Anda di halaman 1dari 7

Nama : Putri Nabila Zulvianti

NIM : 1704015058

SISTEM PENGHANTARAN OBAT / 7G

Sistem Penghantaran Obat MDI, DPI dan Nebulizer

Pulmonary drug delivery system atau disebut juga system penghantaran obat melalui
paru-paru. Sistem penghantaran obat ini dapat menghantarkan obat dengan baik yaitu
bioavailibilitas nya dapat mencapai 100% karena obat ini tidak mengalami metabolisme di hati.
Selain penghantarannya yang baik sistem ini memiliki barrier yang relative lebih tipis dan
vaskularisasi yang tinggi yang menyelubungi bagian paru- paru membuat obat akan mudah
diserap dan masuk ke sirkulasi sistemik (Mukta Paranjpe dan Christel C. Muller-Goymann,
2014). Pulmonary drug delivery system juga memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat pada
saluran pernapasan.

Pada SPO melalui paru-paru ini biasanya menggunakan alat yaitu inhaler yang digunakan
untuk pemberian obat secara inhalasi. Sistem pengiriman inhaler merupakan bentuk penting dari
perangkat pemberian obat dalam pengobatan gangguan pernafasan (seperti: asma, bronkitis
kronis, emfisema, dll) karena memiliki keuntungan pemberian obat langsung ke sistem
pernapasan dan memiliki efek samping yang lebih sedikit.

Terdapat tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI
(Metered Dose Inhaler) dan DPI (Dry Powder Inhaler). Metered-Dose Inhaler (MDI) dapat
digunakan dengan spacer maupun tanpa spacer. Dry-Powder Inhaler (DPI) itu seperti
Turbuhaler, Diskus, Twisthaler, sedangkan nebulizer terdiri dari 2 macam yaitu ultrasonic
nebulizer dan jet nebulizer (Christine et all, 2008).

Terapi inhalasi merupakan pengiriman obat langsung menuju paru-paru, namun terapi
inhalasi ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan . Kelebihan pada terapi ini yaitu; efek
langsung ke target pengobatan di saluran pernafasan, lebih efektif untuk dapat mencapai
konsentrasi tinggi di saluran napas, efek sistemik minimal atau dapat dihindarkan (tidak ada
nyeri akibat injeksi), dan waktu kerja bronkodilator lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada
oral. Kekuranngan nya adalah ; Sulit bagi beberapa orang untuk berkoordinasi, terutama anak
kecil, cacat mental, dan orang usia tua (lansia). Kemudiaan ukuran ini relatif kecil sehingga lebih
relatif mudah hilang (Rau JL, 2005).
A. MDI (Metered Dose Inhaler)
MDI merupakan terapi inhalasi dengan dosis terukur yang disemprotkan dalam bentuk
aerosol ke dalam mulut dan dihirup. MDI dapat berbentuk larutan atau suspensi dalam
propelan, propelan sendiri digunakan untuk mendorong obat keluar dri inhaler sehingga obat
ini dapat masuk ke dalam mulut dan terhirup(Waldron J, 2007). MDI dapat ditambahkan
eksipien khusus untuk meningkatkan stabilitas fisika atau untuk meningkatkan kelarutan
obat. Dan simpanlah MDI pada suhu kamar yang sejuk dan kering, dan jangan pada suhu
yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
FDA menyatakan bahwa salah satu bentuk kontrol yang sangat penting untuk aerosol
inhalasi adalah distribusi ukuran partikel dari dosis yang dihantarkan. Parameter ini
tergantung pada formulasi, katup, dan mouthpiece. Distribusi ukuran partikel yang optimal
untuk aerosol inhalasi berada di kisaran 1-5 mikron karena pada ukuran ini obat dapat
mencapai bronkiolus. Untuk distribusi ukuran partikel dapat dipengaruhi oleh karakteristik
semprotan dari produk obat, serta faktor-faktor lainnya dan tidak mudah ditentukan hanya
karena ukuran partikel zat obat yang tersuspensi dalam formulasi. Obat sediaan MDI
dikeluarkan dengan cara aktuasi dan memerlukan koordinasi pada proses inhalasinya.

Ada 3 mekanisme deposisi yang terjadi ketika partikel aerosol masuk saluran pernapasan
yaitu dengan cara inersia, sedimentasi dan difusi.
1. Inersia (impaksi inersial), terjadi ketika ukuran partikel aerosol >10 μm (mikron)
terdeposit pada orofaring akibat dari partikel gas yang memiliki momentum.
2. Sedimentasi , terjadi karena adanya pengendapan gravitasi partikel aerosol. Ukuruan
partikel yaitu kisaran 5-10 μm, sedangkan partikel berukuran 1-5 μm akan terdeposit di
alveoli.
3. Difusi ,terjadi ketika ukuran partikel ukuran partikel aerosol <1 μm dimana partikel obat
bertabrakan dengan molekul gas dan air yg mengelilinginya dan menyebabkan gerakan
brown.
MDI yang mengandung obat antikolinergik bekerja dengan cara vasodilatasi atau
melebarkan diameter saluran nafas (contoh: Ipratropium Bromide). MDI dengan spacer,
merupakan solusi untuk mengurangi kesalahan dalam menggunakan MDI, karena fungsi
dari spacer itu adalah menahan aerosol pada reservoir spacer atau sebagai wadah pemegang
yang menjaga agar obat tidak terbang ke udara. Spacer juga berfungsi untuk memperbaiki
penghantaran partikel halus obat ke paru-paru hingga 22%, serta mengurangi jumlah obat
yang tertinggal di bagian belakang tenggorokan dan lidah.

B. Dry-Powder Inhaler (DPI)


DPI atau inhalasi serbuk kering, alat ini bekerja dengan menghantarkan formulasi serbuk
kering melalui inhalasi ke dalam paru – paru. Obat tersebut bisa murni atau dicampur
dengan eksipien berukuran partikel besar sebagai serbuk pembawa, saat obat ini dihirup obat
akan dilepaskan dan pecah lalu didorong masuk kedalam bronkus, volume inspirasi dan
aliran udara yang dihirup akan menentukan pemberian obat ke paru – paru. Serbuk DPI yang
baik harus memiliki ukuran partikel serbuk yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir
yang bagus dan stabilitas fisika serbuk dalam DPI yang memadai. Suatu produk DPI harus
memiliki FPF (Fine Particle Fraction). FPF merupakan fraksi partikel halus yang dihasilkan
oleh DPI. Serbuk kering untuk inhalasi harus diformulasikan dalam bentuk ukuran partikel
kurang dari 5 μm, Karena penghantaran obat untuk saluran pernapasan dengan partikel 2 – 5
μm menghasilkan manfaat yang optimal sedangkan untuk menghasilkan efek sistemik
dibutuhkan partikel berukuran dari < 2 μm.
DPI dipengaruhi oleh kelembapan sehingga dapat menyebabkan serbuk menggumpal dan
mengurangi deagregasi partikel maka dari itu serbuk harus dijaga tetap kering. Kelembapan
pada udara meningkatkan konduktivitas sehingga memaksa terjadinya pelepasan gas,
muatan electrostatic dan kelembapan berpengaruh pada FPF. Pada kelembapan rendah
penurunan gaya adhesi disebabkan oleh berkurangnya gaya elektrostatik. Factor yang sangat
penting dalam kinerja DPI adalah sifat alir dan deaglomerasi serbuk yang baik. Secara
umum DPI lebih mudah digunakan dibandingkan dengan MDI karena alat ini menggunakan
dorongan napas sedangkan MDI menggunakan gas propellant.
DPI digolongkan berdasarkan disain dosis dibagi menjadi tiga kategori :
1. Single-dose DPI, berisi kapsul yang mengandung satu dosis pengobatan. Single dose ini
bekerja dengan menggerakkan serbuk obat dari suatu kapsul, contohnya adalah aerolizer
dan handihaler.
2. Multiple unit-dose DPI, berisi kapsul yang mengandung beberapa dosis pengobatan.
Contohnya diskhaler.
3. Multiple-dose DPI, dalam satu kapsul berisi beberapa dosis dan akan keluar sesuai
dengan takarannya. Contohnya twisthaler, flexhaler dan diskus.

Kelebihan sediaan DPI :

1. Penggunaan DPI tidak perlu dikocok terlebih dahulu seperti MDI karena DPI tidak
memerlukan propelan dalam mendistribusikan obat. Ketika pasien menarik nafas, aliran
udara akan mengakibatkan adanya turbulensi pada formulasi sehingga terjadi deagregasi
partikel obat. Karena partikel obat segera terlepas dalam beberapa milidetik pertama,
inhalasi cepat dan kuat diperlukan untuk memastikan obat mencapai target organ.
2. Penggunaan DPI tidak memerlukan koordinasi bersamaan antara menekan kanister
dengan menarik nafas seperti MDI. DPI berbentuk kompak, cepat digunakan, dan tidak
memerlukan koordinasi serumit MDI, tetapi teknik inhalasi pasien tetap penting.
3. Tidak memerlukan spacer sebagai alat bantu.

Kekurangan sediaan DPI:

1. Tidak dapat digunakan dibawah umur 5 tahun atau pasien dengan fungsi paru–paru yang
lemah.
2. Perlu menarik nafas dalam (memerlukan minimum inspiratory flow) sehingga tidak tepat
digunakan pada keadaan darurat. Penghirupan yang kuat dan dalam melalui DPI
diperlukan untuk memilah-milah formulasi bubuk menjadi partikel tersentuh kecil
seefisien mungkin dan, akibatnya, untuk memastikan bahwa obat tersebut dikirim ke
paru-paru.
3. DPI rentan terhadap kelembaban (misalkan bila pasien menghembuskan nafas ke
mouthpiece DPI akan mengakibatkan agregasi serbuk dan mempengaruhi jumlah obat
yang terlepas dari DPI.
C. Nebulizer
Nebulizer memiliki prinsip yaitu mengubah obat dalam bentuk larutan menjadi aerosol
atau partikel yang sangat halus sehingga obat masuk dengan cara dihirup. Aerosol adalah
dispersi suatu obat berupa cairan atau zat padat dalam suatu gas. Aerosol sangat bermanfaat
apabila dihirup dan berada pada organ paru karena obat ini memiliki efek untuk
mengembalikan kondisi spasme bronkus. Nebulizer merupakan obat yang dilarutkan atau
disuspensikan kedalam pelarut yang mudah larut air (polar). Tujuan pemberian nebulizer
untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronchiale
berkurang dan menghilang. Cara bekerja nebulizer adalah dengan penguapan, jadi obat-
obatannya diracik (berupa cairan), dimasukan ke tabungnya lalu dengan bantuan listrik
menghasilkan uap yang dihirup dengan masker khusus. Pengobatan ini tidak berbau jadi
rasanya seperti bernapas biasa. Pengobatan ini lebih efektif dari obat yang diminum karena
obat ini langsung dihirup ke paru – paru.

Nebulizer dibagi menjadi 2 macam yaitu jet nebulizer dan ultrasonic nebulizer.

1. Jet nebulizer
Untuk proses aerolisasi menggunakan udara atau oksigen bertekanan. Nebulizer ini
menghantarkan gas terkompresi melalui sebuah jet yang menyebabkan daerah tekanan
negative. Larutan yang diaerolisasi akan masuk kedalam gas menjadi cairan film, cairan
film ini tidak stabil sehingga dipecah menjadi tetesan. Sebuah baffle didalam steam
aerosol akan menghasilkan partikel yang lebih kecil. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi penghantaran obat pada jet nebulizer yaitu :
a. Arus dan tekanan gas
b. Volume isi dan volume mati
c. Densitas gas
d. Kelembapan dan suhu
e. Pola pernapasan
f. Perangkat antar muka
2. Ultrasonik nebulizer
Ultrasonic nebulizer menggunakan gelombang ultrasound, cara kerja ultrasonik nebulizer
dengan mengubah energi listrik menjadi getaran frekuensi tinggi dengan menggunakan
transduser. Jadi getaran ini dipindahkan ke permukaan larutan sehingga menciptakan
larutan gelombang berdiri yang menciptakan aerosol. Nebulizer ini merubah bentuk obat
cair menggunakan getaran frekuensi tinggi sehingga memecah air atau obat menjadi
tetesan atau partikel halus yang dapat dihirup secara langsung kedalam cairan napas.

Kelebihan nebulizer antara lain:

1. Mampu menghantarkan berbagai larutan obat, baik campuran atau tunggal dalam bentuk
aerosol.
2. Konsentrasi dan dosis obat dapat diatur sesuai kebutuhan.
3. Minim dalam membutuhkan kemampuan koordinasi dan kooperasi dari pasien.
4. Dapat digunakan pada usia anak bayi, sangat muda, sangat tua, atau kondisi lemah.
5. Relatif mudah digunakan, karena cukup mudah dikoordinasikan (hanya bernafas normal)
dan tidak perlu menahan nafas seperti yang harus dilakukan pada sediian MDI atau DPI.
6. Mudah menghirup obat, terlepas dari keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh
perburukan gejala dan stadium akhir pada PPOK.

Kerugian dari nebulizer antara lain:

1. Perawatan nebulizer umumnya memakan waktu sekitar 10-20 menit


2. Membutuhkan peralatan yang besar dan tidak praktis
3. Membutuhkan sumber listrik (listrik, baterai, atau gas terkompresi).
4. Obat berpotensi mengenai mata pada penggunaan nebulizer dengan masker wajah (face
mask).
5. Berisiko menyebabkan kontaminasi pada penanganan obat dan pembersihan yang tidak
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem Penghantaran Obat Pulmonar . 2013. Technology Vol.
26 No.2
2. Lorensia, Amelia dan Rivan Virlando. S. 2018. Panduan Lengkap Penggunaan Macam-
Macam Alat Inhaler pada Gangguan Pernafasan. Surabaya: M-Brothers Indonesia Publisher
3. Fernando, Andica. Alex.S dan Faisal.H. 2016. Modifikasi Nebulizer Kompresor Dengan
Menambahkan Pengaturan Timer dan Detektor Cairan Obat Sebagai Batasan Waktu Terapi
Pemberian Obat pada Penderita Asma. Teksnosia Vol.II,No. 17, Tahun X
4. Christine, Kelly H, Sorkness A and William. A Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach:
Asthma, 7th ed, McGraw- Hill, USA; 2008.
5. Rau JL. The Inhalation of Drugs: Advantages and Problems. Respiratory Care. 2005. 50(3):367-
382.

Anda mungkin juga menyukai