Anda di halaman 1dari 8

NAILA NAJIHATUN

201621001

PENDIDIKAN KIMIA

UTS INOVASI PEMBELAJARAN KIMIA

Analisislah kendala-kendala yang terjadi dalam pembelajaran kimia secara daring d iIndonesia.

Proses pembelajaran dengan sistem daring memiliki beberapa hambatan, Berdasarkan


aspek hambatan pada dasarnya ada dua kemungkinan penyebab munculnya hambatan,
yaitu:(a) Internal; (b) Ekstern. Hambatan internal meliputi hambatan fisik dan psikis,
sedangkan aspek eksternal meliputi dosen, fasilitas, keluarga.

Hambatan Proses
Pembelajaran Daring

Internal External

Aspek Kognitif: Aspek Pendidik (Guru):

Pemahaman materi Tingkat kreatifitas dosen dalam


cukup menghambat menyampaikan materi pada
proses pembelajaran pembelajaran daring

Aspek Afektif: Aspek Fasilitas:

Menurunnya motivasi Ketersediaan jaringan internet, kuota


belajar siswa. internet dan media daring seperti
laptop atau gadet

Aspek Psikomotor: Aspek Keluarga:

Ketermapilan menggunakan Bimbingan dan pengawasan orang


gadet atau laptop tua sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran daring
a. Hambatan Internal

Pemahaman materi kimia cukup menghambat proses pembelajaran, siswa tidak dapat
menyerap materi dengan baik. Dalam ranah kognitif, sejauh mana peserta didik dan
pada level yang lebih atas seorang peserta didik mampu menguraikan kembali
kemudian memadukannya dengan pemahaman yang sudah ia peroleh untuk
kemudian diberi penilaian/pertimbangan. Kurangnya motivasi belajar dan menurunnya
motivasi belajar bahwa motivasi merupakan hal yang penting dalam proses
pembelajaran. Motivasi yang dimiliki oleh siswa akan menentukan keberhasilan siswa
untuk mencapai prestasi yang memuaskan. Selain itu, Gangguan kemalasan ketika
berada di rumah kerap menjadi alasan siswa. Keterampilan menggunakan perangkat
elektronik saat pembelajaran secara daring berlangsung menjadi hambatan dalam
proses pembelajaran daring, karena pada dasarnya system pembelajaran daring
adalah menggunakan teknologi seperti laptop atau gadget. Kurang tersampaikannya
konsep materi kimia secara menyeluruh.

b. Faktor Eksternal
Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi berbanding lurus dengan kurangnya
kreativitas guru dalam penyampaian materi dan penguasaan aplikasi yang digunakan
untuk pembelajaran daring, selain itu fasilitas yang dimiliki siswa seperti kuota dan
akses internet, perangkat penunjang pelajaran(hp, laptop, komputer), serta buku
referensi menadi factor yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran daring, karena kondisi setiap individu sangat berbeda beda yang sangat
sulit untuk disamaratakan.

Menurut pendapat anda bagaimana membuat peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran kimia secara
daring.

Mengarahkan siswa untuk belajar secara berkelompok karena dengan berkelompok metode jarak jauh
akan mengaktifkan siswa satu dengan lainnya, sehingga siswa dapat saling memotivasi temannya
untuk terus melaksanakan pembelajaran. Lalu sering diadakannya presentasi online sehingga selalu
terpantau perkembangan belajar siswa. Guru sebagai fasilitator proses pembelajaran harus sering
memberikan video pembelajaran terkait materi materi kimia lebih kepada praktikum sehingga, materi
kimia dapat tersampaikan dengan media video. Ketika guru memberikan tugas maka guru harus cepat
merespons hasil yang dikerjakan siswa sehingga akan memotovasi siswa lain menjadikan siswa terus
aktif dalam pembelajaran.
Bagaimana anda dalam mendesain pembelajaran kimia yang inovatif pada pembelajarandaring!

Materi: Elektrokimia

Koseptual materi elektrokimia: Elektrokimia adalah bagian ilmu kimia yang mempelajari
hubungan antara energi listrik dan reaksi redoks. Sel elektrokimia dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu sel Volta dan sel elektrolisis. Notasi sel. Potensial elektroda standar adalah
potensial yang dihasilkan dari logam yang diukur pada keadaan standar dengan pembanding
elektroda hidrogen. Contoh sel Volta yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah accu, baterai, dan sel bahan bakar.

Pendekatan : Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang menantang peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
Untuk mata pelajaran kimia, materi atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Namun pada kondisi seperti ini, proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat sifat ilmiah. Proses pembelajaran
kimia dengan pendekatan sanitifik dapat dilakukan dengan urutan.

Mengamati : Dilakukan dengan menon video tentang cara kerja accu,


baterai, dan sel bahan bakar. Minimal 3 video.
Menanya : Setelah menonton siswa menulis pertanyaan yang akan
diajukan terkait setalah menonton video tersebut.
Mengumpulkan infromasi : Siswa mengumpulkan informasi terkait materi
elektrokimia yang didapatnya dari artikel, video dan hal-
hal yang ia ketahui.
Mengolah Infromasi : Menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi
tersebut
Mengkomunikasikannya : Membuat video presentasi dari materi elektrokimia terkait
dengan apa yang sudah mereka lakukan. Sehingga disini
dapat mengetahui pemahaman materi, konsep dan
keaktifan siswa pada proses pembelajaran materi
elektrolisis. Pembuatan video ini dilakukan secara
berkelompok dengan menyambungkan video setiap
orang presentasi.
Media Pembelajaran: video, ebook, artikel, buku ajar

Evaluasi : presentasi melalui video, latihan soal


Jelaskan yang melatarbelakangi munculnya teori belajar : a. Behaviorisme b. Kognitivisme c.
Konstruktivisme

a. Behaviorisme

John B watson pendukung paling awal dari behaviorisme. Watson berpandangan bahwa
psikologi hanya bisa menjadi ilmu benar jika itu menjadi proses pengamatan objektif rinci dan
pengukuran. Pengamatan gagasan ilmiah ini dan pengukuran menjadi pusat behavioristik.
Oleh karena itu pertimbangan proses perkembangan mental sering diabaikan. Behaviorisme
didasarkan sekitar gagasan sentral reaksi yang dilakukan untuk stimulus tertentu. Hubungan
sederhana ini telah digunakan untuk menggambarkan bahkan yang paling kompleks situasi
belajar. Sederhananya, kitd dapat mengamati perilaku, yang kita bisa sebut sebagai ‘belajar
perilaku’, diberbagai situasi yang beragam.

b. Kognitivisme

Teori kognitivisme sendiri dimulai di penghujung tahun 1950an. Para ahli psikologi dan
pendidikan saat itu mulai melihat proses kognitif sebagai sebuah proses yang kompleks, yang
meliputi proses berpikir, memecahkan masalah, bahasa, pembentukan konsep, dan proses
informasi. Teori kognitivisme atau teori belajar kognitif merupakan pengganti dari teori belajar
behaviorisme. Menurut Ertmer dan Newby (1993), para ahli teori kognitivisme menginginkan
untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran pelajar dengan melihat bagaimana
informasi tersebut diterima, disusun, disimpan, dan diambil oleh pikiran. Dalam teori kognitif,
pemikiran dan pembelajaran dapat dibandingkan dengan teori proses informasi komputer
karena proses berpikir dan pembelajaran kita yang dilakukan oleh pikiran manusia sama
seperti proses komputer. Dalam teori kognitivisme, pelajar adalah peserta yang sangat aktif
dalam proses belajar mengajar.

c. Kontruktivisme

Aliran Konstruktivisme lahir dari sebuah kritik secara terbuka terhadap pendekatan
Neorealisme dan Neoliberalisme. Manusia merupakan mahluk individual yang
dikonstruksikan melalui sebuah realitas sosial. Konstruksi atas manusia ini akan melahirkan
paham yang inter subyektivitas. Hanya dalam proses interaksi sosial, manusia akan saling
memahaminya. Dalam melihat hubungan antar sesame individu, nilai-nilai relasi tersebut
bukanlah diberikan atau disodorkan oleh salah satu pihak, melainkan kesepakatan untuk
berinteraksi itu perlu diciptakan di atas kesepakatan antar kedua belah pihak.
Untuk menghindari miskonsepsi pada konsep kimia, maka seorang pendidik kimia dalam pembelajarannya
harus mampu menunjukkan level multirepresentasi (makroskopik, mikroskopik dan submikroskopik) pada
konten materi kimia ke siswanya. Berikanlah contoh 1 topik materi kimia yang menunjukkan
multirepresentasi!
Makroskopik

Submikroskopik Simbolik

Dalam mempelajari ilmu kimia tidak dapat mengesampingkan ketiga representasi tersebut.
Baik untuk mahasiswa yang baru belajar kimia maupun yang sudah lama. Pembelajaran
kimia sebaiknya menekankan pemahamannya pada level submikroskopis karena ini
adalah esensi dari ilmu kimia. Ilmu kimia menjelaskan tentang struktur, susunan, sifat-sifat,
dan perubahan materi, serta energi yang terlibat dalam perubahan tersebut. Sebagian
pembahasan kimia mengarah pada aspek makroskopis, perubahan materi, seperti sifat
materi dan energi. Ketiga level representasi tersebut harus dimiliki mahasiswa dalam
mempelajari ilmu kimia. Ketiga level representasi itu harus dapat dikuasai oleh mahasiswa
agar dapat memahami lmu kimia secara mendalam dan menyeluruh.
Representasi makroskopik, dapat diartikan bahwa representasi kimia yang diperoleh
melalui pengamatan dari fenomena yang dapat dilihat (terlihat) dan dirasakan oleh indera
atau bisa menjadi pengalaman yang diperoleh sehari-hari peserta didik.
Submikroskopik erat kaitannya dengan model teoritis yang mendasari penjelasan dinamika
tingkat partikel (atom, molekul, dan ion). Model representasi pada tingkat ini dapat
mengekspresikan mulai dari yang sederhana misalnya menggunakan teknologi komputer,
menggunakan kata-kata, gambar dua dimensi, gambar tiga dimensi baik diam maupun
bergerak (animasi) atau simulasi.
Level simbolik (atau ikon) representasi adalah representasi untuk mengidentifikasi
identitas (misalnya zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia) dengan menggunakan bahasa
simbolis kualitatif dan kuantitatif, seperti rumus kimia, diagram, gambar, persamaan,
stoikiometri, dan perhitungan matematis
Materi : Korosi
Makroskopik : guru mengarahkan siswa mengamati proses korosi pada seng dilihat secara
langsung pada perubahan seng yang mengalami korosi dimulai dari warnamya lalu pengaruh
apa saja yang menyebabkan korosi pada seng, lalu apa saja dampak yang ditimbulkan dari
seng yang berkarat.

Makroskopik : dari hasil pengamatan siswa tentang proses korosi, maka proses korosi
tersebut dihubungkan dengan teori-teori yang berkaiatan dengan proses terjadinya korosi.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara fisika dan kimia yang terjadi pada seng yang
berkarat.

Simbolik : menghubungkan korosi dengan reaksi-rekasi kimia. Pada tingkat ini guru
mengarahkan siswa pada level yang lebih tinggi yaitu menghubungkan proses kimia, yaitu
reaksi rekasi yang terjadi pada proses korosi.

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam yang
teroksidasi di dalam larutan dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam yang
bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi
adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi
dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam kedalam
larutan secara berulang-ulang (Alfin; 2011). Secara termodinamis, proses korosi merupakan
kecenderungan normal suatu logam untuk kembali kekondisi alaminya atau natural state, atau
ke bentuk yang lebih stabil. Pada temperature rendah dan basah, korosi terjadi dengan
mekanisme reaksi elektrokimia yang membentuk reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi
elektrokimia didefinisikan sebagai reaksi kimia yang melibatkan perpindahan electron dari
anoda (-) ke katoda (+) dalam larutan elektrolit. Contoh reaksi antara seng dengan asam
klorida : Bila Zn + 2HCl Zn Cl2 + H2 atau Zn Zn++ (reaksi oksidasi terkorosi disebut reaksi
anodik) 2H+ + 2e H2 (reaksi reduksi disebut juga reaksi katodik).

Anda mungkin juga menyukai