Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Regulasi Audit Sektor Publik, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Unsur-
Unsur dalam SPIP, dan Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pemeriksaan Keuangan Negara
Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala

OLEH
Jihan Fathia
1701103010053

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Keuangan Negara.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih
baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun
konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
2.1 Regulasi Audit Sektor Publik…………………………………………………....5
2.1.1 IPSAS (Internasional Public Sekctor Accounting Standar)……………….6
2.1.2 SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) PP No 71 Tahun 2010…………….7
2.1.3 UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara………………………………………………….10
2.1.4 UU No 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksaan Keuangan………....13
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Spip)……………………………….17
2.3 Unsur-Unsur Spip……………………………………………………………….17
2.4 Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan………………………………………...19

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….22

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..23

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher,
2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang
dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, yayasan dan lain sebagainya.
Akuntabilas penyelenggaraan pemerintahan merupakan tanggung jawab pemerintah yang
harus dicapai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan
pemerintahan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban serta
pengawasan. Untuk dapat memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan
semestinya sesuai aturan maka diperlukan pengendalian intern yang memadai sehingga dapat
memberikan keyakinan yang memadai juga. Pengendalian intern ini disusun dalam sebuah
sistem pengendalian intern yang dirancang dan dijalankan tidak terpisah dari kegiatan
pemerintahan namun sistem ini tidak juga mengganggu penyelenggaraan pemerintahan dalam
mencapai efektivitas dan efisiensi. Karena itu, dalam membangun suatu sistem pengendalian
intern harus diperhitungkan cost benefit dan efektivitas dan efisiensi dari sistem pengendalian
intern tersebut. Sistem ini harus dirancang sesuai dengan kebutuhan tiap instansi pemerintah
karena setiap instansi membutuhkan sistem pengendalian yang mungkin saja tidak sama,
tergantung dari tugas dan fungsinya masing-masing.
Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket undang-undang
keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai sistem
pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Dengan
adanya amanat tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah nomo 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Pengendalian intern pemerintah ini penting karena dapat
digunakan untuk memastikan berjalannya roda pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengendalian yang baik adalah pengendalian yang tidak mudah diakses
oleh pihak yang tidak berhak namun dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang memiliki
akses yang sesuai dengan hak dan kewenangannya. Karena pentingnya sistem pengendalian
intern pemerintah maka penyelenggaraannya pun harus diperkuat agar tercipta efektifitas dalam
pelaksanaannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Regulasi Audit Sektor Publik

Definisi Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher,
2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang
dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, yayasan dan lain sebagainya.
Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan
untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keaungan daerah, sebagai
mana yang dimaksud dalam UndangUndang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional,
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lembaga Yang Terkait dengan Regulasi Audit Sektor Publik Untuk mendukung
keberhasilan penyelengaraan organisasi sektor publik, keuangan organisasi harus dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efesiensi, ekonomi, efektif , trasnsparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan.
Sebagai contoh, di organisasi pemeritah di indonesia, keuangan negara wajib dikelola
secara tertib, taat ada peraturan perundang-undangan, efesiens, ekonomi, efektif, trasparan, dan
bertanggug  bertanggug jawab dengan mempehatikan mempehatikan rasa keadilan keadilan serta
kepatutan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan itu semua. Secara garis besar dalam undang-
undang tersebut diatur dalam kegiatan  pemeriksaan,  pemeriksaan, yaitu proses identifikasi
identifikasi masalah masalah dan evaluasi evaluasi yang dilakukan dilakukan secara independen,
independen, objekti, serta profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menlai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keadilan informasi mengenai pengelolaan serta tanggung jawab
keuangan negara. Selain itu, standar akuntansi mengenai pengelolaan serta tanggung jawab
keuangan negara.
Selain itu standar akuntasi pemerintah tahun 1995 tidaklah memenuhi tuntutan dinamika
masa kini, terlebih lagi sejak adanya reformasi kostitusi di bidang pemeriksaan. Jadi untuk
memenuhi amanat : pasal 5/UU/No. 15 Tahun 2004 dan pasal 9 ayat 1 huruf e/UU/No. 15 tahun
2006 tentang badan pemeriksaan keuangan, BPK selaku pihak yang bertugas memeriksa
pengelolaan  pengelolaan dan tanggung tanggung jawab keuangan keuangan negara harus
menyusun menyusun standar standar pemeriksaan pemeriksaan yang dapat menampung hal
tersebut. Oleh karena itu, ada awal tahun 2007 BPK telah berhasil menyelesaikan penyusunan
standar pemeriksaan yang diberi standar pemeriksaan keuangan negara disingkat SPKN. SPKN
ini akan mengikat BPK atau pihak lain yang melaksanakan  pemeriksaan  pemeriksaan keuangan
keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Hal ini merupakan merupakan tonggak tonggak

5
sejarah sejarah dimulainya reformasi terhadap pemeriksaan yang dilakukan BPK. Dengan
adanya SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan BPK dapat lebih berkualitas, yaitu memberika
nilai tambah yang  positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara

2.1.1 IPSAS (INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARDS)

International Publick Sector Accounting Standards (IPSAS) dikeluarkan oleh


International Federation of Accountants (IFAC).  International Federation of Accountants
(IFAC) yang didirikan di Munich pada tahun 1977, merupakan federasi dan organisasi akuntan
Internasional. Jadi anggotanya adalah organisasi nasional akuntan dari berbagai negara. Dewan
Perwakilan (The Council) IFAC yang terdiri dari satu wakil dan setiap organisasi IFAC bertugas:
a. Memilih anggota Dewan Pengurus (The Board)
b. Menetapkan dasar kontribusi keuangan oleh anggota dan
c. Menyetujui perubahan konstitusi IFAC.

Program kerja Dewan Pengurus (The Board) dilaksanakan oleh kelompok kerja kecil atau
komite teknis, yang dalam hal ini, IFAC memiliki tujuh komite teknis:
a. Compliance
b. Education,
c. Ethics
d. Financial and Management Accounting
e. Information Technology
f. Public Sector
.
Isi pokok IPSAS (International Public Sector Accounting Standards)
Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga tahun 2010 ini
adalah:
IPSAS 1—Presentation of Financial Statements
IPSAS 2—Cash Flow Statements
IPSAS 3—Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IPSAS 4—The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IPSAS 5—Borrowing Costs                            
IPSAS 6—Consolidated and Separate Financial Statements
IPSAS 7—Investments in Associates
IPSAS 8—Interests in Joint Ventures
IPSAS 9—Revenue from Exchange Transactions
IPSAS 10—Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IPSAS 11—Construction Contracts
IPSAS 12—Inventories
IPSAS 13—Leases
IPSAS 14—Events After the Reporting Date
IPSAS 15—Financial Instruments: Disclosure and Presentation
IPSAS 16—Investment Property

6
IPSAS 17—Property, Plant, and Equipment
IPSAS 18—Segment Reporting
IPSAS 19—Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
IPSAS 20—Related Party Disclosures
IPSAS 21—Impairment of Non-Cash-Generating Assets
IPSAS 22—Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC,
2010)
IPSAS 23—Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)
IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial Statements
IPSAS 25—Employee Benefits
IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets
IPSAS 27—Agriculture
IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation
IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement
IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures
IPSAS 31—Intangible Assets. (IFAC, 2010)

2.1.2 SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) PP No 71 Tahun 2010


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menjanjikan laporan keuangan pemerintah.
Isi pokok Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur tentang hal-hal berikut ini:
a. definisi suatu akun
b. pengajuan suatu transaksi atau akun
c. pengukuran suatu transaksi atas akun tertentu
d. penilaian suatu akun untuk dilaporkan dalam laporan keuangan
e. pelaporan dan pengungkapan

   SAP No 01-Penyajian Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan pelaporan adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:
a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
dana pemerintah;
b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah;
c.  Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

7
e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan menandai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintah;
g.  Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif,
yang menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang
berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan
informasi bagi pengguna mengenai:
a. Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran;
dan
b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual.
Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan basis akrual baik dalam pengakan pendapatan dan beban, maupun pengakuan
asset, kewajiban dan ekuitas.
Komponen-komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran dan laporan finansial. Seluruh komponen laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali
Laporan Arus Kas yang disajikan oleh unit fungsi bendahara dan Laporan perubahan Saldo
Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara umum negara.

  SAP No 02-Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah untuk menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Realisasi Anggaran bagi pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan

8
akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan tujuan
pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding.
  SAP No 03-Laporan Arus Kas
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas dimasa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Tujuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang
memberikan informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas suatu entitas
pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset
nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi. Dan tujuan
pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas
dan setara kas selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.
  SAP No 04- Laporan “Catatan Atas Laporan Keuangan”
Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan yang dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun
manajemen entitas pelaporan.
  SAP No 05-Akuntansi Persediaan
Persediaan adalah asset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah. Persediaan dapat meliputi:
a. Barang Konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f. Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
Tujuan Pertanyaan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
  SAP No 06-Akuntansi Investasi
Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, dividen dan royalti, atau manfaat social sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan
keuangan.
  SAP No 07-Akuntansi Aset Tetap
Asset tetap adalah asset Asset tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum

9
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap
meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas
penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat aset tetap.
  SAP No 08-Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur perlakuan akuntansi
untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis. Pernyataan Standar ini
memberikan panduan untuk:
a.    Identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi dalam
pengerjaan;
b.    Penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan dineraca;
c.    Penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
  SAP No 09-Akuntansi Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi
pinjaman dalam mata uang asing, transaksi yang timbul dari restrukturisasi pinjaman, untuk
biaya yang timbul dari utang negara serta mengatr akuntansi kewajiban pemerintah termasuk
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari utang dalam
negeri dan utang luar negeri.
  SAP No 10 - Akuntansi Untuk Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang tidak dilanjutkan.
Kesalahan biasanya timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi
anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interprestasi fakta, kecurangan, atau
kelalaian.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi
kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang tidak
dilanjutkan.
  SAP No 11 - Laporan keuangan konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan yang merupakan gabungan
dari keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan
konsolidasi pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keungan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan
laporan keuangan dimaksud.
  SAP No. 12 – Laporan Operasional
Tujuan pernyataan standar Laporan Operasional adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Operasional untuk pemerintahan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional
keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan.

10
2.1.3 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara mencabut Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).

1. Dasar Pemikiran

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang


telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu
dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri,
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara, sampai saat ini, BPK masih berpedoman kepada Instructie en
Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).
Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasan operasional yang
memadai dalam pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, selain berpedoman pada IAR, dalam pelaksanaan pemeriksaan
BPK juga berpedoman pada Indische Comptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925
Nomor 448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53).
2. Lingkup Pemeriksaan BPK

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut
mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-
undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis
pemeriksaan, yakni:

1. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah


pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK
dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.
2. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta
pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan
manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pasal 23E Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan BPK
11
untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja
dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah
diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara
efektif.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk
dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang
berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan pada suatu


standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan
standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud
ditetapkan, BPK perlu mengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah serta dengan
organisasi profesi di bidang pemeriksaan.

3. Pelaksanaan Pemeriksaan

Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan


hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari
pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu kebebasan
dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam
penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan
yang bersifat investigatif. Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan
negara mencakup ketersediaan sumber daya manusia, anggaran, dan sarana pendukung
lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan
intern pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat
disesuaikan dan difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada
kewajaran laporan keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan
negara. Untuk itu, aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada BPK. BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data,
dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara
fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat instansi yang diperiksa, termasuk
melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen
pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
4. Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.
Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan
menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan

12
tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK
disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti,
antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga
disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi
dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa
(audited financial statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada
DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan
yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan
dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila
pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK
melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama
1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai
dengan kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang
bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini
menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada
lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat
dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui
publikasi dan situs web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk
menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan
menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.
5. Pengenaan Ganti Kerugian Negara

Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 62 ayat (3) Undang-undang Nomor 1


Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-undang ini mengatur lebih lanjut
tentang pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara. BPK menerbitkan
surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan
kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam persediaan
yang merugikan keuangan negara/daerah. Bendahara tersebut dapat mengajukan
keberatan terhadap putusan BPK. Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian
negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
2.1.4 UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan

Ketentuan Umum
1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

13
2. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Tanggung jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan Keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
4. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan
pemeriksaan, standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.
Lingkup Pemeriksaan
1. Ada 3 (tiga) lingkup pemeriksaan BPK :
a. Pemeriksaan keuangan :
Adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan.
b. Pemeriksaan kinerja
Adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas.
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja.
2. Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK
setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.
Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Kebebasan dan kemandirian BPK
BPK bebas dan mandiri dalam menentukan objek perusahaan, perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan serta penyusunan
dan penyajian laporan pemeriksaan.
2. Perencanaan Pemeriksaan
a. Memperhatikan permintaan, saran dan pendapat lembaga perwakilan.
b. Dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan masyarakat.

3. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Dapat menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja
untuk dan atas nama BPK.

14
b. Dapat meminta dokumen, mengakses data, melakukan penyegelan tempat
penyimpanan uang, meminta keluarga, memotret, merekam dan/atau mengambil
sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.
c. Dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang untuk meminta keterangan.
d. Melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah.
e. Dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif untuk mengungkap adanya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.
f. Melaporkan temuan unsur pidana kepada instansi berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, penyampaian laporan dimaksud diatur bersama
oleh BPK dan Pemerintah.

Hasil Pemeriksaan dan Tindak Lanjut

1. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun pemeriksa setelah pemeriksaan selesai


dilakukan.
2. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan oprin
3. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.
4. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.
5. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPR/DPRD sesuai dengan
kewenangannya ditindaklanjuti antara lain dengan membahas bersama pihak terkait.
6. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK juga disampaikan kepada pemerintah.
7. BPK menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan pemester yang disampaikan ke lembaga
perwakilan dan Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota.
8. Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan,
dinyatakan terbuka untuk umum.
9. Pemerintah menidaklanjuti rekomendasi BPK
10. BPK mamantau dan menginformasikan hasil pamantauan atas tindak lanjut
rekomendasi kepada DPR/DPRD.

Pengenaan Kerugian Negara

1. BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggung jawaban


bendahara atas kekurangan kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan
negara/daerah.
2. Bendahara dapat mengajukan keberatan atas pembelaan diri terhadap putusan BPK.
3. Pengaturan tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh
BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.

15
4. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan penyelesaian
kerugian negara/daerah kepada BPK.
5. BPK mamantau penyelesaian pengenaan ganti rugi kerugian negara/ daerah terhadap
pegawai negeri bukan berdasarkan dan/atau pejabat lain pada kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.

Ketentuan Pidana

1. Sanksi pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/ atau denda
paling banyak Rp. 500 juta dikenakan kepada :
a. Setiap orang yang tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen
dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kelancaran
pemeriksaan pengelolaan uang dan tanggung jawab keuangan negara.
b. Setiap orang yang mencegah, menghalangi dan /atau menggagalkan
pelaksanaan pemeriksaan.
c. Setiap orang yang menolak pemanggilan BPK tanpa menyampaikan alasan
penolakan secara tertulis.
d. Setiap pemeriksaan yang tidak melaporkan temuan pemeriksaan yang
mengandung unsur pidana.
e. Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan.
2. Sanksi pidana selama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 milyar
kepada:
a. Setiap orang yang memalsukan atau membuat palsu dokumen yang disahkan
untuk kelancaran pemeriksaan.
b. Pemeriksa yang menggunakan dokumen yang diperoleh dalam pemeriksaan
melampaui batas kewenangannya.
c. Pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannya sehubungan kedudukan
dan/atau tugas pemeriksaan.

Ketentuan Peralihan

1. Undang-undang ini dilaksanakan mulai sejak pemeriksaan atas laporan keuangan


tahun anggaran 2006.
2. Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang sedang dilakukan BPK dan/atau
Pemerintah pada saat undang-undang ini mulai berlaku, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada sebelum berlakunya undang-
undang ini.

16
Ketentuan Penutup

Pada saat ini undang-undang ini mulai berlaku Instructie en verdere berpalingen voor de
Algemene rekenkamer (IAR) stbl 1898 No. 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
stbl 1933 No. 320 dinyatakan tidak berlaku.

2.2 SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP)


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dapat diartikan sebagai satu sistem
pengendalian pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Selain itu SPIP juga bisa diartikan sebagai proses integral yang dilakukan
secara continues/berulang-ulang oleh sebuah lembaga dan jajarannya dengan maksud untuk
meningkatkan keyakinan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai melalui kegiatan yang
diselenggarakan untuk mencapai keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
sertakepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di samping Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), ada pula Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah yang
dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Polisi, Kejaksaan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), dan lembaga peradilan lainnya.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dirasa sangat penting untuk dijalankan oleh
setiap organisasi pemerintahan, baik pusat maupun daerah, guna memberikan jaminan terhadap
kualitas kinerja pemerintahan secara keseluruhan, sehingga dapat menciptakan akuntabilitas
keuangan negara dan tata kelola pemerintahan yang baik. Keberadaan SPIP ini diharapkan dapat
menciptakan budaya pengawasan terhadap seluruh orgnisasi dan kegiatan sehingga tindakan-
tindakan yang berisiko menimbulkan kerugian negara dapat dideteksi sejak awal sehingga dapat
diminimalisir atau bahkan dihindari.
2.3 UNSUR UNSUR SPIP
The Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission (COSO) juga
mengemukakan beberapa unsur SPIP yang mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern.
Unsur-unsur SPIP tersebut adalah :
A. Lingkungan Pengendalian, yang meliputi:
 Penegakan integritas dan etika
 Komitmen terhadap kompetensi
 Kepemimpinan yang kondusif
 Kebijakan pembinaan SDM yang baik
 Kepemimpinan yang kondusif

B. Penilaian Risiko, yang meliputi:


 Identifikasi risiko

17
 Analisis risiko
C. Kegiatan Pengendalian, yang meliputi:
 Review kinerja Pemerintah
 Pembinaan SDM
 Pengendalian fisik aset
 Otorisasi transaksi dan kejadian penting
 Dokumentasi sistem pengendalian intern
D. Informasi dan Komunikasi, yang meliputi:
 Sarana komunikasi
 Manajemen sistem dan informasi
E. Pemantauan Pengendalian Intern, yang meliputi:
 Pemantauan yang berkelanjutan
 Evaluasi terpisah
 Tindak lanjut
Setelah mengetahui tentang definisi dan unsur-unsur SPIP, Anda perlu memahami
pentingnya keberadaan sistem ini. Demi mencapai tujuan pengelolaan keuangan negara yang
efektif, efisien, transparan, dan juga akuntabel, setiap pimpinan lembaga negara wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan menerapkan
unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ini.
Untuk memudahkan penerapan SPIP tersebut, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan secara berjenjang ataupun paralel. SPIP memang sebuah sistem dengan proses yang
begitu panjang. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan untuk mengembngkan
SPIP tersebut

1. Tahapan Pemahaman (Knowing)


Pada tahapan ini semua pihak mulai dari tingkat pimpinan hingga jajaran pegawai pada
level terendah harus diberi pemahaman yang baik mengenai SPIP ini. Pemahaman tersebut harus
disampaikan guna menyamakan persepsi pada seluruh jenjang di institusi tersebut.
Contoh dari tahapan pemahaman atau knowing ini adalah kegiatan sosialisasi maupun diklat
yang diberikan pada pimpinan dan juga pegawai sebuah institusi pemerintahan.

2. Tahapan Pemetaan (Mapping)


Tahapan yang satu ini merupakan pengenalan kondisi, tujuan serta gap yang terdapat
dalam sebuah institusi pemerintahan. Biasanya, BPKP berperan memberi bantuan dalam
melakukan pemetaan dan memberikan sosialisasi untuk institusi tersebut.

18
3. Tahapan Insfrastruktur (Norming)
Pada tahapan ketiga ini, fondasi dan infrstruktur pendukung sistem mulai terbangun.
Tahapan ini dapat dijalankan melalui pembuatan kebijakan dan Standar Operating
Procedure (SOP) yang berhubungan dengan SPIP.

4. Tahapan Internalisai (Forming)


Tahapan kelima ini diartikan sebagai tahapan untuk membangun unsur-unsur SPIP.
Kegiatan yang dilakukan adalah menerapkan unsur-unsur tersebut dan melakukan proses
internalisasi kepada seluruh pihak yang terlibat di dalam institusi.

5. Tahapan Berkelanjutan (Performing)


Tahapan terakhir yang harus dilalui untuk mengembangkan SPIP adalah tahapan
berkelanjutan (performing). Pada tahap ini, SPIP telah dijalankan dengan baik sehingga seluruh
pihak dapat merasakan manfaat dari SPIP ini. Pada tahapan ini yang harus dilakukan oleh semua
pihak yang ada di dalam institusi adalah pengawasan dan juga evaluasi.

2.4 PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN


SPIP Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikotabertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan SistemPengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan Negara
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasanintern melalui:
a. audit (kinerja dan tujuan tertentu);
b. reviu;
c. evaluasi;
d. pemantauan;
e. kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:


a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
 kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan

19
melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah
lainnya)
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah


a. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui
keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi)
b. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
c. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
d. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan pemerintah.
e. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan intern
pemerintah, disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai
dengan standar audit
f. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada
pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
g. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah
wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada
pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
h. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum
Negara laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
i. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil
pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
j. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan
menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara.

20
k. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
l. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara
berkala dilaksanakan telaahan sejawat.
m. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
n. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.

2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP Pembinaan penyelenggaraan SPIP diselenggarakan


oleh BPKP dan meliputi:
a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
b. sosialisasi SPIP;
c. pendidikan dan pelatihan SPIP;
d. pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008)
kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai
untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi,
regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik,
yayasan dan lain sebagainya.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dapat diartikan sebagai satu sistem
pengendalian pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Selain itu SPIP juga bisa diartikan sebagai proses integral yang dilakukan
secara continues/berulang-ulang oleh sebuah lembaga dan jajarannya dengan maksud untuk
meningkatkan keyakinan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai melalui kegiatan yang
diselenggarakan untuk mencapai keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
sertakepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
The Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission (COSO) juga
mengemukakan beberapa unsur SPIP yang mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern.
Unsur-unsur SPIP tersebut adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas. Sistem Pengendalian Intern dilakukan
pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan Negara dan Pembinaan penyelenggaraan SPIP Pembinaan
penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP

22
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, 2009, Edisi IV , Penerbit Andi

Bastian, Indra, Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar, 2005,  Erlangga, Jakarta.

Andayani, Wuryan, Akuntansi Sektor Publik, 2007, Bayumedia Publishing, Malang.

http://bpkp.go.id/spip/konten/400/Sekilas-SPIP.bpkp

https://www.slideshare.net/fendriauriga/sistem-pengendalian-intern-pemerintah

23

Anda mungkin juga menyukai