LP Nyeri
LP Nyeri
G. SATRIA PRAMANTARA
NIM: P1337420930
2. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori
nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
3. Jenis Nyeri
Jenis nyeri ada tiga
a. Nyeri perifer
Nyeri ini ada tida macam: nyeri superfisial, yakni rasa nyeri yang
muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa; nyeri viseral, yakni rasa
nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri di rongga abdomen,
kranium, dan toraks; nyeri alih, yakni nyeri yang dirasakan pada daerah lain
yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b. Nyeri sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula spinalis, batang otak,
dan talamus.
c. Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata lain, nyeri
timbul akibat pikiran si penderita sendiri. Seringkali nyeri ini muncul karena
faktor psikologis, bukan fisiologis (Iqbal, 2007).
4. Bentuk Nyeri
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis
a. Nyeri akut
Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Awitan
gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah
diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan
kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri.
b. Nyeri kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri ini cenderung hilang timbul dan biasanya tidak
dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri menjadi lebih dalam
sehingga pasien sukar untuk menunjukkan lokasinya. Dampak dari nyeri ini
antara lain penderita menjadi mudah tersinggung dan sering mengalami
insomnia. Akibatnya, mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus
asa dan terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang
timbul dalam periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita terbebas dari
rasa nyeri misalnya sakit kepala migran.(Iqbal, Wahib Mubarak dan Nurul
Chayatin : 2007 hal 209)
5. Intensitas Nyeri
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer)
dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0
(untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung lainya nilai 10 (untuk kondisi nyeri
paling akut hebat. Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan
yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali
ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut
waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya subyektif dan dipengaruhi oleh banyak hal,
seperti tingkat kesadaran, kosentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan
harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalm sebuah skala nyeri
dengan beberapa kategori:
0 tidak nyeri
6. Etiologi Nyeri
1. Faktor Resiko
a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
7. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, serotonin, dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
B. PATHWAYS
Stimulasi Nyeri
Nosireseptor
Thalamus
Kortek selebri
Trauma jaringan
Cemas
Gangguan mobilitas lunak
fisik
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
2) Lokasi
3) Intensitas
4) Kualitas dan karakteristik
5) Waktu terjadinya dan interval
6) Respon nyeri
Intervensi ( NIC ) :
Lakukan pengkajian yang komprehensif dari nyeri: lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan presipitasi.
Eksplorasi faktor yang mempengaruhi nyeri
Obsrvasi respon nonverbal karena ketidaknyamanan
Evaluasi perkembangan masa lalu terhadap nyeri
Catat perkembangan tingakat nyeri berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab, lamanya, dan antisipasi terhadap kenyamanaan nyeri
Berikan strategi nonfarmakologik sebelum dilakukan prosedur yang
menyakitkan
Gunakan komunikasi terapeutik untuk meningkatkan pengetahuan nyeri
dan penerimaan respon klien
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Intervensi ( NIC ) :
Pantau pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas misalnya. Takikardi,
disritmia, dispnea, pucat, dan frekuensi napas
Pantau lokasi dan sifat ketidak nyamanaan atau nyeri selama gerak atau
beraktivitas
Pantau adnya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien
Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energi
Jelaskan pada pasien tentang penyebab keletihan dan proses atau kondisi
penyakit
Ajarkan pasien mengenalai tanda dan gejala keletihan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
Ajarkan tehnik pengaturan aktivitas untuk mencegah keletihan
Konsultasikan pada ahli gizi dengan pemberian asupan makanan
berenergi tinggi
Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan pada pasien
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari - hari sesuai
dengan kebutuhan
Intervensi ( NIC ) :
Kaji kebutuhan bantuan pelayanan kesehatan akan peralatan pengobatan
yang tahan lama
Bantu berjalan untuk mempertahankan fungsi tubuh
Bantu pasien dengan penggunaan pergerakkan rom aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau memperbaikai fleksibilitas sendi
Ubah posisi pasien untuk memberikan kenyamanan dan menurunkan
resiko kerusakan kulit
Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas misal; ktuk,
walker dan kursi roda
Ajarkan dan bantu pasien dalam proses perpindahan misal; dari tempat
tidur ke kursi roda
Ajarkan tehnik ambulasi dan perpindahan yang aman
Instruksikan pasien 8ntuk memperhatikan postur tubuh yang benar
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi untuk meningkatkan
mobolitas
Berikan analgesik sebelum memulai aktivitas
Berikan penguatan positif selama aktivitas
Intervensi (NIC)
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate
Of Elsefer.
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4, Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C., Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta: EGC