1
2
d) Uterus (rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah pir dan
berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim
kurang lebih sebesar telur ayam kampung, dindingnya tediri dari:
(1) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
(2) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
(3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah
e) Serviks (leher rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat persalinan
tiba, leher rahin membuka sehingga bayi dapat keluar.
(Kemenkes RI, 2015; h. 16)
f) Vagina (liang senggama)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter depan
± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan
berlipat lipat. Fungsinya sebagai tempat penis berada saat
bersanggama, tempat keluarnya menstruasi dan bayi.
g) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan dibanding
dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan yang lain. Klitoris
banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
h) Labia (bibir kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar(labia mayor) dan bibir kecil
(labia minor).
(Kemenkes RI, 2015; h. 17)
5
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi
antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual.
sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat
kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan
jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba,
2009; h. 56).
2) Etiologi
a) Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang
menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa
warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal
pada kemaluan. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya terjadi pada saat kehamilan, penyakit kencing
manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi
pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat
Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya
yang menderita penyakit tersebut.
b) Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan
seks ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam-
meninjam pakaian dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat
kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir.
Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina
nyeri bila ditekan.
c) Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial
vaginosis. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu.
Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa
jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin seperti
sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud.
d) Virus
9
c) Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga
sepuluh hari dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh
hormone yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
d) Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum
masa pubertas. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
e) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan
f) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan
Menurut penelitian Nikmah (2018; h. 4) Keputihan yang
terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran
untuk menjaga kesehatan terutama kesehatan organ genitalianya.
Selain itu, keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah
sekitar vagina, bisa terjadi akibat pH vagina tidak seimbang.
Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain
kurangnya personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan
penggunaan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia.
Sejalan dengan penelitian Delita, Krisna dkk (2019; h. 5)
mengatakan bahwa hasil uji statistik chi-square didapatkan p value =
0,000 lebih kecil dari 0,05, maka menunjukkan bahwa ada hubungan
secara parsial antara personal hygine terhadap kejadian flour albus
(keputihan) pada siswi SMA Negeri 5 Prabumulih tahun 2019.
Dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara personal hygine terhadap kejadian keputihan dan sudah terbukti
secara statistik. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti
berasumsi bahwa siswi yang melakukan personal hygine buruk seperti
jarang mengganti pakaian dalam, jarang mengganti pembalut pada
saat menstruasi, cara mencuci kemaluan yang salah, menggunakan
pakaian dalam yang berbahan nylon dan sering menggunakan cairan
sabun pembersih vagina. Hal inilah yang menyebabkan adanya bakteri
jahat dan jamur masuk kedalam vagina sehingga menyebabkan
keputihan.
Sedangkan menurut penelitian Paryono (2016; h.3)
mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukan dari perhitungan
statistik didapatkan p: 0,000 yang artinya ada perbedaan tanda gejala
11
kondisi kesehatan secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta
akan dapat memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa
kehamilan (Susilowati, dkk. 2016 dalam Doloksaribu, dkk. 2019).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi status gizi wanita pranikah sebelum
kehamilan. Pengetahuan mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan
kecukupan gizi seseorang. Tingkat pengetahuan akan mendorong seseorang
memiliki kemampuan yang optimal berupa pengetahuan dan sikap. Upaya
peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan
kesehatan atau konseling tentang pendidikan gizi pra nikah (Fauziyah 2012
dalam Doloksaribu, dkk. 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Doloksaribu, dkk. 2019), konseling
yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam waktu satu minggu
memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap wanita pranikah tentang gizi prakonsepsi di kecamatan
Batang Kuis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pramantya (2012; h. 4) memberikan
hasil bahwa terdapat pengaruh dari citra tubuh terhadap asupan makan yang
menyebabkan terciptanya hubungan yang berkebalikan antara asupan makan
dengan status gizi. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa pada
kelompok subjek yang tidak puas, rata-rata asupan makannya lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok subjek yang puas. Responden yang tidak puas
terhadap citra tubuhnya cenderung memiliki status gizi lebih, sehingga pada
kelompok subjek dengan status gizi lebih rata-rata asupan makannya malah
cenderung lebih rendah. Pengambilan data mengenai citra tubuh dan asupan
makan memiliki kerangka waktu (time frame) yang sama yaitu dalam 1 bulan
terakhir, sehingga pengaruh faktor pencitraan tubuh terhadap asupan makan
dapat terjadi. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya menekankan
pentingnya status gizi yang baik untuk mempersiapkan kehamilan di masa yang
akan datang. (Kemenkes RI, 2015; h. 20)
5. Informasi Tentang Kehamilan, Pencegahan Komplikasi, Persalinan dan Pasca
Salin
a. Kehamilan
Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik. Namun ada kalanya berbagai faktor
13
e. Proses Kehamilan
Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita, saat
terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu
sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu
12-48 jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan
satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk
menghasilkan sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta
sel sperma (spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui
saluran telur untuk mencari sel telur yang akan di buahi dan pada
akhirnya hanya satu sel sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur
(Manuaba, 2010; h. 43).
f. Menjaga Kehamilan
Ibu hamil dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa
selama tidak ditemukan adanya keluhan atau kelainan dan
memperhatikan istirahat yang cukup. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu hamil adalah :
1) Jangan kelelahan dan mengangkat benda berat
2) Berbaring selama 1 jam pada siang hari, usahakan kaki lebih tinggi
dari perut
3) Tidur cukup (9 - 10 jam)
4) Tidur terlentang pada saat hamil muda, tidur miring pada kehamilan
lanjut
5) Berpakaian longgar yang menyerap keringat
6) Memakai kutang yang dapat menahan payudara yang membesar serta
memakai alas kaki bertumit rendah.
7) Posisi hubungan seks perlu diatur agar tidak menekan perut Ibu
8) Beraktivitas fisik dengan berjalan kaki selama 30-60 menit tiap hari
atau berolahraga ringan seperti senam hamil dilakukan dengan hati-
hati dan seksama
9) Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit menular dan
orang yang merokok
10) Pemakaian obat harus sesuai dengan petunjuk dokter
11) Makan bergizi seimbang termasuk sayur dan buah 3-5 porsi sehari
(Kemenkes RI, 2015; h. 34)
18
Kondilom
a
Konjungtivis akuminata
is gonore
Gambar 2.5 Jenis-jenis IMS
Gonore
Sifilis
Herpes
Geneta
lia
bening lainnya.
b) Melalui pembuluh darah menuju paru-paru sehingga
menimbulkan gejala batuk kadang sampai batuk berdarah dan
nyeri dada.
c) Penyebaran langsung ke daerah sekitar vagina.
(Kemenkes RI, 2015; h. 65-66).
3) Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
Kematian pada kasus kanker leher rahim terjadi karena
sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam
stadium lanjut. Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada
stadium dini, kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan
sampai hampir 100%. kuncinya adalah deteksi dini. Deteksi dini
kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Papsmear dan Tes
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan
usia 30, 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat
dilakukan 5 tahun sekali. Deteksi dini kaker leher rahim dapat
dilakukan di Bidan / Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit.
Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak
memiliki gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya yaitu pendarahan
pasca senggama, pendarahan tidak normal dari vagina mulai
bercak-bercak hingga menggumpal disertai bau busuk, keputihan
berbau busuk, nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air
besar
(Kemenkes RI, 2015; h. 66-67).
b. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Kanker payudara adalah kanker terbesar kedua yang berisiko diderita
oleh perempuan setelah kanker leher rahim. Sampai saat ini, penyebab
pasti kanker payudara belum dapat diketahui. Tetapi dapat dipastikan
beberapa penyebab terjadinya kanker payudara. (Kemenkes RI, 2015; h.
68)
1) Faktor Risiko Kanker Payudara
a) Perempuan yang merokok atau sering terkena/menghisap asap rokok
(perokok pasif)
27
Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap
aktivitas seksual. (Kemenkes RI, 2015; h. 71).
b. Ganggian Seksual pada Laki-laki
1) Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
2) Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
3) Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
4) Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.
(Kemenkes RI, 2015; h. 71).
c. Mencegah Gangguan Seksual
1) Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina
bersama pasangan.
2) Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya. Masing- masing
pasangan berhak tahu mana hal yang mereka suka dan mana hal yang
tidak mereka suka.
3) Jaga kesehatan tubuh dan jiwa. Bentuk tubuh yang ideal menjadi faktor
pendukung untuk membangkitkan gairah dari masing-masing pasangan.
4) Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola
makan tidak baik, dan tidak berolahraga. Stamina akan berkurang
sehingga akan cepat lelah. Akibatnya, keinginan untuk melakukan
hubungan seksual akan berkurang.
5) Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya. Meminum obat yang tidak jelas hanya akan membahayakan
fungsi organ tubuh lain seperti hati dan ginjal. Bahkan konsumsi obat
yang kandungannya tidak jelas dapat memberikan efek jangka panjang
terjangkit penyakit.
6) Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi
7) Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama
pasangan.
8) Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.
(Kemenkes RI, 2015; h. 72).
9. Mitos pada Perkawinan
Mitos adalah sesuatu yang belum tentu benar tetapi sudah dianggap benar
oleh masyarakat. Biasanya mitos didapat secara turun- temurun baik secara
30
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan
(Varney, 2012).
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012).
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus
dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.
7) Alamat
34
3. Lamanya
35
8) Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis,
terdiri atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan
pemeriksaan urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia
seseorang. Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau
lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut kriteria WHO
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan
di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO yang
direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada
wanita. Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada
penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya
penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan
harus dicari penyebabnya (Oehadian, 2012). Anemia defisiensi
zat besi dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah
kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia
(Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria
(daerah endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma,
rubella, ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan
HIV, serta pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
(a) Pemeriksaan gula darah
42