Anda di halaman 1dari 15

Nama : Siti Hardiyanti eka Pratiwi

Npm : 201801500761

Kelas : R3G

Tugas Merangkum dari buku “Berbicara karya” Karya Prof. DR. Henry Guntur

BAB I

A. KETERAMPILAN BERBAHASA: KOMPONEN-KOMPONENNYA


Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, pesan, dan
informasi yang tertanam dalam pikiran, media penyampaiannya bisa melalui lisan atau
tulisan.  Bahasa juga memiliki peran sentral demi terciptanya masyarakat yang santun
dan beradab. Seseorang dikatakan santun atau tidak ditentukan oleh sikap berbahasanya
meliputi nada dan makna yang disampaikan.
Berbagai kebudayaan bisa saling menyatu karena ada salah satu aspek yang
mampu mengikatnya yaitu bahasa. Menurut Finocchiaro (1964:8) bahasa adalah sistem
simbol vokal yang arbitrer yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan
tertentu, atau orang lain yang mempelajari sistem kebudayaan itu, berkomunikasi atau
berinteraksi.
Pembeda utama manusia dengan hewan terletak pada dua hal yaitu kemampuan
berpikir dan kemampuan berbahasa. Manusia mampu berpikir karena memiliki bahasa,
tanpa bahasa manusia tidak akan dapat memikirkan berbagai hal terutama berpikir secara
abstrak. Tanpa bahasa juga manusia tidak akan dapat mengomunikasikan gagasan dan
pikirannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, jika ingin mengungkapkan berbagai
pemikiran dengan baik, maka manusia harus menguasai bahasa dengan baik.
Empat Aspek
1. Menyimak
Keterampilan yang paling mendasar ialah menyimak. Setiap orang tentu
melakukan kegiatan menyimak, mulai dari mendengarkan berita, cerita, dan berbagai
informasi lainnya baik melalui TV, Radio, dll. Underwood (1990) mendefinisikan
menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang
ducapkan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar.
2. Berbicara
Keterampilan berbicara pada umumnya dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi
berbicara yang terampil hanya sebagian orang mampu melakukan. Berbicara secara
umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984:3/1985:7).
Keterampilan berbicara merupakan salah satu komponen dalm pembelajaran
bahasa Indonesia yang harus dimiliki oleh pendidik dan peserta didik di sekolah.
Terampil berbicara menuntut siswa untuk dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (2005:179) bahwa sebagian besar siswa belum
lancar berbicara dalam bahasa Indonesia. Siswa yang belum lancar berbicara tersebut
dapat disertai dengan sikap siswa yang pasif, malas berbicara, sehingga merasa takut
salah dan malu, atau bahkan kurang berminat untuk berlatih berbicara di depan kelas.
3. Membaca
Pusat pemerolehan berbagai pengetahuan keterampilan dari menyimak, berbicara,
dan menulis ialah membaca. Aktivitas membaca sama halnya dengan pemerolehan, apa
yang kita ketahui adalah dari apa yang kita baca.  Stauffer (Petty & Jensen, 1980)
menganggap bahwa membaca, merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk
menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun
konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan
proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan
memahami problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu
kesenangan.
4. Menulis
Tahap keterampilan terakhir ialah menulis. Menulis sebagai pusat pengaplikasian
berbagai pengetahuan yang telah didapat dari aktivitas menyimak, membaca, dan
berbicara kemudian mengalihkannya ke dalam rangkaian kata dan bahasa yang memiliki
makna dan tujuan. Pranoto (2004:9) berpendapat bahwa menulis berarti menuangkan
buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain
melalui tulisan. Menulis juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan
yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
Orang yang gemar, pandai, dan telah menulis berarti ia telah mencoba
mengaktifkan indera yang ada pada dirinya melalui apa yang ia lihat, dengar, rasakan,
cium, dan raba kemudian teraplikasikan ke dalam rangkaian kata dan bahasa.

B. BERBICARA SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu


keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului
oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau
berujar dipelajari. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan
suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.

1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak.


Berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung serta merupakan komunikasi tatap-muka atau face-to-face
communication (Brooks, 1964 : 134)

2. Hubungan antara Berbicara dan Membaca


Beberapa proyek penilitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang
erat antara perkembangan kecapakan berbahasa lisan dan kesiapan baca. Telaah-
telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa
lisan turut melengkapi suatu latar belakang pengalaman-pengalaman yang
menguntungkan serta keterampilan-keterampilan tersebut mencakup ujaran yang
jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-
kalimat lengkap serta sempurna bila diperlukan, pembedaan pendengaran yang
tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu
cerita, dan menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta
logis.

3. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis


Adalah wajar apabila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali
berhubungan karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lain;
(a) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis
(b) Sang anak yang telah dapat menulis dengan cara biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi
lisan pendahuluan tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide rumit yang
diperolehnya dari tangan kedua.
(c) Perbedaan-perbedaan terdapat pula antara komunikasi lisan dan komunikasi
tulis.
(d) Pembuatan catatan serta pembuat bagan atau rangka ide-ide yang akan
disampaikan pada suatu pembicaraan, akan menolong siswa untuk
mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar.

C. BERBICARA SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI


Manusia adalah makhluk social dan tindakan pertama dan paling penting, adalah
tindakan social, suatu tindakan tepat saling menukar pengalaman, saling mengemukakan
dan menerima pikiran. Oleh karena itu, maka didalam tindakan social haruslah terdapat
elemen-elemen umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang
merupakan suatu masyarakat.
Professor Anderson mengemukakan adanya 8 prinsip (linguistik) dasar, yaitu:
1) Bahasa adalah suatu sistem;
2) Bahasa adalah vocal (bunyi ujaran);
3) Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitrary symbol);
4) Setiap bahasa bersifat unik; bersifat khas;
5) Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan;
6) Bahasa adalah alat komunikasi.
D. BATASAN DAN TUJUAN BERBICARA
Ujaran adalah sautu bagian yang integral dari dari keseluruhan personalitas atau
kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan
pendidikannya.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.

BAB II
A. BERBICARA UNTUK MELAPORKAN
Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi , atau dalam
bahasa inggris disebut informative speaking dilaksanakan kalau seseorang
berkeinginan untuk:
1) Memberi atau menanamkan pengetahuan,
2) Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-beda,
3) Menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses, dan
4) Menginterpretasikan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu
tulisan.

Semua hal tersebut merupakan situasi-situasi informatif karena


masing-masing ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna
menjadi jelas. Misalnya menanamkan pengetahuan merupakan fungsi utama
segera kuliah di perguruan tinggi. Apa yang dimiliki, yang dipahami, oleh
sang dosen dikomunikasikan kepada para mahasiswa.

Pembicaraan-pembicaraan yang bersifat informatif menyadarkan diri


pula pada lima sumber utama, yaitu:
1) Pengalaman-pengalaman yang harus dihubung-hubungkan seperti perjalanan,
petualangan, dan cerita roman/novel.
2) Proses-proses yang harus dijelaskan, seperti pembuatan sebuah buku,
mencampur pigmen-pigmen untuk membuat warna-warna, merekam, serta
memotret bunyi,
3) Tulisan-tulisan yang harus dijelaskan, seperti arti/makna konstitusi, falsafah
Plato.
4) Ide-ide atau gagasan yang harus disingkapkan, seperti makna estetika.

Perlu disadari bahwa tuntutan serta pertimbangan dalam situasi-situasi


informatif lebih bersifat intelektual daripada emosional. Kita harus berusaha
menempatkan segala sesuatu dalam posisi dan urutan yang mudah terlihat.
Untuk dapat melakukan hal ini, kita perlu mempergunakan komparasi,
kontras, jenis, sepsis, dan definisi.

Selanjutnya, situasi-situasi yang dapat dikelompokkan ke dalam


klasifikasi informatif ini, adalah sebagai berikut.
1) Kuliah, ceramah (lecture).
2) Ceramah tentang perjalanan (travelogue),
3) Pengumuman, pemberitahuan, dan maklumat (announcement).
4) Laporan (report).
5) Instruksi, pelajaran, dan pengajaran (instruction).

B. BERBICARA SECARA KEKELUARGAAN.


Tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang telah
ditemukan selain hiburan atau pertunjukan kelompok. Di dalamnya terdapat suatu
yang menggembirakan yang dapat dinikmati Bersama, yang dapat meninggalkan
kesenangan pribadi. Tidak ada wadah lain yang lebih sesuai untuk maksud-
maksud seperti ini selain dalam siatuasi-situasi persahabatan atau kekeluargaan.
Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat kekeluargaan
atau persahabatan, antara lain.
1) Pidato sambutan selamat datang,
2) Pidato perpisahan,
3) Pidato penampilan, penyajian, perkenalan,
4) Pidato jawaban atau balasan.
5) Pembicaraan sesudah makan,
6) Pidato sambutan hiburan,
7) Pidato pujian.

C. BERBICARA UNTUK MEYAKINKAN


Persuasi merupakan tujuan kalau kita meninginkan tindakan atau aksi.
Pembicaraan yang bersifat persuasive disampaikan kepada para pendengar bila
kita menginginkan penampilan suatu tindakan atau pengejaran suatu bagian
tertentu dari suatu tindakan.

D. BERBICARA UNTUK MERUNDINGKAN


Berbicara untuk merundingkan pada dasarnya bertujuan untuk membuat
sejumlah keputusan dan rencana. Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut
sifat hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakekan tindakan-
tindakan mendatang.
Kalau suatu situasi menghadapi keadaan tindakan-tindakan masa yang
akan datang, maksudnya tetap sama saja. Suatu keputusan memang tetap dicari,
walaupun sudah jelas merupakan suatu keputusan yang lebih sulit. Untuk
menentukan sifat tindakan-tindakan masa lalu hanyalah membutuhkan suatu
pengertian yang penuh dan lengkap; pengertian yang demikian rupa terhadap
tindakan-tindakan mendatang tentu tidak mungkin.
Kepastian pendirian bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang
cukup banyak menuju ke akal pikiran. Meyakinkan pada dasarnya membuat sadar
akan suatu kebenaran. Oleh sebab itu, meyakinkan menuntuk beberapa unsur,
diantaranya:
1) Kejelasan, kemurnian, atau kecerahan
2) Ketertiban, kerapian, atau keteraturan
3) Alasan-alasan, bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan
4) Pikiran-pikiran atau pemikiran-pemikiran yang jujur dan terus terang.
BAB II
DISKUSI KELOMPOK

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN


Pada hakekatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan
permasalahan dengan proses berpikir kelompok. Oleh karena itu, diskusi merupakan
suatu kegiatan kerjasama atau aktivias koordinatif yang mengandung langkah-
langkah dasar tertentu yang harus dipatuhi oleh seluruh kelompok.
Diskusi kelompok berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam
suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikannya dengan harapan agar sampai
pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Misalnya, suatu kelompok yang terdiri atas
enam orang akan menghasilkan ide-ide yang tidak akan terhasilkan oleh salah
seorang dari keenamnya secara pribadi.

B. KELOMPOK TIDAK RESMI


Dalam diskusi, kelompok yang tidak resmi ini termasuk:

1) Kelompok Studi
Kelompok studi ini mungkin merupakan suatu hasil pertumbuhan dari
suatu keinginan untuk memperoleh informasi. Didalam kelas misalnya, suatu
kelompok studi dapat membicarakan masalah mengenai sumbangan-sumbangan
yang dapat diberikan oleh seorang dramawan yang khusus (Mulgrave, 1954 : 38)
2) Kelompok Pembentuk Kebijaksanaan
Suatu kelompok pembentuk kebijaksanaan pada sebuah fakultas di
perguruan tinggi dapat menentukan apakah karya-karya seseorang pengarang
yang sedang dipermasalahkan dapat memasukan ke dalam kurikulum, dan kalau
ternyata dapat, dimana sebaiknya yang paling tepat ditempatkan (Mulgrave,
1954 : 38)

3) Komite
Komite-komite dapat dipilih oleh organisasi atau ditunjuk oleh ketua.
Komite-komite ini biasanya diklasifikasikan sebagai komite khusus atau komite
tetap. Fungsi suatu komite khusus adalah menyelenggarakan beberapa tugas
khusus. Kalau tugas tambahana tidak diserahkan lagi kepada komite serupa itu,
komite inipun berhenti atau habis fungsinya apabila laporannya yang terakhir
dapat disampaikan.

C. KELOMPOK RESMI
Yang termasuk dalam kelompok diskusi yang resmi

1) Konferensi
Konferensi sebagai suatu bentuk kelompok diskusi resmi kadang-kadang
mengacu pada diskusi pengambilan tindakan, karena berusaha membuat suatu
keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan tersebut.

2) Diskusi Panel
Diskusi panel adalah suatu kelompok yang terdiri dari tigas sampai enam
orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai
segi mengenai suatu masalah.
D. Tugas ketua dan tugas partisipan

1) Tugas Ketua
Keberhasilan seorang ketua memimpin suatu diskusi kelompok akan
bergantung sepenuhnya kepada kemampuannya memahami serta menjalankan
tugasnya.
a) Membuat persiapan yang matang untuk diskusi
b) Mengumumkan judul atau masalah dan mengemukakan tujuan diskusi
c) Menyediakan serta menetapkan waktu
d) Menjaga keteraturan sususan diskusi
e) Memberi kesempatan pada setiap orang yang ingin mengemukakan
pikiran.

2) Tugas Partisipan
Nilai suatu diskusi yang kita ikuti sebagian besar bergantung kapda baik atau
tidaknya kita sebagai partisipan atau peserta mengetahui serta menjalani tugas tugas
kita. Dengan mengikuti pertunjuk-petunjuk dibawah ini, kita bukan hanya sekedar
memberi sumbangan atas keberhasilan diskusi, tetapi juga akan mendapatkan respek
para partisipan lainnya.
BAB IV
PROSEDUR PARLEMENTER

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN


Suatu fakta yang perlu kita sadari pada masa kemajuan ini ialah bahwa perkenalan
dengan prinsip-prinsip dasar prosedur parlementer merupakan salah satu ciri warga yang
dewasa dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, para siswa dan mahasiswa yang
merupakan generasi penerus dalam negara kita hendaknya sudah terbiasa dengan
prosedur parlementer.
Pelestarian demokrasi akan tercapai karena pengawetan Teknik-teknik pencapaian
keputusan dengan cara yang demokratis. Kebiasaan berpikir secara demokratis dapat
dikembangkan dengan latihan berbicara bebas dan teratur dalam perkumpulan atau
pertemuan. Adapun empat aturan dasar yang harus dipahami dan dijalankan yaitu:
1) Hak golongan minoritas haruslah dilindungi
2) Hukum yang telah betul-betul dipertimbangkan bagi golongan mayoritas haruslah
berlaku
3) Kehormatan martabat semua anggota haruslah terjamin
4) Suatu susuan tugas atau urusan yang logis haruslah ditetapkan dengan baik

B. PROSEDUR PEMBENTUKAN SUATU PERKUMPULAN


Semua organisasi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
1) Yang bersifat sementara atau temporer
2) Yang bersifat tetap atau permanen

Suatu organisasi sementara mungkin berlangsungnya selama satu atau beberapa


pertemuan, bergantung pda lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya.
Organisasi tetap adalah suatu organisasi yang dibentuk dengan suatu penghargaan
agar dapat berfungsi dalam jangka waktu yang Panjang, atau barangkali dalam waktu
yang tidak terbatas.
Para pendiri dari salah satu tipe organisasi hendaklah bertemu dalam suatu komite
atau kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah-masalah pendahuluan yang penting.

C. ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


Suatu anggaran dasar atau konsititusi paling sedikit terdiri atas tujuh ketetapan
dasar, yang harus dinyatakan secara singkat dan jelas dalam pasal-pasal yang terpisah
ketujuh ketetapan dasar tersebut, yaitu:
1) Nama organisasi
2) Tujuan dan kekuasaan organisasi
3) Kualifikasi bagi keanggotaan
BAB V
A. PENGGUNAAN DEBAT
Apabila dan dimana suatu usul diajukan dan oposisi terhadap usul itu
dikemukakan maka suatu debat pun berlangsung. Dalam masyarakat demokratis,
debat memegang peranan penting dalam perundang-undangan, dalam politik,
dalam perusahaan.
Perundang-undangan. Apabila suatu rancangan undang-undang atau status
diperkenalkan dalam suatu badan legislatif, maka penganjur berbicara
berdasarkan undang-undang, dan para penyanggah berbicara menentangnya.
Politik. Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat
Bersama memudahkan pra pemilih atau pemberi suatu mendengar para calon
yang bertentangan saling mempertahankan pendapat dan menyerang kelemahan
lawan.
Bisnis (perusahaan perniagaan). Dewan pimpinan dan komite-komite
eksekutif dalam suatu perusahaan, disamping diskusi, mempergunakan juga debat
untuk memperoleh keputusan dalam berbagai kebijaksanaan.

B. JENIS-JENIS DEBAT
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat
diklasifikasikan atas tipe-tipe atau kategori, yaitu:
1) Debat parlementer atau majelis
2) Debat pemerikasaan ulangan untuk mengetahui kebenaran
pemeriksaan terdahulu
3) Debat formal, konvensional, atau debat Pendidikan

Ketiga tipe ini dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.


Akan tetapi, debat parlementer merupakan ciri badan-badan legislatif; debat
pemerikasaan ulangan adalah suatu Teknik yang dikembangkan di kantor-kantor
pengadilan; dan debat formal didasarkan pada konversi-konversi debat Bersama
secara politis. (Mulgrave, 1954 : 65).

C. SYARAT-SYARAT SUSUNAN KATA PROPOSISI


Proposisi atau usul menentukan ruang lingkup dan pembatasan-
pembatasan suatu perdebatan. Bergantung pada tipe debat yang dilaksanakan,
maka suatu usul mungkin merupakan suatu mosi, suatu resolusi, atau suatu
rancangan undang undang yang akan diputuskan oleh majelas parlementer. Sang
pembicaraan hendaklah meneliti agar usulnya sudah jelas memenuhi tuntutan-
tuntutan atau syarat-syarat tersebut, seperti yang tertera secara lebih rinci.

1) Kesederhaan
Usul-usul yang rumit dan berbelit-belit menyebabkan analisis yang sukar.
Semakin sederhana suatu pernyataan maka semakin bergunalah bagi
perdebatan yang sedang berlangsung.

2) Kejelasan
Pernyataan-pernyataan yang samar-samar dan tidak jelas menimbulkan
beragam penafsiran yang timbul dalam perdebatan yang membingungkan.
Pernyataan “pemungutan suara dalam pemilihan umum hendaklah dianggap
sebagai suatu hak istimewa dan juga sebagai suatu kewajiban” tidak
menyatakan sesuatu kebijaksanaan yang jelas bagi tindakan/aksi tertentu.

3) Kepadatan
Kata-kata hendaklah dipergunakan sedikit dan sepadat mungkin.
Kebertele-telean atau kepanjanglebaran akan mengakibatkan sautu usul
menjadi tidak praktis dan menyebabkan salah pengertian. Pernyataan “segala
warga negara Indonesia yang setia hendaklah diizinkan mempraktekkan hak-
haknya sesuai dengan yang tercantum dalam undang-undang 1945.

Anda mungkin juga menyukai