Anda di halaman 1dari 12

Matakuliah DOSEN PENGAMPU

Sosiologi Islam Dr. Alfizar, M. Si

Konsep Kerukunan Dalam Islam

OLEH

Kelompok 12

Dian Ayu Gustina Putri (11730323254)

M. Hafis Almagriby (11733100934)

Wahyu Nining Agustina (11730323614)

SAA VI A

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU 2020/1441
Kata pengantar

Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH
SWT yang masih memberikan keberkahan umur, kesehatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah sosiologi islam yang berjudul
“Konsep Kerukunan Dalam Islam ” dengan tepat waktu.

Penulis telah menyelesaikan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas


yang di berikan. Namun, karena keterbatasan ilmu pengetahuan penulis dalam
menyusun makalah ini sehingga masih terdapat banyak kesalahan. Untuk itu
penulis menerima saran dan kritik guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan
isi dari makalah ini.
Demikianlah, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah ilmu pengetahuan kepada para pembaca nya terutama untuk
penulis.

Penulis

30 April 2020

i
Daftar isi
Kata pengantar ........................................................................................ i

Daftar isi .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. latar belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kerukunan Dalam Islam .................................. 2
1. Pengertian Kerukunan Dalam Islam ............................................... 2
2. Pengertian Toleransi Dalam Islam.................................................. 2
B. Bentuk Kerukunan Dan Toleransi .................................................. 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................ 8

Daftar Kepustakaan

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang pluralistis dan ini merupakan


kenyataan yang tidak bisa dihindari. Keragaman ini diakui dalam konstitusi yang menjamin
para pemeluk agama berbeda untuk melaksanakan ajaran sesuai dengan keyakinan masing-
masing. Namun, keragaman kepenganutan agama dan budaya bisa menjadi bencana yang
mengandung potensi konflik. Sebagai kenyataan sosial, pluralitas agama ini tak jarang
menjadi problem, dimana agama di satu sisi dianggap sebagai hak pribadi yang otonom,
namun di sisi lain hak ini memiliki implikasi sosial yang kompleks dalam kehidupan
masyarakat. Masing- masing penganut agama meyakini bahwa ajaran dan nilai-nilai yang
dianutnya (claim of truth) harus diwartakan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Dalam konteks ini, agama seringkali menjadi potensi konflik dalam kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, maka yang menjadi problem paling besar dalam
kehidupan beragama dewasa ini adalah “bagaimana teologi dari suatu agama mendefinisikan
diri di tengah agama-agama lain?” Tulisan ini ingin menggali basis kesadaran teologis dalam
beragama yang salah satunya didasarkan atas prinsip toleransi (tasa>muh}). Ia berangkat dari
postulat bahwa untuk memelihara keragaman keyakinan beragama dalam konteks kerukunan,
diperlukan suasana saling pengertian dan saling menghormati di antara berbagai penganut
agama. Salah satu cara untuk sampai pada suasana “rukun”, saling pengertian dan
menghormati itu adalah melalui upaya memahami doktrin yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip beragama dengan keyakinan agama yang berbeda.

B. rumusan masalah
1. Apa pengertian kerukunan dan toleransi menurut islam?
2. Bagaimana bentuk kerukunan dan toleransi dalam islam?
3. Apakah tujuan dari kerukunan dan toleransi dalam islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kerukunan dan toleransi menurut islam
2. Untuk mengetahui bentuk kerukunan dan toleransi dalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan dari kerukunan dan toleransi dalam islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Kerukunan Dalam Islam


1. pengertian kerukunan

Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun adalah perihal
keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong menolong dan persahabatan.
Sedangkan rukun a-ajektiva berarti:

a) baik dan damai, tidak bertentangan: kita hendaknya hidup rukun dengan tetangga:
b) bersatu hati, bersepakat: penduduk kampng itu rukun sekali.1

Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab, yakni ruknun
yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan. Dari kata arkaan diperoleh
pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang
berlainan dari setiap unsur tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada
diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan beragama
ialah terjadinya hubungan yang baik antara penganut agama yang satu dengan yang lainnya
dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama, dengan cara saling memelihara, saling menjaga
serta saling menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian atau menyinggung perasaan.2

2. toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “Tolerare” yang berarti bertahan atau
memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”, yang
berarti bersikap menghargai, membiarkan, dan membolehkan yang berbeda atau yang
bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Menurut Siagian toleran diartikan dengan saling

1
WJS. Poerwadarmita,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : balai Pustaka, 1980), hlm.106.
2
Jirhanuddin, Perbandingan Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm.190.

2
3

memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain,
walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.3

Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal”, “tasamuh” yang artinya
membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan saling memudahkan.

Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu :

1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan


2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3. Kelemah lembutan karena kemudahan
4. Muka yang ceria karena kegembiraan
5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan.

Selanjutnya, menurut Salin al-Hilali karakteristik dalam toleransi merupakan:

1. Inti Islam
2. Seutama iman,
3. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq).

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil (mencampur
adukkan antara yang hak dan yang bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh
seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Ali-Imran: 19

                

           

Artinya:“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
3
Ajat Sudrajat, Din Al Islam, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm.138.
4

mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali
Imran: 19)

Toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap menghargai dan menghormati setiap orang yang
berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian, kepercayaan maupun
tingkah laku.

B. Bentuk Kerukunan Dan Toleransi


 Bentuk-Bentuk Kerukunan

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk kerukunan yang terdapat di dalam islam, yaitu:4

1. Buka puasa bersama.


2. Bertetangga yang baik
3. Mengikuti kegiatan keagamaan.
4. Menjaga toleransi antar sesama.
5. Saling memaafkan antar sesama.
6. Menjalankan syariat-syariat agama.
7. Saling tolong-menolong dalam berbuat kebaikan.
8. Saling menjaga silaturahmi antar umat beragama.
9. Menghormati para ulama atau para pemuka agama.
10. Tidak menjadikan konflik sebuah perbedaan antar umat.
11. Menjaga hubungan baik dengan teman yang sama agamanya
12. Menjalin hubungan persaudaraan yang erat antar umat seagama.
13. Mengajak untuk berbuat kebaikan tanpa melalui tindakan kekerasan.
14. Saling mengingatkan untuk selalu taat dalam menjalankan syariat agama.
15. Saling membantu atau gotong royong dalam membangun tempat ibadah.
16. Tidak saling bermusuhan, menghina, dan menjatuhkan sehingga umat seagama tidak
terpecah-belah.
17. Menghormati perbedaan pendapat dalam menentukan hari raya idul fitri maupun hari raya
idul adha
4
https://www.yuksinau.id/kerukunan-umat-beragama-dan-contoh-perilaku/ diakses pasda hari Rabu, 15 April
2020 Jam 19.00 WIB.
5

Adapun kerukunan hidup umat Islam terhadap umat-umat agama lain, seperti termaktub
dalam surat Ali Imran: 64.

                 

              

Artinya: "Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka
Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)"

 Bentuk-Bentuk Toleransi
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari toleransi yaitu :5
1. toleransi agama
Toleransi agama adalah toleransi yang menyangkut keyakinan yang berhubungan dengan
akidah yaitu sikap lapang dada untuk memberi kesempatan pemeluk agama selain Islam
beribadah menurut ketentuan agama yang diyakininya.
2. toleransi sosial
Toleransi sosial yaitu berkaitan dengan toleransi kemasyarakatan yang beragam karena
perbedaan agama dianjurkan untuk menegakkan kedamaian dan melakukan kerjasama dengan
orang-orang yang berlainan agama dalam batas-batas yang telah ditentukan.

5
Lely Nisvilyah , Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
(Studi Kasus Umat Islam Dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto, No. 1, Tahun
MMXIII (Tahun 2013), hlm. 384.
6

Islam adalah agama yang sangat toleran dan menghargai pendapat sesama umat Islam
(intern umat Islam), yang didasari atas ukhuwah Islamiyah. Hal ini sesuai dengan apa yang
diisyaratkan al-Qur’an dalam surat al-Hujurat: 11.

                  

                 

     

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang
memperolok-olokkan).”

Dalam sejarah Islam, sikap menghargai atau kerukunan hidup telah lama dipraktikkan
Nabi Muhammad SAW. Dengan konsep kebersamaannya antara suku di Madinah. Lewat
“Konstitusi Madinah” aturan main antarsuku yang bertikai dicarikan titik temunya tanpa
merugikan eksistensi masing-masing kelompok yang berbedabeda. Tradisi yang baik ini
diikuti pula oleh Khalifah Umar bin Khattab yang mengeluarkan: “Piagam Aelia” yang
mengatur tata hubungan masyarakat Yerusalem.
Dalam Islam tidak dibenarkan memaksakan kebenaran kepada umat agama lain (QS. al-
Baqarah: 256). Ajaran Islam melarang umatnya mempengaruhi siapapun untuk masuk Islam,
apalagi dalam bentuk tekanan-tekanan sosial dan politik. Umar bin K hattab sering
mempengaruhi budaknya, Astiq non Islam untuk menerima Islam. Akan tetapi ketika
budaknya menolak, Umar hanya dapat berucap: La Ikraha Fii Din (tidak ada paksaan dalam
agama Islam).

Islam juga melarang bahasa yang kasar terhadap umat agama lain, sebagaimana tertuang
dalam surat al-An’am/6: 108:
7

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahansembahan yang mereka sembah selain
Allah karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan.”

Sebaliknya Islam tidak melarang menerima pemberian dari umat agama lain selama tidak
mencemarkan akidah. Nabi Muhammad sendiri pernah menerima hadiah dari penguasa Mesir
yang beragama Kristen berupa seorang gadis bernama Maria yang darinya lahir putra beliau,
bernama Ibrahim. Pernah terjadi suatu kasus pada diri seorang sahabat yang biasa
memberikan bantuan kepada seorang non muslim. Ia bermaksud menghentikan bantuan
tersebut dengan tujuan agar non muslim ini memeluk agama Islam.

Ajaran Islam terbagi kapada dua kelompok (surat Ali Imran: 7):

1. Ajaran Islam yang bersifat absolut (almuhkamât), universal, kekal, tidak berubah dan
tidak dapat diubah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dengan teks Arabnya.

2. Ajaran Islam yang bersifat relatif (almutasyâbihât), bisa berubah, bisa diubah, bahkan
kadang-kadang harus diubah karena tidak cocok lagi dengan zaman = hasil ijtihad para
mujtahid dan kewenangan manusia dalam menjabarkannya.

Dengan demikian, menurut pemakalahss dalam ajaran Islam terjadi perbedaan-perbedaan


pendapat. Perbedaan pendapat tersebut bukan dalam hal yang pokok dan ayat tetapi dalam
memahami yang pokok dan ayat. Dengan kata lain, berbeda satu otak umat Islam dengan
otak umat Islam yang lain dalam memahami satu ayat, akan tetapi bukan berbeda ayat.
Dalam konteks ini siapa yang menyalahkan yang salah. Atas dasar itulah intern umat Islam
sangat diharapkan toleransi dalam mengamalkan ajaran Islam.

C. Tujuan kerukunan dan toleransi dalam islam

Adapun tujuan dari kerukunan dan toleransi dalam pandangan Agama Islam adalah
untuk menjaga manusia dari konflik-konflik yang dimungkinkan akan muncul dikarenakan
oleh agama. Sehingga sikap toleransi ini sangat diperlukan dalam kehidupan yang
berdampingan dengan Agama lain untuk mencegah timbulnya perselisihan yang
mengakibatkan banyak kerugian bagi manusia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari, kerukunan dan sikap toleransi sangat lah
diperlukan. Karena untuk saling tolong menolong itu tidak hanya yang seagama
saja, namun dapat terjalin dengan umat agama yang lain. Dalam Agama Islam
sendiri diajarkan untuk bersikap yang baik dengan sesame manusia meskipun
berbeda keyakinan yang dianut. Dengan adanya sikap kerukunan dan toleransi ini,
dapat menjaga manusia dari segala hal yang merugikan dan merusak bumi.

B. Saran
sikap toleransi ini harus di lestarikan manusia untuk menjaga umat dari
pertumpahan darah. Karena pada saat ini banyak terjadi kekerasan dan
pembunuhan.

8
9

Daftar kepustakaan

https://www.yuksinau.id/kerukunan-umat-beragama-dan-contoh-perilaku/ diakses
pada hari Rabu, 15 April 2020 pukul 19.00 WIB.
Jirhanuddin, Perbandingan Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010).
Nisvilyah, Lely,Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Memperkokoh Persatuan
Dan Kesatuan Bangsa (Studi Kasus Umat Islam Dan Kristen Dusun
Segaran Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto, No. 1, Tahun MMXIII
(Tahun 2013), hlm. 384.
Sudrajat, Ajat, Din Al Islam, Yogyakarta: UNY Press, 2008.
WJS. Poerwadarmita, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, jakarta : balai
Pustaka, 1980.

Anda mungkin juga menyukai