A. Hasil Penelitian
Daya. Kecamatan Kota Tambolaka terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan
Waitabula dan Langga Lero, dan delapan desa yaitu Desa Radamata, Kalembu
Kaha, Kalena Wano, Kadi Pada, Weelonda, Watu Kawula, Wee Pangali, dan
Wee Rena.
ketinggian 10 mdpl, memiliki satu Pelabuhan laut yaitu Pelabuhan Waikelo dan
2. Analisis Univariat
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat
a. Karakteristik responden
Kelompok Total
Karakteristik kasus kontrol
n= 90 (%)
n= 45 (%) n= 45 (%)
Umur (Tahun)
18-25 10 11,1 12 13,3 22 24,4
26-35 20 22,2 19 21,1 39 43,3
36-45 15 16,7 14 15,6 29 32,2
Total 45 50 45 50 90 100
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 10 11,1 8 8,9 18 20,0
SD 6 6,7 10 11,1 20 17,8
SMP 9 10 12 13,3 20 23,3
SMA 13 14,4 10 11,1 22 25,6
Perguruan Tinggi 7 7,8 5 5,6 12 13,3
Total 45 50 45 50 90 100
Pekerjaan
PNS 5 5,6 2 2,2 7 7,8
Pegawai Swasta 5 5,6 3 3,3 8 8,9
Petani 13 14,4 16 17,8 29 32,2
kelompok kasus tertinggi yang mengalami hipertensi yaitu pada usia 26-35
b. Konsumsi Alkohol
Kelompok Total
Konsumsi
kasus kontrol n= 90 (%)
Alkohol
n= 45 (%) n= 45 (%)
Total 45 50 45 50 90 100
Kebiasaan
Konsumsi
Ya 25 27,8 14 15,6 39 43,3
Tidak 20 22,2 31 34,4 51 56,7
Total 45 50 45 50 90 100
Lama
Konsumsi
Alkohol
Pengeluaran
Untuk Alkohol
Riwayat
Hipertensi
Total 45 50 45 50 90 100
kontrol.
Pada penelitian ini, responden yang mengonsumsi alkohol lebih dari lima tahun
c. Konsumsi Natrium
Kelompok Total
Konsumsi
kasus kontrol n= 90 (%)
Natrium
n= 45 (%) n= 45 (%)
Total 45 50 45 50 90 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih banyak responden yang
3. Analisis Bivariat
konsumsi alkohol dan natrium dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia
95% dengan tingkat signifikan α = 5%. Cara interpretasi hasil dengan melihat
secara statistik dan apabila p > 0,05 maka dua variabel tidak memiliki hubungan
yang bermakna secara statistik. Hasil analisis bivariat pada penelitian dapat dilihat
tabel 4.4
Tabel 4.4 Tabel Silang Uji Chi Square Konsumsi Alkohol dengan
Hipertensi
alkohol.
tabel 4.5
Tabel 4.5 Tabel Silang Uji Chi Square Konsumsi natrium dengan
Hipertensi
baik yaitu 17 orang (18,9%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji
chi-square, diperoleh nilai p< 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna
Odd ratio hipertensi konsumsi garam lebih dan baik adalah 3,294
responden yang konsumsi garamnya lebih 3,2 kali lebih besar dibandingkan
B. Pembahasan
(p<0,05). Odd ratio hipertensi pada penduduk yang mengonsumsi alkohol dengan
1,021-6,409). Risiko
tidak mengonsumsi alkohol adalah 2,558 (95% CI=
alkohol 81,8% dan yang tidak mengkonsumsi alkohol 48,0%, dengan nilai
p=0,028 (OR = 4,86 dan 95% CI = 1,03 – 22,87). Penelitian ini menunjukkan ada
Risiko terjadinya hipertensi pada responden yang mengonsumsi alkohol 4,86 kali
Penelitian lain yang dilakukan Komaling dkk pada tahun 2013 di desa
darah tinggi. Jika minuman keras diminum sedikitnya dua kali per hari, TDS naik
kira-kira 1,0 mmHg dan TDD kira-kira 0,5 mmHg per satu kali minum. Peminum
harian ternyata mempunyai TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg
dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu (Laporan Komisi
darah, yang selanjutnya dapat menekan ekskresi asam urat dalam urin dan
2009). Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental.
Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar
darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti
alkohol yang lazim di atas tiga atau empat kali minum perhari. Penurunan
segera tekanan darah yang naik dengan intensitas sedang terlihat pada para
yang lebih tinggi pada para peminum alkohol yang berat. Konsumsi alkohol
(p<0,05). Odds ratio hipertensi pada penduduk dengan konsumsi garam tinggi
pada responden yang konsumsi natrium lebih 3,294 kali lebih besar dibandingkan
distribusi proporsi penderita yang konsumsi garamnya tinggi yaitu 61,5% dan
0,003 (Anggraini,
yang konsumsi garamnya normal yaitu 31,7%, dengan nilai p=
2009).
dkk Kecamatan Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2015 pada
responden usia dewasa dengan metode case control d idapatkan hubungan yang
signifikan antara konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi. Hal ini berarti
risiko terjadinya hipertensi pada responden yang konsumsi garamnya lebih 5,63
kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang asupan garamnya baik.
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang
aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
(Amir,2002).
natrium, yaitu:
membuat pembuluh darah melemah. Garam dalam jumlah yang normal memang
diperlukan tubuh untuk menahan cairan agar ketika dalam cuaca panas atau
lain jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak daripada yang seharusnya di dalam
darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah membawa lebih banyak
cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan
pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah di dalam
Dan kelenjar ini akan lebih banyak memproduksi hormon tersebut ketika
garam dalam pembuluh darah. Untuk itu, kalsium dikirimkan ke pembuluh darah
menyempit dan menahan aliran darah. Untuk itulah, ginjal memproduksi hormon
Renin dan Angiostenin agar pembuluh darah utama mengeluarkan tekanan darah
yang besar sehingga pembuluh darah pada ginjal bisa mengalirkan darah seperti
biasanya.
C. Keterbatasan Penelitian
sampai pada tingkat frekuensi konsumsi alkohol, jenis minuman alkohol dan takaran
penelitian ini sebagai acuan dan menganalisis secara lebih detail tentang konsumsi
alkohol.