Dokumen ini berisikan berbagai materi bersifat teknis metodologis yaitu latar
belakang, tinjauan kebijaksanaan pembangunan, kondisi dan kapasitas
pengembangan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di RBWK I Kabupaten
Kupang, konsep dasar perancangan kawasan perencanaan, serta dilengkapi
dengan hasil rembuk masyarakat (Focus Group Discussion) yang menghimpun
aspirasi masyarakat dalam pembangunan dan penataan kawasan .
Terima kasih kami ucapkan atas perhatian semua pihak, terutama pada Tim
Teknis Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang atas masukan-masukannya dalam
penyempurnaan laporan ini.
i
LAPORAN AKHIR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Alokasi Penetapan dan Pengelolaan Kawasan Lindung Pada
Zona I Daratan Timor Kabupaten Kupang ............................. II - 2
II.2 Alokasi Penetapan dan Pengelolaan Kawasan Budidaya
Pertanian Pada Zona I Daratan Timor Kabupaten Kupang .... II - 6
II.3 Alokasi Penetapan dan Pengelolaan Kawasan Budidaya Non
Pertanian Pada Zona I Daratan Timor Kabupaten Kupang .... II - 7
II.4 Lingkup Layanan Pusat Perkotaan ........................................ II - 9
II.5 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Zona I Kabupaten
Kupang (Daratan Timor) Tahun 2004-2014 ........................... II - 12
II.6 Rencana Alokasi Penggunaan Ruang Kawasan Agropolitan
Oesao Tahun 2012 ................................................................ II - 22
II.7 Daya Tampung Penduduk Setiap BWK Ibukota Kabupaten
Kupang Tahun 2012 dan 2017 .............................................. II - 30
II.8 Arahan Alokasi Sub BWK di Kawasan Perencanaan Ibukota
Kabupaten Kupang ................................................................ II - 31
II.9 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang .................................. II - 36
III.1 Kondisi Iklim di Kawasan Perencanaan di BWK I Ibukota
Kabupaten Kupang ................................................................ III - 4
III.2 Penggunaan Lahan RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang ...... III - 8
III.3 Jumlah Bangunan Menurut Jenisnya Kelurahan Naibonat
Kecamatan Kupang Timur RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang III - 10
III.4 Persentase Jumlah Bangunan Menurut Jenisnya ................ III - 10
III.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kelurahan Naibonat
Kecamatan Kupang Timur RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang III - 12
III.6 Pertambahan Jumlah Penduduk Kelurahan Naibonat
Kecamatan Kupang Timur RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang III - 13
III.7 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kelurahan Naibonat
Kecamatan Kupang Timur ..................................................... III - 13
III.8 Struktur PDRB Kecamatan Kupang Timur Atas Dasar Harga
Yang Berlaku Tahun 2005 ................................................... III - 14
III.9 Jumlah Ternak Berdasarkan Jenisnya Kelurahan Naibonat
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Diagram RTBL Merupakan Produk Seluruh Stakeholder ... I -4
1.2 Diagram Penyusunan RTBL .............................................. I -4
1.3 Foto Udara/Peta Citra Kawasan Perencanaan RTBL
RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang .................................. I -8
1.4 Peta Lingkup Kawasan Perencanaan RTBL RBWK I
Ibukota Kabupaten Kupang ................................................ I -9
2.1 Peta Rencana Pembagian BWK di Ibukota Kabupaten
Kupang .............................................................................. II - 29
2.2 Peta Rencana Struktur Ruang Ibukota Kabupaten Kupang II - 33
2.3 Peta Rencana Struktur Jaringan Jalan Ibukota Kabupaten
Kupang .............................................................................. II - 35
2.4 Peta Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Ibukota
Kabupaten Kupang ............................................................ II - 37
2.5 Foto Tata Massa Bangunan di Kota Delta Mas Bekasi ...... II - 46
2.6 Foto Pola Sirkulasi Aktivitas Di Kota Delta Mas Bekasi ...... II - 46
2.7 Foto Studi Banding Kota Delta Mas Peletakan RTH pada
Setiap Sisi Kota ................................................................. II - 47
2.8 Jalur Pedestrian Di Kota Delta Mas Bekasi ........................ II - 47
2.9 Foto Studi Banding Kota Delta Mas Penandaan Sebagai
Salah Satu Street Furniture Kota ....................................... II - 48
2.10 Foto Jalan Pintu Masuk Menuju Kota Mandiri Delta Mas dan
Menuju Pusat Pemerintahan .............................................. II - 49
2.11 Tengaran/Landmark Di Kota Delta Mas Bekasi .................. II - 50
2.12 Foto Gerbang Menuju Kota Delta Mas Sebagai Petunjuk
Menuju Kota yang Berwawasan Mandiri (Pintu Masuk) ..... II - 51
2.13 Lima Elemen Citra Kota ..................................................... II - 51
2.14 Fasilitas Penunjang Keselamatan dan Kebersihan Di Pusat
Perdagangan Modern Kota Delta Mas ............................... II - 56
2.15 Foto Kawasan Perdagangan di Kota Delta Mas yang Dibuat
Secara Terpusat ................................................................ II - 57
2.16 Foto Beberapa Jenis Ruang Terbuka Hijau dan Pola Tata
Hijau di Kota Delta Mas ..................................................... II - 57
Halaman
bab 1
pendahuluan
Pendahuluan I-1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Maksud dari pekerjaan ini adalah sebagai dokumen panduan umum yang
menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata
bangunan dan lingkungan di lokasi Ibukota Kabupaten Kupang di
Oelamasi, selain itu juga Sebagai petunjuk/acuan bagi para
pihak/pelaksana dalam melaksanakan kegiatan Penyusunan Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) agar tersedianya perangkat
pengendalian sebagai panduan rancangan pengembangan kawasan
untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas bangunan gedung
dan lingkungan yang berkelanjutan.
Pendahuluan I-2
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I-3
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Gambar 1.1
RTBL MERUPAKAN PRODUK SELURUH STAKEHOLDERS
SH
RTBL
SH SH
SH
Gambar 1.2
PENYUSUNAN RTBL PERLU MEMPERHATIKAN FAKTOR TEKNIS
RTBL yang
disepakati
Pendahuluan I-4
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
telah disusun.
c) Tersusunnya Program Investasi Pembangunan
Tersusunnya Program Investasi Pembangunan Kawasan Strategis
Ibukota Kabupaten Kupang pada RBWK I yang telah disetujui semua
pihak yang terkait sebagai bagian upaya peningkatan kualitas
permukiman dengan menyertakan masyarakat sebagai bagian integral
dari upaya pembangunan di lingkungan/kawasan.
Pendahuluan I-5
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I-6
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I-7
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Gambar 1.3
FOTO UDARA/PETA CITRA KAWASAN PERENCANAAN RTBL
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Pendahuluan I-8
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Gambar 1.4
LINGKUP KAWASAN PERENCANAAN RTBL
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Pendahuluan I-9
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Secara garis besar materi pokok dari RTBL RBWK I Ibukota Kabupaten
Kupang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan, pasal 3 yaitu:
a. Program Bangunan dan Lingkungan;
Pendahuluan I - 10
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
c. Rencana Investasi;
i) Bersifat jangka menengah (5 tahun)
Mengindikasikan investasi untuk macam-macam kegiatan yang
konsisten dengan program bangunan dan lingkungan, meliputi
Pendahuluan I - 11
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I - 12
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Keluaran dari kegiatan ini adalah konsep perancangan tata bangunan dan
lingkungan, yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan
dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan
perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran
Pendahuluan I - 13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Laporan akhir ini terdiri dari 7 (tujuh) bab, dimana secara garis besar isi
dari masing-masing bab dapat dikemukakan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan latar
belakang yang mendasari perlunya penyusunan Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan RBWK I Kabupaten Kupang serta
sekaligus mengemukakan secara rinci tentang maksud, tujuan,
manfaat dan sasaran, dasar hukum, ruang lingkup serta hasil
akhir yang diharapkan keluar dalam penyusunan RTBL ini.
Pendahuluan I - 14
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I - 15
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Pendahuluan I - 16
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
BAB 2
DASAR PERTIMBANGAN PENYUSUNAN
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Tabel II.1
ALOKASI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PADA ZONA I
DARATAN TIMOR KABUPATEN KUPANG
Jenis Kawasan Definisi Tujuan Perlindungan Kriteria Lokasi
Kawasan yang Memberi Perlindungan Kawasan dibawahnya
Hutan Lindung Kawasan yang Mencegah terjadinya a.Kawasan Di Amfoang
memiliki sifat yang erosi, banjir, hutan dengan Utara dan
mampu memberi sedimentasi dan faktor-faktor Selatan,
perlindungan bagi menjaga fungsi lereng atau di
kawasan di gidrologik tanah untuk lapangan, Fatuleu yaitu
sekitarnya sebagai menjamin ketersedian curah hujan di hutan
pengatur tata air, unsur hara tanah, air yang melebihi Camplong,
pencegahan banjir tanah dahn air skor 275 di Kupang
dan erosi serta permukaan b.Kawasan Barat yaitu
pemeliharaan dengan lereng di Oenesu
kesuburan tanah lapangan dan
> 40% sekitarnya
c. Kawasan serta di
hutan yang Amarasi dan
mempunyai Kupang
ketinggian 20 Tengah
dpl (sekitar
muara
sungai
Manikin
kawasan Kawasan yang Memberi ruang yang a.Curah hujan Hutan
Resapan Air mempunyai cuku bagi peresapan yang tinggi Camplong,
kemampuan tinggi air untuk penyediaan b.Struktur tanah di Kupang
dalam meresapakan air tanah dan yang mudah Barat yaitu
air hujan sehingga penanggulanagan mereapakan di Oenesu
merupakan tempat banjir air dan
pengisian air bumi c. Geomorfologi sekitarnya
(aquifer) yang yang mampu serta di
berfungsi sebagai meresapkan Amarasi dan
sumber air air sebanyak- Kupang
banyaknya Tengah
(sekitar
muara
sungai
Manikin)
Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan Kawasan tertentu Melindungi wilayah Daratan Amabi Oefeto
Pantai sepanjang pantai pantai dari berbagai sepanjang Timur
yang bermanfaat kegiatan yang tepian yang
penting bagi menggagu kelestarian lebarnya
kelestarian fungsi pantai proporsional
lindung pantai dengan bentuk
tersebut dan kondisi fisik
pantai minimal
100 meter dari
titik pasang
tertinggi ke arah
darat
Sempadan Kawasan sepanjang Melindungi sungai dari a.Sekurang- Oesao,
Sungai kiri-kanan sungai kegiatan yang kurangnya Nunkurus,
yang mempunyai mangganggu/merusak 100 meter di Noelmina,
manfaat penting kualitas ir sungai, kiri-kanan Manikin
untuk kondisi fisik dan asar sungai besar
mempertahankan sungai, mengamankan dan 50 meter
kelestarian sungai aliran sungai kiri-kanan
anak sungai
yang berada
Tabel II.2
ALOKASI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA PERTANIAN
PADA ZONA I DARATAN TIMOR KABUPATEN KUPANG
Jenis Kawasan Definisi Kriteria Lokasi
Kawasan Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang Kawasan hutan dengan faktor Amfoang Utara dan
diperuntukan bagi hutan lereng lapangan, jenis tanah,
Selatan, Amabi
produksi terbatas dimana curah hujan yang mempunyai
eksploitasinya hanya nilai skor 125-174 di luar Oefeto Timur, dan
dapat dengan tebang pilih hutan suaka alam, hutan
Kupang Tengah
dan tanam wisata dan hutan konversi
lainnya (Sk Mentan (sekitar bendungan
No.693/Kpts/Um/8/1981 dan
Tilong).
837/Kpts/Um/11/1980)
Hutan Produksi Tetap Kawasan yang Kawasan hutan dengan Amfoang, Takari,
diperuntukan bagi hutan faktor-faktor lereng lapangan, Amarasi dan Kupang
produksi tetap dimana jenis tanah, curah hujan yang Tengah
eksploitasinya dapat mempunyai skor 124 atau
dengan tebang pilih atau kurang, di luar hutan suaka
tebang habis tanam alam, hutan wisata dan
konversi lainnya (Sk Mentan
No.693/Kpts/Um/8/1981 dan
837/Kpts/Um/11/1980)
Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan yang Kawasan hutan dengan faktor Fatuleu, Amfoang,
bilamana diperlukan dapat lereng laangan, jenis tanah, Takari dan Amarasi
dialihgunakan curah hujan yang mempunyai Timur
skor 124 atau kurang, di luar
hutan suaka alam, hutan
wisata, hutan produksi tetap,
hutan produksi terbatas dan
hutan konversi lainnya (Sk
Mentan
No.693/Kpts?Um/8/1981 dan
837/Kpts/Um/11/1980)
Kawasan Pertanian
Kawasan yang Kawasan yang sesuai untuk Kupang Timur, Kupang
Tanaman Pangan Lahan diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah Tengah, Kupang Barat,
Basah tanaman pangan lahan adalah yang mempunyai Sulamu dan sebagian
basah dimana sistem dan/atau potensi Amfoang
pengairannya dapat pengembangan pengairan
diperoleh secara alamaiah yang memiliki ketinggian di
maupun teknis bawah 1000 m dpl, dengan
kemiringan lereng < 40% dan
dengan kedalamaan efektif
lapisan tanah atas > 30 cm
Kawasan yang Kawasan yang tidak Kupang Tengah,
Tanaman Pangan Lahan diperuntukan bagi mempunyai sistem atau Kupang Barat, Kupang
Kering tanaman pangan lahan potensi pengembangan Timur, Amabi Oefeto
kering sepeerti palawija, pengairan dna memiliki Timur, Takari Fatuleu,
horti kultura atau lainnya ketinggian di bawah 1000 m Amfoang
dpl, dengan kemiringan
lereng < 40% dan dengan
kedalamaan efektif lapisan
tanah atas > 30 cm
Kawasan yang Kawasan yang sesuai untuk a. Kawasan dengan
Kawasan Tanaman diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan potensi kesesuaian
Tahunan/Perkebunan tanaman dengan mempeetimbangkan lahan dan kondisi
tahunan/perkebunan yang faktor ketinggian < 2000 m fisik lingkungan
menghasilkan baik bahan dpl, dean dengan kemiringan serta dengan
pangan maupun bahan lereng < 40% serta dengan prospek pasar yang
Tabel II.3
ALOKASI PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA NON PERTANIAN
PADA ZONA I DARATAN TIMOR KABUPATEN KUPANG
Tabel II.4
LINGKUP LAYANAN PUSAT PERKOTAAN
Sistem Pusat Pelayanan Lingkup Pelayanan dan Wilayah
Hirarki Pengaruh
I Oesao/Camplong (termasuk Seluruh Kabupaten Kupang
Oelamasi)
Sulamu Sulamu dan Sebagian Wilayah
II Amfoang Utara
Batakte Kupang Barat dan Nekamese
Lelogama Amfoang Selatan, sebagian Takari
dan Sebagian Amfoang Barat Daya
Oemofa Amabi Oefeto Timur
Takari Takari dan sebagian Amfoang
Selatan
III Pakubaun Amarasi Timur
Babau Kupang Timur
Naikliu Amfoang Utara dan sebagian
Amfoang Barat Laut
Buraen Amarasi Selatan
IV Kota Kecamatan Lainnya Kecamatannya sendiri
Sumber: Buku Laporan Akhir Review RUTR Zona I Kabupaten Kupang
B. Kota Hirarki II
Kota Sulamu, Batakte, Lelogama dan Oemofa berperan sebagai
sentra pelayanan sekunder, dengan fungsi utama sebagai pusat
pelayanan administrasi pemerintahan kecamatan bagi wilayah
kecamatan yang bersangkutan, sekaligus sebagai pusat pelayanan
sosial ekonomi dan jasa lainnya bagi wilayah kecamatan lain dan
sekitarnya.
C. Kota Hirarki III
Berfungsi sebagai pusat pelayanan lokal.
D. Kota Hirarki IV
Berfungsi sebagai pusat pelayanan lokal.
Tabel II.5
RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN ZONA I KABUPATEN KUPANG
(DARATAN TIMOR) TAHUN 2004-2014
merupakan pemasok bahan bangunan non lokal serta industri tekstil dan
barang-barang rumah tangga lainnya bagi penduduk Sulamu, Naikliu dan
sekitarnya. Dengan demikian hasil bumi serta hasil budidaya nantinya
akan dikumpulkan di Kupang untuk selanjutnya didistribusikan ke wilayah
lainnya dan dengan kedudukan tersebut pertimbangan akan
pembangunan fasilitas transportasi antar moda dengan fasilitas
pendukung lainnya merupakan suatu pilihan yang strategis.
1) Bencana kebakaran
Tabel II.6
RENCANA ALOKASI PENGGUNAAN RUANG
KAWASAN AGROPOLITAN OESAO TAHUN 2012
A. Kawasan Budidaya :
1 Lahan Budidaya Pertanian :
- Lahan Basah 6690,00 1260,00
- Lahan Kering untuk komoditas unggulan 4239,10 9599,10
- Lahan Kering non komoditas unggulan 399,00 469,00
2 Lahan Budidaya Non Pertanian :
- Tambak Garam 890,00 890,00
- Permukiman 480,68 480,68
- Sarana Pelayanan Sosial
- Pendidikan 21,48 21,48
- Kesehatan 2,99 2,99
- Peribadatan 1,98 1,98
- Perdagangan 0,77 0,77
- Fasilitas Pendukung Kegiatan Agribisnis
- Kawasan Industri Pengolahan 50,00 50,00
- Kawasan Industri Garam 10,00 10,00
- Kawasan Jasa-Jasa Penunjang di Agropolis 50,00 50,00
- Fasilitas-fasilitas Penunjang KSP 52,64 52,64
- Lain-lain 234,08 234,08
- Semak / Lahan Kosong 1726,26 1726,26
B. Kawasan Lindung (Konservasi) 2645,02 2645,02
Bagian Wilayah Kota (BWK) merupakan sub wilayah yang ada di dalam
kota. Dengan demikian, penentuan bagian wilayah kota adalah membagi
wilayah kota menjadi beberapa sub wilayah kota, dalam kaitannya
dengan pendalaman yang lebih terinci mengenai karakteristik kehidupan
perkotaan. Adapun produk yang diharapkan guna mencapai tujuan
perencanaan setiap Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu:
a. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan permukiman
dan kegiatan kota.
b. Menciptakan pola intensitas penggunaan ruang yang optimal untuk
meningkatkan hasil guna dan daya guna.
Maka fungsi, batasan dan luas dari masing-masing Bagian Wilayah Kota
(BWK) adalah sebagai berikut:
Batas-Batas BWK 1
Sebelah Utara : Dengan Desa Nunkurus
Sebelah Selatan : Dengan Desa Manusak, Pukdale, dan Oesao
Sebelah Timur : Dengan Kelurahan Camplong I
Sebelah Barat : Dengan Kelurahan Babau
B. BWK 2
Batas-Batas BWK 2
Sebelah Utara : Dengan Kelurahan Naibonat dan Oesao
Sebelah Selatan : Dengan Desa Oefafi
Sebelah Timur : Dengan Desa Manusak dan Desa Kuanheum
Sebelah Barat : Dengan Desa Oefafi
C. BWK 3
Batas-Batas BWK 3
Sebelah Utara : Dengan Kecamatan Fatuleu (Camplong II)
Sebelah Selatan : Dengan Kelurahan Naibonat, dan Camplong I
Sebelah Timur : Dengan Kecamatan Fatuleu (Camplong II)
Sebelah Barat : Dengan Desa Nunkurus dan Desa Bipolo.
D. BWK 4
Batas-Batas BWK 4
Sebelah Utara : Dengan Kelurahan Naibonat dan Camplong I
Sebelah Selatan : Dengan Desa Kuanheum dan Raknamo
Sebelah Timur : Dengan Desa Raknamo
Sebelah Barat : Dengan Desa Pukdale
E. BWK 5
Batas-Batas BWK 5
Sebelah Utara : Dengan Desa Oelbiteno (Kecamatan Fatuleu)
Sebelah Selatan : Dengan Kelurahan Oesao dan Naibonat
Sebelah Timur : Dengan Desa Nunkurus, Camplong I, Nunsaen
Sebelah Barat : Dengan Desa Oeteta
Peta 2.1
Rencana Pembagian BWK di Ibukota Kabupaten Kupang
Tabel II.7
DAYA TAMPUNG PENDUDUK SETIAP BWK
Tabel II.8
ARAHAN ALOKASI SUB BWK DI KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 2.2
Rencana Struktur Ruang Ibukota Kabupaten Kupang
1). Perumahan
2). Pemerintahan
3). Pendidikan
4). Kesehatan
Peta 2.3
Rencana Struktur Jaringan Jalan Ibukota Kabupaten Kupang
Tabel II.9
RENCANA ALOKASI PEMANFAATAN RUANG
Sarana & Non
Permukiman
No Rencana Penggunaan Lahan Prasarana Terbangun
( Ha )
( Ha ) ( Ha )
1 Permukiman
- Rencana Permukiman Kepadatan Rendah 179,24
- Rencana Permukiman Kepadatan Sedang 384,09
- Rencana Permukiman Kepadatan Tinggi 460,91
- Permukiman Dan Fasilitas 1.204,39
- Lahan Cadangan Pengembangan Permukiman 363,54
2 - Kawasan Perdagangan Regional (Segi Tiga Emas Oelamasi) 32,24
- Lahan cadangan Kawasan Perdagangan Regional 68,68
3 Kawasan Translok 426,58
4 Pasar Induk dan Lahan Cadangan 24,29
5 Kawasan Civic Centre 340,00
6 Kawasan Militer TNI AD dan POLRI 123,48
7 Kawasan Campuran 52,61
8 Terminal, Sub Terminal dan Lahan Cadangan 17,96
9 Kawasan Pariwisata 99,9
10 Kawasan Pengembangan Jasa penunjang Agribisnis 59,15
11 Kawasan Pengembangan Industri Pengolahan Pertanian 111,16
12 Sarana Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan 97,97
13 Pengembangan Kawasan Lahan Kering (Komoditas Unggulan) 8.091,41
14 Pengembangan Kawasan Lahan Basah 624,45
15 Perkebunan 462,98
16 Hutan Produksi 982,97
17 Kawasan Pesisir 1.900,42
18 TPU ( Tempat Pemakaman Umum ) + Cadangan 23,31
19 TMP ( Taman Makam Pahlawan ) 4,61
20 Kolam Retensi 12,18
21 Kawasan Lindung dan Konservasi 3.777,34
22 Kawasan Hutan Kota 167,92
23 Sempadan Sungai 604,07
24 Ruang Terbuka Hijau 309,29
25 Infrastruktur (Jaringan Jalan, Dan Jaringan Utilitas) 1.697,06
Gambar 2.4
Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Ibukota Kabupaten Kupang
Kondisi fisik daerah merupakan salah satu faktor penyebab banjir yang
statik, dan dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu topografi daerah aliran dan
geometri sungai. Sementara itu daerah aliran sungai yang berada di
Kawasan Ibukota Kabupaten Kupang antara lain adalah Sungai-Sungai
Lili, Oelamasi, Pukdale, Pulukayu, Airkom, dan Oesao.
lipatan dan bahan induk batu gamping napal, batu liat, batu pasir,
konglomerat dan tefra.
2. Sungai–sungai Oelamasi, Pukdale, Pulukayu, Airkom, dan Oesao
hampir seluruhnya bermuara pada daerah dataran genangan dengan
klasifikasi tanah Gleisol Hidrik dan berbahan induk Aluvio-marin.
Lokasi dengan jenis tanah ini hanya satu-satunya yang dapat ditemui
di daratan Timor yakni di muara Teluk Kupang yang mempunyai areal
seluas lebih kurang 225 km2.
Dengan panjang mencapai 6 km, maka catchmet area dari sungai ini
mencapai luas 19,52 km2. Ketinggian sungai pada bagian hulunya berada
pada ± 100 mdpl. Dari persimpangannya dengan jalan Trans Timor (pada
Kawasan Asam Tiga) ke arah hilir sungai kehilangan alur pada jarak
sekitar 300 m, sehingga pada saat hujan besar, air sungai mengalir
mencari jalannya masing-masing secara tidak beraturan.
Sungai Airkom memiliki catcment area seluas 195 km2, dengan panjang
sungai mencapai 36 km. Sungai ini bukan tipe sungai yang mengalirkan
air sepanjang tahun, dan kawasan hulu sungainya berada pada
ketinggian sekitar ± 510 mdpl. Sungai ini memotong Jalan Trans Timor di
Kawasan Airkom Desa Naibonat, dan dari jembatan ke arah hilir
sungainya mengalir dan menerima beberapa aliran sungai lain yang
akhirnya bergabung menjadi sungai Nunkurus mengalir ke laut. Debit
sungai tahunan Airkom tepat sebelum jembatan (di persimpangannya
dengan Jalan Trans Timor) diperkirakan mencapai angka sekitar 442
m3/det, sedangkan debit kala ulang 25 tahun adalah sekitar 1041 m3/det.
Catchmet area dari sungai ini mencapai luas 36,14 km2 dengan panjang
aliran sungainya mencapai 11,25 km. Seperti halnya sungai lain di
kawasan ini, maka Sungai Pulukayu juga bukan tipe sungai yang
mengalirkan air sepanjang tahun. Kawasan hulu sungainya berada pada
wilayah dengan ketinggian mencapai ± 112 mdpl. Aliran sungai ini juga
memotong Jalan Trans Timor, yaitu di Kawasan Pulukayu Desa Naibonat,
dan dari jembatan pada perpotongannya dengan Jalan Trans Timor ke
arah hilir sungai ini mengalir dan bergabung dengan Sungai Airkom.
Debit sungai tahunan dari Sungai Pulukayu sebelum perpotongannya
dengan Jalan Trans timor diperkirakan mencapai angka 76 m3/det,
sedangkan debit kala ulang 25 tahunnya mencapai angka 175 m3/det.
Sungai Oesao memiliki luas catcment area seluas 168 km2, dengan
panjang sungai sepanjang 36 km. Sungai Oesao juga bukan merupakan
sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun, dan kawasan hulunya
berada pada kawasan dengan ketinggian sekitar ± 510 mdpl. Alirannya
memotong Jalan Trans Timor pada kawasan di dusun Timur Desa Oesao,
dan dari jembatan ke arah hilir arah aliran sungainya menerima aliran
beberapa alur sungai/kali lain yang akhirnya bergabung dengan sungai
Nunkurus dan mengalir ke arah laut.
Data yang ada menunjukan bahwa lebar dan ketinggian Sungai Oelamasi
sangat bervariasi, dengan lebar dasar minimum 1 m dan maksimum 7 m
dengan lebar rata-rat 6,23 m. Sedangkan kedalaman minimum 1,0 m dan
maksimum 3 m dengan kedalaman rata-rata 2,10 m. Material dasar dan
tebing saluran berupa tanah berpasir sampai pasir berbatu dengan
ukuran mencapai 8/10 cm.
Gambar 2.5
Tata Massa Bangunan Di Kota Delta Mas Bekasi
4. Ruang terbuka
Ruang terbuka sebagai pembatas antar lingkungan dan fungsi
sebagai tempat untuk olah raga, bermain, berlindung serta sebagai
tempat bersosialisasi.
Gambar 2.7
Studi Banding Kota Delta Mas Peletakan RTH pada Setiap Sisi Kota
5. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian ini
merupakan elemen
pendukung bagi
perdagangan dan
vitalitas ruang urban.
6. Aktivitas Pendukung
Aktivitas pendukung ini Sumber: Dokumentasi Studi Banding, Tahun 2008
meliputi seluruh Gambar 2.8
Jalur Pedestrian Di Kota Delta Mas Bekasi
pemakaian dan
aktivitas yang membantu kekuatan ruang umum urban.
Bentuk, lokasi dan karakteristik area yang spesifik akan
menciptakan fungsi, pemakaian dan aktivitas yang spesifik pula.
7. Signage/Tata Informasi
Tujuan dari signage adalah untuk menjadikan kota yang dapat
dimengerti.
Gambar 2.10
Jalan Masuk Menuju Kota Mandiri Delta Mas dan Menuju Pusat Pemerintahan
2. Distrik (district)
Distrik (kawasan) suatu kota merupakan integrasi dari berbagai
kegiatan fungsional yang pada umumnya memusat pada kawasan-
kawasan tertentu dalam kota. Pemusatan ini didasarkan kepada
orientasi utama, kepentingan serta peranannya di dalam suatu kota,
adakalanya kawasan fungsional tertentu ini tidak begitu jelas
perbedaaanya dengan kawasan fungsional lainnya.
3. Batasan (edges)
Batasan (edges) merupakan pengakhiran dari suatu distrik atau
kawasan tertentu. Jika melihat batasan yang jelas antara kawasan
dengan kegiatan fungsional tertentu, kawasan dengan kegiatan
fungsional lainnya memang sangat sulit. Hal demikian lebih tidak
jelas di kota-kota di Indonesia dimana struktur fisik bangunan di
kawasan pusat kota, belum terlalu menonjol secara monumental dari
struktur fisik bangunan lainnya. Tetapi batasan lainnya yang jelas
dapat dilihat jika ada perubahan yang nyata dari suatu kawasan yang
terdiri atas struktur buatan dengan kawasan yang masih alami.
4. Tengaran (landmark)
Tengaran merupakan salah satu unsur yang turut memperkaya
ruang. Bangunan yang memberikan
citra tertentu, sehingga mudah
dikenal dan diingat dan dapat juga
memberikan orientasi bagi orang
dan kendaraan untuk bersirkulasi.
Hal ini menjadi perhatian dari suatu
kota atau suatu lingkungan tertentu
Sumber: Dokumentasi Studi Banding, Tahun 2008 karena akan merupakan suatu
Gambar 2.11 orientasi bagi penduduk kota atau
Tengaran/Landmark
Di Kota Delta Mas Bekasi pendatang atau dapat merupakan
salah satu indikator fisik kota
tertentu.
5. Simpul (nodes)
Nodes adalah titik pemusatan kegiatan fungsional dari suatu kota
yang dapat dikaitkan dengan landmark, kedua-duanya merupakan
suatu ciri kota yang menonjol yang dapat berperan dan berfungsi
sebagai suatu orientasi, pengenalan lingkungan bagi penduduk dan
pendatang ke suatu kota. Perbedaannya adalah terletak pada
kegiatan fungsional yang ada disekitarnya atau didalamnya.
Gambar 2.12
Gerbang Menuju Kota Delta Mas Sebagai Petunjuk
Menuju Kota yang Berwawasan Mandiri (Pintu Masuk)
Gambar 2.13
Lima Elemen Citra Kota
(Sumber: Kevin Lynch.’Image of The City”. 1968)
C. Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan adalah jumlah lantai penuh dalam satu
bangunan dihitung mulai lantai tertinggi. Tinggi bangunan adalah
jarak dari lantai dasar sampai puncak atap atau bangunan yang
dinyatakan dalam meter. Pengaturan ketinggian bangunan meliputi:
1. Keadaan fisik dasar kawasan seperti kemiringan lahan, struktur
geologi dan hidrologi;
2. Jenis intensitas penggunaan ruang;
3. Nilai lahan;
4. Dan aspek urban design seperti kesan proporsi antara lebar dan
tinggi bangunan, kesan ritmik, monumental, sudut matahari,
kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya dan lain-lain.
5) Struktur keruangan;
6) Landscape;
7) Tanaman dan perdu setempat;
8) Keamanan tapak;
9) Pembuangan air kotor.
Menurut Kevin Lynch ada beberapa kriteria kawasan yang menjadi pusat
perdagangan diantaranya (Lynch; 1964:209):
a. Lokasi tergantung pada analisis pasar dengan mempertimbangkan
distribusi dari penduduk, kemampuan membeli dan lokasi dari pusat-
pusat yang bersaing.
b. Pusat-pusat ditempatkan di sepanjang jalan arteri primer.
c. Mempunyai jalur/jalan lain menuju ataupun keluar dari pusat kawasan
perdagangan.
d. Mempunyai view yang baik.
e. Area yang akan dibangun bertopografi homogen.
f. Mempunyai sirkulasi yang baik.
g. Adanya ruang terbuka (taman, parkir).
h. Aman dan nyaman, yaitu antara lain adanya kantor polisi. Pemadam
kebakaran, jarak antar bangunan, penerangan yang baik terutama
pada malam hari dan lain-lain.
Gambar 2.17
Penanaman Pohon di Sepanjang Jalan
Sebagai RTH di Terminal Cianjur
Gambar 2.18
RTH Sebagai Kawasan Pelayanan Publik
dan Sebagai Papan Informasi Pada
Sumber: Dokumentasi Studi Banding, Tahun 2008 Terminal Cianjur
BAB 3
GAMBARAN KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 3.1
PETA ADMINISTRASI RBWK I
KABUPATEN KUPANG
Gambar 3.2
PETA WILAYAH PERENCANAAN RTBL
Tabel III.1
KONDISI IKLIM DI KAWASAN PERENCANAAN DI BWK I IBUKOTA
KABUPATEN KUPANG
Bulan
No Uraian Satuan Rate2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agst Sept Okt Nop Des
o
1 Suhu C 27,5 27,4 27,4 28 26,6 26,5 25,7 26,3 27,0 28,3 28,6 28,1 27,3
2 Kelembaban % 91 91 91 91 91 89,6 89,0 87,7 87,0 86,0 86,3 86,3 88,9
Udara
3 Penguapan mm 131 106 134 111 158 125 182 321 227 222 145 112 165
4 Penyinaran % 40,9 40,9 57,6 65,2 77,5 69,8 82,3 83,4 83,2 76,9 55,7 42,2 64,6
Matahari
5 Kecepatan m/dt 0,7 0,6 0,5 0,7 1,2 1,00 1,0 1,2 1,0 0,9 1,1 0,8 0,9
Angin
Sumber: Detail Desain Rencana Bendungan Raknamo (Aitkom) Kab. Kupang – NTT,2005
Gambar 3.3
PETA TOPOGRAFI WILAYAH PERENCANAAN RTBL
600
500
Curah Hujan (mm)
400
300
200
100
0
Jan. Peb. Maret April Mei Juni Juli Agus t. Sept. Okt. Nop. Des .
Bulan
Gambar 3.4
GRAFIK CURAH HUJAN RATA-RATA POS HUJAN
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
3.1.1.5 Hidrologi
Tabel III.2
PENGGUNAAN LAHAN RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Gambar 3.5
PETA POLA PENGGUNAAN LAHAN
KAWASAN PERENCANAAN
Tabel III.3
JUMLAH BANGUNAN MENURUT JENISNYA
KELURAHAN NAIBONAT KECAMATAN KUPANG TIMUR
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
No Jenis Jumlah (%)
1 Permanen 235 21,40
2 Semi Permanen 275 25,00
3 Temporer 589 53,60
Jumlah 1.099 100,00
Sumber: Kecamatan Kupang Timur dalam Angka, 2006
Tabel III.4
PERSENTASE JUMLAH BANGUNAN MENURUT JENISNYA
No Jenis Jumlah (%)
1 Kelurahan Naibonat 1.099 100,00
2 Kawasan Perencanaan 142 12,92
Sumber: Kecamatan Kupang Timur dalam Angka, 2006
Gambar 3.6
PETA KEPEMILIKAN LAHAN
KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 3.7
GRAFIK PERKEMBANGAN PENDUDUK DI KAWASAN PERENCANAAN
Tabel III.6
PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK
KELURAHAN NAIBONAT RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Keterangan Jumlah (jiwa) Presentase (%)
Kelahiran 25 20,49
Kematian 7 5,74
Pendatang 75 61,15
Pindah 15 12,62
Jumlah 122 100,00
Sumber: Kecamatan Kupang Timur dalam Angka, 2006
Gambar 3.8
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA KELURAHAN NAIBONAT
3.2.4 Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel III.8
STRUKTUR PDRB KECAMATAN KUPANG TIMUR
ATAS DASAR HARGA YANG BERLAKU
TAHUN 2005
Kontribusi Thd
No Lapangan Usaha Nilai (Rp)
PDRB (%)
1 Pertanian 51.373.181 52.65
2 Pertambangan & Penggalian 580.373 0.59
3 Industri Pengolahan 1.631.259 1.67
4 Listrik, Gas dan Air Minum 859.214 0.88
5 Konstruksi / Bangunan 4.727.435 4.84
6 Perdagangan, Rumah Makan Dan Hotel 15.013.160 15.39
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.150.975 4.25
8 Persewaan, Keuangan dan Jasa 873.665 0.90
Perusahaan
9 Jasa – Jasa 18.373.264 18.83
Tabel III.9
JUMLAH TERNAK BERDASARKAN JENISNYA
KELURAHAN NAIBONAT KECAMATAN KUPANG TIMUR
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Jenis Ternak Jumlah (Ekor) Presentase (%)
Sapi 1.578 39,71
Kuda 17 0,43
Kambing 155 3,90
Babi 295 7,42
Ayam 1.750 44,04
Itik 179 4,50
Jumlah 3.974 100,00
Sumber: Kecamatan Kupang Timur dalam Angka, 2006
Gambar 3.9
Peta Jaringan Jalan
Kawasan Perencanaan
Gambar 3.10
PETA JARINGAN LISTRIK
DI KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 3.11
PETA JARINGAN TELEPON
DI KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 3.12
DISTRIBUSI PENDUDUK PEMAKAI AIR BERSIH DI KAWASAN PERENCANAAN BWK I
SA (sum ur
artesis); 1527; PP (perpipaan);
16% 1298; 14% PMA
(perlindungan
m ata air); 387; 4%
SPT (sum ur
pom pa tangan );
82; 1%
SGL (sum ur
gali); 6113; 65%
Gambar 3.13
PETA JARINGAN AIR BERSIH
DI KAWASAN PERENCANAAN
Kapasitas alur sungai yang tidak memadai karena sempit sehingga aliran
air menjadi terhambat, akibatnya terjadi kenaikan elevasi muka air di
bagian hulunya. Kondisi alur sungai yang tidak memadai ini dikarenakan
oleh proses sedimentasi, penyumbatan akibat sampah, bottle neck alami
dan akibat adanya bangunan (jembatan).
Gambar 3.14
PETA JARINGAN DRAINASE
KAWASAN PERENCANAAN
3.5.1 Perumahan
3.5.3Fasilitas Perdagangan
Tabel III.11
LUAS PANEN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI, PALAWIJA
PADA TINGKAT PETANI MENURUT JENIS KOMODITI
DI KECAMATAN KUPANG TIMUR
BAB 4
ANALISIS PENATAAN
BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
2. Ekonomi
♦ Rendahnya aktivitas ekonomi dibandingkan dengan nilai lahan
yang sangat tinggi;
♦ Pemanfaatan lahan belum optimal;
♦ Aktivitas ekonomi yang tidak optimal karena kurangnya keterkaitan
(linkage) di dalam kawasan;
Analisis Penataan Bangunan dan Lingkungan IV-2
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
3. Sistem Keterkaitan
♦ Belum adanya akesibilitas yang cukup baik yang mempermudah
permiabilitas ke dalam kawasan perencanaan;
♦ Diprediksi dapat terjadi akumulasi kendaraan pada jam-jam dan
daerah tertentu yang menyebabkan kemacetan pada simpul
kawasan, terutama pada jalan penghubung Kota Kupang –
Kabupaten Kupang;
♦ Dapat terjadi keterbatasan linkage akibat dominasi aktivitas sekitar
perkantoran pada satu kawasan tertentu.
♦ Dapat terjadi kekacauan akibat tumbuhnya kaki lima pada jalur
pedestrian yang tak terkendali menggeser pejalan kaki ke jalan
raya;
♦ Belum adanya jalur-jalur kendaraan umum, lengkap dengan
haltenya pada daerah yang berpotensi komersial;
♦ Kecepatan pergerakan relatif tinggi, maka pada segmen-segmen
yang diantisipasi potensial padat perlu disediakan jalur
perlambatan jalan kendaraan yang akan masuk ke kawasan
perkantoran.
4. Tata Bangunan
♦ Kurangnya optimalisasi penggunaan lahan pada kawasan;
♦ Perbandingan padat-rongga yang tidak seimbang;
♦ Apabila tidak ada panduan akan terjadi stagnasi bentukan fisik
bangunan;
♦ Belum adanya aturan yang jelas mengenai batasan kepadatan
penduduk dan panduan umum tata bangunan.
5. Landmark
Belum ada landmark atau tengaran yang memperlihatkan ciri khas
kawasan perencanaan.
Gambar 4.1
PETA KDB KLB
(INTENSITAS BANGUNAN)
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
4.3.1 Topografi
Tabel IV.1
HUBUNGAN SUDUT LERENG DENGAN KEMAMPUAN PERUNTUKKANNYA
(Mabbery, 1972)
Kelas Sudut Lereng (%)
No Jenis Penggunaan Lahan
0-3 ^3-5 ^5-10 ^10-15 ^15-30 ^30-70 >70
1. Rekreasi Umum
2. Bangunan Konstruksi
3. Permukiman
4. Fasilitas
5. Jalan
6. Sistem Septic
7. Pusat Perdagangan
8. Jalan raya dan Terminal
9. Lapangan Terbang
10. Jalan lain
Keterangan: X=menyatakan peruntukannya, Sumber: Departemen Transmigrasi RI
Dari hasil analisis terdapat keadaan geologi dan jenis tanah, dapat
ditetapkan areal yang dapat dikembangkan sebagai kawasan perkotaan,
Tabel IV.2
KRITERIA PENENTUAN SATUAN KEMAMPUAN LAHAN
BERDASARKAN KONDISI GEOLOGI
Sifat dan Jenis Kestabilan Kestabilan Bencana
No Erosivitas Drainase
Tanah/Batuan Lereng Pondasi Alam
1. Kemantapan
Rapuh Tidak stabil Tidak stabil Buruk Tinggi Bahaya
Kompak Agak stabil Agak stabil Sedang Sedang Waspada
mantap Stabil Stabil Baik Rendah Aman
2. Kekerasan
Lunak Tidak stabil Tidak stabil Buruk Tinggi Bahaya
Liat Agak stabil Agak stabil Sedang Sedang Waspada
Keras Stabil Stabil Baik Rendah Aman
3. Fraksi
Halus Tidak stabil Tidak stabil - Tinggi -
Sedang Agak stabil Agak stabil - Sedang -
Kasar Stabil Stabil - Rendah -
4. Lapisan
Tipis Tidak stabil Tidak stabil - Tinggi -
Sedang Agak stabil Agak stabil - Sedang -
Tebal Stabil Stabil - Rendah -
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2008
4.3.4 Hidrologi
4.3.6 Kebisingan
Faktor utama kebisingan pada kawasan perencanaan yaitu kebisingan
yang diakibatkan oleh aktivitas yang ditimbulkan lalu lintas kendaraan.
Faktor kebisingan sangat berpengaruh terhadap jarak bangunan dari
sumber kebisingan serta penempatan vegetasi dan jenis vegetasi untuk
mengurangi volume kebisingan sehingga konsep yang akan diterapkan
pada rencana tapak yaitu batas kawasan dengan vegetasi untuk
mengurangi kebisingan.
4.3.7 Vegetasi
Penentuan penempatan vegetasi sangat diperlukan untuk pertimbangan
analisis tapak, penempatan vegetasi yang baik pada kawasan
perencanaan diutamakan untuk mengurangi faktor kebisingan yang
diakibatkan oleh aktivitas bandara, kemudian sebagai ruang terbuka hijau
di kawasan perencanaan. Vegetasi ini juga sebagai buffer dan batas jelas
dari kawasan.
Tabel IV.3-1
MASALAH, POTENSI, PROSPEK, DAN GAGASAN
Tabel IV.3-2
MASALAH, POTENSI, PROSPEK, DAN GAGASAN
Tabel IV.3-3
MASALAH, POTENSI, PROSPEK, DAN GAGASAN
Tabel IV.4
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDUDUK
TERHADAP KEBUTUHAN RUANG
No Data Statistik Pengaruh
1. Jumlah penduduk Luas kebutuhan ruang
Kebutuhan akan jenis fasilitas dan
pelayanannya
2. Struktur penduduk Besaran dan jenis fasilitas pelayanan
menurut umur dan jenis Tipe-tipe lingkungan permukiman khususnya
kelamin dalam skala jarak-jarak
3. Penyebaran penduduk Pola dan zoning (perunyukan lahan dan
intensitas pembangunannya)
Tipe lingkungan
Sarana-sarana yang dibutuhkan
4. Kepadatan penduduk Peruntukan lahan
5. Pertumbuhan dan Pertumbuhan kawasan
perkembangan Pola pengaturan kawasan dan kemungkinan
penduduk perluasan
Besaran, jenis, susunan fasilitas-fasilitas
pelayanan
Sumber: Petunjuk Teknis Tata Bangunan dan Lingkungan, Dinas Tata Ruang dan
Permukiman.
Tabel IV.5
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
KELURAHAN NAIBONAT KECAMATAN KUPANG TIMUR
RBWK I IBUKOTA KABUPATEN KUPANG
Eksisting Proyeksi
Tahun Jumlah (jiwa) Tahun Jumlah (jiwa)
1999 3.113 2004 5.552
2000 3.268 2005 6.135
2001 3.286 2006 6.717
2002 3.403 2007 7.299
2003 5.957 2008 7.881
2009 8.464
2010 9.046
2011 9.628
2012 10.211
2013 10.793
2014 11.375
2015 11.958
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4.2
GRAFIK PERTUMBUHAN PENDUDUK
KELURAHAN NAIBONAT KECAMATAN KUPANG TIMUR
A. Permukiman
Di kawasan perencanaan BWK I dari 5.669 bangunan (409.568,15
m2) sebagian besar merupakan bangunan yang berfungsi sebagai
perumahan/tempat tinggal sebesar 68,35%.
B. Pertanian
Kegiatan pendidikan yang ada merupakan pendidikan formal maupun
non formal, negeri maupun swasta, terlihat menyebar di seluruh
kawasan perencanaan BWK I.
C. Perdagangan
Pola tersebut diatas, merupakan pola jalan yang sering ditemui di kota-
kota yang baru berkembang, dimana jalan utama sebagai tumpuan utama
dan sebagai kegiatan pokok kota dan jalan disekitarnya sebagai
penunjang.
Tabel IV.6
PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG PERUMAHAN
Kebutuhan
Standar Luas Lahan
No Tipe
(m2) Unit Proyeksi (m2)
2010 2015 2010 2015
1 Besar 600 181 239 108.553 143.491
2 Sedang 300 543 717 162.830 215.237
3 Kecil 150 1.086 1.435 162.830 215.237
Jumlah 434.213 573.965
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4.3
GRAFIK PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG
UNTUK PERUMAHAN KAWASAN PERENCANAAN
Tabel IV.7
PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG FASILITAS KOMERSIL
Penduduk Kebutuhan
No Fasilitas Pendukung
(Jiwa)
Standar Unit m2
(m2) 2010 2015 2010 2015
1 Warung 250 100 36 48 3.618 4.783
2 Pertokoan 2500 1.200 4 5 4.342 5.740
3 Pusat Belanja
Lingkungan 30.000 13.500 - - - -
Penduduk Kebutuhan
No Fasilitas Pendukung
(Jiwa)
Standar Unit m2
(m2) 2010 2015 2010 2015
Jumlah 40 53 7.961 10.523
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Berdasarkan hasil analisis, maka kebutuhan ruang untuk kawasan
komersil hingga tahun 2015 jika dibandingkan dengan eksisting yang ada
sudah cukup memadai. Untuk lebih jelas mengenai perbandingan ruang
kawasan komersil eksisting dengan kebutuhan ruang komersil pada tahun
perencanaan dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.4
GRAFIK PERBANDINGAN PROYEKSI
FASILITAS PERDAGANGAN DI KAWASAN PERENCANAAN
Tabel IV.8
PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG FASILITAS PENDIDIKAN
Gambar 4.5
GRAFIK PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG FASILITAS PENDIDIKAN
Tabel IV.9
PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG
FASILITAS PERIBADATAN DI KAWASAN PERENCANAAN
Kebutuhan
Standar Unit Luas Lahan
No Fasilitas Ruang (m2)
(jiwa) (m2)
2010 20015 2010 2015
1 Langgar 2.500 4 5 300 1.086 1.435
2 Masjid Lingkungan 30.000 - - 1.700 - -
3 Masjid 120.000 - - 4.000 - -
Kebutuhan
Standar Unit Luas Lahan
No Fasilitas Ruang (m2)
(jiwa) (m2)
2010 20015 2010 2015
4 Masjid Kota 1.000.000 - - - - -
5 Tempat Ibadah - - - 2.000 - -
Non Islam
Jumlah 4 5 1.086 1.435
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Gambar 4.6
GRAFIK PROYEKSI KEBUTUHAN RUANG
FASILITAS KESEHATAN DI KAWASAN PERENCANAAN
Tabel IV.12
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK KELURAHAN NAIBONAT
Asumsi Kebutuhan
Tahun Tahun Tahun Tahun
No Keterangan
2010 2015 VA/org 2010 2015
VA VA
Jumlah Penduduk 9.046 11.958
1 Domestik 90 814.149 1.076.184
Sarana
2 22 199.014 263.067
Umum/Sosial
3 Komersial 112 1.013.163 1.339.251
Total Kebutuhan 2.026.326 2.678.502
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Tabel IV.13
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH KELURAHAN NAIBONAT
Asumsi Kebutuhan
No Keterangan Tahun 2010 Tahun 2015 Tahun 2010 Tahun 2015
liter/org/hr
liter/hari liter/hari
Jumlah Penduduk 9.046 11.958
1 Domestik 150 1.356.915 1.793.640
2 Komersial 30 271.383 358.728
3 Pelayanan Sosial 15 135.691 179.364
Jumlah 1.763.989 2.331.732
4 Tingkat Kebocoran 20% 352.798 466.346
Total Kebutuhan 2.116.787 2.798.078
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Tabel IV.14
PERKIRAAN AIR LIMBAH KELURAHAN NAIBONAT
Perkiraan Air
Kebutuhan (m3/hari)
Buangan (m³/hari)
No Keterangan Standar
Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2015 2010 2015
1 Air Bersih 2.117 2.798
2 Jumlah Penduduk
Tahun 2010 =
9.046 jiwa
Tahun 2015 =
11.958 jiwa
3 Limbah/ Air Kotor
(m³/hari) 70% dari kebutuhan air bersih 1.482 1.959
Septic Tank/ RT
4 1 unit = 5 jiwa 1.809 2.392
(unit)
5 Septic Tank
Umum/ MCK 1 unit = 1.000 jiwa 9 12
(unit)
Sumber: Hasil Analisis, 2008
a. Pelayanan Komunal
Sistem Pelayanan Bin Gerobak TPS
0,3 – 0,5 m3 1 – 2 m3 6 – 8 m3 6 – 8 m3
Kotak,Tabung. Standar Standar, kontainer Container, Dump Truk.
Standar Standar Standar Standar
Individual; Developer Swadaya Swadaya; Developer Pemkab
Gambar 4.7
CONTOH BIN KOMUNAL INDIVIDUAL
Gambar 4.8
Tabel IV.15
RENCANA TIMBULAN SAMPAH DAN KEBUTUHAN SARANA PERSAMPAHAN
Tahun
Uraian
2010 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa timbulan sampah yang akan
dihasilkan pada tahun 2010 adalah 22.615 liter/hari dengan jumlah
kontainer yang dibutuhkan masyarakatnya sebanyak ± 1.573 bin, 377
tong sampah, 8 buah gerobak sampah, dan 8 buah tempat sampah
lingkungan. Sedangkan pada tahun 2015 timbulan sampah yang
dihasilkan adalah 29.894 liter/hari dengan jumlah kontainer yang
dibutuhkan sebanyak 1.792 bin, 498 tong sampah, 10 buah gerobak
sampah, dan 10 buah tempat sampah lingkungan.
Gambar 4.9
BAGAN ALUR SAMPAH INSTALASI PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU/TPA
Swakelola/Prakarsa
Masyarakat
Proses Pemisahan
Proses Pemilahan
Sanitary
Residu
Landfill
Incinerator
Abu Pilihan
Campuran
Produk
Daur Ulang
Sumber: Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu, Arianto Wibowo & Darwin T.J
Keterangan: Warna diatas tidak memilki arti
Gambar 4.10
RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN
YANG MEMANFAATKAN SISTEM DAUR ULANG
Untuk lebih jelas mengenai hubungan antar elemen yang ada di kawasan
perencanaan dapat dilihat pada gambar 4.11.
Gambar 4.11
HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTAR ELEMEN KAWASAN KOTA
Hubungan Tinggi
Hubungan Sedang
Hubungan Rendah
Tabel IV.3
ANALISIS SELEKSI TAPAK KAWASAN PERENCANAAN
No Aspek Masalah Potensi Prospek Gagasan
1 Topografi Kemiringan 0-2% dan dataran rendah Kondisi topografi yang Pengembangan
0 – 100 mdpl, dimanfaatkan sebagai relatif datar dapat kawasan permukiman
daerah permukiman, sawah, dan dimanfaatkan untuk dan komersial.
kebun sehingga memudahkan dalam berbagai kegiatan
pengembangan wilayah permukiman
dan fasilitas pendukung.
2 Hidrologi Kondisi kawasan labil Terdiri dari Sungai Oesa yang dapat Sebagai area konservasi Penanaman pohon-
Erosi di daerah aliran dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air, dan ruang pohon penahan banjir,
sungai yang relatif tinggi saluran drainase dan air tanah sebagai terbuka hijau sebagai kawasan
Drainase yang tidak sumber kebutuhan harian masyarakat, wisata / taman bermain
baik, sehingga
mengakibatkan bagian
hilir sungai rentan
terhadap banjir
3 Land use Berada jalan utama kota Pengembangan kawasan komersil dan Perencanaan land use Pembangunan
dengan tingkat industri, serta perumahan. peruntukan lahan
kebisingan yang tinggi yang teratur dan
Tata letak yang tidak terarah
teratur dan terarah Pembuatan ruang
terbuka hijau
sebagai daerah
vegetasi, peredam
dan atau
mengurangi
kebisingan
Ketinggian
bangunan yang
terencana sesuai
dengan GSB, KDB
dan KLB yang telah
ditetapkan
BAB 5
ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN
BERBASIS PERAN MASYARAKAT
A. Penjajagan Awal
Tahap penjajagan adalah dilakukan serangkaian survei, wawancara
dan observasi di lapangan untuk mendapatkan gambaran umum
(base line data) dari kelompok sasaran program. Selanjutnya hasil
penjajagan awal tersebut dipaparkan dalam sesi pengenalan program
terhadapap para tokoh masyarakat (stakeholder). Dalam sesi ini
dilihat tanggapan dari para tokoh terhadap gambaran yang diperoleh
oleh pihak luar melalui jajag pendapat para tokoh masyarakat di
sekitar perencanaan.
B. Koordinasi Pelaku/Stakeholder
Kegiatan ini berbentuk workshop. Sasaran workshop diarahkan pada
para pelaku kunci yang akan terlibat dalam proses perencanaan.
Para pelaku kunci sangat berpengaruh terhadap bagaimana rencana
tata ruang akan disusun. Para pelaku kunci ini terdiri dari berbagai
kelompok di antaranya adalah kelompok konsultan, unsur-unsur
pemerintah, kader-kader/tokoh internal dari kalangan warga
masyarakat, dan pihak-pihak swasta yang akan terlibat dalam
pembangunan. Kegiatan ini bersifat informal dimana membahas
schedule tahapan kegiatan selanjutnya.
Tabel V.1
TABULASI HASIL KUESIONER FGD (FOCUS GROUP DISCUSS)
Persentase
No Uraian
(%)
1 Jenis rumah
a Permanen 16
b Semi Permanen 36
c Temporer 40
2 Kepemilikan lahan
a Hak Milik 92
b Sewa
c Tanah Pemerintah
3 Status kepemilikan rumah
a Ya 92
b Tidak
4 Luas lahan
a 75 m2 44
b 100 m2 20
c > 100 m2 36
5 Luas rumah
a 75 m2 60
b 100 m2 16
c > 100 m2 16
6 Kelengkapan dalam rumah
a Kamar Mandi/WC 52
b Garasi 4
c Pekarangan 52
Persentase
No Uraian
(%)
d Septic Tank 4
e Tempat Sampah 12
g Sumur/Tangki air 28
7 Rumah yang ditempati sudah merupakan rumah sehat
a Ya 28
b Tidak 64
8 Sarana lingkungan
a TPS 4
b Lap OR
c Taman Lingkungan 4
d Sarana Pendidikan 12
e Sarana Peribadatan 52
f Pos Keamanan 16
g Lain-lain
9 Prasarana yang sudah ada di rumah
a Listrik 56
b Telepon
c Air Bersih 20
d Lain-lain 12
10 Fasilitas dan prasarana yang ada sudah memadai
a Ya 8
b Tidak 84
bab 6
KONSEP DASAR PERANCANGAN
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Dari visi tersebut, dapat dirumuskan beberapa misi yang akan menjadi
dasar bagi penetapan kriteria-kriteria perancangan kawasan. Misi tersebut
antara lain:
a) Membentuk citra kawasan sebagai kawasan perumahan perkotaan
yang berkarakter;
b) Menciptakan fungsi mikro kawasan perdagangan dan jasa yang
dapat menunjang kegiatan perumahan dan pusat perkotaan
Kabupaten Kupang;
c) Menciptakan lingkungan yang aman baik bagi pengguna maupun
pengunjung kawasan;
Struktur ruang kota adalah pola pengaturan dari blok, jalan, bangunan,
ruang terbuka dan lansekap kawasan yang akan menciptakan kualitas
kawasan. Struktur ruang kota memberikan landasan bagi perancangan
A. Jaringan jalan/pergerakan
Jaringan jalan/pergerakan yang berhasil adalah jaringan yang
memberikan berbagai pilihan bagi pencapaian dari satu titik ke titik
lain oleh pengguna kawasan. Selain itu juga memiliki kejelasan
hubungan antara satu bagian dengan bagian lainnya. Jaringan jalan
dan pergerakan harus memudahkan dan menarik untuk dilalui baik
dengan berjalan kaki, bersepeda atau berkendaraan. Komponen
utama dari sistem pergerakan adalah jarak jangkau dari tiap
titik/fasilitas. Tempat pemberhentian angkutan publik, ruang terbuka
aktif, dan beberapa fasilitas lain selayaknya dapat dijangkau untuk
tiap jarak minimal 400 m (5 menit jalan kaki).
C. Landmark Kawasan
Pengembangan landmark atau tengaran kawasan dilakukan untuk
mencapai image dan karakteristik kawasan perencanaan secara
umum. Konsep pengembangan image kawasan ini dilakukan melalui
pengembangan pola penataan bangunan yang spesifik dalam
D. Simpul
Simpul adalah tempat fokus yang merupakan persimpangan dari
pada lintasan. Simpul ini dapat menjadi unsur kejelasan suatu
lingkungan bila dikembangkan dengan menambahkan elemen-
elemen lain, termasuk menyatukan dengan pengembangan
landmark, sehingga memiliki karakter yang spesifik. Hal hal yang
dapat dilakukan antara lain dengan memperkuat simpul. Semua
Perumahan
Jenis kegiatan yang dikembangkan adalah kegiatan kawasan
perumahan yang mampu mendukung kegiatan pusat perkotaan
Kabupaten Kupang, dengan mengembangkan fungsi-fungsi mikro
perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi perumahan dan
pusat perkotaan, dan didukung oleh ketersediaan ruang-ruang
publik yang aman, nyaman, manusiawi dan ramah lingkungan.
Gambar 6.1
PETA PENATAAN PENGGUNAAN LAHAN
Gambar 6.2
PETA KEPADATAN PERUMAHAN
Arteri Primer Kecepatan rencana minimal 60 km/jam Parkir dibadan jalan tidak
Lebar jalan minimal 8 m diperkenankan
Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas Bangunan sepanjang jalan ini harus
rata-rata memiliki GSB (GSB tidak boleh berimpit
Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh dengan rumija)
lalu lintas ulang-alik, lalu lintas dan kegiatan lokal
Jalan masuk dibatasi secara efisien
Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu
tidak mengurangi kecepatan rencana dan
kapasitas jalan
Tidak terputus walaupun memasuki kota
Arteri Sekunder Kecepatan rencana minimal 40 km/jam Parkir di badan jalan diperkenankan
Lebar jalan minimal 8 m tetapi terpisah dengan jalur cepat,
Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas selain mempertimbangkan volume
rata-rata kendaraan, lebar (kapasitas jalan),
Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh jumlah lajur.
lalu lintas lambat Bangunan sepanjang jalan ini harus
Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu memiliki GSB (GSB tidak boleh berimpit
tidak mengurangi kecepatan rencana dan dengan rumija).
kapasitas jalan
Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
Kolektor Primer Kecepatan rencana minimal 40 km/jam Parkir di badan jalan diperkenankan
Lebar jalan minimal 7 m tetapi terpisah dengan jalur cepat,
Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas selain mempertimbangkan volume
rata-rata kendaraan, lebar (kapasitas jalan),
Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga jumlah lajur.
tidak mengurangi kecapatan rencana dan Bangunan sepanjang jalan ini dapat
kapasitas jalan dengan GSB berimpit dengan rumija.
Tidak terputus walaupun masuk kota
Sumber: UU No. 13 Tahun 1980 tentang Jalan, PP No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan
Gambar 6.3
PETA RENCANA HIRARKI JALAN
Gambar 6.4
PENAMPANG JALAN
Gambar 6.5
ROW
C. Jalur Pedestrian
Untuk menciptakan kawasan yang berkarakter dan hidup maka
perancangan kawasan jalan harus berorientasi pada pejalan kaki
(pedestrian oriented), terutama untuk mengalirkan pergerakan dan
menghidupkan fungsi-fungsi perdagangan dan jasa pada bangunan.
Jalur pedestrian merupakan jalur yang menjadi saluran pergerakan
pejalan kaki. Pengembangan jalur pejalan kaki dimaksudkan untuk
meningkatkan dan mengefisienkan pergerakan dalam kawasan
perencanaan serta menghidupkan suasana kawasan sebagaimana
prinsip perancangan di atas. Untuk itu perlu penyediaan fasilitas yang
memadai sehingga menjamin keamanan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki.
D. Parkir
Fasilitas parkir disediakan untuk melayani peningkatan arus lalu lintas
dari dan ke dalam kawasan perencanaan. Penyediaan parkir pada
kawasan ini diarahkan pada parkir off street, baik pada ruang
terbuka maupun dalam bangunan. Sistem parkir bersama juga dapat
dilakukan untuk efisiensi ruang bagi beberapa kavling.
C. Ketinggian Bangunan
Sebagaimana ketetapan KLB, dalam RTRW Kabupaten Kupang juga
ditentukan ketinggian maksimum bangunan beserta jarak antar
bangunan.
D. Insentif Pembangunan
Tabel VI.2
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN RUANG TERBUKA
Jenis Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang Keterangan
Jalan Raya Menempatkan elemen-elemen yang Trotoar, drainase,
memberikan keamanan dan tanaman peneduh,
kenyamanan penggunan jalan lampu jalan, tempat
(kendaraan bermotor maupun pejalan sampah, marka jalan
kaki). dan rambu-rambu.
Perbaikan kondisi fisik dan Saluran air, lampu
Jalan Lingkungan pengadaan elemen-elemen yang jalan serta tanaman
akan memberikan keamanan dan peneduh.
kenyamanan bagi kendaraan maupun
pejalan kaki.
Peningkatan kondisi fisik dan Perkerasan dengan
Gang (antar bangunan) kejelasan fungsi sebagai gang yang paving, saluran air
menghubungkan satu tempat dengan (bila memungkinkan)
tempat lainnya. dan lampu
penerangan.
Penataan ruang sebagai ruang hijau Vegetasi untuk hiasan
Ruang antar bangunan pada lingkungan mikro. maupun untuk
peneduh bangunan.
Penataan fisik dengan penanaman Pagar beserta
Halaman rumah dan tanaman hias dan juga tanaman tanaman hias dan
bangunan lainnya peneduh untuk kenyamanan dan tanaman peneduh.
estetika lingkungan.
Penataan fisik dengan tanaman Tanaman peneduh,
Welcome area peneduh yang diarahkan sebagai tanaman hias Lampu
(Landmark) batas/ciri kota. taman.
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Tabel VI.3
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TERBUKA HIJAU
Jenis Kawasan/Ruang
Arahan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau
Taman Fungsi utama: sebagai sarana untuk menciptakan keserasian
dan keindahan lingkungan, sarana untuk
mempengaruhi/memperbaiki iklim mikro.
Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan jenis,
letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria:
Jenis Kawasan/Ruang
Arahan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau
Karakteristik tanaman: perakaran tidak mengganggu
pondasi, dahan tidak mudah patah, tidak bergetah, struktur
daun setengah rapat sampai rapat.
Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain
secara seimbang.
Kecepatan tumbuh sedang.
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya.
Jenis tanaman tahunan atau musiman.
Jarak tanaman setengah rapat.
Bentuk-bentuk kawasan hijau pertamanan yang dikembangkan:
taman kota, taman dalam kawasan fungsional (pemerintahan
perdagangan dan jasa, pendidikan), taman lingkungan
perumahan, pulau jalan, taman gerbang tol, taman gerbang
kota, taman Kota dan taman rekreasi.
Jalur Hijau Fungsi utama: sebagai jalur pengaman sekitar jalan raya,
utilitas/instalasi penting (sungai, jalan rel kereta api, jaringan
listrik; sekaligus menciptakan keserasian lingkungan.
Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan lokasi,
jaringan yang diamankan; serta kriteria vegetasi untuk jalur
hijau sebagai berikut:
Kriteria tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat,
dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi;
Kecepatan tumbuhnya bervariasi;
Dominan jenis tanaman tahunan,
Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya, dan
Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat.
Pekarangan Fungsi utama: sebagai sarana untuk menciptakan keserasian
pada kawasan perumahan.
Pola pengembangan: menyatu dengan kapling-kapling
perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang
direncanakan.
Sesuai unsur kawasan hijau kota, kriteria vegetasi untuk
pekarangan:
Jenis tanaman tahunan atau tanaman musiman,
Berupa habitat tanaman lokal atau tanaman budidaya,
Jarak tanaman bervariasi, persentase hijau disesuaikan
dengan intensitas kepadatan bangunan.
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Tabel VI.4
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN TERBANGUN
Kawasan Arahan Pemanfaatan Ruang
Perdagangan dan Fungsi utama: Perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
jasa kecamatan/kota.
Pola pengembangan: linier sepanjang jalan arteri dan kolektor, sebagai
bagian dari Pusat Kota (Central Busines District – CBD)
Jenis pemanfaatan yang diperbolehkan: Pusat perbelanjaan, pertokoan,
pasar, jasa perkantoran, jasa perhotelan, jasa profesional, jasa hiburan,
bangunan multifungsi, rumah toko, bangunan umum.
Pemerintahan dan Fungsi utama: Pemerintahan dengan skala pelayanan kecamatan.
bangunan umum Pola pengembangan: memusat dalam kompleks/pusat pemerintahan
sebagai bagian dari pusat kota.
Gambar 6.6
Peta Intensitas Pemanfaatan Lahan
Gambar 6.7
Peta RTH
Gambar 6.8
bab 7
PANDUAN RANCANGAN
(DESIGN GUIDELINES)
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
A. Blok Penataan dengan Intensitas KDB 50 %, KLB 1,0, Jumlah Lantai Bangunan
Maksimum 3 Lantai, dimana blok ini memiliki fungsi utama sebagai Perumahan dan
Niaga (ruko dan rukan);
B. Blok Penataan dengan Intensitas KDB 50 %, KLB 1,0, Jumlah Lantai Bangunan
Maksimum 2 Lantai, terdiri dari:
C. Blok Penataan dengan Intensitas KDB 60 %, KLB 1,2, Jumlah Lantai Bangunan
Maksimum 2 Lantai, terdiri dari:
D. Blok Penataan dengan Intensitas KDB 40 %, KLB 0,8, Jumlah Lantai Bangunan
Maksimum 2 Lantai, terdiri dari:
E. Blok Penataan dengan Intensitas KDB 40 %, KLB 0,8, Jumlah Lantai Bangunan
Maksimum 2 Lantai, dimana kawasan ini dikhususkan untuk perumahan dengan
kavling kecil 150 m2.
No scale
A
C
B
Gambar 7.1
TIPOLOGI PENATAAN KAWASAN PERENCANAAN
No scale
Gambar 7. 2
BLOK PENANGANAN TIPOLOGI A
Gambar 7.3
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI
RUKO/RUKAN
No scale
Gambar 7.4
SIMULASI RANCANGAN TIPOLOGI RUKO/RUKAN
Key Plan
No scale
a) Pencapaian menuju dan dari bangunan dapat di akses dari jalan utama.
b) Sirkulasi kendaraan umum
Gambar 7.5
POTO NG AN TI PIK AL TI POLOGI BLOK PENG EMB ANG AN A
No scale
Panduan Rancangan (Design Guidelines) VII-7
Tata Bangunan dan Lingkungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Key Plan
No scale
Gambar 7.6
SIRKULASI PERSIMPANGAN ANTARA HIRARKI 1DAN HIRARKI 2
b) Reklame
Gambar 7.7
SISTEM PENATAAN KUALITAS LINGKUNGAN DI KAWASAN PERENCANAAN
Gambar 7.8
KONSEP DASAR PENATAAN JALUR HIJAU DAN PEDESTRIAN PERENCANAAN
No scale
d) Landmark
Gambar 7.9
ILUSTRASI DESAIN GERBANG KAWASAN
No scale
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Saluran air di sepanjang jalan pada blok ini wajib ada dengan kriteria:
Harus menerus di sepanjang koridor dan terkait dengan sistem
drainase di seluruh kawasan.
Kemiringan sekitar 2 % sehingga dapat mengalirkan air secepat-
cepatnya.
Lebar saluran minimal disesuaikan dengan prasyarat jalan. Saluran
harus tertutup dengan man hole atau lubang kontrol tertutup yang
bisa diangkat bila sewaktu-waktu diperlukan.
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) wajib ada di
beberapa tempat yang memungkinkan.
Hidran pemadam kebakaran setiap 300 m.
No scale
Gambar 7.10
CONTOH SIMUL ASI PEN AT AAN RUKO/RUK AN P AD A TIPOLOGI A
Kawasan ini di dominasi oleh perumahan eksisting, panduan kawasan ini akan
terbagi menjadi panduan pada kawasan yang belum terbangun dan konsep
umum penataan pada kawasan yang sudah terbangun.
A. Konsep Umum
No scale
Gambar 7. 11
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
2) Keselamatan;
Perumahan yang memperhatikan keselamatan bagi para penghuni di
kawasan perumahan tersebut dan sekitarnya dari kemungkinan
bahaya kebakaran, banjir dan gangguan lainnya.
3) Keamanan;
Mempertimbangkan penyediaan ruang umum yang nyaman akan
menyebabkan penghuni perumahan saling bersosialisasi dan saling
menjaga keamanan lingkungannya, menghindari tindak kejahatan dan
hal-hal yang dapat membahayakan keamanan penghuni;
4) Kenyamanan;
Mempertimbangkan kemudahan untuk penghuni dan masyarakat
sekitarnya.
Mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas/pencapaian dari dan
menuju perumahan.
Mempertimbangkan keleluasaan bergerak bagi penghuni dari berbagai
usia.
Mempertimbangkan perletakkan fasilitas lingkungan perumahan dalam
jarak jangkauan pejalan kaki.
Keindahan kawasan yang terbentuk dari penataan bangunan dan
lingkungannya.
5) Kesejahteraan;
Penyediaan tipe rumah dan tempat kerja yang beragam sehingga
dapat menyatukan perbedaan kelas ekonomi dan usia penghuninya
dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Mempertimbangkan peran fasilitas umum dalam menjaga
keseimbangan sosial yang akan mendorog timbulnya rasa gotong
royong dan rasa kekeluargaan masyarakat.
B. Panduan Detail
Gambar 7.12
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI
PERUMAHAN KAVLING BESAR
No scale
Gambar 7.14
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING KECIL
Gambar 7.15
PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI JALAN PADA BLOK PENANGANAN B
Key Plan
Panduan Rancangan (Design Guidelines) VII-18
Tata Bangunan dan Lingkungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
No scale
a) Ruang terbuka
Ruang terbuka berupa taman, ruang bermain sampai lapangan
olahraga perlu didistribusikan secara merata pada kawasan
perumahan.
Halaman muka bangunan dapat membantu membentuk suasana
wajah jalan.
Ruang terbuka dalam kavling besar dianjurkan berupa inner court.
b) Tata hijau
Penataan pohon hijau menerus sepanjang jalur pejalan kaki dengan
jarak penanaman sekitar 5 meter.
No scale
Gambar 7.16
CONTOH SIMUL ASI PEN AT AAN K AW AS AN P AD A TIPOLOGI B
Kawasan ini di dominasi oleh perumahan eksisting, panduan kawasan ini akan
terbagi menjadi panduan pada kawasan yang belum terbangun dan konsep
umum penataan pada kawasan yang sudah terbangun.
A. Konsep Umum
No scale
2) Keselamatan;
Perumahan yang memperhatikan keselamatan bagi para penghuni di
kawasan perumahan tersebut dan sekitarnya dari kemungkinan bahaya
kebakaran, banjir dan gangguan lainnya.
3) Keamanan;
Mempertimbangkan penyediaan ruang umum yang nyaman akan
menyebabkan penghuni perumahan saling bersosialisasi dan saling menjaga
keamanan lingkungannya, menghindari tindak kejahatan dan hal-hal yang
dapat membahayakan keamanan penghuni;
4) Kenyamanan;
Mempertimbangkan kemudahan untuk penghuni dan masyarakat sekitarnya.
Mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas/pencapaian dari dan menuju
perumahan.
Mempertimbangkan keleluasaan bergerak bagi penghuni dari berbagai usia.
Mempertimbangkan perletakkan fasilitas lingkungan perumahan dalam jarak
jangkauan pejalan kaki.
Keindahan kawasan yang terbentuk dari penataan bangunan dan
lingkungannya.
5) Kesejahteraan;
Penyediaan tipe rumah dan tempat kerja yang beragam sehingga dapat
menyatukan perbedaan kelas ekonomi dan usia penghuninya dalam
meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Mempertimbangkan peran fasilitas umum dalam menjaga keseimbangan
sosial yang akan mendorog timbulnya rasa gotong royong dan rasa
kekeluargaan masyarakat.
B. Panduan Detail
Gambar 7.18
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING BESAR
No scale
Gambar 7.19
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING SEDANG
No scale
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
a) Ruang terbuka
Ruang terbuka berupa taman, ruang bermain sampai lapangan
olahraga perlu didistribusikan secara merata pada kawasan
perumahan.
Halaman muka bangunan dapat membantu membentuk suasana
wajah jalan.
Ruang terbuka dalam kavling besar dianjurkan berupa inner court.
b) Tata hijau
Penataan pohon hijau menerus sepanjang jalur pejalan kaki dengan
jarak penanaman sekitar 5 meter.
Gambar 7.20
PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI JALAN PADA BLOK PENANGANAN C
No scale
No scale
Gambar 7.21
CONTOH SIMUL ASI PEN AT AAN K AW AS AN P AD A TIPOLOGI C
Kawasan ini di dominasi oleh perumahan eksisting, panduan kawasan ini akan
terbagi menjadi panduan pada kawasan yang belum terbangun dan konsep
umum penataan pada kawasan yang sudah terbangun.
A. Konsep Umum
No scale
Gambar 7. 22
BLOK PENANGANAN TIPOLOGI D
2) Keselamatan;
Perumahan yang memperhatikan keselamatan bagi para penghuni di
kawasan perumahan tersebut dan sekitarnya dari kemungkinan bahaya
kebakaran, banjir dan gangguan lainnya.
3) Keamanan;
Mempertimbangkan penyediaan ruang umum yang nyaman akan
menyebabkan penghuni perumahan saling bersosialisasi dan saling menjaga
keamanan lingkungannya, menghindari tindak kejahatan dan hal-hal yang
dapat membahayakan keamanan penghuni;
4) Kenyamanan;
Mempertimbangkan kemudahan untuk penghuni dan masyarakat sekitarnya.
Mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas/pencapaian dari dan menuju
perumahan.
Mempertimbangkan keleluasaan bergerak bagi penghuni dari berbagai usia.
Mempertimbangkan perletakkan fasilitas lingkungan perumahan dalam jarak
jangkauan pejalan kaki.
Keindahan kawasan yang terbentuk dari penataan bangunan dan
lingkungannya.
5) Kesejahteraan;
Penyediaan tipe rumah dan tempat kerja yang beragam sehingga dapat
menyatukan perbedaan kelas ekonomi dan usia penghuninya dalam
meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Gambar 7.23
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING SEDANG
40 %
No scale
Blok
Fungsi Utama KDB MAK KLB
Pengembangan
Gambar 7.24
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING KECIL
40 %
No scale
IV. Sistem
Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Gambar 7.25
PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI JALAN PADA BLOK PENANGANAN D
No scale
a) Ruang terbuka
Ruang terbuka berupa taman, ruang bermain sampai lapangan
olahraga perlu didistribusikan secara merata pada kawasan
perumahan.
Panduan Rancangan (Design Guidelines) VII-37
Tata Bangunan dan Lingkungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
No scale
Gambar 7.26
CONTOH SIMUL ASI PEN AT AAN K AW AS AN P AD A TIPOLOGI D
Kawasan ini di dominasi oleh perumahan eksisting, panduan kawasan ini akan
terbagi menjadi panduan pada kawasan yang belum terbangun dan konsep
A. Konsep Umum
No scale
Gambar 7. 27
BLOK PENANGANAN TIPOLOGI E
5) Kesejahteraan;
Penyediaan tipe rumah dan tempat kerja yang beragam sehingga dapat
menyatukan perbedaan kelas ekonomi dan usia penghuninya dalam
meningkatkan kesejahteraan kehidupannya.
Mempertimbangkan peran fasilitas umum dalam menjaga keseimbangan
sosial yang akan mendorog timbulnya rasa gotong royong dan rasa
kekeluargaan masyarakat.
B. Panduan Detail
Gambar 7.28
SIMULASI PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI PERUMAHAN KAVLING KECIL
No scale
No scale
Gambar 7.29
ILUSTRASI DESAIN PERUMAHAN
Gambar 7.30
PANDUAN RANCANGAN TIPOLOGI JALAN PADA BLOK PENANGANAN E
No scale
a) Ruang terbuka
Ruang terbuka berupa taman, ruang bermain sampai lapangan
olahraga perlu didistribusikan secara merata pada kawasan
perumahan.
Halaman muka bangunan dapat membantu membentuk suasana
wajah jalan.
Ruang terbuka dalam kavling besar dianjurkan berupa inner court.
b) Tata hijau
Penataan pohon hijau menerus sepanjang jalur pejalan kaki dengan
jarak penanaman sekitar 5 meter.
Tabel VII.1
PROGRAM KEBUTUHAN RUANG
KABUPATEN KUPANG
No scale
Gambar 7.31
CONTOH SIMUL ASI PEN AT AAN K AW AS AN P AD A TIPOLOGI E
bab 8
INDIKASI PROGRAM
TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Lingkup uraian mengenai indikasi program ini akan mencakup aspek-aspek (1)
Susunan/bentuk program, (2) Program investasi dan pendanaan, (3) Lembaga
terkait yang akan terlibat di dalam penanganan/pelaksanaan program, dan (4)
Jadwal pelaksanaan program.
Untuk itu, maka lingkup indikasi program terbagi atas indikasi program
pembangunan yang bersifat menyeluruh untuk seluruh kawasan, terutama yang
berkaitan dengan pembangunan fisik infrastruktur dan atau public utilities pada
A. Prosedur Investasi
Tata cara penanaman modal sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku secara nasional, regional, dan lokal sebagai berikut:
6. Persetujuan RKL dan RPL, atau UKL dan UPL untuk kawasan yang
memerlukan studi A;
7. Izin Usaha Tetap (IUT).
Tabel VIII.1
TAHAP IZIN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL
No Jenis Izin Permohonan Persyaratan Permohonan
1. Izin Lokasi Ditujukan kepada Bupati Surat persetujuan penanaman modal;
Akte pendirian perusahaan;
NPWP;
Peta areal lokasi yang dimohon.
2. Hak atas tanah Ditujukan kepada Kepala Izin Lokasi;
Hak Guna Ba-ngunan Kantor Pertanahan Tanda bukti perolehan tanah;
(bagi tanah untuk Kabupaten Kupang Akte pendirian perusahaan/kartu indentitas
bangunan kantor) diri;
Hak Guna Usaha Gambar situasi hasil pengukuran kadasteral
(bagi tanah untuk oleh kantor pertanahan setempat.
usaha tanaman hias)
3. Izin Mendirikan Ditujukan kepada Bupati Rekaman surat keputusan izin lokasi;
Bangunan Rekaman KTP atau bukti diri
penandatanganan permohonan;
Rekaman akte pendirian perusahaan;
Surat kuasa apabila penandatanganan
permohonan bukan dilakukan oleh
pemohon sendiri;
Rekaman sertifikat hak atas tanah;
Rekaman tanda pelunasan PBB;
Rekaman rencana tata bangunan.
4. Izin UU Gangguan Ditujukan kepada Bupati Rekaman SK/Izin Lokasi;
(HO) Rekaman KTP dan NPWP perusahaan
yang bersangkutan;
Rekaman akte pendirian perusahaan;
Tanda pelunasan PBB;
Rekaman sertifikat tanah;
Rancangan tata ruang, letak instalasi
mesin, peralatan dan perlengkapan
bangunan industri;
Persetujuan tetangga/masyarakat yang
berdekatan;
Bagan alir proses produksi dilengkapi
dengan daftar bahan baku/penolong dan
bagan alur pengolahan limbah.
5. Persetujuan RKL Kepada Ketua Komisi Amdal
(Rencana Pengeloaan Kabupaten Kupang
Lingkungan) dan RPL
(Rencana
Pemantauan
Lingkungan) bagi
kegiatan usaha wajib
Amdal (Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan)
6. Izin Usaha Tetap (IUT) Ditujukan kepada Kepala Rekaman akte pendirian perusahaan dan
BKMD Kabupaten Kupang perubahannya;
C. Insentif Investasi
(1) Dasar Hukum
a. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.297/KMK.01/ 1997 tanggal
4 Juli 1997, junto Surat Keputusan Menteri Keuangan RI
No.545/KMK.01/1997 tanggal 3 November 1997.
b. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 546/KMK.01/ 1997 tanggal
3 November 1997.
(2) Insentif Yang Diberikan
a. Pembebasan dari bea impor terhadap peralatan mesin, barang,
material yang diimpor untuk pengembangan industri/jasa baru.
b. Pembebasan dari bea impor terhadap peralatan mesin yang diimpor
untuk keperluan perluasan industri/jasa. Perlakuan yang sama
terhadap material yang diimpor hanya dapat diberikan bila perluasan
tersebut lebih 30% dari kapasitas terpasang.
c. Pembebasan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap impor
peralatan mesin jika peralatan tersebut digunakan untuk kegiatan
manufaktur dalam pengembangan baru di sektor industri saja (tidak
termasuk industri jasa).
d. Tax Holiday untuk industri dan lokasi tertentu.
Tabel Viii. 2
Table viii.3
Tabel VIII.2
INDIKASI PROGRAM NON FISIK DAN FISIK
Tahun Realisasi
Program Sub Program Sumber Dana Institusi Terlibat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Program 1. Sosialisasi/Desiminasi RTBL Kawasan APBD, APBN Pemkab Dinas-
Kawasan RBWK I Ibukota Kabupaten
Kupang, khususnya di Kelurahan Dinas terkait, DPRD
Non Fisik Naibonat kepada seluruh dinas terkait (diajukan) v
dan DPRD
2. Sosialisasi RTBL Kawasan RBWK I APBD, APBN Pemkab, Masyarakat
Ibukota Kabupaten Kupang kepada (diajukan) v
masyarakat
3. Proses RTBL menjadi PERDA APBD Pemerintah Kabupaten v
4. Penyusunan Master Plan/Development APBD, APBN Pemerintah Kabupaten,
Plan s/d Site Plan Kawasan RBWK I (diajukan)/ Swasta, dan v
Ibukota Kabupaten Kupang Investor Swasta Masyarakat
5. Penyusunan Studi Kelayakan Teknis, APBD, Pemerintah, Swasta
v
Finansial, dan Dampak Lingkungan Swasta Masyarakat
6. Pendataan batas hal milik tanah untuk APBD/Swasta Pemerintah,
mengantisipasi konsolidasi tanah di Swasta dan Masyarakat v
Kawasan RBWK I Ibukota Kabupaten
Kupang
7. Persiapan model partisipasi masyarakat
Penataan bangunan pada kawasan terbangun terutama Kawasan RBWK I Ibukota Kabupaten Kupang, sebagai kawasan
Program pengembangan perumahan, membutuhkan partisipasi masyarakat
Fisik 1. Diseminasi APBD, APBN Pemkab v v v
2. Persiapan Partisipasi Masyarakat APBD, APBN Masyarakat v v v v
3. Menentukan dan memperbaiki Masyarakat Pemkab, v v v
kualitas lingkungan jalur jalan di antara APBD, APBN Swasta,
rumah Masyarakat
4. Pelebaran jalan antar bangunan yang APBD, APBN Pemkab, Swasta v v v
berfungsi sebagai jalan lingkungan Swasta Masyarakat
sesuai dengan standar
VIII - 10
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Tahun Realisasi
Program Sub Program Sumber Dana Institusi Terlibat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. Menata dan membuat jalur drainase APBD, APBN Swasta v v v
pada kawasan padat sesuai dengan Swasta Masyarakat
persyaratan kesehatan Masyarakat Pemkab
6. Pembuatan septik tank komunal Swasta Pemkab/masyarakat v v v
7. Pengelolaan sistem sampah dan APBD, APBN Masyarakat v v v
penentuan TPS Swasta
8. Pembuatan dan pengelolaan APBD, APBN Masyarakat v v v
parkir bersama Swasta Swasta, Pemkab
9. Meningkatkan pelayanan air bersih Swasta Pemkab v v v
10. Pembuatan MCK Masyarakat Pemkab/masyarakat v v v
11. Penghijauan pada halaman untuk Swasta, Masyarakat
taman produksi dan kenyamanan Masyarakat Pemkab, Swasta
pejalan kaki
12. Penertiban bangunan di bawah APBD, APBN Pemkab/masyarakat
standar kesehatan Masyarakat
13. Penataan kapling dengan konsolidasi Masyarakat, Masyarakat, v v v
lahan Swasta
14. Menciptakan ruang terbuka untuk APBD, Pemkab, v v v
taman bermain anak dan teras Masyarakat Masyarakat
Penataan sistem pengelolaan sampah
1. Menentukan lokasi TPS dengan APBD Pemkab/masyarakat v v
ruang lingkup pelayanan disesuaikan
dengan jarak pencapaian pelayanan
2. Menentukan lokasi TPA APBD Pemkab/masyarakat v v
3. Membentuk organisasi yang mengatur APBD, Pemkab/masyarakat v v
pelaksanaan pengangkutan dan Masyarakat
pengelolaan sampah
Sumber: Hasil Analisis, 2008
VIII - 11
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
Tabel VIII.3
PENATAAN SEPANJANG KORIDOR JALAN
Sumber Tahun Realisasi
No. Program Sub Program Institusi Terlibat
dana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Penataan 1. Perencanaan & pembuatan jalan masuk APBD, APBN Pemkab, Swasta v v v
Blok 2. Pembuatan jalur-jalur pedestrian Swasta Masyarakat v v v
Depan dua jalur lebar 2 meter
Ruko/Rukan 3. Pemasangan PJU (Penerangan Jalan APBD, APBN Pemkab, Swasta v v v
Umum) dan penerangan untuk pedestrian Swasta
setiap jarak 30 meter
4. Penanaman pohon pelindung APBD, APBN Pemerintah v v v v
Penanaman rumput sepanjang median, Swasta Daerah/Swasta
Jalur hijau dan ruang-ruang terbuka hijau
5. Jalur-jalur drainase yang menerus dan APBD, APBN Pemkab v v v
sesuai dengan standar kelas jalan Swasta
6. Penataan street furniture, setiap 50 meter Swasta Swasta v v v
7. Penataan tata informasi sesuai dengan APBD, APBN Pemkab v v v
rencana tiap meter sepanjang pedestrian Swasta
8. Pembangunan Pusat Perdagangan Swasta Pemkab v v v
9. Penataan dan pengembangan kawasan Swasta,
perumahan kepadatan sedang-rendah Masyarakat
10. Konsolidasi lahan Swasta Pemkab v v v v
11. Penataan sektor informal Masyarakat Pemkab v v v v
12. Persiapan partisipasi masyarakat APBD, APBN Masyarakat/LSM v v v v
2. Penataan 1. Pembuatan jalur-jalur pedestrian APBD, APBN Pemkab/Swasta v v v
Blok
Swasta
Perumahan
2. Jalur-jalur drainase yang menerus dan APBD, APBN Pemkab v v v
sesuai dengan standar kelas jalan Swasta
3. Pemasangan PJU (Penerangan Jalan APBD, APBN Pemkab/Swasta v v v
Umum) dan penerangan untuk pedestrian Swasta
setiap jarak 30 m
4. Penataan dan pengembangan kawasan Swasta,
perumahan kepadatan sedang-rendah Masyarakat
VIII - 12
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
(RBWK-I) Ibukota Kabupaten Kupang
VIII - 13