa 2012
mukhripah damayanti,S.kep.Ns hal.100), factor-faktor yang dapat mencetuskan
perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
massal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
2.1.2.5.Faktor Risiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor risiko dari risiko
perilakukekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
(Dikutip dalam buku Keperawatan jiwa 2017 Ns.sutejo,M.kep.,Sp.Kep.J hal.64)
1. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence)
a. Usia ≥ 45 tahun
b. Usia 15-19 tahun
c. Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan pesan
bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak individu
tersebut, dll.)
d. Konflik mengenai orientasi seksual
e. Konflik dalam hubungan interpersonal
f. Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah pekerjaan)
g. Terlibat dalam tindakan seksual autoerotic
h. Sumber daya personal yang tidak memadai
i. Status perkawinan (sendiri, menjanda, bercerai)
j. Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan kepribadian,
penyalahgunaan zat)
k. Pekerjaan (professional, eksekutif, administrator atau pemilik bisnis, dll.)
l. Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri, sesuatu yang bersifat
kekerasan atau konfiliktual)
m. Isu kesehatan fisik
n. Gangguan psikologis
o. Isolasi social
p. Ide bunuh diri
q. Rencana bunuh diri
r. Riwayat upacara bunuh diri berulang
s. Isyarat verbal (membicarakan kematian, menanyakan tentang dosis
mematikan suatu obat, dll.)
2. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed
violence)
a. Akses atau ketersediaan senjata
b. Alterasi (gangguan) fungsi kognitif

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


c. Perlakuan kejam terhadap binatang
d. Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun
seksual
e. Riwayat penyalahgunaan zat
f. Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
g. Impulsive
h. Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti, pelanggaran
lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan
amarah)
i. Bahasa tubuh negative (seperti kekakuan, mengepalkan tinju atau
pukulan, hiperaktivitas, dll.)
j. Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan serangan, kejang, dll.)
k. Intoksikasi patologis
l. Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencing dilantai,
menyobek objek di dinding, melempar barang, memecahkan kaca,
membanting pintu, dll.)
m. Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul,
menggigit, mencakar, upaya perkosaan, memperkosa, pelecehan seksual,
mengencingi orang, dll.)
n. Pola ancaman kekerasan ( ancaman secara verbal terhadap objek atau
orang lain , menyumpah serapah, gesture atau catatan mengancam,
ancaman seksual, dll.)
o. Pola perilaku kekerasan antisocial (mencuri, meminjam dengan
memaksa, penolakan terhadap medikasi, dll.)
p. Komplikasi perinatal
q. Komplikasi prenatal
r. Menyalakan api
s. Gangguan psikosis
t. Perilaku bunuh diri

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.2.6.Mekanisme Koping
Stuart dan Laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
(Dikutip dalam buku Asuhan Keperawatan jiwa 2012 mukhripah
damayanti,S.kep.Ns hal.102)
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang sedang marah
melampiaskan kemarahnnya pada objek lain seperti meremas adonan kue ,
meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketegangannya akibat rasa marah.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa iya mempunyai perasan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh temannya tersebut mencoba
merayu,mencumbunya.
3. Represi,yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang benci pada orang tua
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi, yaitu menjegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan
dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik
pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasannya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya
yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di
dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.2.7.Perilaku
(NANDA, 2016), Klien dengan gangguan perilaku kekerasan memiliki
beberapa perilaku yang perlu diperhatikan.Perilaku klien dengan gangguan
perilaku kekerasan dapat membahayakan bagi dirinya sendiri, orang lain,
maupun lingkungan sekitar. Adapun perilaku yang harus dikenali dari klien
gangguan risiko perilaku kekerasan, antara lain:
(Dikutip dalam buku Keperawatan jiwa 2017 Ns.sutejo,M.kep.,Sp.Kep.J hal.67)
1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, disertai ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan
mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya, yaitu perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif
merupakan cara terbaik individu untuk mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Dengan perilaku
tersebut, individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.3. Tanda dan gejala
(Ade Herman 2011 buku Ajar keperawatan Jiwa hal.132) tanda dan gejala
perilaku kekerasan:
2.1.3.1.Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2.1.3.2.Verbal
Mengacam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar, ketus.
2.1.3.3.Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan,amuk/agresif.
2.1.3.4.Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel,tidak berdaya, bermusuhan,mengamuk,ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
2.1.3.5.Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
2.1.3.6.Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativitas terhambat.
2.1.3.7.Social
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
2.1.3.8.Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

2.1.4. Rentang Respons perilaku


Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptive, yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang
timbul sebagai respons terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart&Laraia,2005). Amuk merupakan respons

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


kemarahan yang paling maladaptive yang ditandai dengan perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat dan merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak
dapat dikontrol (Yosep, 2009).Hal ini disertai dengan hilangnya control di mana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Berikut ini
merupakan beberapa istilah perilaku kekerasan:
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakitiorang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitasatauterhambat.
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkanperasaan.
Agresif : Perilaku dekstruktif masih terkontrol.
Amuk : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol.
(Dikutip dalam buku Keperawatan jiwa 2017 Ns.sutejo,M.kep.,Sp.Kep.J hal.62)
2.1.5. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
Klien mengalami perilaku kekerasan sukar mengontrol diri dan emosi.Untuk
itu, perawat harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima
dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri
secara terapeutik dalam merawat klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus jujur, empati,
terbuka da penuh penghargaan, tidak larut dalam perilaku kekerasan klien dan
tidak menghakimi.(Mukhripah damayanti, 2012, hal.103).
2.1.5.1. Pengkajian
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat.(Sutejo, 2017, hal. 242).
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan.
b. Usia dan no RM.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang akan didapatkan.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien/keluarga :
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke Rumah Sakit saat
ini?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini?

3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan, mengalami, dan
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal.
c. Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lain
yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan pada klien atau keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang). Yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ.
a. Ukur dan observasi Tanda-tanda Vital
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan
keluhan yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
5. Psikososial
a. Genogram
1) Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga
2) Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh
3) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri
Tanyakan tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien
sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Peran
Tanyakan tugas/peran yang diemban dalam
keluarga/kelompok/masyarakat, kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas/peran tersebut.
4) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya
5) Harga diri
Tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi,
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai data.

c. Hubungan sosial
Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya,
tempat mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan,
tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam
kelompok masyarakat.

d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Tanyakan pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa
sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2) Kegiatan ibadah
Tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
dan pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah.
3) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

6. Status mental
a. Penampilan
1) Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung
kaki ada yang tidak rapih
2) Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya pakaian dalam
dipakai di luar baju.
3) Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika penggunaan pakaian
tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi).
4) Jelaskan hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain
yang tidak tercantum.
5) Masalah keperawatan ditulis sesuai denganm data.
b. Pembicaraan
1) Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat,
keras, gagap, membisu, apatis dan atau lambat
2) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
3) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
c. Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/ keluarga
1) Lesu, tegang, gelisah
2) Agitas Gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
3) Tik
Gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
4) Grimasem
Gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidakterkontrol klien
5) Tremor
Jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkantangan
danmerentangkan jari-jari

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


6) Kompulsif
Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
7) Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang
tidak tercantum
8) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
d. Alam perasaan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga
1) Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
2) Ketakutan
Objek yang ditakuti sudah jelas
3) Khawatir
Objek belum jelas
4) Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum
5) Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
e. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga
1) Datar
Tidak ada perubahan roman muka pada saat adastimulusyang
senang atau sedih.
2) Tumpul
Hanya beraksi bila stimulus emosi yang sangatkuat
3) Labil
Emosi klien cepat berubah-ubah
4) Tidak sesuai
Emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus.
5) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
f. Interaksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat
dan keluarga
1) Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas
2) Kontak mata kurang

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


Tidak mau menatap lawan bicara
3) Defensif
Selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya
4) Curiga
Menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada orang lain
5) Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum
6) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
g. Persepsi
1) Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan
penciuman.
2) Jelaskan halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat
klien berhalusinasi.
3) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
h. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
1) Sirkumtansia yaitu Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
pada tujuan.
2) Tangensial yaitu Pemicaraan yang berbelit-belit tapi tidak
sampai tujuan.
3) Kehilangan asosiasi yaitu Pembicaraan tidak ada hubungan
antarasatu kalimat dengan kalimat lainnya.
4) Flight of ideas yaitu Pembicaraan yang meloncat dari satu topic
ke topic yang lainnya.
5) Bloking yaitu Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan
dari luar kemudian di lanjut kankembali.
6) Perseverasi yaitu Kata-kata yang diulang berkali-kali
7) Perbigerasi yaitu Kalimat yang diulang berkali-kali
8) Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
9) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
i. Isi pikir
Data didapatkan melalui wawancara

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


1) Obsesi yaitu Pikiran yang selalu muncul walaupun
klienberusahamenghilangkannya.
2) Phobia yaitu Ketakutan yang patologis/ tidak logis
terhadapobjek/ situasi tertentu.
3) Hipokondria yaitu Keyakinan terhadap adanya gangguan
organtubuh yang sebenarnya tidak ada.
4) Depersonalisasi yaitu Perasan klien yang asing terhadap diri
sendiri,orang lain dan lingkungan.
5) Ide yang terkait yaitu Keyakinan klien terhadap kejadian yang
terjadi dilingkungan yang bermakna yang terkait pada dirinya.
6) Pikiran magis yaitu Keyakinan klien tentang
kemampuannyamelakukan hal-hal yang mustahil atau diluar
kemampuannya.
7) Waham yang bizar
(a) Sisip pikir yaitu keyakinan klien bahwa ada ide atau pikiran
orang lain yang disisipkan dalam pikirannya dan dikatakan
secara berulang, tetapi tidak dengan sesuai kenyataan.
(b) Siar pikir yaitu keyakinan klien bahwa orang lain
mengetahui apa yang dipikirkannya, walaupun dia tidak
mengatakan kepada orang tersebut, dikatakan secara
berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(c) Kontrol piker yaitu keyakinan klien bahwa pikirannya
dikontrol oleh kekuatan dari luar.
j. Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu,
tempat, orang) diperoleh melalui wawancara
1) Bingung
Tampak bingung dan kacau (perilaku yang tidakmengarah pada
tujuan).
2) Sedasi

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


Mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau btidak
sadar.
3) Stupor
Gangguan motorik seperti kekakuan gerakan yangdiulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap yangcanggung dan
dipertahankan klien tapi mengertisemua yang terjadi
dilingkunganya.
4) Orientasi
Waktu, tempat dan orang.
5) Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal di atas.
6) Jelaskan apa yang dikatakanoleh klien pada saat wawancara.
7) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
k. Memori
Data diperoleh melalui wawancara.
1) Gangguan daya ingat jangka panjang
Tidak dapat mengingat kejadian lebih dari satu bulan
2) Gangguan daya ingat jangka pendek
Tidak dapat mengingat kejadiandalam minggu terakhir
3) Gangguan daya ingat saat ini
Tidak dapat mengingat kejadian yang baru terjadi
4) Konfabulasi
Pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan
cerita yang tidak benar untukmenutupi gangguan daya ingatnya.
5) Jelaskan sesuai dengan data terkait
6) Masalah keperawatan sesuai dengan data.
l. Tingkat konsentrasi berhitung
Data diperoleh melalui wawancara.
1) Mudah dialihkan
Perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya
2) Tidak mampu berkonsentrasi

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


Klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapatmenjelaskan
kembali pembicaraan.
3) Tidak mampu berhitung
Tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada benda-
benda yangnyata
4) Jelaskan sesuai dengan data terkait
5) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
m. Kemampuan penilaian
1) Gangguan kemampuan penilaian ringan : dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain
2) Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu
mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain
3) Masalah keperawatan di tulis sesuai dengan data
n. Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara
1) Mengingkari penyakit yang diderita
Klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan
emosi)padadirinya dan merasa tidak perluminta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien
tidakmau bercerita tentang penyakitnya
2) Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Menyalahkan orang lain/lingkunganyang menyebabkan
timbulnya penyakit/masalah sekarang
3) Jelaskan dengan data terkait
4) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Makan
1) Observasi dan Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan
caramakan.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2) Observasi kemampuan klien menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
b. BAB/BAK
Observasi kemampuan klien untuk buang air besar dan buang air kecil
(BAB/BAK):
1) pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
2) membersihkan diri dan merapikan pakaian
c. Mandi
1) Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat
gigi, cuci rambut, gunting kaku.
2) Observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
d. Berpakaian
1) Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian.
2) Observasi penampilan dandanan klien.
3) Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
4) Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih
dan mengenakan pakaian.
e. Istirahat dan tidur
1) Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam.
2) Observasi persiapan sebelum tidur dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
1) Penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara
pemberian.
2) Reaksi obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang:
1) Apa, bagaimana, kapan perawatan lanjut.
2) Siapa saja system pendukung yang dimiliki, Tanya perawatan dan
pengobatan lanjut.
h. Kegiatan di dalam rumah

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


Tanyakan kemampuan klien dalam:
1) Mengolah dan menyajikan makanan.
2) Merapihkan rumah.
3) Mencuci pakaian sendiri.
4) Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien
1) Belanja untuk keperluan sehari-hari.
2) Aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah.
j. Mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
a. Masalah psikososial dan lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
b. Pengetahuan
Data di dapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
c. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter
yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmaka dan terapi lain.

2.1.6. Diagnosis Keperawatan


Menurut Mukhripah Damaiyanti (2012 : 105)
2.1.6.1.Risiko Perilaku kekerasan,
2.1.6.2.Harga diri rendah kronik,
2.1.6.3.Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal).

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.7. Masalah Keperawatan
2.1.7.1.Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal).
2.1.7.2.Perilaku kekerasan
2.1.7.3.Harga diri rendah kronik

2.1.8. Pohon Masalah Diagnosis Risiko Perilaku Kekerasan

Risiko perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain, dan


lingkungan
Affect

Perilaku Kekerasan
Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis

Causa

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.9. Perencanaan

RENCANA KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


PERENCANAAN
DIAGNOSIS
Tujuan Rasional
KEPERAWATAN Kriteria Evaluasi Intervensi
(Tuk/Tum)
(1) (2) (3) (4) (5)
Risiko perilaku TUM: Klien menunjukkan 1. Bina hubungan saling Kepercayaan dari
kekerasan Klien dan keluarga tanda-tanda percaya percaya dengan klien merupakan hal
mampu mengatasi kepada perawat mengemukakan prinsip yang akan memudah
atau melalui: komunikasi terapeutik: perawat dalam
mengendalikan 1. Ekspresi wajah a. mengucapkan melakukan
risiko perilaku cerah, tersenyum salam terapeutik. pendekatan
kekerasan. 2. Mau berkenalan Sapa klien dengan keperawatan atau
3. Ada kontak mata ramah, baik verbal intervensi selanjutnya
TUK 1: 4. Bersedia ataupun non terhadap klien.
1. Klien dapat menceritakan verbal.
membina hubungan 5. Perasaannya b. Berjabat tangan
saling percaya. Bersedia dengan klien.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
mengungkapkan c. Perkenalkan diri
masalah dengan sopan.
d. Tanyakan nama
lengkap dan nama
panggilan yang
disukai klien.
e. Jelaskan tujuan
pertemuan.
f. Membuat kontrak
topik, waktu, dan
tempat setiap kali
bertemu klien.
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
TUK 2: Kriteria Evaluasi: klien. Menentukan
Klien dapat Setelah 3x 2. Bantu klien mekanisme koping
mengidentifikasi intervensi, klien mengungkapkan yang dimiliki oleh
penyebab perilaku dapat: perasaan marahnya: klien dalam
kekerasan yang 1. menceritakan a. Diskusikan menghadapi masalah.
dilakukannya. penyebab bersama klien Selain itu, juga
perilaku untuk sebagai langkah awal
kekerasan yang menceritakan dalam menyusun
dilakukannya. penyebab rasa strategi berikutnya.
2. Menceritakan kesal atau rasa
penyebab jengkelnya.
perasaan b. Dengarkan
jengkel/kesal, penjelasan klien
baik dari diri tanpa menyela atau
sendiri maupun memberi penilaian
lingkungannya. pada setiap
ungkapan perasaan
klien.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
TUK 3: Kriteria Evaluasi: Membantu klien Deteksi dini dapat
Klien dapat Setelah 3x mengungkapkan tanda-tanda mencegah tindakan
mengidentifikasi intervensi, klien perilaku kekerasan yang yang bisa
tanda-tanda dapat menceritakan dialaminya: membahayakan klien
perilaku kekerasan. tanda-tanda perilaku 1. Diskusikan dan dan lingkungan
kekerasan secara: motivasi klien untuk sekitar.
1. Fisik: mata menceritakan kondisi
merah, tangan fisik saat perilaku
mengepal, kekerasan terjadi.
ekspresi tegang, 2. Diskusikan dan
dan lain-lain. motivasi klien untuk
2. Emosional: menceritakan kondisi
perasaan marah, emosinya saat terjadi
jengkel, bicara perilaku kekerasan.
kasar. 3. Diskusikan dan
3. Social: motivasi klien untuk
bermusuhan menceritakan kondisi
yang dialami psikologi
saat terjadi
perilaku

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
Kekerasan saat terjadi perilaku
kekerasan.
4. Diskusikan dan
motivasi klien untuk
menceritakan kondisi
hubungan dengan
orang lain saat terjadi
perilaku Kekerasan.
TUK 4: Kriteria Evaluasi: Diskusikan dengan klien Melihat mekanisme
Klien dapat Setelah 3x seputar perilaku kekerasan koping klien dalam
mengidentifikasi intervensi, klien yang dilakukannya selama menyelesaikan
jenis perilaku menjelaskan: ini. masalah yang
kekerasan yang 1. Jenis-jenis 1. Motivasi klien dihadapi.
pernah ekspresi menceritakan jenis-jenis
dilakukannya. kemarahan yang tindak kekerasan yang
selama ini telah selama ini pernah
dilakukannya. dilakukannya.
2. Perasaanya saat 2. Motivasi klien
melakukan menceritakan perasaan
klien setelah tindak

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
kekerasan. kekerasan tersebut
3. Efektivitas cara terjadi.
yang dipakai 3. Diskusikan apakah
dalam dengan tindak
menyelesaikan kekerasan yang
masalah. dilakukannya, masalah
yang dialami teratasi.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: Diskusikan dengan klien membantu klien
Klien dapat Setelah 3x akibat negative atau melihat dampak yang
mengidentifikasi intervensi, klien kerugian dari cara atau ditimbulkan akibat
akibat dari perilaku menjelaskan akibat tindakan kekerasan yang perilaku kekerasan
kekerasan. yang timbul dari dilakukan pada: yang dilakukan klien.
tindak kekerasan 1. Diri sendiri
yang dilakukannya: 2. Orang lain/keluarga
1. Diri sendiri: 3. Lingkungan
luka, dijauhi
teman, dll.
2. Orang
lain/keluarga:
luka,

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
tersinggung,
ketakutan, dll.
3. Lingkungan:
barang atau
benda-benda
rusak, dll.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: Diskusikan dengan klien Menurunkan perilaku
Klien dapat Setelah 3x seputar: yang destruktif yang
mengidentifikasi intervensi, klien 1. Apakah klien mau berpotensi mencederai
cara konstruktif dapat menjelaskan: mempelajari cara baru klien dan lingkungan
atau cara-cara sehat cara-cara sehat yang mengungkapkan sekitar.
dalam dalam marah yang sehat.
mengungkapkan mengungkapkan 2. Jelaskan berbagai
kemarahan. marah. alternatif pilihan untuk
mengungkapkan
kemarahan selain
perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
3. Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
kemarahan:
a. Cara fisik: nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
olahraga.
b. Verbal: mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain.
c. Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
d. Spiritual:
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
dengan keyakinan
agamanya masing-
masing.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
TUK 7: Kriteria Evaluasi: 1. Diskusikan cara yang Keinginan untuk
Klien dapat Setelah 3x mungkin dipilih serta marah yang tidak bisa
mendemonstrasikan intervensi, klien anjurkan klien memilih diprediksi waktunya
cara mengontrol memperagakan cara cara yang mungkin serta siapa yang akan
perilaku kekerasan. mengontrol perilaku diterapkan untuk memicunya
kekerasan secara mengungkapkan meningkatkan
fisik, verbal, dan kemarahannya. kepercayaan diri klien
spiritual dengan cara 2. Latih klien serta asertifitas.
berikut: memperagakan cara
1. Fisik: tarik nafas yang dipilih dengan
dalam, memukul melaksanakan cara yang
bantal/kasur. dipilih.
2. Verbal: 3. Jelaskan manfaat cara
mengungkapkan tersebut.
perasaan 4. Anjurkan klien
kesal/jengkel menirukan
pada orang lain peragaanyang sudah
tanpa menyakiti. dilakukan.
5. beri penguatan pada
klien, perbaiki cara yang

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
3. Spiritual: masih belum sempurna.
Dzikir/doa 6. Anjurkan klien
meditasi sesuai menggunakan cara yang
agamanya. sudah dilatih saat
marah/jengkel.
TUK 8: Kriteria Evaluasi: 1. Diskusikan penting nya (ketegasan) klien saat
Klien mendapat Setelah 3x peran serta keluarga marah/jengkel.
dukungan keluarga intervensi, keluarga sebagai pendukung Keluarga merupakan
untuk mengontrol mampu: kliendalam mengatasi system pendukung
risiko perilaku 1. Menjelaskan risiko perilaku utama bagi klien dan
kekerasan. cara merawat kekerasan. merupakan bagian
klien dengan 2. Diskusikan potensi penting dari
risiko perilaku keluarga untuk rehabilitasi klien.
kekerasan. membantu klien
2. Mengungkapkan mengatasi perilaku
rasa puas dalam kekerasan.
merawat klien 3. Jelaskan pengertian,
dengan risiko penyebab, akibat, dan
perilaku cara merawat klien
kekerasan. risiko perilaku

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga
4. Peragakan cara merawat
klien (menangani PK)
5. Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang
cara perawatan terhadap
klien.
6. Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
7. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
TUK 9: Kriteria Evaluasi: 1. Jelaskan manfaat Menyukseskan
Klien Setelah 3x menggunakan obat secara program pengobatan
menggunakan obat intervensi, klien bisa teratur dan kerugian jika klien. Obat dapat
sesuai program menjelaskan: tidak menggunakan obat. mengontrol risiko
yang telah 1. manfaat minum 2. Jelaskan kepada klien: perilaku kekerasan
ditetapkan. obat a. Jenis obat (nama, klien dan dapat
kerugian tidak warna, dan bentuk membantu
minum obat. obat). penyembuhan klien.
2. nama obat, b. dosis yang tepat Mengontrol kegiatan
bentuk dan untuk klien
warna obat c. waktu pemakaian klien minum obat dan
3. dosis yang d. cara pemakaian mencegah klien putus
diberikan e. efek yang akan obat.
kepadanya dirasakan klien
4. waktu 3. Anjurkan klien untuk:
pemakaian a. minta dan
cara pemakaian menggunakan obat
5. efek yang tepat waktu.
dirasakan b. lapor ke
6. klien perawat/dokter jika

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


(1) (2) (3) (4) (5)
menggunakan obat mengalami efek
sesuai program. yang tidak biasa.
4. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
menggunakan obat.

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


2.1.10. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan standar dari standar asuhan yang
berhubungan dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan perawat, di
mana implementasi dilakukan pada pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan
rencana keperawatan yang dibuat.
Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan
intervensi yang dirancang untuk mencegah penyakit meningkatkan,
mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental.Kebutuhan klien
terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui
standar pelayanan dan asuhan keperawatan.Pedoman tindakan keperawatan dibuat
untuk tindakan pada klien baik secara individual, kelompok maupun yang terkait
dengan ADL (Aktivity Daily Living).Dengan adanya perincian kebutuhan waktu,
diharapkan setiap perawat memiliki jadwal harian untuk masing-masing klien
sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Keliat dan akemat
2009) . (Mukhripah damaiyanti, 2012, hal. 10).

2.1.11. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai
hasil yang diharapkan asuhan keperawatan adalah proses dinamika yang melibatkan
perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu kebutuhan
terhadap data baru, berbagai diagnose keperawatan, dan modifikasi rencana asuhan
sesuai dengan kondisi klien.
Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat
didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan menggunakan
pendekatan SOAP (subjektif, objektif, analisis, perencanaan). Disamping itu, terkait
dengan pendekatan SOAP setiap selesai yang terkait dengan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh
pasien. Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan aktivitas
klien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M),
dengan bantuan sebagian (B), atau dengan bantuan total (T) kemampuan melakukan

AKPER Buntet Pesantren Cirebon


tugas atau aktivitas dievaluasi setiap hari (Keliat dan Akemat, 2009). Klien dan
keluarga berperan serta dalam mengevaluasi proses keperawatan.(Mukhripah
damaiyanti, 2012, hal. 11).

2.1.12. Dokumentasi
Perawat kesehatan jiwa mendokumentasikan keseluruhan proses keperawatan
yang dilakukan pada klien mulai dari awal sampai akhir rangkaian proses asuhan
keperawatan. Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang membuat
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnose keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yang disusun secara sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan secara moral dan hukum.(Mukhripah damaiyanti, 2012, hal. 12).
2.1.13. Catatan Perkembang
Dalam catatan perkembangan penulis melakukan catatan perkembangan setelah
melakukan implementasi, mendokumentasikannya, dan evaluasi tindakan
keperawatan, catatan perkembangan yang penulis lakukan dengan cara
menggunakan pendekatan SOAPIER (subjektif, objektif, analisis, perencanaan,
implementasi, evaluasi, analisis ulang). (Mukhripah damaiyanti, 2012, hal. 12).

AKPER Buntet Pesantren Cirebon

Anda mungkin juga menyukai