Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

DI RUANG KEMUNING RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun Oleh:

Nama: Moh. Sholahuddin

NIM: 72020040055

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020/2021
A. PENGERTIAN
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus (Elizabeth J.
Corwin, 2015). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari 37,5 ⁰C (E. &swari,
2013). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat  berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2014).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan
dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat  pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38 ⁰C atau lebih. Ada juga
yang mengambil batasan lebih dari 37,8 ⁰C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40⁰C
disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2014).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik 
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.  
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik 
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang ̊kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu  penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan
keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama
sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang  jelas. Dalam praktek
90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,  pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau  penyakit virus
sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial.
B. Etiologi
Menurut Pelayanan Kesehatan bahwa etiologi febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.  
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
a. suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C  
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia dan
somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5⁰C -40⁰C, kulit hangat,
takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor  yang muncul yaitu kulit kemerahan,
peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil, merinding, perasaan hangat dan dingin,
nyeri dan sakit yang spesifik  atau umum (missal : sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher, 2012).

D. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) terhadap infeksi atau
zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh
akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh
(pirogen eksogen) yang bisa  berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan
reaksi imunologik  terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein,
pecahan protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada
mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difaagositosis oleh leukosit darah,
makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya
mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam caiaran tubuh, yang disebut juga zat pirogen
leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima ( reseptor ) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin ( PGEZ ) ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembulih darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat
mengeluarkan panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran
panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktifitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolysis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibody atau sistem kekebalan tubuh.

E. Pathway
Bateri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat Peradangan Pirogenik lain

Monosit Makrofag sel kupfer

Respon Hipotalamus anterior Kesan Psikis tidak enak

Peningkatan titik penyetelan suhu Gangguan psikis

Demam Dx. Cemas

Vasidolatasi kulit Berkeringat

Dx. Hipertensi Dx. Resiko volume


cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
F. pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium seperti Pemeriksaan darah rutin, kultur urine, dan kultur
darah.

G. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian Antipiretik
b. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
c. Pemberian cairan parental

Anda mungkin juga menyukai