Anda di halaman 1dari 22

PENGAMATAN JARINGAN HEWAN

Oleh:

YASHINTA UL KARIMAH

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Setiap makluk hidup tersusun atas jutaan sel. Sel-sel tersebut kemudian terus
membelah dan membentuk jaringan. Pada hewan multiseluler, kumpulan sel-sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringan. Jaringan-jaringan
yang berbeda akan bergabung membentuk organ tubuh, organ-organ tubuh akan
bergabung membentuk sistem organ tubuh. Sistem organ tubuh akhirnya akan
bergabung membentuk organisme (hewan). Pada hewan tingkat tinggi (mamalia),
jaringan dasar dibedakan menjadi empat jenis yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat,
jaringan saraf, dan jaringan otot. (Diastuti, 2009)

Setiap jaringan memiliki fungsinya masing-masing untuk membangun tubuh suatu


organisme. Jaringan terbentuk dari proses diferensiasi sel sel makhluk hidup.
Kemudian sel sel tersebut mengalami proses spesialisasi. Proses diferensiasi adalah
perbanyakan sel melalui fungsi reproduksi sel, sedangkan proses spesialisasi adalah
proses lanjut darinproses diferensiasi sebagai perubahan bentuk dan fungsi. (Bakhtiar,
2011)
Saat ini, telah berkembang ilmu-ilmu yang mempelajari tantang jaringan pada hewan
dan manusia. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut ilmu histologi. Histologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan
menggunakan mikroskop. (Ahmad, 2008).

Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail


menggunakan menggunakan mikroskop. (Ahmad, 2008).

Untuk mengetahui secara lengkap tentang jaringan-jaringan pada hewan maka


dilakukan praktikum tentang pengamatan jaringan hewan. Dan untuk melengkapi
praktikum itu, maka disusun lah laporan praktikum yang berisi hasil praltikum yang
telah dilakukan dan beberapa tinjauan materi yang berkaitan. Adapun tujuan dari
disusunnya laporan ini, selain untuk melengkapi praktikum juga untuk memenuhi
tugas mata kuliah Biologi.

1.2 Tujuan
Praktikum ini memiliki tujuan yaitu untuk:

1. Mengetahui jaringan-jaringan pada hewan

2. Mengetahui fungsi jaringan-jaringan pada hewan


BAB III

METODELOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal Dua Puluh Enam
Oktober Dua Ribu Dua Puluh pada Pukul 15.00 – 17.30 WIB di Laboratorium Biotek
Lantai 3.

2.2 Alat dan Bahan

Alat :

1. Mikroskop cahaya
2. Alat tulis

Bahan :

1. Perparat dari berbagai macam jaringan hewan.


2.3 Langkah kerja

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Diletakkan preparat jaringan hewan di meja benda mikroskop

Diatur fokus pada mikroskop dengan menggunakan mikrometer dan


makrometer yang terdapat dalam mikroskop

Diamati gambar jaringan hewan yang terlihat di mikroskop

Digambar jaringan hewan yang teramati


BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No. Gambar

1. Jaringan otot Jantung

2. Jaringan Paru-paru

3.
Jaringan Ginjal

4. Jaringan Reproduksi

5. Jaringan Lumen Usus

6.
Jaringan Lambung
3.2 Pembahasan

3.2.1 Jaringan Hepar


Hepar adalah organ terbesar pada tubuh manusia, memiliki bobot sekitar 1200-1500
gram atau kurang lebih 1/50 dari total berat tubuh. Hepar terletak di lokasi yang
sangat strategis. Semua nutrien dan cairan yang diserap usus masuk ke hati melalui
vena porta hepatis, kecuali produk lemak kompleks, yang diangkut pembuluh darah
limfe (Eroschenko, 2010).

Hepar terdiri atas unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian tengah
setiap lobules terdapat sebuah vena sentralis, yang dikelilingi secara radial oleh
lempeng sel hati atau lamina hepatocytica yaitu hepatosit, dan sinusoid ke arah
perifer. Di sini, jaringan ikat membentuk kanalis porta atau daerah porta (spatium
portale), tempat terdapatnya cabang-cabang arteri hepatica, vena porta hepatis, duktus
biliaris, dan pembuluh limfe. Pada manusia dapat ditemukan tiga sampai enam daerah
porta setiap lobules (Eroschenko, 2010).

Hepatosit tersusun secara radier, seperti susunan batu bata pada dinding yang
tersusun dari perifer lobulus ke pusatnya, dan beranastomosis secara bebas dengan
membentuk struktur yang menyerupai labirin dan busa. Setiap hepatosit dipisahkan
oleh celah sinusoid yang tersusun melingkar. Kapiler sinusoid adalah pembuluh darah
yang lebar yang tidak teratur, dan hanya terdiri atas lapisan tidak utuh dari endotel
berfenestra. Terdapat celah Disse sebagai celah tempat berkontaknya masing–masing
permukaan hepatosit dan kapiler sinusoid. Pada saat berkontak dengan sesama
hepatosit, akan terbentuk suatu celah tubular di antara kedua sel yang disebut
kanalikulus biliaris. Hepatosit memiliki satu atau dua inti bulat dengan suatu atau dua
anak inti. Sebagian intinya polipoid, yaitu mengandung perkalian genap dari jumlah
kromosom haploid. (Mescher,2009).
Struktur jaringan hepar selanjutnya adalah sinusoid. Sinusoid hati adalah saluran
darah yang melebar dan berliku-liku, dilapisi oleh lapisan tidak utuh sel endotel
berfenestra (endotheliocytus fenestratum) yang juga menunjukkan lamina basalis
yang berpori dan tidak utuh. Sinusoid hati dipisahkan dari hepatosit di bawahnya oleh
spatium perisinusoideum (Disse) subendotelial sehingga zat makanan yang mengalir
dalam sinusoid memiliki akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh
dengan hepatosit. Selain sel endotel, sinusoid hati juga mengandung makrofag, yang
disebut sel Kupffer (Macrophagocytus stellatus), terletak di sisi luminal sel endotel
(Eroschenko, 2010).

Hepar memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi-fungi jaringan hepar
yaitu memiliki beberapa fungsi yaitu berperan dalam metabolisme karbohidrat yang
menyimpan glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa
menjadi glukosa, glukoneogenesis dan membentuk senyawa kimia penting. Selain itu
hepar juga memetabolisme lemak dengancara mengoksidasi asam lemak, membentuk
sebagian besar

kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, dan membentuk lemak dari protein dan
karbohidrat. Hepar juga mampu memetabolisme protein dengan cara deaminasi asam
amino, pembentukan ureum, pembentukan protein plasma dan interkonversi asam
amino, serta membentuk senyawa lain dari asam amino. Hepar juga menyimpan
vitamin, besi dalam bentuk ferritin dan membentuk zat-zat untuk koagulasi darah,
mengeliminasi obat-obatan, hormon dan zat lain atau detoksifikasi. (Guyton & Hall,
2008).

3.2.2 Jaringan Otot Jantung

Jaringan otot jantung atau miokardium tersusun atas miosit-miosit jantung (sel otot)
yang memperlihatkan struktur subseluler lurik. Sel miosit berukuran relatif kecil dan
bercabang, dengan nukleus tunggal, sel miosit kaya akan mitokondria Otot jantung
memiliki fungsi untuk memompa darah keluar jantung. (Aaronson & Jeremy, 2010).

Otot jantung memiliki ciri-ciri yaitu:

1. Mempunyai bentuk memanjang dan bercabang


2. Bekerja terus menerus tanpa istirahat
3. Memiliki inti sel yang berada di tengah
4. Bekerja diluar kesadaran dan dipengaruhi saraf otonom
5. Ukuran panjang serabut otot jantung antara 50 – 100 mikron
6. Mempunyai diameter 14 mikron
7. Serabut otot berupa sarkolema yang terdiri atas mikrofibril – mikrofibril
yang tampak secara berdampingan
8. Berkontraksi secara refleks
9. Reaksi terhadap rangsangan lambat
10. Memiliki diskusi interkalaris yang merupakan suatu pembatas antar
Sarkomer

3.2.3 Jaringan Dasar Hewan

Jaringan dasar hewan terdiri dari empat macam yaitu:

1. Jaringan Epithelium

Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan
dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan
ektoderm, mesoderm atau endoderm. Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk
lapisan pelindung, sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat
disepanjang sisi organ. Jaringan epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah
lapisan sel penyusunnya, yaitu epithelium satu lapis (simple epithelium). Epithel ini
terdiri atas sel-sel berbentuk pipih, kubus, dan silindris (batang). Epithelium pipih
selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium
bentuk kubus ditemukan pada kelenjar tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk
silindris (batang) ditemukan pada lambung dan usus.

Epithelium berlapis banyak (stratified epithelium) yang dibentuk oleh beberapa lapis
sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat ditemukan pada
kulit, kelenjar keringat, dan uretra. Beberapa lapisan pada epitheliun ini dapat
berubah menjadi sel-sel yang memanjang dan disebut epithelium transisional. Epitel
transisional ditemukan pada kandung kemih (vesica urinaria). Disamping itu, terdapat
epithelium berlapis banyak semu (pseudostratified epithelium) yang ditemukan pada
trakea.

Epitel pipih berlapis, seperti yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu melakukan
mitosis dengan cepat. Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel permukaan
yang mati. Epitel ini juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi oleh makanan
yang kasar, seperti yang ditemukan pada esofagus. Sebaliknya, epitelium pipih
selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk pertukaran material dengan cara
difusi. Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru.
(Campbell, 2008)

2. Jaringan Ikat

Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel dalam jumlah
sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matrik
ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Se-sel
tersebut mensistesis matriks, dengan anyaman serat yang tertanam di dalamnya .
Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi (1) jaringan ikat longgar dan (2) jaringan
ikat padat, (3) jaringan lemak, (4) jaringan darah, (5) kartilago, dan (6) tulang.
Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di
dalam tubuh kita. (Campbell,2008)

Di dalam matriks jaringan ikat longgar ini hanya sedikit ditemukan serabut. Serabut
penyusun jaringan ikat ini berupa kolagen. Fungsi utama jaringan ikat longgar adalah
pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan organ
lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan otot Jaringan ikat
padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung serabut kolagen.
Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot dengan tulang, dan
ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang (Campbell, 2008).

Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan,
dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel lemakmengandung
tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks relatif sedikt (Campbell,
2008)

Darah adalah jaringan ikat yang tersusun sebagian besar cairan. Matriks darah disebut
plasma, yang tersusun oleh air, garam mineral, dan protein terlarut. Sel darah merah
dan putih tersuspensi di dalam plasma. Darah ini berfungsi utama dalam transpor
substansi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Disamping itu, darah juga berperan
dalam sistem kekebalan (Campbell, 2008)

Kartilago adalah jaringan ikat yang membentuk material rangka yang fleksibel dan
kuat, terdiri atas serabut kolgen yang tertanam di dalam matriks. Kartilago banyak
ditemukan pada bagian ujung tulang keras, hidung, telinga, dan vertebrae (ruas-ruas
tulang belakang) (Campbell, 2008)

Tulang keras (bone) merupakan jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut
kolagen yang tertanam di dalam matriks. Didalam matriks sel tulang terdapat kalsium
yang dapat bergerak dan diserap oleh darah. Hal ini merupakan peran penting tulang
dalam proses homeostasis kadar kalsium dalam darah. Sel tulang (osteosit) terdapat di
dalam ruang yang disebut lakuna. Lakuna ini mengandung satu atau beberapa
osteosit. Penjuluran yang keluar dari osteosit disebut kanalikuli. Kanalikuli dari satu
sel berhubungan dengan sel lainnya, sebagai bentuk komunikasi sel. Satu osteon
terdiri dari sejumlah lamela konsentris yang mengelilingi kanal sentral (kanalis
Haversi). Pada individu yang masih hidup, kanal sentral ini berisi pembuluh darah.
( Campbell, 2008)

3. Jaringan Otot

Jaringan otot hewan terdiri atas 3 jenis yaitu otot polos, otot jantung, dan otot lurik.
Otot polos Otot polos berbentuk seperti spindle. Kontraksi otot polos lebih lambat
dinbbandingkan otot lurik, namun mereka mampu kontraksi dalam waktu lebih lama.
Otot polos bersifat tidak sadar (involuntary), seperti otot jantung. Otot polos
ditemukan pada banyak organ tubuh, diantaranya terdapat pada dinding pembuluh
darah dan melapisi organ dalam seperti usus dan uterus. Membran plasmanya disebut
sarkolema dan sitoplasmanya sering disebut sarkoplasma. Sitoplasma yang
mengandung miofibril dengan ketebalan mencapai 1 mikron.

Otot jantung merupakan otot bergaris melintang dan bercabang. Sifat otot ini tidak
sadar (involuntary), karena kontraksinya tidak bisa diatur oleh kemauan kita. Nukleus
terletak ditengah sel. Pada bagian ujung sel, terdapat sambungan rapat, yang
membentuk struktur pembawa sinyal untuk kontraksi dari satu sel ke sel lainnya
selama denyut jantung (Campbell, 2008).

Otot lurik berstruktur bergaris melintang, berfungsi untuk menggerakkan rangka.


Otot ini bersifat sadar (voluntary), karena mampu diatur oleh kemauan kita. Serabut
ototnya mempunyai banyak nukleus yang terletak ditepi. Otot rangka mempunyai
garis melintang yang gelap (pita anisotrop) dan garis terang (pita isotrop).
( Campbell, 2008 )
4. Jaringan saraf

Jaringan saraf berperan dalam penerimaan rangsang dan penyampaian


rangsang. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm.
Jaringan ini terdapat pada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang) dan pada sistem saraf tepi.

Ada dua macam sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel pendukung (sel glia).
Neuron mengandung badan sel, nukleus, dan penjuluran atau serabut.
Satu tipe penjuluran tersebut adalah dendrit, yang berperan dalam
menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan sel. Tipe
penjuluran sel saraf yang lain, disebut akson (neurit), yang berperan
dalam meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron lainnya. Beberapa
akson berukuran sangat panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke
bagian bawah abdomen (panjang 1/2 meter atau lebih). Transmisi sinyal
dari neuron ke neuron lainnya umumnya dilakukan secara kimia. Selain
neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia. Sel glia
merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel
pendukung umumnya berperan dalam melindungi dan membungkus
akson dan dendrit, sehingga membantu mempercepat transmisi sinyal
(Campbell, 2008)

3.2.4 Otot Lurik, Otot Jantung, dan Otot Polos

Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti
banyak, letaknya di pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50
mikron. Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak menunjukkan batas yang
jelas dan miofibril tidak homogen akibatnya tampak serat-serat lintang.
Otot lurik bekerja di atas kehendak, memiliki inti sel lebih dari satu dan
berada ditepi, Rekasi terhadap rangsangan cepat dan cepat lelah.

Otot jantung merupakan otot “istimewa”. Otot ini bentuknya seperti otot
lurik perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung
satu sama lain. Berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan
kemauan. Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf hanya untuk
percepat atau memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar.
Otot jantung di temukan hanya pada jantung (kor), mempunyai
kemampuan khusus untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan
tanpa tergantung pada ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot
jantung ini disebut miogenik yang membedakannya dengan neurogonik.

Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya seperti
gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya meruncing.
Otot polos memilki serat yang arahnya searah panjang sel tersebut
miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri dari
protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur,
dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja. Otot
polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya pada dinding
usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding saluran
pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata, otot
polos dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi.

3.2.4. Fungsi Beberapa Jaringan lainnya

1. Jaringan paru-paru
Fungsi utama jaringan ini adalah sebagai tempat respirasi, menjaga keseimbangan pH
dalam tubuh, sebagay penyaring gumpalan darah kecil dan mengurangi gelembung
udara, sebagai pembersih muskosiload dan sebagai resevoir darah.

2. Jaringan Ginjal

Jaringan ginjal berfungsinya sebagai salah satu alat ekskresi pada tubuh yang
berfungsi untuk menyaring darah pada tubuh dan mengeluarkannya dalam bentuk
urine.

3. Jaringan Lambung

Jaringan Lambung adalah jaringan pembentuk organ lambung yang berperaan dalam
proses pencernaan. Jaringan ini sebagai pelindung dari cairan asam lambung.

4. Jaringan Reproduksi

Jaringan ini adalah jaringan penyusun organ reproduksi. Pada organ reproduksi
wanita jaringan reproduksi nya akan tebal yang berfungsi untuk mengandung bayi
dan melindungi dari goncangan.

5. Jaringan Lumen Usus

Lumen usus adalah ronga kecil pada usus halus. Lumen usus berfungsi sebagai
tempat menyimpan zat zat makanan hasll penyerapan zat makanan oleh usus halus.
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah di lakukan adalah:

1. Hewan tersusun dari berbagai macam jaringan mulai dari jaringan dasar yang
berupa jaringan ikat, jaringan otot, jaringan epitel dan jaringan syaraf,
Jaringan hepar yang menyusun organ hati, jaringan ginjal, jaringan Lumen
usus dan jaringan paru-paru.
2. Setiap jaringan memiliki fungsi dan tugasnya masing dalam menjaga tubuh
agar tetap stabil.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2008. Biologi Jilid 1 (Edisi Kedelapan). Erlangga:


Jakarta.

Diastuti, Renny. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan


Nasional : Jakarta.

Eroschenko, V. P., 2010, Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi


Fungsional. EGC : Jakarta.
Guyton & Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
EGC. Pg 1072-1094 : Jakarta.

Mescher, L. A. 2009. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas.


McGrawHill Medical : English.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai