Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS II


(OREM’S SELF CARE DEFICIT THEORY)“

OLEH :

PUTU DARA YULIANTI (203221137)


KELAS B13-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia Beliaulah penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Orem’s Self Care Deficit Theory” ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Falsafah dan Teori
Keperawatan.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun, demi tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.

Denpasar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN
A. Konsep Teori Orem ........................................................................... 3
1. Teori Self Care .......................................................................... 3
2. Teori Self Care Deficit ................................................................ 4
3. Teori Nursing System .................................................................. 5
B. Aplikasi Self Care Dalam Proses Keperawatan .................................. 6
BAB IIIPENUTUP
C. Kesimpulan ..................................................................................... 10
D. Saran ............................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
profesional, bersifat holistik dan komprehensif yang ditunjukkan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
sangat mempengaruhi mutu asuhan keperawatan yang akan diterima oleh
pasien. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman khusus mengenai proses
keperawatan itu sendiri serta pemahaman mengenai komunikasi terapeutik
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Perawat perlu mengembangkan ilmu serta praktik keperawatan salah
satunya melalui penggunaan model konseptual keperawatan. Dan salah satu
model konseptual model keperawatan itu adalah selfcare oleh Dorothea Orem.
Fokus utama dari teori Orem ini adalah kemampuan seseorang untuk merawat
diri sendiri sehingga tercapai kemandirian untuk mempertahankan kesehatan.
Orem dalam teori sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang bagaimana
kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau kedua-
duanya. Sistem keperawatan dirancang oleh perawat berdasarkan kebutuhan
self-care dan kemampuan klien dalam menampilkan aktivitas self-care. Apabila
ada self-care deficit, yaitu defisit antara apa yang bisa dilakukan (self-care
agency) dan apa yang perlu dilakukan untuk mempertahankan fungsi optimum
(self-care demand), disinilah keperawatan diperlukan.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengacu pada teori Self care berprinsip pada usaha menolong atau membantu
pasien individu yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan self-care yang
memerlukan kemandirian dan ambulasi yang terkontrol serta pergerakan
manipulatif atau penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas-
aktivitas, perawat dan klien melakukan tidakan care atau tindakan lain yang
bersifat manipulatif atau ambulasi di mana baik klien maupun perawat
mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan tindakan perawatan, seseorang

1
mampu melaksanakan atau bisa dan harus belajar untuk melakukan tindakan
self-care terapeutik yang diperlukan yang berorientasi secara eksternal atau
internal tapi tidak bisa melakukannya tanpa bantuan.
Hasil akhir dari tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya peran
perawat sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan
klien sebagai self-care agent sehingga diharapkan kemandirian pasien
berangsur-angsur dapaat terwujud.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori orem tersebut ?
2. Bagaimana cara mengaplikasikan self care dalam proses keperawatan?

C. Tujuan
Dapat memahami dan melaksanakan proses keperawatan dengan baik
melalui model konseptual teori orem yang menitik beratkan pada self care
(perawatan diri) secara mandiri guna mempertahankan status kesehatan klien
serta dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien dalam melaksanakan
proses keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Orem


Pandangan Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperewatan mandiri
serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep keperawatan Orem
mengembangkan tiga bentuk teori self care diantaranya :
1. Teori Self care
Untuk memahami teori self care, sangat penting terlebih dahulu
memahami konsep self care, selfcare agency, basic conditioning factor dan
kebutuhan self care therapeutik. Self care adalah performance atau praktek
kegiatan individu untuk berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam
memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
denganefektif maka hal tersebut akan membantu membentuk integritas
struktur dan fungsi manusiadan erat kaitannya dengan perkembangan
manusia.
Self care agencyadalah kemampuan manusia atau kekuatan untuk
melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self care
dipengaruhi oleh basic conditioning factor sseperti; umur, jenis kelamin,
status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosialbudaya, sistem
perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan, modalitas), sistem
keluarga, polakehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand)
adalah merupakantotalitas dari tindakan self careyang diinisiatifdan
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self caredengan menggunakan
metode yang valid yangberhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan.
Konsep lain yang berhubungan denganteori self careadalah self care
requisite. Orem mengidentifikasikan tiga katagori self carerequisite:

3
a. Universal
Meliputi: udara, air, makanan daneliminasi, aktifitas dan istirahat,
privasi, sosialisi daninteraksi sosial, pencegahan resiko, peningkatan
kesehatan, kesejahteraan dan potensi diri.
b. Developmental
Lebih khusus dari universaldihubungkan dengan kondisi
yangmeningkatkan proses pengembangan sikluskehidupan seperti;
pekerjaan baru, perubahanstruktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation)
Berhubungan dengan akibat terjadinyaperubahan struktur normal dan
kerusakanintegritas individu untuk melakukan self careakibat suatu
penyakit atau injury.

2. Teori Self care Deficit


Merupakan hal utama dari teori general keperawatan menurut Orem.
Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau pada kasus
ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self care
secara efektif. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang
atau tidak dapat terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem
mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan dalam membantu self
care:
a. Tindakan untuk atau lakukan untuk oranglain.
b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkunganyang mendukung
pengembangan personal.
e. Pendidikan.Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self care.

4
3. Teori Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self
caredan kemampuan pasien melakukan self care. Jikaada self care defisit,
self care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka keperawatan
akan diberikan. Nursing agencyadalah suatu properti atau atribut
yanglengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih
sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang
lain untuk menemukan kebutuhan selfcare terapeutik mereka, melalui
pelatihan dan pengembangan self care agency.Orem mengidentifikasi tiga
klasifikasi nursing system yaitu:
a. Wholly Compensatory system
Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan tindakan self care,
dan menerima selfcare secara langsung serta ambulasi harus dikontrol
dan pergerakan dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu.
Ada tig akondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu: tidak dapat
melakukan tindakan self care misalnya koma, dapat membuat
keputusan, observasi atau pilihan tentang self care tetapi tidak dapat
melakukan ambulasi dan pergerakan manipulatif, tidak mampu
membuat keputusan yang tepat tentang self carenya.
b. Partly compensatory nursing system
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien melakukan perawatan
atau tindakan lain danperawat atau pasien mempunyai peran yang besar
untuk mengukur kemampuan melakukan selfcare.
c. Supportive educative system
Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat belajar membentuk
internal atau externalself care tetapi tidak dapat melakukannya tanpa
bantuan. Hal ini juga dikenal dengan supportive developmental sistem.

Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan


perawatan diri klien untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan,
perkembangan, dan kesejahteraan. Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri
sendiri yaitu:

5
1) Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat.
2) Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh
kembang manusia.
3) Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah
kesehatan atau penyakit.

Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu:


1) Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan
pasien dengan individu, keluarga, kelompok, sampai pasien dapat
melegitimasi rencana keperawatan.
2) Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.
3) Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan
untuk kontak dan dibantu perawat.
4) Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
5) Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan
sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta
pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

B. Aplikasi Self Care Dalam Proses Keperawatan


Dalam melaksanakan proses keperawatan seorang perawat profesional
dituntut mampu menjalin komunikasi terapeutik dalam setiap tahap proses
keperawatan. Berikut merupakan tahap komunikasi terapeutik:
1. Pre Interaksi / Persiapan
2. Mengeksplorasi perasaan dan kesiapan diri perawat.
3. Mengumpulkan data pasien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
a. Orientasi
b. Memberikan salam pada pasien
c. Memperkenalkan diri

6
d. Melakukan validasi data
5. Menjelaskan peran perawat dan pasien
6. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
7. Menjelaskan tujuan
8. Melakukan kontrak waktu, topik dan tempat
9. Mempersiapkan pasien
a. Tahap Kerja
b. Melakukan aplikasi proses keperawatan dengan tepat
c. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
d. Terminasi
e. Melakukan evaluasi tujuan
f. Memberikan reinforcement positif
g. Merencanakan tindak lanjut dengan pasien
h. Melakukan kontrak berikutnya
i. Mengakhiri kegiatan dengan baik
j. Berpamitan

Adapun proses keperawatan menurut Dorothea Orem yaitu:


1. Aplikasi Self care: Pengkajian
a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan
pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan.
b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah
keperawatan berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu
melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan
klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care,
Partial Care, Total Care
c. Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis. Secara rinci
pengembangan teori Orem mengenai kebutuhan dasar adalah sebagai
berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan udara/oksigen.
2) Pemeliharaan kebutuhan air/cairan.

7
3) Pemeliharaan kebutuhan makanan/nutrisi.
4) Perawatan proses eliminasi dan ekskresi.
5) Pemeliharaan keseimbangan aktifitas dan istirahat.
6) Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial.
7) Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan
kesejahteraan.
8) Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam hubungan
sosial

2. Aplikasi Self care: Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh
klien. Mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan
kemungkinan. Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis,
namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki
kebutuhan dasar yang dikembangkan Maslow.

3. Aplikasi Self care: Intervensi


Dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand
danmeningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly
compensatory, Partly compensatory, atau supportive-educative. Membuat
metode yang sesuai untuk membantu klien.

4. Aplikasi Self care: Implementasi


Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang
dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self careyang sebenarnya sudah
diketahui. Teori Orem mengidentifikasi beberapa metode bantuan, yaitu:
a. Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien
dan orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
b. Membimbing dan mengarahkan.
c. Memberi dukungan fisik dan psikologis
d. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu

8
e. Pendidikan
f. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan
kontak bantuan keperawatan.
g. Kalaborasi, pelimpahan wewenamg.
h. Melibatkan anggota masyarakat.
i. Lingkungan

5. Aplikasi Self care: Evaluasi


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan
yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan
keperawatan tercapai atau belum. Menilai keefektifan tindakan perawatan
dalam: meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care,
dan menurunkan self care deficitnya.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Orem sangat mungkin dikembangkan karena masalah
keperawatan semakin kompleks dan bantuan keperawatan sangat dibutuhkan,
sehingga klien diharapkan tidak selalu bergantung pada perawat dalam self
care. Terutama dalam proses keperawatan teori Orem sangat berperan penting
dalam membantu pasien untuk membawa pada pada perawatan mandiri untuk
diri pasien sehingga tidak selalu bergantung pada perawat. Selain itu proses
keperawatan yang berlandaskan pada teori Orem akan mempermudan pasien
untuk selanjunya mempertahankan kesehatannya karena mendapatkan
pendidikan pula dari perawat.

B. Saran
Berhati-hatilah dalam melalukan tindakan keperawatan, karena sekecil
apapun yang kita lakukan kalau tindakan tersebut salah maka akan membawa
dampak yang besar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitzpatrick, JJ dan Whall. 1989. Conceptual Models of Nursing: Analysis and


Application. California: Appleton & Lange.
George, JB. 1995. Nursing Theories: The Base for Professional Nursing Practice.
California: Appleton & Lange.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktek.
Jakarta: Salemba Medika.
Peggy, Chinn, dkk. 1987. Theory and Nursing. St. Louis: The C.V. Mosby
Company.
http://thenextfuturenurse.blogspot.com/2015/12/contoh-makalah-roleplay-salah-
satu_30.html
https://kumpulangudangilmublog.wordpress.com/

11
MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA SITUASI KLINIS II
PENDER’S HEALTH PROMOTION THEORY

OLEH:

PUTU DARA YULIANTI (203221137)

KELAS B13-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Aplikasi Teori Keperawatan Pada Situasi Klinis II, Pender’s
Health Promotion Theory” pada mata kuliah Falsafah Dan Teori Keperawatan ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini telah disusun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dibutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga
penulis dapat menyempurnakan makalah ini, sehingga bisa lebih baik lagi.

Denpasar, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Teori Pender ........................................................................... 3
B. Promosi Kesehatan ............................................................................. 4
C. Konsep Mayor Teori Pender ............................................................... 6
D. Model Konseptual Nola J. Pender ....................................................... 10
E. Asumsi Dasar Health Promotion Menurut Pender ............................... 12
F. Analisis Teori Health Promotion Pender ............................................. 13
G. Proposisi Model Teori Pender ............................................................. 15
H. Aplikasi Teori Pender Dalam Keperawatan ......................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pokok dalam pembangunan kesehatan adalah
peningkatan kemampuan masyarakt untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri
masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya peningkatan,
pencegahan dan pennyembuhan. Peningkatan derajat kesehatan yang terdiri
dari strategi yang dihubungkan dengan gaya hidup individu dan pilihan sendiri
yang membuat dalam kontek sosial yang paling kuat mempengaruhi prospek
kesehatan sendiri. Meliputi aktifitas fisik, nutrisi, tembakau, alcohol, dan obat
terlarang lainnnya, rencana keluarga, kesehatan mental dan kerusakan mental,
emosi dan ketergantungan obat-obatan, pendidikan dan program keterbatasan
komunikasi.
Tujuan itu akan dicapai antara lain melalui peningkatan dan pemantapan
upaya kesehatan. Hidup sehat merupakan kebutuhan dan tuntutan yang
semakin meningkat, walaupun pada kenyataanya derajat kesehatan masyarakat
Indonesia belum sesuai dengan harapan. Semantara itu pemerintah telah
mencanangkan program Indonesia sehat yang merupakan pradigma baru yaitu
pradigma sehat, yang salah satunya menekankan pendekatan dan preventif
untuk mengatasi permasalahan di masyarakat. Terjadinya pergeseran pradigma
dalam pemberian pelayanan kesehatan dri model medical yang menitik
beratkan pada peayanan diagnosis dan pengobatan pradigma sehat yang lebih
holistic. Melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai
focus pelayanan (Cohen, 1996). Perubahan paradigma ini menempatkan
perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua
pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit
maupun tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat
(Cohen, 1996).

1
Perubahan peradigma pelayanan kesehatan dari kuratif kea rah promotif
dan peventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Nola.J Pender
dengan menghasilkan karya tentang “Health Promotion Model” atau model
promosi kesehatan.Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan
(expectancy value) dan teori kognitif social (social cognitive theory) yang
konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit adalah suatu yang hal logis dan ekonomis. Makalah
ini akan mengemukakan tentang model promosi kesehatan dari Nola J.Pender
serta komponen paradigm keperawatan tentang model promosi kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep teori keperawatan menurut Nola J. Pender dan
penerapannya dalam dunia keperawatan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengenal konsep teori keperawatan menurut Nola J. Pender dan
aplikasinya dalam peraktik keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal sejarah konsep teori keperawatan menurut Nola J. Pender
b. Mengenal model promosi kesehatan, pengertian, komponen teori,
asumsi, dan proposisi menurut Nola J. Pender
c. Mengenal paradigma keperawatan Nola J. Pender

D. Manfaat
Setelah membaca makalah teori keperawatan Nola J. Pender diharapkan
perawat mampu untuk memahami serta mengaplikasikan teori promosi
kesehatan secara holistic kepadaindividu, kelompok dan masyarakat luas
padaa umumnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Teori Pender


Nola J. Pender dilahirkan tanggal 16 Agustus 2941 di Lansig, Michigan.
Ketertarikan pada keperawatan bermula dari Nola J. Pender berusia 7 tahun,
pada saat mengamati para perawat yang sedang member asuhan keperawatan
pada bibinya di rumah sakit. Keinginannya untuk memberikan perawatan kepaa
orang lain dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang ia yakini
sebagai profesi yang menolong orang lain. Pada tahun 1962 meraih gelar
diploma keperawatan dan selanjutnya diterima bekerja di unit bedah RS
Michigan. Tahun 1964, meraih gelar BSN di Universitas State Michigan di East
Lansig, dan gelar MA pada bidang pertumbuhan dan perkembangan di
Universitas Michigan di raih paa tahun 1965. Gelar Ph.D di bidang psikologo
dan pendidikan diraih tahun 1969 dari Universitas North Western di Evanston.
Illinois

Pernihakannya dengan Albert Pender seorang asisten professor di


bidang bisnis dan ekonomi memberikan inspirasi menghasilkan sebuah tulisan
tentang keperawatan dalam perpektif ekonomi.Tahun 1975, Dr. Pender
mempublikasikan model konseptual kesehatan preventif.Dasar studinya adalah
bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka
sendiri dalam konteks keperawatan.Artikel tersebut mengidentifikasi factor-
faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang
diperlukan individu dalam pencegahan penyakit.Pada tahun 1982, edisi pertama
promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep
promosi optimal tentang kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit. Model
promosi kesehatan pertama kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami revisi
tahun 1996

3
B. Promosi Kesehatan
Menurut WHO promosi kesehatan meliputi mendorong gaya hidup
yang lebih sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,
memperkuat tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan
kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat. (Pender, 1997:3).
Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam
komunitas, linkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup. Perawat
mengerti dan memikirkan dan memikirkan dan usahapeningkatan derajat
kesehatan. Dunn telah menetapkan skema untuk upaya peningkatan derajat
kesehatan.:
1. Kesehatan individu
Individu berperan dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.
Peningkatan derajat kesehatan individu itu pada tingkat membuat
keputusan pribadi dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus
mempertimbangkan dalam formulasi kesehatan.nasional melalui usaha
peningkatan derajat kesehatan.
2. Kesehatan keluarga
Keluarga berperan dalarn perkembangan dan kepercayaan kesehatan
dan tindakan kesehatan. Masing-masing keluarga mempunyai sebuah
karalcter yang berbeda, nilai, peran, dan kekuatan struktur. Gaya orang
tua dan lingkungan keluarga dapat memberikan kesehatan atau
sebaliknya. Lebih banyak perhatian harus diberikan kepada
perkembangaan strategi untuk meningkatkan derajat kesehatan
keluarga.
3. Kesehatan komunitas
Berdasarkan pendapat dune, kesehatan kelompok yang baik perilaku
mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.
4. Kesehatan lingkungan
Tingkat dari kesehatan lingkungan yang balk berefek luas ke individu,
keluarga, dan komunitas dapat sampai ke potensi optimal mereka.
Kesehatan lingkungan yang baik adalah manifestasi dalam

4
keharmonisan dan keseimbangan di antara dua manusia dan di sekeliling
mereka.
5. Kesehatan masyarakat
Sebuah masyarakat yang baik adalah semua anggota masyarakat
mempunyai standar hidup, dan menemukan kebutuhan dasar manusia
dan mengajak dalam beraktifitas yang cepat ke potensi mereka. Sebuah
masyarakat yang baik anggota masyarakat mau membantu dan
bertanggungung jawab untuk kesehatan.

Teori Pemahaman Untuk Promosi Kesehatan & Proteksi Kesehatan


1. Theory of Reasoned Action & Theory of Planned Behavior
Teori ini berasumsi bahwa perilaku adalah suatu kemauan dibawah
kontrol bukan sebagai hambatan untuk menunjukkan perilaku.
Kepercayaan merupakan class' dari pondasi dalam struktur konseptual,
dengan memperhatikan perilaku. Model ini memperhatikan prediksi dan
bergantian, sehingga perilaku mengikutinya
2. Social Cognitive Theory (Self-Efficacy)
Teori kognitif social adalah sebuah pendekatan teori yang menjelaskan
perilaku manusia. Dengan perspektif individu merupakan adanya suatu
kekuatan pada dirinya bukan control yang otomatis pada stimulus
elcternal. Perilaku manusia menerangkan adanya kejadian secara timbal
balik pada tindakan yang menentukan adanya interaksi dengan yang
lainnya. Persepsi self-efficacy adalah mempertimbangkan salah satu
kekuatan untuk menyelesaikan sebuah tingkatan penampilan dalam
perilaku yang spesifik.
3. The Theory of Interpersonal Behavior
Sebuah model perilaku meliputi afektif dan psikologis dalam kekuatan
habit yang menerangkan perilaku ini merupakan faktor yang
memberikan perhatian dalam model-model perilaku lainnya.
4. Cognitive Evaluation Theory
Motifasi manusia adalah dasar dari sebuah susunan dalam kebutuhan
psikologisnya: dari penentuan dirinya, kompetensi dan hubungan

5
interpersonal. Menentukan dirinya dan motivasi intrinsic (IM) adalah
konsep utama dalam teori. Motivasi intrinsic adalah energy dalam
kebutuhan dalam dirinya dan hubungan dalam kotnpetensi untuk nilai
perilaku personal.
5. The Interaction Model of Chen Health Behavior
Model interaksi kesehatan klien berfolcus pada karakteristik dan klien
dan faktor eksternal pada klien untuk menyediakan keterangan secara
komprehensif pada tindakan langsung terhadap pengurangan resiko dan
promosi kesehatan.

C. Konsep Mayor Teori Pender


Konsep-konsep utama dan definisi yang disajikan dapat ditemukan
pada HPM direvisi (Pender et al,2006). Selanjutnya adalah karakteristik-
karakteristik individu dan pengalaman yang dapat mempengaruhi perilaku
kesehatan selanjutnya.
1. Prior Related Behavior
Perilaku yang sering dilakukan sebelumnya dimasa lalu secara
langsung dan tidak langsung berdampak kepada kemungkinan
perilaku yang meningkatkan status kesehatan.
2. Personal Factor
Dikategorikan sebagai faktor biologis, psikologis, dan sosial-kultural.
Faktor-faktor ini merupakan prediksi perilaku tertentu dan dibentuk
oleh sifat dari perilaku yang diharapkan dan dipertimbangkan.
a) Personal Biological Factors
Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah umur, jenis
kelamin, IMT, status puberitas, status menopause, kemampuan
pemenuhan oksigen, kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan.
b) Personal Psychological Factors
Yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harga diri, motivasi
diri, kemampuan personal, status kesehatan yang dirasakan dan
definisi sehat yang dirasakan.
c) Personal Sociocultural Factors

6
Yang merupakan bagian dari ini adalah ras, etik, budaya,
pendidikan, dan status ekonomi, perilaku kognitif spesifik dan
efek-efek nya dianggap sebagai motivasi utama yang signifikan,
variabel ini dapat dimotivasi melalui interverensi keperawatan.
3. Perceived Benefits of Actions
Manfaat tindakan yang dirasakan merupakan tujuan antisipasi positif
yang dihasilkan dari berperilaku hidup sehat.
4. Perceived Barriers to Actions
Tantangan atau hambatan yang dirasakan diantisipasi, digambarkan
atau diblok dan mengusahakan melakukan perilaku tertentu.
5. Perceived self-Efficacy
Kemampuan diri yang dirasakan adalah penilaian kapasitas pribadi
untuk mengorganisasikan dan melaksanakan perilaku promosi
kesehatan. Kemampuan diri yang dirasakan mempengaruhi hambatan
atau rintangan yang dirasakan sehingga semakin tinggi kemampuan
diri dirasakan semakin rendah pula hambatan-hambatan yang
dirasakan dalam berperilaku.
6. Activity –Related Affect
An Activity –Related Affect perasaan positif dan negatif secara
subjektif yang terjadi sebelumnya atau selama aktivitas dan perilaku
berikutnya berdasarkan sifat stimulus perilaku diri. Efek dari aktivitas
mempengaruhi kemampuan diri yang artinya semakin positif.
7. Interpersonal Influences
Pengaruh ini adalah perilaku-perilaku berdasarkan kognitif,
kepercayaan, dan sikap. Pengaruh-pengaruh interpersonal termasuk
norma (harapan dari orang-orang penting), dukungan sosial (bantuan
dan dukungan emosional) dan contoh/model (pembelajaran melalui
mengobservasi orang lain dengan perilaku khusus). Sumber-sumber
utama pengaruh interpersonal adalah keluarga, teman sebaya dan
penyedia pelayanan kesehatan.

7
8. Situational Influences
Pengaruh-pengaruh situasional merupakan persepsi pribadi dan
kognitif dalam suasana tertentu yang bisa memfasilitasi atau
menghalangi perilaku, persepsi yang pada pilihan-pilihan yang
tersedia yang mencangkup karakteristik dari kebutuhan dan bentuk
lingkungan yang membuat berperilaku untuk meningkatkan
kesehatan, pengaruh situasional bisa memberikan pengaruh secara
langsung maupun tidak langsung dalam berperilaku sehat.
9. Commitment to Plan of Action
Komitmen ini menjelaskan konsep keinginan dan mengidetifikasi
strategi yang terencana yang mengarahkan untuk
mengimplementasikan perilaku hidup sehat.
10. Immediate Competing Demands and Preferences
Tuntutan-tuntutan kebutuhan adalah alternatif berperilaku jika
individu tidak memiliki kontrol yang kuat karena kemungkinan
lingkungan seperti pekerjaan atau tanggung jawab dengan keluarga.
Sesuatu yang disukai adalah alternatif berperilaku yang mana individu
relatif memiliki kontrol yang tinggi seperti pilihan ice cream atau apel
untuk dimakan.
11. Health Promoting Behavior
Perilaku hidup sehat point terakhir atau hasil dari tindakan secara
langsung mempertahankan tujuan kesehatan yang positif seperti
kesehatan atau kesejahteraan yang optimal, pemenuhan kebutuhan
yang personal dan hidup yang produktif. Contohnya adalah diet sehat,
latihan dan olahraga secara teratur, memanajemen stress, memperoleh
istirahat yang cukup, pertumbuhan yang spiritual dan membangun
hubungan yang positif.

8
Revisi HPM (Health Promotion Model) menambahkan tiga variabel
yang mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku peningkatan
kesehatan (Pender, 1996).
1. Activity-related affect
2. Commitment to Plan of Action
3. Immediate Competing Demands and Preferences

HPM yang direvisi memfokuskan pada 10 kategori dalam


menetapkan perilaku peningkatan kesehatan. Revisi model
mengidentifikasi konsep yang relevan mengenai perilaku peningkatan
kesehatan dan memfasilitasi hipotesis selanjutnya yang diuji (Pender
Murdaugh and parsons 2002). The HPM menyediakan paradigma untuk
mengembangkan instrument. Profil gaya hidup dalam meningkatkan
kesehatan Exercise benefits-Barriers Scale (EBBS), tujuan dari instrument
ini adalah untuk mengukur gaya hidup dalam meningkatkan kesehatan.
Pernyataan teoritis yang diperoleh dari HPM dibuku keempat, Health
Promotions in Nursing Practice (Pender Murdaugh and parsons 2002).
1. Perilaku sebelumnya dan karakeristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan
2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan
keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku
nyata.
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan.
5. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.
6. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
7. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.

9
8. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
9. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
10. Komitmen terbesar pada suatu rencana yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka
waktu yang lama.
11. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan
perilaku yang diharapkan apabila sesorang mempunyai kontrol yang
rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
12. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

D. Model Konseptual Nola J. Pender


1. Health Promotion Model (HPM)
HPM (Gambar 1) mengintegrasikan beberapa gagasan. Pusat dari
HPM adalah social learning theory dari Albert Bandura (1997 dalam
Alligood, 2000) yang menyatakan pentingnya proses pengetahuan
dalam merubah perilaku. Social learning theory, sekarang diubah
menjadi social cognitive theory yang mencangkup self beliefs: Self –
attribution, Self – evaluation dan self efficacy. Self efficacy merupakan
gagasan utama dalam HPM. HPM sama dalam pengertiannya dengan
health belief model tetapi HPM tidak terbatas hanya dengan
memaparkan tentang perilaku pencegahan penyakit. HPM berbeda dari
health belief model yang mana HPM tidak memasukkan ketakutan dan
ancaman sebagai sumber motivasi dalam perilaku kesehatan. Tetapi
HPM mengembangkan cakupan perilaku untuk meningkatkan
kesehatan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya sepanjang hidup.

10
Cognitive-perceptual
Modifiying factors participation in Health-promotin behavior

Importance of Health Demographic


characteristic

Perceived Control of Health


Biological
characteristic

Perceived self-effcacy

Interpersonal Likelihood of
influences enganging in Health –
Definition of Health
Promoting Behaviors

Situasional factors
Perceived Health Status
Cues to action

Perceived Benefits of
Health- promoting Behavioral factors
behaviors

Gambar 1. Health Promoting Model

2. Revised Health Promotion Model


Rasional merevisi health promotion model adal dari adanya analisis
studi penelitian proses menyempurnakan HPM mengalami beberapa
peerubahan (lihat gambar1). Pertama, importance of health, perceived
control of health and cuese for action dihapus dari model. Kedua
definition of health status, and demographic and biological characteristic
telah dimasukkan kedalam personal factors pada tahun 1966 dalam revisi
HPM (lihat gambar 2). Terakhir revis HPM mengikuti tiga variable baru

11
dimana dimana variable tersebut membawa pengaruh kepada individu
untuk tertarik dalam perilaku promosi kesehatan yang merupakan
outcome dari HPM (Pender, 1966 dalam Tomey & alligood, 2000)
varaibel tersebut antara lain a) activity- related affect, b) Commitment to
a plan of action, c) Immediatte competing demand and preferences (lihat
gambar2)

Gambar 2. Revise Health Promotion Model

E. Asumsi Dasar Health Promotion Menurut Pender


Asumsi merefleksikan pandangan ilmu perilaku dan menekankan
peran aktif pasien dalam mengatur perilaku sehatnya dengan memodifikasi
lingkungan. Di buku ketiganya Health Promotion in Nursing Practice.

12
Pender (1996) menyatakan asumsi utama HPM adalah manusia,
lingkungan, dan kesehatan yaitu sebagai berikut:
1. Manusia mencoba menciptakan kondisi kehidupannya melalui apa
yang bisa mereka nyatakan dalam kesehatan mereka yang potensial.
2. Manusia memiliki kapasitas untuk merefleksikan kesadaran diri,
termasuk penilaian mereka terhadap kemampuan yang dimiliki.
3. Pertumbuhan nilai manusia diperlihatkan sebagai bentuk positif dan
usaha untuk mencapai keseimbangan personal yang dapat diterima
antara perubahan dan stabilitas.
4. Individu mengusahakan pengaturan yang efektif terhadap
perilakunya.
5. Individual secara kompleksitas biopsikososial berinteraksi dengan
lingkungan, perubahan lingkungan yang progresif akan terjadi
sepanjang masa.
6. Rekonfigurasi yang dimulai oleh diri sendiri merupakan pola
interaktif antara manusia dan lingkungan sangat esensial untuk
perubahan perilaku.

F. Analisis Teori Health Promotion Pender


1. Clarity (kejelasan)
Definisi konsep menjelaskan kejelasan dan mengarahkan agar
dimengerti dengan baik fenomena perilaku kesehatan yang kompleks,
diagram visual diilustrasikan dengan hubungan yang jelas namun
kerangka konsep telah dibuat dengan menampilkan semua konsep-
konsep tetapi keterkaitan antar konsep terbatas dari diagram hanya
mengaitkan beberapa konsep padahal ada beberapa konsep yang
saling terkait namun tidak dikaitkan, contohnya pengaruh
interpersonal tidak dikaitkan dengan manfaat tindakan yang
dirasakan, rintangan untuk melakukan tindakan , kemampuan diri dan
efek dari tindakan yang dirasakan. Hubungan antara konsep-konsep
dengan maksud menguraikan teori sudah jelas, asumsi-asumsi sudah

13
dinyatakan secara jelas dan konsisten sesuai dengan tajuan dari teori,
susunan logis dari konsep telah dinyatakan secara terstruktur.
2. Simplicity (kesederhanaan)
The HPM mudah dimengerti, masing-masing faktor
dihubungkan secara logis dan hubungannya diklarifikasikan dalam
pernyataan teori yang tepat, faktor-faktor yang berpengaruh secara
langsung dan tidak langsung sangat jelas di diagram visual yang
memperlihatkan hubungannya, faktor-faktor terlihat bebas tetapi
susunannya memberi pengaruh yang mudah dipahami, dengan
demikian menampilkan diagram untuk menjelaskan hubungan antar
konsep merupakan bentuk sederhana dari HPM, karena teori yang
bermanfaat menyediakan pemahaman yang mendalam, teori yang
baik adalah “singkat tetapi lengkap”.
3. Generality (generalisasi/keumuman)
Cakupan dari model ini adalah middle range, ini sangat general
untuk populasi dewasa, riset yang digunakan untuk memperoleh
model berdasarkan laki-laki, perempuan, tua, muda, sehat, dan sakit.
4. Empirical Precision (presisi empiris)
Pender dan yang lainnya telah mendukung model melalui uji
coba empiris seperti kerangka untuk menjelaskan promosi kesehatan,
profil gaya hidup meningkatkan status kesehatan adalah sebuah
instrumen yang digunakan untuk mengkaji perilaku promosi
kesehatan. Model selanjutnya berkembang melalui program
perencanaan riset khususnya studi intervensi, perbaikan model lebih
lanjut.Fokus penelitian berlanjut berdasarkan bukti dan strategi-
strategi promosi kesehatan yang efektif yang melayani individu dalam
konten komunitas, instrumen yang ada dapat menjadi akses untuk
menghubungkan indikator empiris untuk pengujian dan penggunaan
teori untuk menjelaskan aspek praktis dari teori.Teori HPM memiliki
akses untuk sebagai indikator empiris agar konsep dapat
diidentifikasidan untuk dikembangkan sehingga tujuan teori dapat
diperoleh. HPM memiliki menyediakan pengembangan instrumen

14
yaitu HPHP dan EBBS yang berguna untuk mengukur gaya hidup
untuk meningkatkan status kesehatan
5. Derivable Consequence (komsekuensi yang didapat)
Pender mengidentifikasi promosi kesehatan sebagai tujuan pada
abad ke 20, hanya sebagai pencegahan penyakit adalah tugas dari abad
ke-20. Model menjelaskan interaksi antara perawat dan kostumer
ketika mempertimbangkan lingkungan dalam promosi kesehatan.
Pender merespon politikus, sosialis, dan lingkungan pribadi
diwaktunya untuk mengklarifikasi peran perawat dalam pelayanan-
pelayanan promosi kesehatan yang dilaksanakan, model
mengembangkan pemikiran mengenai kesempatan-kesempatan
kedepan dan mempengaruhi pemakaian perkembangan-
perkembangan teknologi seperti pencatatan kesehatan elektronik
sebagai upaya atau alat mencegah dan meningkatkan status kesehatan,
selain itu manfaat pentingnya HPM dalam bidang keperawatan adalah
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pasien terkait dengan konsep-
konsep yang ada pada HPM baik dari aspek karakteristik individual
dan pengalaman, perilaku kognitif yang spesifik dan pengaruh-
pengaruhnya bila ada kesenjangan maka asuhan keperawatan dapat
dilakukan tentunya dalam perspektif intervensi keperawatan sehingga
tercapai tujuan perilaku untuk meningkatkan dan mempertahankan
status kesehatan yang optimal.

G. Proposisi Model Teori Pender


1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi
kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.
2. Manusia melakukan perubahan perilaku di mana mereka
mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya.
3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan
melakukan tindakan, suatu mediator perilaku sebagaimana perilaku
nyata.

15
4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk
melakukan tindakan dan perbuatan dari perilaku.
5. Pemanfaatan diri yang terbesar akan menghasilkan sedikit rintangan
pada perilaku kesehatan spesifik.
6. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat
menambah hasil positif.
7. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan
perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak.
8. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model
perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat
mendukung perilaku yang sudah ada.
9. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber
interpersonal yang penting yag mempengaruhi, menambah atau
mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan.
10. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau
mengurangi keinginan untuk berpartisipasi dalam perilaku promosi
kesehatan.
11. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih
memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk
jangka waktu yang lama.
12. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukkan
perilaku yang diharapkan ketika seseorang mempunyai kontrol yang
sedikit dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.
13. Komitmen pada rencana kegiatan kurang menunjukkan perilaku yang
diharapkan ketika tindakan-tindakan lain lebih atraktif dan juga lebih
suka pada perilaku yang diharapkan.
14. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal
dan lingkungan fisik yang mendorong melakukan tindakan kesehatan.

16
H. Aplikasi Teori Pender dalam Keperawatan
Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua
teori yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam
teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal
dan perilaku promosi kesehatan adalah ekonomis.
Pada beberapa bagian teorinya memiliki kesamaan pola pandang
dengan teori lain seperti memandang bahwa focus dari perawatan adalah
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Teori ini dikemukakan
dengan menampilkan contoh-contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi
dan hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasi dan konsep – konsep
yang dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan.
Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset
kulitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun negara lain. Bahkan teori
ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para
sarjana dari Jepang, China, dan Taiwan untuk mempromosikan gaya hidup
secara kultural sesuai dengan negara mereka. Selama perkembangan teori
banyak studi yang behubungan dengan pengaplikasian teori yang dapat
dijadikan sebagai dasar riset.
Riset yang berhungan dengan Health Promotion Model memberikan
konstribusi secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu
keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuratif-rehabilitatif ke arah
promotive dan preventif. Pender meyakini bahwa dengan mutu kepedulian
terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara
integral. Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus
promosi keperawatan kesehatan akan sangat terbuka. Bagi pender adalah
sesuatu yang sangat menggairahkan untuk membawa praktek keperawatan
untuk mengubah perilaku kuratif dan rehabilitatif. Pender menekankan
practical nurse dapat memainkan suatu peran yang sangat penting dalam
partnership antar ilmuan dan konsumen serta praktisi untuk
mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi populasi.

17
Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi
kesehatan seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori
kognitif social yang menekankan pada self efficacy. Pengambilan
keputusan, tindakan, dan efficacy diri akan menentukan status kesehatan
seseorang. Nola J. Pender telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil
penelitiannya untuk memunculkan teori ini. Teori ini sangat lengkap untuk
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tindakan promotive dan
preventif.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, teori ini tidak dapat dilakukan
oleh seseorang dengan cacat mental dan cacat bawaan. Seseorang cacat
mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan nilai dan kognitif
social. Demikian juga dengan seseorang yang sudah mendapat cacat
bawaan sejak lahir seperti malfungsi sel-sel berperan untuk daya tahan
tubuh. Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi
lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena seseorang dengan sosial
ekonomi rendah lebih termotivasi atau cenderung untuk memnuhi
kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi meningkatkan status
kesehatannya. Membutuhkan role mode yang sempurna untuk
mempengaruhi masyarakat di sekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah
telah mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah
mengamalkan sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat. Setelah
itu, masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi
hambatan dalam mensosialissikan dan mengamalkan teori ini.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Health Pomotion Model, menjadi sumber informasi penting dan
bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi
kesehatan seseorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori
kognitif sosial yang menekan pada self direction, self regulation dan
persepsi terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan tindakan dan
efficacy diri akan menentukan status kesehatan seseorang. Nola J. Pender
telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil penelitian untuk
memunculkan teori ini. Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif.
Berdasarkan penjelasan teori sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
bahwa Nola J. Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk
mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan
interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggabungkan dua
teori yaitu teori Nilai Pengharapan dan Teori Pembelajaran Sosial dalam
teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal
dan perilaku promosi kesehatan adalah ekonomis.

B. Saran
Kami berharap teori Pender ini bisa diterapkan kedepannya untuk
menguranngi angka morbiditas di kalangan masyarakat. Para tenaga
kesehatan khususnya perawat agar mampu untuk memberikan promosi
kesehatan baik di lingkungan keluarga maupun komunitas karena lebih
baik mencegah dari pada mengobati.

19
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetic Associations. 2007. Diabetes Mellitus, (Online),


(http://www.diabetes.org, diakses 22 Agustus 2012)
Brunner & Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta: EGC.
http://currentnursing.com/nursing.theoris.htm2. Diakses 28 September 2018
http://www.nursing.umich.edu/faculty/pender-nola.htm. Diakses 30 September
2018
Nola J. Pender.(1996).Health Promotion In Nursing Practice.USA : A. Simon &
Schuster Company
Setyanto, Purwo. 2009. Senam Kaki untuk Cegah Diabetic Foot di Persatuan
Diabetes Indonesia (PERSADIA) Unit RS Ciremai Cirebon, (Online),
(http://www.kesad.mil.id/content/senam-kaki, diakses 22 Agustus 2012)
Smeltzer, Suzane C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.Edisi 8. Jakarta: EGC
Soegondo. 2008. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di
Indonesia. Jakarta: Perkeni FKUI
Suastika, Ketut. 2008. Kumpulan Naskah Ilmiah. Obesitas, Sindrom Metabolik,
Diabetes, Displidemia, Penyakit Tiroid. Bali. Penerbit: Udayana University
Press.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna
Publishing
Tomey,A,M (2006). NursingTheorist and Their Work.6th edition.St, Louis,
Missouri: C.V. Mosby Company
Waspadji, Sarwono. 2006. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI.

20

Anda mungkin juga menyukai