Anda di halaman 1dari 44

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Filosofi Pernikahan
Akad/janji nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan awal dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah)
dengan mengembangkan hubungan atas dasar cinta dan kasih (mawadah wa
rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad/janji pernikahan
berarti bahwa disamping saling bertanggung jawab anatara satu dengan yang
lain, suami isteri juga bertanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala yang ilakukan dalam peran dan fungsi mereka sebagai suami isteri
(Kemenkes RI, 2015; h. 8).
2. Informasi Pranikah
Informasi pra nikah yang perlu diinformasikan kepada calon pengantin
menurut Kemenkes RI (2015) diantaranya :
a. Kesehatan Reproduksi
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik,
mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses
reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan
yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.
Pembagian peran social perempuan dan laki-laki mempunyai
pengaruh besar terhadap kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki.
Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan
reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah
kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena menyebabkan
perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya.
(Kemenkes RI, 2015; h. 10)

1
2

Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan


reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya, perempuan
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan
laki-laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi
laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan
dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi
untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. (Kemenkes RI, 2015;
h. 11)
b. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan seterusnya
serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan. Hak
Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan calon
pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan informasi yang
lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta efek samping
obato-batan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi. (Kemenkes RI, 2015; h. 12)
Informasi yang diterima harus bisa membuat calon pengantin
mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat membuat
keputusan tanpa terpaksa. Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh
pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat
dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang
sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan. Hak reproduksi
juga mencakup informasi yang mudah, lengkap, dan akurat tentang penyakit
menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindungi dari infeksi
3

menular seksual (IMS) serta dan memahami upaya pencegahan dan


penularannya yang dapat berakibat buruk terhadap kesehatan reproduksi
laki-laki, perempuan dan keturunannya. (Kemenkes RI, 2015; h. 14)
c. Organ Reproduksi
1) Organ Reproduksi Perempuan

Gambar 1.1 Organ Reproduksi Perempuan


Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 15)
a) Ovarium (Indung Telur)
Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran telur
(fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul, indung telur
berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan sekali indung telur
kiri dan kanan secara r bergiliran mengeluarkan sel telur. Sel telur
adalah sel yang dihasilkan oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh
sperma sehingga terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel
telur akan ikut keluar bersama darah saat menstruasi. (Kemenkes RI,
2015; h. 15-16)
b) Tuba Fallopii (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk mengantar ovum
dari indung telur menuju rahim.
c) Fimbrae (umbai-umbai)
Dapat di analogikan dengan jari-jari tangan, umbai-umbai ini
berfungsi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung telur.
4

d) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
(1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
(2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
(3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah
e) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan
tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
(Kemenkes RI, 2015; h. 16)
f) Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan
± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
g) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
h) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
(Kemenkes RI, 2015; h. 17)
5

2) Organ Reproduksi Laki-laki

Gambar 1.2 Organ Reproduksi Laki-laki


Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 18-19)
a) Testis (buah zakar)
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari dengan
bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum, diluar rongga
panggul karena pembentukan sperma membutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu badan (36,7 o C). Sperma merupakan sel yang
berbentuk seperti berudu (kecebong) berekor hasil dari testis yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
b) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan berlipat
lipat. Skrotum adalah tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang 18 Saluran Sperma mengatur jarak testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif
tetap.
(Kemenkes RI, 2015; h. 18-19)
c) Vas deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis menuju ke
uretra/ saluran kencing pars prostatika. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ±2,5 mm. Saluran ini muara dari Epididimis yaitu
6

saluran- saluran yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya


berkelok-kelok dan membentuk bangunan seperti topi.
d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya. Kelenjar-
kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen). yang berguna untuk
memberikan makanan pada sperma.
e) Penis
Berfungsi sebagai alat sanggama dan sebagai saluran untuk
pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, ukuran penis
kecil. Ketika terangsang secara seksual darah banyak dipompa ke
penis sehingga berubah menjadi tegang dan besar disebut sebagai
ereksi. Bagian glans merupakan bagian depan atau kepala penis. Glans
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi
glans disebut foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan
dengan cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat
dianjurkan karena memudahkan pembersihan penis sehingga
mengurangi kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
(Kemenkes RI, 2015; h. 19)
3. Persiapan Pernikahan
a. Persiapan Fisik
Pemeriksaan status kesehatan :
1) Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit, - Pemeriksaan
3) Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, gula darah
sewaktu (GDS), thalasemia, hepatitis B dan C dan TORCH
(Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes simpleks) (d)
4) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
(Kemenkes RI, 2015; h. 20)
b. Status Imunisasi TT
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh.
7

Tabel 1.1 imunisasi TT


Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan
TT I 0
TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun
Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 21)
Menurut Yunica (2014; h. 4) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Antara Pengetahuan dan Umur dengan Kelengkapan Imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) pada Ibu Hamil di Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan
Kabupaten Banyuasin Tahun 2014 memnyebutkan bahwa penyakit infeksi
dan Tetanus Neonatorum sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) yang lengkap pada wanita usia subur (WUS) dan
wanita hamil. Seorang wanita yang sudah di imunisasi TT lengkap dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus
selama 3 tahun.
c. Menjaga Kebersihan Organ Genetalia
1) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik
3) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
4) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
5) Khusus untuk perempuan:
a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama
c) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap
4 jam sekali atau setelah buang air.
(Kemenkes RI, 2015; h. 21)
d. Keputihan
1) Definisi
Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak,
warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika
Silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan
(Handayani, 2008; h. 34).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang
normal dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi
8

pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual.
sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan
jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba,
2009; h. 56).
2) Etiologi
a) Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang
menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina.  Infeksi ini berupa
warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya terjadi pada saat  kehamilan, penyakit kencing
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi
pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat
Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya
yang menderita penyakit tersebut.
b) Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan
seks ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-
meninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat
kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c) Bakteri  
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial
vaginosis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu.
Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa
jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti
sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud.

d) Virus
9

Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan


penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma
ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan
berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes
ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti luka melepuh,
terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan
terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor
pemicu kanker rahim.
3) Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena
keputihan patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena
kuman. Di dalam vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai
macam kuman ada disitu. Flora normal didalam vagina membantu
menjaga keasaman PH vagina, pada keadaan yang optimal. PH vagina
seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa terganggu. Misalnya
karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian dalam.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-
kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk
menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau
keasaman dalam vagina berubah, maka kuman-kuman lain dengan mudah
akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
menyebabkan keputihan yang berbau, gatal dan menimbulkan
ketidaknyamanan
4) Tanda dan Gejala
a) Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang
berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu.
b) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya
tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari
leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi
atau alat kelamin luar.
10

c) Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh
hormone yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
d) Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum
masa pubertas. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
e) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan
f) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
Menurut penelitian Nikmah (2018; h. 4) Keputihan yang
terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran
untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya.
Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah
sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang.
Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain
kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan
penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.
Sejalan dengan penelitian Delita, Krisna dkk (2019; h. 5)
mengatakan bahwa hasil uji statistik chi-square didapatkan p value =
0,000 lebih kecil dari 0,05, maka menunjukkan bahwa ada hubungan
secara parsial antara personal hygine terhadap kejadian flour albus
(keputihan) pada siswi SMA Negeri 5 Prabumulih tahun 2019.
Dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara personal hygine terhadap kejadian keputihan dan sudah terbukti
secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti
berasumsi bahwa siswi yang melakukan personal hygine buruk seperti
jarang mengganti pakaian dalam, jarang mengganti pembalut pada
saat menstruasi, cara mencuci kemaluan yang salah, menggunakan
pakaian dalam yang berbahan nylon dan sering menggunakan cairan
sabun pembersih vagina. Hal inilah yang menyebabkan adanya bakteri
jahat dan jamur masuk kedalam vagina sehingga menyebabkan
keputihan.
Sedangkan menurut penelitian Paryono (2016; h.3)
mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukan dari perhitungan
statistik didapatkan p: 0,000 yang artinya ada perbedaan tanda gejala
11

keputihan sesudah menggunakan tisu toilet lebih sedikit dibanding


sebelum menggunakan tisu toilet pada siswi di SMA Veteran 1
Sukoharjo. Teori Boyke (2013) dengan menggunakan tisu secara
teratur ketika genetalia lembab dapat mengurangi kejadian keputihan
yang paling sering dialami wanita. Menurut Revina (2011) Tisu
sangat efektif dibawa dan digunakan setiap saat. Selain mencegah
keputihan, tisu kesehatan dapat menghilangkan gatal-gatal di area
organ intim wanita, mampu mencegah jamur penyebab bau tidak
sedap pada organ intim, serta yang lebih penting adalah mampu
mencegah penyakit mematikan di kalangan kaum perempuan yaitu
kanker serviks. Sehingga menjadikan tisu kesehatan sebagai
perawatan lengkap bagi organ intim.
Menurut penelitian Nikmah (2018; h. 3) Keputihan yang
terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran
untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya.
Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah
sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang.
Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain
kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan
penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.
4. Informasi tentang Nutrisi Pra Nikah
Kemenkes RI (2010) mendefinisikan bahwa Wanita Usia Subur (WUS)
adalah wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49 tahun. Wanita
pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu mempersiapkan
kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi yang optimal pada
wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin, kondisi kesehatan
bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses melahirkan (Kemenkes
RI, 2010 dalam Doloksaribu, dkk. 2019).
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan
kualitas baik dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat
berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh kembang
janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi
12

kondisi kesehatan secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta
akan dapat memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa
kehamilan (Susilowati, dkk. 2016 dalam Doloksaribu, dkk. 2019).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi status gizi wanita pranikah sebelum
kehamilan. Pengetahuan mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan
kecukupan gizi seseorang. Tingkat pengetahuan akan mendorong seseorang
memiliki kemampuan yang optimal berupa pengetahuan dan sikap. Upaya
peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan atau konseling tentang pendidikan gizi pra nikah (Fauziyah 2012
dalam Doloksaribu, dkk. 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Doloksaribu, dkk. 2019), konseling
yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam waktu satu minggu
memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap wanita pranikah tentang gizi prakonsepsi di kecamatan
Batang Kuis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012; h. 4) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan
dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada
kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas
terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada
kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah
cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan
makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan
terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan
dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang
akan datang. (Kemenkes RI, 2015; h. 20)
5. Informasi Tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi, Persalinan dan Pasca
Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
13

yang dapat membuat kehamilan menjadi tertunda atau bahkan tidak


diinginkan. Kehamilan tidak diinginkan dapat terjadi
1) Akibat hubungan seks pranikah
2) Akibat gagal/drop out KB
3) Pada unmet need (wanita usia subur yang tidak ingin punya anak tetapi
tidak menggunakan alat kontrasepsi). Namun demikian, tidak ada yang
lebih membahagiakan pasangan suami istri selain dari kehadiran buah
hati dalam perkawinan mereka.
(Kemenkes RI, 2015; h. 26)
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi
estrogen dan progesteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel
telur dari kandung telur , sehingga sel telur berjalan lambat sehingga
mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Jenis kontrasepsi
hormonal terdiri dari pil kontrasepsi, kontrasepsi suntikan, dan implan
(Baziad dan Prabowo , 2011; h. 36).
Efek samping dari kontrasepsi hormonal adalah adanya gangguan dari
menstruasi. Efek samping kontrasepsi DMPA (Depot
Medroxyprogesteron Asetat) dan implan yang paling utama adalah
gangguan menstruasi berupa amenore, spotting, perubahan siklus,
frekuensi, lama menstruasi dan jumlah darah yang hilang (Hartanto,
2013). Efek samping suatu metode kontrasepsi merupakan suatu faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap
kelangsungan pemakaian metode kontrasepsi (Anggraeni, 2009 dalam
Susilowati dan Prasetyo, 2015; h. 46).
b. Tanda-tanda kehamilan
1) Tes kehamilan poitif (+)
2) Tidak mendapat menstruasi/ haid sebagaimana biasanya (tidak
menstruasi pada siklus haid bulan berikutnya)
3) Timbul rasa mual, muntah-muntah dan pusing terutama pada pagi hari
serta sering buang air kecil
4) Tidak ada nafsu makan
5) Kadang-kadang mengidam atau menginginkan makanan yang jarang ada
atau tidak pernah dimakannya
6) Pada usia kehamilan lebih lanjut dengan alat tertentu dapat terdengar
detak jantung janin.
14

(Kemenkes RI, 2015; h. 28)


c. Cara Menghitung Usia Kehamilan dan Taksiran Persalinan
1) Menghitung Usia Kehamilan
Misalnya tanggal 8 Juni 2009 masih haid, kemudian ketika diperiksa
tanggal 14 Juli 2009 dinyatakan positif hamil berarti bahwa umur
kehamilannya adalah antara 8 Juni sampai dengan 14 Juli 2009 adalah 36
hari atau sekitar 5 minggu.
2) Menentukan Taksiran Persalinan
Taksiran persalinan/melahirkan: Harus diketahui haid terakhir
(tanggal,bulan,tahun)
Rumus :
Tanggal +7
Bulan -3
Tahun +1
Contoh: Haid atau dating bulan terakhir tanggal 8 Juni 2019 Maka waktu
persalinan diperkiraka Tanggal 8+7=15, Bulan 6-3=3, Tahun 2019+1=
2020 Jadi diperkirakan melahirkan pada tanggal 15 Maret 2020.
(Kemenkes RI, 2015; h. 29)
d. Memeriksa Kehamilan
Seorang ibu sebaiknya mulai memeriksakan kehamilan seawal mungkin,
yaitu setelah terlambat haid selama 2 bulan berturut-turut sehingga
kesehatan ibu dan janin selalu dapat dipantau dan ibu bisa memperoleh
nasehat atau pengobatan bila ada keluhan. (Kemenkes RI, 2015; h. 30)
Pelayanan pemeriksaan ibu hamil mencakup 10T :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah Ibu.
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas).
4) Pengukuran janin/pengukuran tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
6) Penilaian status imunisasi TT
7) Tablet tambah darah
8) Tes laboratorium
9) Tata laksana kasus
10) Tatap muka/konseling tentang kehamilan
Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan :
15

Trimester I (0-3 bulan) : 1 kali


Trimester II (4-6 bulan) : 1 kali
Trimester III (7-9 bulan) : 2 kali
(Kemenkes RI, 2015; h. 31)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan
antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat
mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama
kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan
cepat dan tepat. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses
ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan
pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan
K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar. (Kemenkes RI, 2012; h. 39).
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan antenatal
tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan pemerinztah, yaitu
10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,
nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa), ukur tinggi fundus uteri,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status
imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila diperlukan,
pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium sederhana
(rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/ konseling)
(Kemenkes RI, 2012; h. 39).
16

e. Proses Kehamilan

Gambar 1.3 Proses Kehamilan

Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 32)


Keterangan :
1) Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur (tuba
fallopi)
2) Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio) menempel di lapisan
dalam dinding rahim
3) Dalam 120 hari pertama, embrio berkembang mengikuti
tahapan kehidupan sel (hayati)
4) Memasuki usia kehamilan lebih lanjut, embrio berkembang
mengikuti tahapan kehidupan insani menjadi janin/ bayi
5) Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah 280
hari ( 9 bulan 10 hari).
(Kemenkes RI, 2015; h. 33)
Proses kehamilan dimulai dari bertemunya sel sperma laki-laki
dan sel ovum matang dari wanita yang kemudian terjadi pembuahan,
proses inilah yang mengawali suatu kehamilan. Untuk terjadi suatu
kehamilan harus ada sperma, ovum, pembuahan ovum (konsepsi),
implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio pada dinding rahim,
hingga plasentasi/ pembentukan plasenta. Dalam proses pembuahan,
dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma.
17

Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu
sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu
12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan
satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta
sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui
saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur
(Manuaba, 2010; h. 43).
f. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan
memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi
dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta
memakai alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari
atau berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-
hati dan seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan
orang yang merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
(Kemenkes RI, 2015; h. 34)
18

g. Nutrisi Makanan Ibu Hamil


Makanan ibu hamil harus diperhatikan karena selain untuk kebutuhan
ibu juga dibutuhkan untuk perkembangan janin. Kekurangan gizi akan
mengakibatkan ibu hamil cepat lelah dan pusing, muka pucat, mudah
terserang penyakit, Kekurangan ASI atau ASI tidak keluar pada saat
menyusui. Kekurangan gizi pada Ibu hamil juga bisa menyebabkan janin
keguguran, pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi lahir dengan berat
lahir rendah, perkembangan otak janin terhambat hingga dapat
menyebabkan kecerdasan berkurang atau cacat, bayi lahir sebelum
waktunya dan yang paling parah adalah kematian pada bayi. (Kemenkes RI,
2015; h. 36)
Menurut penelitian Mulyati (2013;h. 5) Kurang Energi Kronis
merupakan keadaan dimana seseorang menderita ketidak seimbangan
asupan gizi (energi dan protein) yang berlangsung menahun Seseorang
dikatakan menderita risiko Kurang Energi Kronis bilamana LILA (Lingkar
Lengan Atas) < 23,5 cm berarti risiko Kekurangan Energi Kronis dan ≥ 23,5
cm berarti tidak berisiko Kekurangan Energi Kronis (Lubis, 2003; h. 6).
Status Kekurangan Energi Kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang
dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah. Di samping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi
baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak
janin (Supariasa, 2016; h. 10)
h. Kehamilan dan Persalinan Berisiko
Kehamilan dan persalinan berisiko tinggi biasanya terjadi karena faktor: 4
terlalu dan 3 terlambat.
EMPAT TERLALU yaitu:
1) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun)
2) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun
3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3)
4) Terlau dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)
TIGA TERLAMBAT yaitu
1) Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis
Kedaruratan
2) Terlambat tiba di fasilitas kesehatan
3) Terlambat mendapat pertolongan medis yang adekuat.
19

(Kemenkes RI, 2015; h. 38)


Usia terbaik perempuan untuk hamil antara 20-35 tahun, sementara
jarak kehamilan yang baik adalah minimal 2 tahun karena dengan jarak
kelahiran tersebut akan memberi kesempatan bagi organ - organ reproduksi
si ibu untuk mengembalikan fungsinya dengan baik dan memberi
kesempatan bagi organ-organ reproduksi si ibu untuk kembali normal
dengan baik dan memberi kesempatan bagi anak yang lahir untuk tumbuh
dan berkembang dengan perhatian yang penuh kasih sayang. Sebelum
merencanakan punya anak lagi sebaiknya dipertimbangkan secara matang,
misalnya bagaimana persiapan biaya perawatannya, penyediaan kesempatan
untuk mengenyam pendidikan dan kehidupan yang layak. (Kemenkes RI,
2015; h. 39)
i. Tanda bahaya kehamilan

Gambar 2.4 Tanda Bahaya Kehamilan


Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 41).
Masa kehamilan merupakan proses yang menghubungkan antara ibu
dan janin, hal itu dalam masa kehamilan kemungkinan akan terjadi tanda-
tanda yang dapat mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya.
Beberapa tanda bahaya yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
1) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
2) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
20

3) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.


4) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang berbau.
5) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
6) Muntah terus dan tidak mau makan.
7) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
8) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama
sekali.
(Kemenkes RI, 2015; h. 40).
j. Kesehatan Jiwa Ibu Hamil
Ibu yang hamil akan sehat secara mental jika suami, orang tua, ipar dan
keluarganya mendukungnya. Selain itu, persiapan fisik, sosial dan ekonomi
juga harus diperhatikan agar Ibu tidak stres. Ibu hamil juga tidak boleh
dibebani dengan pekerjaan atau tugas menumpuk. Beberapa kondisi
emosiaonal yang terjadi pada ibu hamil :
1) Ibu hamil mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja,
mudah marah, tidak semangat
2) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur nyenyak,
tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut disebabkan oleh
adanya perubahan kondisi fisiknya.
3) Mencemaskan perubahan fisiknya, khawatir terhadap
perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya
meninggal, atau cacat
4) Merasa belum siap menjadi orangtua dan belum siap secara
ekonomi
5) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan
makanan-makanan yang mungkin tidak pada musimnya sehingga
sulit didapat. Hal tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan
keluarga dan suami
(Kemenkes RI, 2015; h. 42).
Ibu hamil bisa memeriksakan diri 1 kali di tiap 3 bulan kehamilan
untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan jiwa seperti ada tidaknya depresi,
cemas, tekanan-tekanan/stres dalam berkeluarga.
Beberapa tips dalam menghadapi kasus depresi, cemas, tekanan/stres
pada ibu hamil: (Kemenkes RI, 2015; h. 43).
21

1) Ibu dapat melakukan relaksasi sederhana sehingga menimbulkan


perasaan nyaman. Relaksasi dilakukan satu kali dalam sehari
selama 20 menit.
2) Ketika ibu merasa santai, ajarkan untuk menenangkan pikirannya,
dengan meminta si ibu membayangkan dirinya berada di sebuah
tempat yang nyaman, tempat yang pernah dikenalnya dan
disukainya. Misalnya merasa sedang berada di pantai yang tenang
atau mendengarkan musik yang lembut.
6. Informasi tentang Infeksi Menular Seksual
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang salah satu penularannya
melalui hubungan seksual. Dulu kita kenal juga dengan nama Penyakit
Kelamin. Jika kita melakukan hubungan seks berisiko, maka kita dapat terkena
penyakit kelamin atau infeksi menular seksual ini. (Kemenkes RI, 2015; h. 52).
1) Gejala Infeksi Menular Seksual
a) Keluar cairan dari vagina, penis atau anus yang berbeda dari
biasanya.
b) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau setelah
kencing, atau menjadi sering kencing.
c) Ada luka terbuka/basah di sekitar kemaluan atau sekitar mulut.
Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
d) Ada semacam tumbuhan seperti jengger ayam/kutil di sekitar
kemaluan.
e) Terjadi pembengkakan pada lipatan paha.
f) Pada pria, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung pelir/kantung
zakar.
g) Sakit perut di bagian bawah yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/menstruasi.
h) Keluar darah setelah berhubungan seks.
i) Demam.
(Kemenkes RI, 2015; h. 52-53).
22

2) Jenis-jenis IMS (Infeksi Menular Seksual

Kondilom
a
Konjungtivis akuminata
is gonore
Gambar 2.5 Jenis-jenis IMS

Gonore

Sifilis
Herpes
Geneta
lia

Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 54).


a) Gonore dan Klamidia berakibat kemandulan bagi penderitanya,
jika tidak diobati dengan benar.
b) Kondiloma akuminata (Jengger Ayam) dan Herpes genitalis
sangat menjengkelkan karena bersifat kambuhan seumur hidup.
c) Hepatitis berbahaya jika sudah parah dan merusak hati.
d) Sifilis pada bayi yang dilahirkan dari perempuan penderita sifilis
seringkali cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
e) HIV merupakan virus yang pada tahap AIDS dapat mematikan.
(Kemenkes RI, 2015; h. 53).
3) Penyebab terjadinya IMS
Tidak semua IMS dapat diobati. HIV/AIDS, Hepatitis B & C,
Herpes genitalis dan Kondiloma akuminata (Jengger ayam) termasuk
jenis- jenis IMS yang tidak dapat disembuhkan.HIV adalah yang
paling berbahaya karena selain tidak dapat disembuhkan, HIV
merusak kekebalan tubuh manusia untuk melawan penyakit apapun.
Akibatnya, orang yang terkena HIV dapat menjadi sakit-sakitan dan
banyak yang meninggal karenanya.Ingat!! HIV akan lebih mudah
menulari kita, jika kita terkena IMS.
Hepatitis, merupakan peradangan hati yang dapat merusak
hingga hati tidak dapat berfungsi dengan baik. Hepatitis B dapat
dicegah dengan melakukan vaksinasi, tetapi Hepatitis C hingga kini
belum ada vaksinnya.
23

Herpes genitalis, sering kambuh dan sangat nyeri jika sedang


kambuh. Pada Herpes, yang dapat diobati hanya gejala luarnya saja,
tetapi bibit penyakitnya akan tetap hidup dalam tubuh penderita
selamanya.
Kondiloma akuminata (Jengger Ayam), pada laki-laki dapat
menyebabkan kanker penis sedangkan pada perempuan seringkali
menyebabkan kanker rahim.
(Kemenkes RI, 2015; h. 56).
4) HIV AIDS
a) Penularan HIV
Infeksi HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh
manusia. Beberapa cara yang berisiko menularkan HIV
diantaranya:
(1) Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom,
HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani
atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau
melalui selaput mukosa yang berada di bagian alam vagina,
penis atau dubur.
(2) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung
HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain
yang tercemar HIV. Selain dari jarum suntik, para pengguna
narkoba suntik bergantian juga risiko tertular HIV. HIV
menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan
ketika menyusui.
(3) Selain dari jarum suntik, para pengguna narkoba suntik
bergantian juga risiko tertular HIV.
(4) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran,
dan ketika menyusui.
(Kemenkes RI, 2015; h. 60).
b) Gejala HIV
Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti halnya
orang lain karena tak menunjukkan gejala klinis. Tetapi orang tersebut
bisa menularkan virus HIV melalui penularan cairan tubuh. Hal ini bisa
terjadi selama 5-10 tahun. Setelah itu orang tersebut mulai menunjukkan
kumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh setelah terinfeksi
24

HIV. (Kemenkes RI, 2015; h. 62).


c) Pencegahan Penularan IMS da HIV
(1) Saling Setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seks dengan orang lain:
(2) Kondom
Kondom dapat mencegah masuknya cairan kelamin yang
terinfeksi virus.
(3) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum bergantian berisiko menularkan HIV
dalam jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya,
hindari NARKOBA karena hanya akan merugikan diri
sendiri.
(4) Penggunaan alat-alat yang steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (alat
penembus) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian.
Penularan akan lebih mudah terjadi melalui darah.
(Kemenkes RI, 2015; h. 63).
7. Informasi tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
a. Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan
kanker pembunuh perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara.
Di Indonesia, kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama.
Kanker leher rahim yang sudah masuk ke stadium lanjut sering
menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. (Kemenkes RI,
2015; h. 64).
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah
rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks
berkembang secara bertahap. Proses terjadinya kanker ini diperlukan waktu
1-20 tahun.
1) Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
Ada beberapa sebab yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker leher rahim, antara lain adalah :
a) Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia
muda. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan
25

seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker leher


rahim.
b) Berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku seksual berupa
gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kanker leher rahim.
c) Merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar
terkena kanker leher rahim dibandingkan dengan wanita yang
tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir leher rahim
pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya
yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan
daya tahan leher rahim di samping merupakan faktor pencetus
(ko- karsinogen) infeksi virus.
d) Persalinan, infeksi, dan iritasi menahun pada leher rahim dapat
menjadi pemicu kanker leher rahim.
(Kemenkes RI, 2015; h. 65).
2) Tanda-tanda Kanker Leher Rahim
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang
khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:
a) Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
b) Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c) Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
d) Keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
e) Timbul gejala-gejala kurang darah bila terjadi perdarahan
kronis.
f) Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila
ada radang panggul.
g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena
kurang gizi.
Kanker leher rahim juga dapat mengalami penyebaran lewat :
a) Melalui pembuluh getah bening menuju ke kelenjar getah
26

bening lainnya.
b) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan
nyeri dada.
c) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
(Kemenkes RI, 2015; h. 65-66).
3) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena
sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam
stadium lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada
stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan
sampai hampir 100%. kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi dini
kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan
usia 30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat
dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kaker leher rahim dapat
dilakukan di Bidan / Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit.
Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu pendarahan
pasca senggama, pendarahan tidak normal dari vagina mulai
bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau busuk, keputihan
berbau busuk, nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air
besar
(Kemenkes RI, 2015; h. 66-67).
b. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita
oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab
pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan
beberapa penyebab terjadinya kanker payudara. (Kemenkes RI, 2015; h.
68)
1) Faktor Risiko Kanker Payudara
a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok
(perokok pasif)
27

b) Pola makan tinggi lemak dan rendah serat, termasuk mengandung


banyak zat pengawet atau pewarna
c) Mendapat haid pertama kurang dari 12 tahun
d) Menopause (mati haid) setelah umur 50 tahun
e) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun
f) Tidak pernah menyusui anak
g) Pernah mengalami operasi pada payudara yang disebabkan oleh
kelainan tumor jinak atau tumor ganas
h) Di antara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
(Kemenkes RI, 2015; h. 68).
2) Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI
SADARI merupakan cara deteksi dini akan adanya benjolan atau
perubahan pada payudara dibandingkan dengan keadaan sebelumnya oleh
karena itu SADARI dianjurkan dilakukan sebulan sekali setelah selesai
haid (Kemenkes RI, 2015; h. 68).
3) Langkah-langkah melakukan SADARI

Gambar 1.6 Langkah-langkah SADARI

Sumber : (Kemenkes RI, 2015; h. 69).


a) Bercermin dengan kedua tangan di pinggang
b) Angkat kedua tangan cermati setiap perubahan pada payudara
c) Pencet puting, perhatikan cairan yang keluar
d) Pijatlah payudara sambil berbaring
e) Pijatlah payudara saat mandi
Beberapa cara deteksi dini kanker payudara antara lain, Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI), Mammografi, USG, Biopsi tanpa
pembedahan, pemeriksaan klinis payudara oleh dokter (Purwanto,
2010; h. 6). Masalah utama terjadinya kanker payudara adalah
ketidakteraturan dan jarang sekali dilakukan SADARI dengan benar.
Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua wanita dimulai sejak
usia subur, sebab 85% kelainan di payudara justru ditemukan
28

pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan


massal. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi
(hari ke-10 dari awal menstruasi), pemeriksaan dilakukan setiap
bulan sejak umur 20 tahun (Rasjidi, 2010). Menurut Mikail (2011;h.
7), SADARI sangat efektif sampai dengan 90% dalam mendeteksi
kanker payudara termasuk pada wanita usia subur.
8. Informasi tentang Gangguan dalam Kehidupan Seksual Suami Istri
Kehidupan seksual suami dan istri adalah suatu hubungan yang dibina
oleh suami dan istri, dimana masing-masing pihak dapat memperlihatkan
bentuk kasih sayang cintanya lewat sebuah tindakan pribadi yang dilakukan
berdua.
Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa memiliki dorongan untuk
melakukan hubungan seksual terutama bagi mereka yang menikah dan telah
hidup bersama setiap hari. Namun ada kalanya dorongan seksual tersebut
terganggu oleh beberapa hal.
Gangguan seksual dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau
kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik.
Faktor fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada
tidaknya pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh.
Sementara faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, serta suasana hubungan
yang pribadi atau kadar cinta dengan pasangan.
Gangguan seksual dapat terjadi pada suami (laki-laki) ataupun istri
(perempuan). Oleh karena itu, kehidupan seksual dalam rumah tangga tidak
boleh berpihak hanya kepada satu orang saja, tetapi harus dapat
dikomunikasikan apa yang menjadi kebutuhan seksual dari masing-masing
pihak, apa yang disukai dan apa yang tidak disukai, sehingga ketika kegiatan
seksual itu dilaksanakan, pihak suami atau istri sama-sama mengetahui apa
yang bisa dan apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Tujuannya adalah
agar kedua belah pihak sama-sama puas. (Kemenkes RI, 2015; h. 70-71).
a. Gangguan Seksual pada Perempuan
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
2) Gangguan bangkitan seksual, yaitu vagina yang kurang mengeluarkan
cairan meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.
3) Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
29

Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual. (Kemenkes RI, 2015; h. 71).
b. Ganggian Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
(Kemenkes RI, 2015; h. 71).
c. Mencegah Gangguan Seksual
1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina
bersama pasangan.
2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing
pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang
tidak mereka suka.
3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi faktor
pendukung untuk membangkitkan gairah dari masing-masing pasangan.
4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola
makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan berkurang
sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan
hubungan seksual akan berkurang.
5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan membahayakan
fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan konsumsi obat
yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek jangka panjang
terjangkit penyakit.
6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama
pasangan.
8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
(Kemenkes RI, 2015; h. 72).
9. Mitos pada Perkawinan
Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap benar
oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik secara
30

langsung maupun lewat catatan sejarah. Umumnya mitos-mitos tersebut sudah


berakar dan hidup subur di masyarakat. Perlu dipikirkan bahwa mitos-mitos
terkadang timbul karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan. Terutama dalam
sebuah perkawinan, mitos tidak selalu harus dipercaya dan harus diuji
kebenarannya. (Kemenkes RI, 2015; h. 73).
a. Contoh mitos 1 : Hubungan seks pertama kali selalu ditandai dengan
keluarnya darah dari vagina.
Faktanya adalah : darah yang keluar dari vagina setelah berhubungan
pertama kali timbul karena terjadinya peradangan dan perobekan pada
selaput dara. Selaput dara ini merupakan selaput yang juga memiliki
pembuluh darah. Apabila terjadi robekan pada bagian yang terdapat
pembuluh darah maka terjadi perdarahan, apabila terjadi robekan tetapi
tidak mengenai pembuluh darah maka pendarahan tidak terjadi.
b. Contoh mitos 2 : Hubungan seks pada saat hamil dapat menyebabkan turun
peranakan (prolaps uteri). Prolapsus uteri adalah penurunan sebagian atau
seluruhnya bagian kandungan ke vagina.
Faktanya adalah : Lima faktor yang sering menimbulkan prolapsus uteri
yaitu :
1) Kawin terlalu muda dan kehamilan dini
2) Banyak melahirkan (lebih dari empat kali)
3) Malnutrisi / kurang gizi
4) Pada saat melahirkan, mengejan sebelum leher rahim terbuka sempurna
5) Membawa barang terlalu berat dan kurang istirahat pada waktu hamil dan
setelah melahirkan
c. Contoh mitos 3 : Hubungan seks harus sering agar bayi dalam rahim subur
dan sehat. Alasannya, dengan melakukan hubungan seksual maka bayi
mendapat siraman sperma sehingga bertumbuh subur dan menjadi bayi yang
normal dan sehat. Maka tidak sedikit pasangan suami istri yang berupaya
agar sering melakukan hubungan seksual selama hamil dengan tujuan agar
sang bayi normal dan sehat.
Faktanya adalah : Tidak ada hubungan lagi antara sperma dengan bayi yang
ada di dalam rahim. Tidak ada hubungan pula antara sperma dan
pertumbuhan bayi.
Jadi subur dan sehatnya bayi di dalam rahim tidak dipengaruhi oleh ada
tidaknya sperma yang masuk ke dalam rahim selama kehamilan. Yang benar
31

adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur


berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi.
d. Contoh mitos 4 : Konon kalau posisi laki-laki ketika melakukan hubungan
seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki
yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi
kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan.
Faktanya : Tentu saja informasi ini salah dan sangat tidak rasional, karena
jenis kelamin bayi tidak ditentukan oleh posisi laki-laki ketika berhubungan
seksual. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang
berhasil membuahi sel telur.
Kalau spermatozoa dengan kandungan kromosom X yang membuahi sel
telur, maka akan terbentuk bayi perempuan. Kalau spermatozoa dengan
kromosom Y yang membuahi sel telur, akan terbentuk bayi laki-laki. Tetapi
ternyata tidak sedikit orang yang mempercayai mitos itu dan melakukannya.

B. Tinjauan Teori Asuhan Pranikah


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien Asuhan
kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut
membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam suatu situasi
(Verney, 2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. Menurut Varney
(2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut sebagai berikut:

a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)


32

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan
(Varney, 2012).
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012).
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.

3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan


33

a. Data Subyektif (S)


Maksud pertanyaan ini adalah untuk identifikasi (mengenal) penderita dan
menetukan status sosial ekonominya yang harus diketahui, misalnya untuk
menetukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan.(Hani
dkk,2010:87)
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan
nama panggilan sehngga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih akrab. (Sulistyawati&Nugraheny, 2013)
2) Umur
Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam kehamilan
yang berisiko atau tidak. Usia dibawah 16 tahun dan diatas 35 tahun
merupakan umur-umur yang berisiko tinggi untuk hamil. Umur yang
baik untuk kehamilan maupun persalinan adalah 19-25 tahun. (Walyani,
2015; h. 112).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa. (Ambarwati, &Wulandari 2009 :
132).
4) Pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Ambarwati&Wulandari, 2010 : 132).
5) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui pekerjaan ibu, gunanya untuk mengetahui
dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati&Wulandari,
2010 : 132).
6) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adapt istirahat atau kebiasaan sehari-hari.
(Ambarwati&Wulandari, 2010 : 132).

7) Alamat
34

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.


(Ambarwati&Wulandari, 2010 : 132).
8) Alasan Datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang diungkapkan
dengan kata-katanya sendiri. (Hani dkk,2010:87)
9) Keluhan Utama  
Sadar atau tidak akan memungkinkan hamil, apakah semata-mata
ingin periksa hamil atau ada keluhan/masalah lain yang dirasakan.
(Walyani, 2015; h. 80).
10) Riwayat Kesehatan
Bidan perlu mengkaji riwayat kesehatan dahulu pada pasien, hal ini
dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit menurun dan
menular meliputi hipertensi, diabetes millitus, jantung, asma, TBC dan
riwayat penyakit lainnya.Dilakukan pengkajian terhadap riwayat
penyakit ibu misalnya pada penyakit hipertensi, ibu hamil dengan
tekanan darah tinggi beresiko terkena preeklamsi.Riwayat penyakit
asma dalam kehamilan dapat membahayakan ibu dan janin.
Peningkatan kadar esterogen berpengaruh secara langsung pada
pernafasan, menyebabkan ligamentum pada kerangka iga berelaksasi
sehingga rongga dada meningkat (Walyani, 2015; h. 120-121).
11) Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
1. Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun.
(Sulistyawati, 2009: 167). Hal ini dipengaruhi oleh keturunan,
keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim, dan keadaan
umum. (Walyani, Elisabeth, 2015: 114)
2. Siklus haid
Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan
haid berikutnya, dalam hitungan hari.Biasanya sekitar 23-32
hari. (Sulistyawati, 2009: 167). Siklus normal haid biasanya 28
hari.(Walyani, Elisabeth, 2015: 114)

3. Lamanya
35

Lamanya haid yang noral adalah ± 7 hari.Apabila sudah


mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan
adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
(Walyani, Elisabeth, 2015: 114)
4. Volume/Banyaknya
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang
dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria
banyak, sedang, dan sedikit.Biasanya untuk menggali lebih
dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam
sehari. (Sulistyawati, 2009: 167 ). Normalnya yaitu 2 kali ganti
pembalut dalam sehari.Apabila darahnya terlalu berlebih, itu
berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah
haid. (Walyani, Elisabeth, 2015: 114)
5. Dismenorea
Nyeri haid ditanyakan untuk mengetahui apakah klien
menderitanya atau tidak ditiap haidnya.Nyeri haid juga
menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu hebat
seingga menimbulkan nyeri haid. (Walyani, Elisabeth, 2015:
114)
6. Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari
liang senggama secara berlebihan. Leukorea normal dapat
terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada
sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi, juga terjadi
melalui rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi
pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahi, rahim dan jaringan penyangganya, dan
pada infeksi penyakit hubungan kelamin). (Walyani, Elisabeth,
2015: 120)
2) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT yang
telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013; h. 29 - 30).
Berikut ini jadwal pemberian imunisasi yang sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT.
36

Tabel 1.1 Jadwal pemberian imunisasi TT


Pernah Pemberian Dengan Selang Waktu Minimal
1 kali TT2, 4 minggu setelah TT1
2 kali TT3, 6 bulan setelah TT2
3 kali TT4, 1 tahun setelah TT3
4 kali TT5, 1 tahun setelah TT4
5 kali Tidak perlu lagi
Sumber : (Kemenkes RI, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rika tahun 2018
tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Dukungan
Keluarga tentang Imunisasi TT pada Calon Pengantin dengan
Kepedulian Melakukan Imunisasi bahwa hasil dari uji statistik untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan responden dengan
kepedulian melakukan imunisasi TT di KUA Balikpapan Utara
Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan Tahun 2018
menggunakan uji ChiSquare dengan tingkat probabilitas α : 0,05.
Setelah mengolah data ternyata terdapat 0 sel (8,17%) dengan
frekuensi harapan < 5, sehingga dianalisis menggunakan continuity
correction didapatkan nilai p value= 0,001 lebih kecil dari nilai α
(0,05). Berdasarkan kriteria penolakan Ho, maka Ho ditolak artinya
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang imunisasi TT pada
calon pengantin dengan kepedulian melakukan imunisasi di KUA
Balikpapan Utara Kelurahan Gunung Samarinda Kota Balikpapan
Tahun 2018.
12) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan
menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2008).
13) Pola Pemenuhan Nutrisi Sehari – Hari
a. Pola Nutrisi
Hal ini perlu dilakukan pengkajian supaya dapat mengetahui
bagaimana ibu mencukupi asupan gizi dan asupan cairan selama
kehamilan. Apabila ditemukan data yang tidak sesuai dengan
standar pemenuhan, maka akan diberikan pendidikan kesehatan
(Sulistyawati, 2009; h. 169).
b. Pola Eliminasi
Bidan melakukan pengkajian tentang pola eliminasi hal ini
cenderung kepada keluhan yang sering dirasakan pada ibu hamil.
Konstipasi dan sering buang air kecil merupakan keluhan utama
37

yang dirasakan ibu selama masa kehamilan khsusunya pada


kehamilan trimester I dan III. Konstipasi terjadi karena adanya
pengaruh hormon progesteron yang menyebabkan efek rileks
terhadap otot polos, salah satunya adalah usus.Selain itu, desakan
karena pembesaran uterus yang diikuti dengan perkembangan
janin juga dapat mempengaruhi konstipasi (Sulistyawati, 2009; h.
119).
c. Pola Hygiene
Perlu dikaji untuk menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
ibu misalnya mandi, keramas, ganti baju dan celana dalam serta
kebiasaan memotong kuku (Sulistyawati, 2009; h. 171).
d. Pola Seksual
Perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali frekuensi klien
melakukan hubungan seksual dalam satu minggu dan apakah
pasien mengalami gangguan ketika melakukan hubungan seksual,
misalnya nyeri saat berhubungan seksual, adanya ketidakpuasan
suami, kurangnya keinginan untuk berhubungan seksual dan
lainnya (Sulistyawati, 2009; h.172).
e. Pola istirahat/tidur
Pola Istirahat dan tidur pada ibu hamil perlu dikaji, karena
mengingat wanita hamil memerlukan istirahat yang cukup untuk
menjaga kehamilannya. Pola tidur ibu hamil malam hari yaitu
minimal 8 jam, ibu hamil sangat dianjurkan untuk istirahat/tidur
siang (Walyani, 2015; h. 127).
f. Aktifitas Fisik dan Olah Raga
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/aktivitas fisik biasa
selama tidak terlalu melelahkan.Ibu hamil boleh melakukan
kegiatan fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan.Ibu hamil
tidak dianjurkan untuk mengangkat beban berat, kelelahan, serta
olahraga berat.Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan senam
hamil (Walyani, 2015; h. 125).
g. Pola Hidup Sehat
Gaya hidup seperti perokok, mengonsumsi obat-obatan,
alkohol adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu dan
bayinya.Semua benda tersebut dapat teserap dalam darah ibu
38

kemudian terserap dalam darah bayi melalui sistem sirkulasi


plasenta selama kehamilan. (Walyani. 2015; h.128)
h. Keadaan psikososial
Hal ini perlu dilakukan pengkajian untuk kenyamanan
psikologis ibu. Adanya respon positif dari keluarga terhadap
kehamilan akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam
menerima perannya. Selain itu adat setempat yang dianut juga
penting untuk dikaji, hal tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pendekatan terhadap keluarga pasien dan secara bertahap
mengklarifikasikan mengenai hubungan adat tersebut dengan
kesehatan (Sulistyawati, 2009;h. 173-4).
b. Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik
pasien,pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
1) Keadaaan Umum
Baik jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan. (Sulistyawati, 2009 : 175)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak
dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009 : 175)
3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah diastolik merupakan puncak tekanan di dalam
arteri dan bergantung pada tahanan perifer. Perbedaan tekanan
sistolik dan diastolik adalah tekanan nadi. Tekanan darah pada
lengan kanan biasanya 5-10 mmHg lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan darah pada lengan kiri. Sedangkan tekanan darah di
tungkai biasanya 15-20 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan
tekanan darah pada lengan. (Mandriwati, 2008:39)
39

b) Nadi : Denyut nadi normal yaitu 60-100 x/menit. (Walyani, 2015; h.


81).
c) Pernafasan
Dalam keadaan istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar
12-20 kali dalam 1 menit. (Mandriwati, 2008:67)
d) Suhu
Normalnya sekitar 36 – 37,5OC. (Prawirohardjo, 2012; h. 207).
4) Berat Badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil,
dihitung mulai trimester I sampai trimester III yang berkisar antara 9-
13,5 kg. (Mandriawati, 2008:33)
Hal ini dapat digunakan untuk melihat apakah ibu dalam keadaan
normal atau tidak. Hasil IMT yang diperoleh melalui pengukuran berat
badan dikatakan normal apabila IMT 19,8-26. Indeks masa tubuh
dihitung menggunakan rumus (Walyani, 2015; h. 58).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asih (2014)


menyimpulkan bahwa ada hubungan antara IMT dengan kejadian BBLR,
dengan responden yang kenaikan IMT tidak normal berisiko melahirkan
bayi BBLR. Pertumbuhan janin dan berat anak yang akan dilahirkan
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, baik sebelum dan selama hamil.
Status gizi sebelum hamil dapat ditentukan oleh IMT. Status gizi baik
pada ibu sebelum hamil menggambarkan ketersediaan cadangan zat gizi
dalam tubuh ibu yang siap untuk mendukung pertumbuhan janin pada
awal kehamilan.
5) Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko bagi ibu
hamil/ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan
sang ibu memiliki panggul sempit. Tujuan pemeriksaan tinggi badan
adalah untuk mengetahui tinggi badan ibu sehingga bisa mendeteksi
faktor resiko.Faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
dengan tinggi badan adalah keadaan rongga panggul.Sering dijumpai
pada ibu yang pendek, rongga panggulnya sempit.Ada juga ibu hamil
yang pendek tapi rongga panggulnya normal. (Mandriwati, 2008:39)
6) LILA     
40

Tujuan pemeriksaan LILA adalah untuk mengetahui ukuran lingkar


lengan atas untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya 23,5-25
cm, bila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), sedangkan bila LILA di atas 25 cm,
indikasi adanya janin besar karena obesitas. (Mandriwati, 2008:113)
7) Status Present
Pada tahap ini bidan melakukan pemeriksaan head to toe pada pasien
meliputi pemeriksaan kepala, muka, mata, hidung, Telinga, mulut, leher,
mammae, ketiak, genetalia, anus, dan ekstremitas (Sulistyawati, 2009; h.
152).
a) Kepala : untuk mengetahui kebersihan kepala (Mandriwati,
2008; h. 73).
b) Telinga : dikaji telinga (kebersihan, gangguan pendengaran).
(Sulisyawati, 2009: 175-176)
c) Mata : untuk mengetahui perubahan warna konjungtiva
untuk memprediksi adanya anemia dan ikterus
sklera mata (Mandriwati, 2008; h. 73)
d) Hidung : dikaji hidung (kebersihan, polip dan alergi debu).
(Sulisyawati, 2009: 175)
e) Mulut : dikaji bibir (warna dan integritas jaringan seperti
lembab / kering ), lidah (warna, kebersihan), gigi
(kebersihan, karies, gangguan pada mulut).
(Sulisyawati, 2009: 175-176)
f) Leher : misalnya pembesaran kelenjar thyroid, pembesaran
kelenjar limfe dan pembesaran vena jugularis
(Mandriwati, 2008; h. 73)
g) Ketiak : dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar
limfe. (Mandriwati, 2008:75) Dikaji ketiak (tidak
ada benjolan). (Saminem, 2009: 85)
h) Dada : dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan
keimetrisan payudara, bunyi/denyut jantung,
ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi).
(Sulisyawati, 2009:176)
i) Ekstremitas
Atas : gangguan/kelainan,bentuk
Bawah : bentuk, oedema, dan varises. (Sulisyawati,
2009:177)
j) Genetalia : lihat adanya tukak/luka, varises, cairan (warna,
41

eksterna konsistensi, jumlah,bau), Dengan mengurut uretra


dan skene : adakah cairan atau nanah, Kelenjar
Bartholini adakah: pembengkakan, massa, atau
kista, dan cairan. (Hani,Ummi, dkk, 2010:93)
k) Anus : dikaji ada /tidaknya hemoroid dan kebersihan.
(Sulisyawati, 2009 : 177).

8) Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan
pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia
seseorang. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau
lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan
di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang
direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya
penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan
harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi
zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah
kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia
(Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria
(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma,
rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan
HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
42

Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes


dapat mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic
ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan
libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi
orgasme, dan dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan
erat dengan komplikasi selama kehamilan seperti
meningkatnya kebutuhan seksio sesarea, meningkatnya risiko
ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria, serta
meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia,
hipoglikemia, neonatus, dan ikterus neonatorum)
(Kurniawan, 2016).
(b) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan
oleh virus hepatitis B, ditandai dengan peradangan hati akut
atau menahun yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis
(pengerasan hati) atau kanker hati. Gejala hepatitis B adalah
terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada kulit, mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan
demam. Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya abortus, premature, dan IUFD.
Dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi dan menghindari
hal-hal yang menularkan hepatitis B (Kemenkes, 2017). Cara
penularan hepatitis B melalui darah atau cairan tubuh yang
terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum suntik bersama, dan proses penularan
dapat ditularkan dari ibu hamil penderita hepatitis B ke
janinnya.
(c) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV II). Dapat ditularkan melalui:
Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih
43

dan tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang,


Penularan dari ibu ke janin, kotoran yang terinfeksi virus
TORCH (kucing, anjing, kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan
risiko keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada
syaraf, mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi
motoric.
(d) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit yang tergolong dalam IMS
seperti sifilis,gonorea, klamidia, kondiloma akuminata,
herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-lain.
Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada
perempuan: Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau,
berwarna, dan gatal, gatal di sekitar vagina dan anus, adanya
benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau
anus, nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi
tidak berhubungan dengan menstruasi, keluar darah setelah
berhubungan seksual, demam. Sedangkan gejala umum
infeksi menular seksual pada laki-laki: kencing bernanah,
sakit, perih atau panas ppada saat kencing, adanya bintil atau
kulit luka atau koreng sekitar penis dan selangkangan paha,
pembengkakan dan sakit di buah zakar, gatal di sekitar alat
kelamin, demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi
kesehatan menurun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul,
keguguran, hamil di luar kandungan, cacar bawaan janin,
kelainan penglihatan, kelainan syaraf, kanker serviks, dan
kanker organ seksual lainnya.
c. Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa merupakan
pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah
44

kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut ini:


diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan
segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi, dan tindakan merujuk klien.
1) Diagnosa Kebidanan : Ny... umur... tahun G... P... A... hamil... minggu
janin tunggal hidup intraterin, punggung kanan atau kiri, presentasi
kepala, sudah atau belum masuk PAP (Sulistyawati, 2009;h. 177).
2) Masalah : sering berhubungan dengan bagaimana ibu hamil mengalami
kenyataan terhadap diagnosanya contohnya yaitu ketidaknyamanan,
kekhawatiran, kecemasan dll (Sulistyawati, 2009;h. 178).
3) Identifikasi Diagnosis atau Diagnosa Potensial : Diagnosa potensial
diambil berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat diabaikan
(Sulistyawati, 2009;h. 181).
4) Kebutuhan Tindakan Segera : Dalam keadaan normal, langkah ini dapat
diabaikan (Sulistyawati, 2009; h.180).
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan
interpretasi data.P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Mow
    LP Mow
    Dokumen27 halaman
    LP Mow
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Iud
    LP Iud
    Dokumen24 halaman
    LP Iud
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Keluarga
    LP Keluarga
    Dokumen27 halaman
    LP Keluarga
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Materi Puting Susu Lecet
    Materi Puting Susu Lecet
    Dokumen7 halaman
    Materi Puting Susu Lecet
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LP Neo
    LP Neo
    Dokumen18 halaman
    LP Neo
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep KMB
    Askep KMB
    Dokumen24 halaman
    Askep KMB
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Ebp Kelompok
    Askep Ebp Kelompok
    Dokumen20 halaman
    Askep Ebp Kelompok
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    Dokumen12 halaman
    LAPORAN KASUS BBLR Ny. S 2
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Meningioma Jdi
    Askep Meningioma Jdi
    Dokumen21 halaman
    Askep Meningioma Jdi
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Dokumen26 halaman
    Laporan Kegiatan Praktik Orientasi Kerja
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • BAB III SPEOS Revisi 5
    BAB III SPEOS Revisi 5
    Dokumen12 halaman
    BAB III SPEOS Revisi 5
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Ebp Kelompok Perina
    Ebp Kelompok Perina
    Dokumen18 halaman
    Ebp Kelompok Perina
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Askep Bayi Nutrisi
    Askep Bayi Nutrisi
    Dokumen29 halaman
    Askep Bayi Nutrisi
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • L7. Sop Nifas Normal
    L7. Sop Nifas Normal
    Dokumen6 halaman
    L7. Sop Nifas Normal
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Muslikah Ida Mugi Rahayu
    Belum ada peringkat