Regulasi Audit Sektor Publik, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Unsur-
Unsur dalam SPIP, dan Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pemeriksaan Keuangan Negara
Pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala
OLEH
Jihan Fathia
1701103010053
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Sistem Pengendalian Intern Pemerintah” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Keuangan Negara.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih
baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun
konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
2.1 Regulasi Audit Sektor Publik…………………………………………………....5
2.1.1 IPSAS (Internasional Public Sekctor Accounting Standar)……………….6
2.1.2 SAP (Standar Akuntansi Pemerintah) PP No 71 Tahun 2010…………….7
2.1.3 UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara………………………………………………….10
2.1.4 UU No 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksaan Keuangan………....13
2.2 Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (Spip)……………………………….17
2.3 Unsur-Unsur Spip……………………………………………………………….17
2.4 Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan………………………………………...19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..23
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher,
2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang
dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, yayasan dan lain sebagainya.
Akuntabilas penyelenggaraan pemerintahan merupakan tanggung jawab pemerintah yang
harus dicapai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelenggaraan
pemerintahan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban serta
pengawasan. Untuk dapat memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan
semestinya sesuai aturan maka diperlukan pengendalian intern yang memadai sehingga dapat
memberikan keyakinan yang memadai juga. Pengendalian intern ini disusun dalam sebuah
sistem pengendalian intern yang dirancang dan dijalankan tidak terpisah dari kegiatan
pemerintahan namun sistem ini tidak juga mengganggu penyelenggaraan pemerintahan dalam
mencapai efektivitas dan efisiensi. Karena itu, dalam membangun suatu sistem pengendalian
intern harus diperhitungkan cost benefit dan efektivitas dan efisiensi dari sistem pengendalian
intern tersebut. Sistem ini harus dirancang sesuai dengan kebutuhan tiap instansi pemerintah
karena setiap instansi membutuhkan sistem pengendalian yang mungkin saja tidak sama,
tergantung dari tugas dan fungsinya masing-masing.
Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket undang-undang
keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan pengaturan lebih lanjut mengenai sistem
pengendalian intern pemerintah secara menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Dengan
adanya amanat tersebut maka lahirlah Peraturan Pemerintah nomo 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Pengendalian intern pemerintah ini penting karena dapat
digunakan untuk memastikan berjalannya roda pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengendalian yang baik adalah pengendalian yang tidak mudah diakses
oleh pihak yang tidak berhak namun dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang memiliki
akses yang sesuai dengan hak dan kewenangannya. Karena pentingnya sistem pengendalian
intern pemerintah maka penyelenggaraannya pun harus diperkuat agar tercipta efektifitas dalam
pelaksanaannya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher,
2008) kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang
dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi.
Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai
politik, yayasan dan lain sebagainya.
Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan
untuk mengkoordinasi pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem
pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keaungan daerah, sebagai
mana yang dimaksud dalam UndangUndang Dasar 1945 perlu dilaksanakan secara profesional,
terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Lembaga Yang Terkait dengan Regulasi Audit Sektor Publik Untuk mendukung
keberhasilan penyelengaraan organisasi sektor publik, keuangan organisasi harus dikelola secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efesiensi, ekonomi, efektif , trasnsparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan serta kepatutan.
Sebagai contoh, di organisasi pemeritah di indonesia, keuangan negara wajib dikelola
secara tertib, taat ada peraturan perundang-undangan, efesiens, ekonomi, efektif, trasparan, dan
bertanggug bertanggug jawab dengan mempehatikan mempehatikan rasa keadilan keadilan serta
kepatutan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan itu semua. Secara garis besar dalam undang-
undang tersebut diatur dalam kegiatan pemeriksaan, pemeriksaan, yaitu proses identifikasi
identifikasi masalah masalah dan evaluasi evaluasi yang dilakukan dilakukan secara independen,
independen, objekti, serta profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menlai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keadilan informasi mengenai pengelolaan serta tanggung jawab
keuangan negara. Selain itu, standar akuntansi mengenai pengelolaan serta tanggung jawab
keuangan negara.
Selain itu standar akuntasi pemerintah tahun 1995 tidaklah memenuhi tuntutan dinamika
masa kini, terlebih lagi sejak adanya reformasi kostitusi di bidang pemeriksaan. Jadi untuk
memenuhi amanat : pasal 5/UU/No. 15 Tahun 2004 dan pasal 9 ayat 1 huruf e/UU/No. 15 tahun
2006 tentang badan pemeriksaan keuangan, BPK selaku pihak yang bertugas memeriksa
pengelolaan pengelolaan dan tanggung tanggung jawab keuangan keuangan negara harus
menyusun menyusun standar standar pemeriksaan pemeriksaan yang dapat menampung hal
tersebut. Oleh karena itu, ada awal tahun 2007 BPK telah berhasil menyelesaikan penyusunan
standar pemeriksaan yang diberi standar pemeriksaan keuangan negara disingkat SPKN. SPKN
ini akan mengikat BPK atau pihak lain yang melaksanakan pemeriksaan pemeriksaan keuangan
keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Hal ini merupakan merupakan tonggak tonggak
5
sejarah sejarah dimulainya reformasi terhadap pemeriksaan yang dilakukan BPK. Dengan
adanya SPKN ini, diharapkan hasil pemeriksaan BPK dapat lebih berkualitas, yaitu memberika
nilai tambah yang positif bagi pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
Program kerja Dewan Pengurus (The Board) dilaksanakan oleh kelompok kerja kecil atau
komite teknis, yang dalam hal ini, IFAC memiliki tujuh komite teknis:
a. Compliance
b. Education,
c. Ethics
d. Financial and Management Accounting
e. Information Technology
f. Public Sector
.
Isi pokok IPSAS (International Public Sector Accounting Standards)
Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga tahun 2010 ini
adalah:
IPSAS 1—Presentation of Financial Statements
IPSAS 2—Cash Flow Statements
IPSAS 3—Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IPSAS 4—The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IPSAS 5—Borrowing Costs
IPSAS 6—Consolidated and Separate Financial Statements
IPSAS 7—Investments in Associates
IPSAS 8—Interests in Joint Ventures
IPSAS 9—Revenue from Exchange Transactions
IPSAS 10—Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IPSAS 11—Construction Contracts
IPSAS 12—Inventories
IPSAS 13—Leases
IPSAS 14—Events After the Reporting Date
IPSAS 15—Financial Instruments: Disclosure and Presentation
IPSAS 16—Investment Property
6
IPSAS 17—Property, Plant, and Equipment
IPSAS 18—Segment Reporting
IPSAS 19—Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
IPSAS 20—Related Party Disclosures
IPSAS 21—Impairment of Non-Cash-Generating Assets
IPSAS 22—Disclosure of Information about the General Government Sector (IFAC,
2010)
IPSAS 23—Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and Transfers)
IPSAS 24—Presentation of Budget Information in Financial Statements
IPSAS 25—Employee Benefits
IPSAS 26—Impairment of Cash-Generating Assets
IPSAS 27—Agriculture
IPSAS 28—Financial Instruments: Presentation
IPSAS 29—Financial Instruments: Recognition and Measurement
IPSAS 30—Financial Instruments: Disclosures
IPSAS 31—Intangible Assets. (IFAC, 2010)
7
e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan menandai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintah;
g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif dan prospektif,
yang menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang
dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang
berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan
informasi bagi pengguna mengenai:
a. Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran;
dan
b. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.
Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual.
Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan basis akrual baik dalam pengakan pendapatan dan beban, maupun pengakuan
asset, kewajiban dan ekuitas.
Komponen-komponen Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran dan laporan finansial. Seluruh komponen laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c. Neraca;
d. Laporan Operasional;
e. Laporan Arus Kas;
f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali
Laporan Arus Kas yang disajikan oleh unit fungsi bendahara dan Laporan perubahan Saldo
Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara umum negara.
8
akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Sedangkan tujuan
pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas
pelaporan secara tersanding.
SAP No 03-Laporan Arus Kas
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas dimasa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Tujuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang
memberikan informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas suatu entitas
pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset
nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi. Dan tujuan
pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas
dan setara kas selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan.
SAP No 04- Laporan “Catatan Atas Laporan Keuangan”
Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan yang dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun
manajemen entitas pelaporan.
SAP No 05-Akuntansi Persediaan
Persediaan adalah asset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah. Persediaan dapat meliputi:
a. Barang Konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f. Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
Tujuan Pertanyaan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan.
SAP No 06-Akuntansi Investasi
Investasi adalah asset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomis seperti
bunga, dividen dan royalti, atau manfaat social sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan
keuangan.
SAP No 07-Akuntansi Aset Tetap
Asset tetap adalah asset Asset tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum
9
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap
meliputi pengakuan, penentuan nilai tercatat serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas
penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat aset tetap.
SAP No 08-Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan.
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur perlakuan akuntansi
untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis. Pernyataan Standar ini
memberikan panduan untuk:
a. Identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi dalam
pengerjaan;
b. Penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan dineraca;
c. Penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
SAP No 09-Akuntansi Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi
pinjaman dalam mata uang asing, transaksi yang timbul dari restrukturisasi pinjaman, untuk
biaya yang timbul dari utang negara serta mengatr akuntansi kewajiban pemerintah termasuk
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang yang ditimbulkan dari utang dalam
negeri dan utang luar negeri.
SAP No 10 - Akuntansi Untuk Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang tidak dilanjutkan.
Kesalahan biasanya timbul dari adanya keterlambatan penyampaian bukti transaksi
anggaran oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interprestasi fakta, kecurangan, atau
kelalaian.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi
kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan operasi yang tidak
dilanjutkan.
SAP No 11 - Laporan keuangan konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan yang merupakan gabungan
dari keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan
konsolidasi pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keungan untuk tujuan
umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan
laporan keuangan dimaksud.
SAP No. 12 – Laporan Operasional
Tujuan pernyataan standar Laporan Operasional adalah menetapkan dasar-dasar
penyajian Laporan Operasional untuk pemerintahan sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional
keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu
entitas pelaporan.
10
2.1.3 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara mencabut Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Staatsblad 1933 Nomor 320).
1. Dasar Pemikiran
3. Pelaksanaan Pemeriksaan
Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.
Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan
menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan
12
tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK
disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti,
antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait.
Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga
disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan
keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi
dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa
(audited financial statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada
DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan
yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan
dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila
pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK
melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama
1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai
dengan kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/ bupati/walikota yang
bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan.
Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini
menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada
lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat
dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui
publikasi dan situs web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk
menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan
menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD.
5. Pengenaan Ganti Kerugian Negara
Ketentuan Umum
1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk
menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan informasi mengenai
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
13
2. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Tanggung jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan Keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
4. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan
pemeriksaan, standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa.
Lingkup Pemeriksaan
1. Ada 3 (tiga) lingkup pemeriksaan BPK :
a. Pemeriksaan keuangan :
Adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan.
b. Pemeriksaan kinerja
Adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas.
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Adalah pemeriksaan yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja.
2. Pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang disusun oleh BPK
setelah berkonsultasi dengan Pemerintah.
Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Kebebasan dan kemandirian BPK
BPK bebas dan mandiri dalam menentukan objek perusahaan, perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode pemeriksaan serta penyusunan
dan penyajian laporan pemeriksaan.
2. Perencanaan Pemeriksaan
a. Memperhatikan permintaan, saran dan pendapat lembaga perwakilan.
b. Dapat mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan masyarakat.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Dapat menggunakan pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja
untuk dan atas nama BPK.
14
b. Dapat meminta dokumen, mengakses data, melakukan penyegelan tempat
penyimpanan uang, meminta keluarga, memotret, merekam dan/atau mengambil
sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.
c. Dapat melakukan pemanggilan kepada seseorang untuk meminta keterangan.
d. Melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah.
e. Dapat melaksanakan pemeriksaan investigatif untuk mengungkap adanya indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana.
f. Melaporkan temuan unsur pidana kepada instansi berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, penyampaian laporan dimaksud diatur bersama
oleh BPK dan Pemerintah.
15
4. Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan penyelesaian
kerugian negara/daerah kepada BPK.
5. BPK mamantau penyelesaian pengenaan ganti rugi kerugian negara/ daerah terhadap
pegawai negeri bukan berdasarkan dan/atau pejabat lain pada kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah.
Ketentuan Pidana
1. Sanksi pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/ atau denda
paling banyak Rp. 500 juta dikenakan kepada :
a. Setiap orang yang tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen
dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kelancaran
pemeriksaan pengelolaan uang dan tanggung jawab keuangan negara.
b. Setiap orang yang mencegah, menghalangi dan /atau menggagalkan
pelaksanaan pemeriksaan.
c. Setiap orang yang menolak pemanggilan BPK tanpa menyampaikan alasan
penolakan secara tertulis.
d. Setiap pemeriksaan yang tidak melaporkan temuan pemeriksaan yang
mengandung unsur pidana.
e. Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan.
2. Sanksi pidana selama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 milyar
kepada:
a. Setiap orang yang memalsukan atau membuat palsu dokumen yang disahkan
untuk kelancaran pemeriksaan.
b. Pemeriksa yang menggunakan dokumen yang diperoleh dalam pemeriksaan
melampaui batas kewenangannya.
c. Pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannya sehubungan kedudukan
dan/atau tugas pemeriksaan.
Ketentuan Peralihan
16
Ketentuan Penutup
Pada saat ini undang-undang ini mulai berlaku Instructie en verdere berpalingen voor de
Algemene rekenkamer (IAR) stbl 1898 No. 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
stbl 1933 No. 320 dinyatakan tidak berlaku.
17
Analisis risiko
C. Kegiatan Pengendalian, yang meliputi:
Review kinerja Pemerintah
Pembinaan SDM
Pengendalian fisik aset
Otorisasi transaksi dan kejadian penting
Dokumentasi sistem pengendalian intern
D. Informasi dan Komunikasi, yang meliputi:
Sarana komunikasi
Manajemen sistem dan informasi
E. Pemantauan Pengendalian Intern, yang meliputi:
Pemantauan yang berkelanjutan
Evaluasi terpisah
Tindak lanjut
Setelah mengetahui tentang definisi dan unsur-unsur SPIP, Anda perlu memahami
pentingnya keberadaan sistem ini. Demi mencapai tujuan pengelolaan keuangan negara yang
efektif, efisien, transparan, dan juga akuntabel, setiap pimpinan lembaga negara wajib
melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan menerapkan
unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ini.
Untuk memudahkan penerapan SPIP tersebut, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan secara berjenjang ataupun paralel. SPIP memang sebuah sistem dengan proses yang
begitu panjang. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan untuk mengembngkan
SPIP tersebut
18
3. Tahapan Insfrastruktur (Norming)
Pada tahapan ketiga ini, fondasi dan infrstruktur pendukung sistem mulai terbangun.
Tahapan ini dapat dijalankan melalui pembuatan kebijakan dan Standar Operating
Procedure (SOP) yang berhubungan dengan SPIP.
19
melakukan koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah
lainnya)
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
20
k. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
l. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara
berkala dilaksanakan telaahan sejawat.
m. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
n. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi Audit Sektor Publik Dalam kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008)
kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai
untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi,
regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik,
yayasan dan lain sebagainya.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dapat diartikan sebagai satu sistem
pengendalian pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Selain itu SPIP juga bisa diartikan sebagai proses integral yang dilakukan
secara continues/berulang-ulang oleh sebuah lembaga dan jajarannya dengan maksud untuk
meningkatkan keyakinan agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai melalui kegiatan yang
diselenggarakan untuk mencapai keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
sertakepatuhan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
The Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission (COSO) juga
mengemukakan beberapa unsur SPIP yang mengacu pada konsep Sistem Pengendalian Intern.
Unsur-unsur SPIP tersebut adalah lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan pengendalian intern.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas. Sistem Pengendalian Intern dilakukan
pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan Negara dan Pembinaan penyelenggaraan SPIP Pembinaan
penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP
22
DAFTAR PUSTAKA
http://bpkp.go.id/spip/konten/400/Sekilas-SPIP.bpkp
https://www.slideshare.net/fendriauriga/sistem-pengendalian-intern-pemerintah
23