Anda di halaman 1dari 50

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330160597

Tugas Rancangan Metodologi Penelitian

Research Proposal · January 2019

CITATIONS READS

0 1,271

1 author:

Nopitasari Herman
Universitas Negeri Padang
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nopitasari Herman on 05 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam

pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi kecakapan serta

karakteristik pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya maupun

lingkungannya. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-

nilai atau melatihkan keterampilan (Jagantara, Adnyana, & Manik widiyanti,

2014)(Jagantara et al., 2014). Pendidikan adalah penentu agar bangsa kita

dapat melangkah lebih maju dan dapat bersaing dengan negara-negara lainnya.

Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di Indonesia khususnya kualitas pendidikan matematika di

sekolah. Usaha tersebut diantaranya adalah perbaikan kurikulum, melengkapi

sarana dan prasarana, melakukan pelatihan dan seminar bagi guru-guru.

Guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran. Guru

selalu terlibat dalam setiap proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik,

guru lebih banyak berhadapan langsung dengan siswa dalam proses

pembelajaran. Selain memberikan pengetahuan guru juga membimbing

siswa, serta memberikan motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu guru

harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyampaikan materi

pembelajaran agar siswa tertarik dan memperhatikan dalam kegiatan

pembelajaran.

1
Selain itu Guru sebagai pendidik juga harus mampu menciptakan suasana

belajar yang dapat membangkit motivasi siswa dengan menggunakan metode

pembelajaran. Kemampuan yang baik dalam memilih metode pembelajaran dan

membuat rencana pembelajaran yang dapat memancing siswa untuk berpikir

logis, kritis, dan sistematis, serta memudahkan siswa memahami konsep pembe-

lajaran sehingga dapat menggunakan nya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai

bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan zaman (Arjun,

firman, 2015).

Susanto (2013:186-187), menyatakan bahwa pembelajaran matematika

adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi matematika. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses

pembelajaran yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan.

Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan

berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi

antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan

lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung. Dari penjelasan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata

pelajaran yang dimaksudkan untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa,

serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

2
2

materi matematika. Pembelajaran matematika adalah suatu proses pembelajaran

yang melibatkan interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan.

Berdasarkan observasi pada tanggal 9, 10, dan 11 Oktober 2018 di SD

Negeri 05 Saruaso terlihat pada awal pembelajaran guru hanya menanyakan

kesiapan siswa untuk belajar, kemudian guru menerangkan materi pelajaran

secara lisan dengan diselingi tanya jawab. Saat itu siswa terlihat kurang aktif

dalam proses pembelajaran, siswa kurang aktif dalam bertanya jawab tentang

materi yang sedang dipelajari, suasana kelas ribut dan ada beberapa siswa yang

tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. Saat guru meminta siswa

untuk menjawab pertanyaan siswa lebih banyak diam, serta saat guru memberikan

latihan siswa masih banyak yang mencontoh jawaban temannya, serta siswa juga

kurang termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Selain melakukan observasi dilakukan wawancara dengan guru kelas yaitu

Ibu Ratna Juita, S.Pd.SD, dan Ibu Zainin, S.Pd.SD Dari wawancara tersebut

diperoleh informasi bahwa masih rendahnya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, guru juga hanya menggunakan metode konvensional dalam proses

pembelajaran sehingga tidak memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Hal ini

berdampak kepada suasana kelas yang membosankan. Kurangnya aktivitas belajar

dan situasi pembelajaran yang kurang menyenangkan berdampak pada hasil

belajar siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada ulangan

harian siswa kelas IIIA dan IIIB SD Negeri 05 Saruaso yaitu, dapat di lihat pada

Tabel 1.
3

Tabel 1. Jumlah Siswa dan Presentase Ketuntasan Belajar Matematika


Siswa pada Ulangan Harian Kelas IIIA Dan IIIB SD Negeri 05
Saruaso.
Siswa yang tuntas
Kelas Jumlah siswa
Jumlah Persen
IIIA 22 12 54,54%
IIIB 22 10 45,45%
Sumber: Guru Kelas IIIA dan Guru Kelas IIIB SD Negeri 05 Saruaso

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika yang telah

diberikan belum sesuai dengan tujuan pembelajaran, karena masih banyak siswa

yang nilainya belum mencapai KKM yang ditetapkan di SD Negeri 05 Saruaso

yaitu 71. Upaya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa

dalam belajar dan dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Salah satu model

pembelajaran yang mampu membantu siswa yaitu model pembelajaran Project

Based Learning.

Model Project Based Learning adalah sebuah model yang

pembelajarannya melibatkan aktivitas siswa dalam belajar serta siswa juga dapat

menghasilkan suatu proyek atau karya nyata. Dengan adanya suatu karya yang

dihasilkan maka siswa akan lebih mempunyai daya ingat yang tinggi terhadap apa

yang dilakukan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek tidak ditentukan oleh

hasil belajar yang didapatkan oleh siswa saja, namun juga dilihat pada proses dan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga akan berdampak pada

meningkatnya hasil belajar siswa.


4

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dilakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Project Based Learning terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD Negeri 05 Saruaso”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di

atas, maka peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sebagai

berikut:

1. Guru hanya menggunakan metode konvensional (ceramah).

2. Rendahnya aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan.

3. Rendahnya aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat.

4. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditandai dengan banyaknya siswa

yang belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah, dan juga mengingat luasnya ruang

lingkup permasalahan, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, bekerjasama

dengan kelompok, mengemukakan pendapat dalam kegiatan

pembelajaran, dan mendengarkan ketika proses pembelajaran.

2. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan yaitu:


5

1. Bagaimana aktivitas siswa SD Negeri 05 Saruaso dengan diterapkannya

model pembelajaran Project Based Learning?

2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Project Based

Learning berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa SD

Negeri 05 Saruaso?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui aktivitas siswa di SD Negeri 05 Saruaso saat diterapkan

model pembelajaran Project Based Learning.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning

terhadap hasil belajar matematika siswa SD Negeri 05 Saruaso.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi

siswa, guru, sekolah serta peneliti sendiri. Berikut penjelasannya :

1. Bagi Siswa

Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Bahan pertimbangan dan masukkan dalam memilih model pembelajaran

yang ingin diterapkan dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah
6

Bahan pertimbangan dan masukkan sekolah untuk lebih meningkatkan

kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif

khususnya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung bagi peneliti sebagai

calon guru dalam upaya menerapkan pengetahuannya tentang berbagai

model pembelajaran yang diperoleh dalam perkuliahan.


BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
a. Hakikat Pembelajaran Matematika
Dalam kegiatan aktivitas belajar, mengajar merupakan salah satu

aspek yang mempengaruhi dari aktivitas tersebut yang tergabung menjadi

suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Susanto(2013:186),“Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan

ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat serta pembentukan

sikap dan keyakinan pada peserta didik”. Dengan kata lain pembelajaran

adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Sesuai dengan pendapat di atas, Dimyati (dalam Susanto, 2013:186),

menyatakan “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas

guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan

bermakna. Dengan demikian pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas

seseorang dalam menyerap suatu informasi dan suatu proses belajar,

mengajar yang dilakukan antara guru dan siswa dengan tujuan proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan dapat merubah tingkah

laku siswa menjadi lebih baik.

7
8

Begitu juga dengan pembelajaran matematika. Menurut Susanto

(2013:186), “Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar

yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa

yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika”. Dalam

proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama

menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini

akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara

efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

adalah kegiatan belajar dan mengajar yang mempelajari ilmu matematika

dengan tujuan membangun pengetahuan matematika agar bermanfaat dan

mampu mempraktekkan hasil belajar matematika dalam kehidupan sehari-

hari.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika perlu disesuaikan dengan perkembangan

kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit menuju abstrak. Proses

pembelajaran matematika pada siswa SD harus memperhatikan tahap

perkembangan berpikir siswa SD yang masih konkrit. Selain itu adanya

keanekaragaman intelegensi siswa SD merupakan faktor yang harus

diperhatikan oleh guru sebelum merancang pembelajaran matematika.

Sesuatu yang dianggap mudah menurut logika orang dewasa dapat dianggap

sulit dimengerti oleh anak usia SD. Oleh karena itu dalam pembelajaran
9

matematika di SD, konsep matematika yang abstrak yang dianggap mudah

dan sederhana menurut kita, dapat menjadi hal yang sulit dimengerti oleh

anak didik tersebut.

Menurut Susanto (2013:189), kompetensi atau kemampuan umum

pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan

pecahan.

2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang

sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antara satuan, dan

penaksiran pengukuran.

5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,

terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya.

6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan

gagasan secara matematika.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika

tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi

pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan dan

mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna

dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan

mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses


10

dan dikembangkan lebih lanjut. Agar siswa dapat berperan aktif dan aktivitas

siswa dapat berkembang, maka perlu adanya pengajaran yang efektif, oleh

Hamalik (2012:171), menyebutkan “pengajaran yang efektif adalah

pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri.

2. Tinjauan Tentang Model Project Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar

yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran.

Suprijono (2010:41), menyatakan bahwa “Model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar”. Sejalan dengan pendapat di atas, Arends (dalam suprijono

2010:41) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas. Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian model pembelajaran

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola yang dapat digunakan oleh guru untuk merancang tatap

muka di kelas untuk mencapai tujuan belajar.

b. Pengertian Model Project Based Learning

Istarani (2012:156), menyatakan bahwa “Project Based Learning

adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang


11

menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks”.

Model proyek merupakan pemberian tugas kepada semua siswa untuk

dikerjakan secara individual. Siswa dituntut untuk mengamati, membaca,

meneliti.

Sesuai dengan pendapat di atas, Abdullah (2014:172), mengemukakan

bahwa “Project Based Learning merupakan strategi belajar mengajar yang

melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat.

Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning dilakukan untuk

memperdalam pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dengan cara

membuat karya atau proyek yang terkait dengan materi ajar dan kompetensi

yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Jadi, dari beberapa pendapat para

ahli tersebut, dapat dibuat kesimpulan bahwa model Project Based Learning

merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dengan kegiatan-

kegiatan yang kompleks, untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh dengan cara membuat suatu karya yang terkait dengan materi

dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

c. Langkah-langkah Model Project Based Learning

Penerapan model pembelajaran ini mempunyai prosedur atau langkah-

langkah yang akan dilakukan pada saat pembelajaran. Langkah-langkah

pembelajaran Project Based Learning menurut Lucas (dalam Al-Tabany,

2014:52) menyatakan:

1.) Pembelajaran yang dimulai dengan pertanyaan mendasar. Pertanyaan


yang dapat merangsang para siswa agar masuk pada pembelajaran
mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari
yang diharapkan dapat lebih mudah dipahami siswa.
12

2.) Mendesain perencanaan proyek. Dilakukan secara bersama-sama antara


guru dan siswa yang berunding mengenai aturan main, serta alat dan
bahan yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu proyek.
3.) Menyusun jadwal aktivitas. Dalam menyelesaikan proyek jadwal
aktivitas dilakukan secara bersama-sama yang berisikan mengenai target
waktu pelaksanaan, yang diharapkan mampu untuk tepat waktu dan tepat
sasaran.
4.) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek. Pada tahapan ini guru
harus memonitor (memantau) aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek, yang dilakukan dengan cara membimbing dan
memfasilitasi siswa pada setiap proses.
5.) Menguji hasil. Pada tahapan ini guru melakukan penilaian yang bertujuan
untuk mengukur ketercapaian kriteria ketuntasan minimal yang berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa.
6.) Mengevaluasi pengalaman. Tahapan ini adalah tahapan akhir dalam
kegiatan ini, guru dan siswa melakukan refleksi baik individu maupun
kelompok.

Menurut Abdullah (2014:185), langkah-langkah atau tahapan model

Project Based Learning sebagai berikut:

1) Penyajian Permasalahan
Permasalahan diajukan dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan awal
yang diajukan adalah pertanyaan esensial (penting) yang dapat
memotivasi siswa untuk terlibat dalam belajar.

2) Membuat perencanaan
Guru merencanakan standar kompetensi yang akan dikaji ketika
membahas permasalahan. Guru seharusnya melibatkan siswa dalam
bertanya, membuat perencanaan dan melengkapi rencana kegiatan
pembuatan proyek/karya.

3) Menyusun penjadwalan
Siswa membuat penjadwalan pelaksanaan proyek yang disepakati
bersama guru. Siswa mengajukan tahapan pengerjaan proyek dengan
menetapkan acuan yang akan dilaporkan pada setiap pertemuan di kelas.

4) Memonitor pembuatan proyek


Pelaksanaan pekerjaan siswa harus di monitor dan difasilitasi
prosesnya paling sedikit pada dua tahapan yang dilakukan oleh siswa.

5) Melakukan penilaian
Penilaian dilakukan secara autentik dan guru perlu memvariasikan
jenis penilaian yang digunakan. Penilaian proyek merupakan kegiatan
penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
13

periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suat investigasi sejak dari


perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan
penyajian data.

6) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada siswa
dalam melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan baik secara
individu maupun kelompok.

Berdasarkan dua pendapat di atas peneliti memodifikasi kedua

langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning menjadi

sebagai berikut:

1) Pendidik memulai pembelajaran dengan memberikan pertanyaan


mendasar kepada peserta didik.
2) Pendidik dan peserta didik mendesain perencanaan proyek yang
akan dilakukan peserta didik.
3) Pendidik dan peserta didik membuat penjadwalan, dalam
pengerjaan proyek.
4) Pendidik mengawasi (monitoring) kemajuan belajar, pendidik
melakukan monitoring terhadap pelaksanaan proyek sesuai dengan
tahapan dan jadwal yang telah disepakati.
5) Pendidik melakukan penilaian
6) Evaluasi.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Project Based Learning

Setiap pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kelemahan,

demikian pula dengan model Project based learning memiliki kelebihan dan

kelemahan. Menurut Abdullah (2014:177-178), adapun kelebihan dan

kelemahan Project based learning adalah:


14

1) Kelebihan Model Project Based Learning

a) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka

untuk melakukan pekerjaan penting

b) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah

c) Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang

kompleks

d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama

e) Mendorong siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi

f) Meningkatkan siswa dalam mengelola sumber daya

g) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi

proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti

peralatan dan bahan untuk menyelesaikan tugas

h) Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai

kondisi dunia nyata.

i) Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan

menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan

permasalahan di dunia nyata

j) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

2) Kelemahan Model Project Based Learning

a) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan

menghasilkan produk

b) Membutuhkan biaya yang cukup

c) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar


15

d) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadahi

e) Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak memiliki

pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan

f) Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.

3. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempetan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, artinya siswa

belajar sambil bekerja. Dengan demikian, mereka memperoleh pengetahuan

pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya. Menurut Hamalik,

(2012:171), “aktivitas adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk

perbuatan belajar dan bekerja, dimaksud untuk memuaskan perbuatan tertentu

untuk mencapai tujuan tertentu pula”. Asas aktivitas digunakan dalam semua

jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar di

luar kelas. Hanya saja penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk permainan

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi

sekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu.

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Dierich (dalam Hamalik, 2012:172) menyatakan aktivitas-aktivitas

yang dapat dilakukan siswa selama proses pembelajaran antara lain yaitu:

1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pemeran, dan mengamati orang lain bekerja atau

bermain.
16

2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan

mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart,

diagram peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,

menari, dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan

membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan

lain-lain.

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran

Hamalik (2012:175), mengemukakan bahwa penggunaan asas

aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.


17

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara


integral.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6) Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara
orang tua dengan guru.
7) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis.
8) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.

Indikator aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Indikator Aktivitas Siswa yang Diamati

Aktivitas Belajar Bentuk Aktivitas


Aktivitas lisan Aktivitas siswa dalam
mengemukakan pendapat atau
mengajukan pertanyaan.
Aktivitas metrik Siswa bekerjasama dalam
mengerjakan tugas yang diberikan
guru.
Aktivitas menulis Siswa yang mengerjakan latihan
yang diberikan guru dengan serius
dan sungguh-sungguh dalam
menanggapi pertanyaan atau
menjawab pertanyaan
Aktivitas mendengarkan Siswa mendengarkan dengan baik
ketika guru menjelaskan atau
ketika teman berpendapat.
18

4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang diperoleh setelah belajar.

Menurut Susanto (2013:5), “Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudjana

(2011:22) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Berdasarkan

pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar

adalah suatu kemampuan yang diperoleh oleh siswa setelah melalui kegiatan

dalam proses belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kemampuan belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik sangatlah

tergantung pada bagaimana siswa dapat memanage dirinya, yaitu mengatur,

mengarahkan dan merencanakan kegiatan belajar secara teratur, sehingga tujuan

belajar yang ditargetkan dapat tercapai, yang mana tujuannya ialah mencapai nilai

yang maksimal dan naik kelas (Berliantika Putri Aswir, Firman, 2007)

b. Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:6) macam-macam hasil belajar meliputi 3 hal

diantaranya yaitu:

1) Pemahaman konsep (aspek kognitif). Pemahaman menurut Bloom

(1979:89) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari

materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah

seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami


19

pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa

dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang

dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi

langsung yang ia lakukan. Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang

berkaitan dengan penalaran yang meliputi enam aspek yaitu:

a.) Pengetahuan/knowledge (C1)

Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan

mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa,

pengertian, kaidah, teori dan metode.

b.) Pemahaman/comprehensioan (C2)

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari

hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk

menegerti dan memahami konsep yang dipelajari.

c.) Penerapan/aplication (C3)

Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi

baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

2) Keterampilan proses (aspek psikomotor). Usman dan Setiawan (1993:77)

mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang

mengarah kepada pembangunan kemampuan yang lebih tinggi dalam diri

individu siswa. Indrawati (1993:3) merumuskan bahwa keterampilan

proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik


20

kognitif maupun psikomotorik)yang dapat digunakan untuk menemukan

suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang

telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan.

3) Sikap siswa (aspek afektif). Menurut Lange dalam Azwar (1993:275),

sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara,

metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa

individu-individu maupun objek-objek tertentu.

Pada penelitian ini penulis hanya meneliti hasil bealajar pada ranah

kognitif yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan

penerapan (C3).

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

penelitian yang dilakukan oleh Yunita Amita dengan judul “ Penggunaan

Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dalam Pembelajaran

IPA Siswa Kelas V Di SD Negeri 7 Muaro Bodi Sijunjung”. Penelitian yang

relevan selanjutnya dilakukan oleh Wahyu Arga Fitnanta dengan judul

“Pengaruh Metode Project Based Laerning (Pjbl) dengan Teknik Card Sort

terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Berbagai Bangun Datar Sederhana

Menurut Sifat atau Unsurnya Pada Siswa Kelas III SD N Suruhanlor

Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2014 / 2015”. Hasil kedua

penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa yang pembelajarannya


21

menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)

mengalami peningkatan dan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar.

Persamaan dari penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang

relevan adalah penelitian ini sama-sama menggunakan model Project Based

Learning akan tetapi yang membedakan penelitian ini adalah terletak pada

variabel, mata pelajaran, kelas penelitian, dan lokasi penelitian.

C. Kerangka Konseptual

Dalam pembelajaran matematika, banyak sekali faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah guru masih

menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab pada saat

proses pembelajaran berlangsung. ini menyebabkan siswa tidak aktif dalam

belajar, sehingga berdampak pada hasil belajar. Metode ceramah dan tanya

jawab adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan

atau penjelesan secara lisan secara langsung terhadap siswa serta cara

penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama

dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Hal lain

yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah anggapan siswa bahwa

matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami. Banyak cara yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya menciptakan

suasana belajar yang memotivasi dan mendorong siswa terlibat aktif dalam

proses belajar.

Untuk meningkatkan hasil belajar, guru harus menggunakan model

pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan guru harus dapat


22

menciptakan suatu kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah

satu cara meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan model

pembelajaran Project Based Learning terhadap aktivitas dan hasil belajar

dalam pembelajaran matematika. Kerangka konseptual merupakan kerangka

berfikir peneliti tentang pelaksanaan penelitian, sehingga memudahkan

peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.

Adapun kerangka berfikir peneliti, diawali dengan adanya kondisi

faktual yakni ditemui permasalahan pada siswa kelas III di SD Negeri 05

Saruaso yaitu kurangnya model pembelajaran yang digunakan pada

pembelajaran Matematika. Peneliti berharap dengan menggunakan model

Project Based Learning dalam pembelajaran Matematika dapat berpengaruh

terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan dalam Bagan 1.

Siswa

Pembelajaran

Model Project Based Metode Konvensional


Learning

Aktivitas Belajar

Hasil Belajar Dibandingkan Hasil Belajar


23

Bagan 1. Kerangka Berfikir

D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah

disampaikan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan dan hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Pertanyaan penelitian

Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa di SD Negeri 05

Saruaso selama diterapkan model Project Based Learning?

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa yang

pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning lebih baik

daripada hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode

konvensional pada siswa kelas III di SD Negeri 05 Saruaso.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

Menurut Sugiyono (2009:107),“penelitian eksperimen adalah penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan”. Penelitian eksperimen pada prinsipnya

dapat didefenisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan

yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relatonship).

Penelitian dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang terdiri dari beberapa

siswa, yang diberikan materi pelajaran tertentu dengan menggunakan model

pembelajaran Project Based Learning pada saat pembelajaran berlangsung

dan kelas kontrol merupakan kelas yang terdiri dari beberapa siswa yang

diberikan materi pelajaran tertentu tetapi tidak menggunakan model

pembelajaran Project Based Learning pada saat pembelajaran berlangsung

atau menggunakan metode pembelajaran konvensional. Masing-masing kelas

sampel diberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control

Group Only Design. Menurut Lufri (2005:69), rancangan penelitian ini

digambarkan pada Tabel 3.

24
25

Tabel 3. Rancangan Penelitian (Randomized Control Group Only Design)

Kelas Perlakuan Tes Akhir


Eksperimen T X1
Kontrol - X2
Sumber : Lufri (2005:69)

Keterangan :
T : Perlakuan yang diberikan
X1 : Hasil belajar kelas eksperimen
X2 : Hasil belajar kelas kontrol

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Menurut

sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karasteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD

Negeri 05 Saruaso pada tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari dua kelas.

Jumlah siswa dapat dilihat melalui Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Siswa SD Negeri 05 Saruaso

No Kelas Jumlah Siswa


1 III A 22 Orang
2 III B 22 Orang
Jumlah 44 Orang
Sumber: Guru Wali SD Negeri 05 Saruaso

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi

tercermin dalam sampel yang diambil. Menurut Sugiyono (2009:118),


26

menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut”.

Mengingat jumlah kelas III yang ada di SD Negeri 05 Saruaso

berjumlah 2 kelas, maka pengambilan sampel yang digunakan ialah total

sampling. Sampel total adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengambilan sampel sebagai berikut :

a. Mengumpulkan nilai ulangan harian 1 matematika siswa kelas III SD

Negeri 05 Saruaso pada tahun pelajaran 2018/2019. ( Lampiran I halaman

78 dan 79 )

b. Kemudian dihitung rata-rata dan simpangan bakunya.

c. Melakukan uji normalitas terhadap masing-masing kelompok data dengan

menggunakan uji lilliefors. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui

apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengingat jumlah data (n) tiap kelas kurang dari 30 maka

digunakan uji lilliefors. Uji lilliefors digunakan untuk sampel kecil (n)

kurang dari 30 atau sama dengan 30. Untuk pengujian ini dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) Data x1, x2, x3,……….xn yang diperoleh dari data yang terkecil hingga

data yang terbesar.

b) Data x1, x2, x3, ….xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3,……Zn dengan

rumus:
27

Xi  X
Z1 
S

Keterangan :
X i : skor yang diperoleh siswa ke-i
X : skor rata-rata
S : simpangan baku

c) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F ( Zi ) = P ( Z ≤ Zi ).

d) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2 , Z3, …Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S ( Zi ), maka:

Banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,...Z n yang  Z i


S Z i  
n

e) Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi ) yang kemudian ditentukan harga

mutlaknya.

f) Diambil harga yang paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut

yang disebut L0.

L0 = maks │ F(Zi) - S(Zi ) │

g) Membandingkan nilai L0 dengan nilai kritis Lt yang terdapat dalam

tabel nilai kritis L untuk uji Lilliefors pada taraf nyata α = 0,05 Kriteria

terimanya yaitu hipotesis tersebut normal jika L 0 lebih kecil dari Lt,

selain dari itu ditolak (Sudjana, 2005:466-467).

C. Variabel
1. Pengertian Variabel

Menurut Sugiyono (2009:61), “Variabel dalam penelitian merupakan suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
28

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini

dilambangkan dengan (X). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

perlakuan yang diberikan pada sampel penelitian, yaitu pengaruh model

pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran matematika

pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas

kontrol.

b. Variabel terikat (dependent Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat ini

dilambangkan dengan (Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa yang diperoleh berdasarkan

tes yang diberikan pada akhir penelitian.

D. Jenis dan Sumber Data


1. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka. Data

kuantitatif yang diambil dari data nilai ulangan harian siswa.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


29

a. Data primer adalah data yang langsung dari subjek yang diteliti. Dalam

penelitian ini data primer berupa hasil tes belajar bersumber dari kelas

eksperimen dan kelas kontrol setelah proses pembelajaran (dapat dilihat

pada Lampiran XXVI halaman 197).

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam

penelitian ini data sekunder berupa nilai ulangan harian I siswa pada

mata pelajaran matematika tahun ajaran 2018/2019. Data sekunder

bersumber dari guru wali SD Negeri 05 Saruaso (dapat dilihat pada

Lampiran I halaman 78 dan 79).

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap penyesuaian. Adapun langkah-langkah dari

pelaksanaan ini yaitu :

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan tempat dan jadwal penelitian.

b. Mengurus surat izin penelitian.

c. Menentukan kelas sampel yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Menyiapkan materi ajar untuk kedua kelas sampel (dapat dilihat pada

Lampiran VII halaman 123).


30

e. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap

kali pertemuan (dapat dilihat pada Lampiran Vdan VI halaman 87).

f. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa tes yang akan diberikan

pada akhir pokok bahasan.

g. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa untuk mencatat

aktivitas siswa (dapat dilihat pada Lampiran X halaman 143).

h. Mempersiapkan observer untuk melihat aktivitas siswa selama peneliti

melakukan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai

berikut :

a. Melaksanakan penelitian pada kelas Eksperimen. Pada pembelajaran

kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Project

Based Learning sebagai pelakuan dan pelaksanaan pembelajaran sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

b. Melaksanakan pengajaran terhadap kelas kontrol dengan menggunakan

metode konvensional.

Berikut rancangan pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Tabel 6. Rancangan Pelaksanaan Penelitian


Kelas Experimen Kelas kontrol

1. Pendahuluan 1. Pendahuluan

a. pendidik mengucapkan salam a. Pendidik mengucapkan salam


31

kepada peserta didik. kepada peserta didik.

b. Pendidik meminta peserta didik b. Pendidik meminta peserta didik

untuk berdoa yang dipimpin oleh untuk berdoa bersama yang

ketua kelas. dipimpin oleh ketua kelas.

c. Pendidik mengecek kehadiran c. Pendidik mengecek kehadiran

peserta didik serta kesiapan peserta didik.

peserta didik sebelum mengikuti d. Pendidik mengadakan kegiatan

proses pembelajaran. apersepsi dengan mengingat

d. Guru mengkomunikasikan tujuan pelajaran sebelumnya.

pembelajaran yang harus dicapai

oleh siswa.

e. Guru melakukan apersepsi

dengan mengingat materi

sebelumnya.

2. Kegiatan Inti 2. Kegiatan Inti

a. Pendidik memberikan suatu a. Pendidik menuliskan topik

pertanyaan mendasar yang terkait pembelajaran dan tujuan yang

dengan materi yang diajarkan. harus dicatat peserta didik.

b. Pendidik dan peserta didik b. Pendidik meminta peserta didik

mendesain perencanaan proyek untuk mencatat.

yang akan dilakukan siswa, c. Pendidik meminta peserta didik

berunding tentang aturan main, menjawab soal dalam LKS

menentukan alat dan bahan yang d. Guru mengkoreksi secara


32

akan digunakan, dan pembagian bersama.

kelompok.

c. Pendidik menyusun jadwal

aktivitas dalam penyelesaian

proyek secara bersama-sama.

Jadwal ini disusun untuk

mengetahui berapa lama waktu

yang dibutuhkan dalam pengerjaan

proyek.

d. Pendidik memantau aktivitas

peserta didik selama

menyelesaikan proyek. Monitoring

dilakukan dengan cara

memfasilitasi peserta didik pada

setiap proses.

e. Menguji hasil. Pendidik melakukan

penilaian terhadap ketercapaian

peserta didik dalam pembuatan

proyek.

f. Mengevaluasi pengalaman. Peserta

didik diminta untuk menyampaikan

hasil proyek dan perasaannya

setelah mengikuti pembelajaran.


33

3. Kegiatan Penutup 3. Kegiatan Penutup

a. Pendidik bersama peserta didik a. Pendidik membimbing peserta

menyimpulkan materi didik untuk merangkum isi

pembelajaran. materi pembelajaran

b. Pendidik menyampaikan materi b. Pendidik menyampaikan

dan tujuan pembelajaran pada materi pelajaran untuk

pertemuan selanjutnya agar pertemuan berikutnya.

peserta didik mempelajari di c. Pendidik meminta peserta

rumah. didik untuk membaca

c. Pendidik meminta peserta didik Hamdallah secara bersama-

untuk membaca Hamdallah sama.

secara bersama-sama. d. Pendidik menutup proses

d. Pendidik menutup proses pembelajaran dengan membaca


pembelajaran dengan membaca
salam.
salam.

4. Tahap penyelesaian

Penyelesaian dilakukan dengan memberikan tes akhir setelah pokok

pembelajaran selesai dipelajari baik untuk kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Tes yang akan digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dalam bentuk soal objektif dan uraian, yang terdiri dari 7 butir soal

objektif dan 3 butir soal uraian. Selanjutnya guru mengumpulkan,

mengolah dan menganalisis data hasil tes yang diberikan kepada siswa.

setelah selesai mengolah hasil tes guru membuat laporan hasil penelitian.
34

F. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh

data berupa lembaran tes hasil belajar. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian adalah:

1. Lembar Observasi Aktivitas Belajar

Lembar observasi digunakan untuk melihat perkembangan aktivitas

siswa selama menerapkan model pembelajaran Project Based Learning

dalam pembelajaran matematika. Penyusunan lembar observasi mengikuti

tahap-tahap sebagai berikut:

a) Menentukan indikator-indikator aktivitas yang akan diamati

Adapun indikator-indikator aktivitas yang akan diamati dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Indikator Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kelas


Eksperimen
Aktivitas Belajar Bentuk Aktivitas
Aktivitas lisan Aktivitas siswa dalam mengemuakan
pendapat atau mengajukan
pertanyaan.
Aktivitas metrik Siswa bekerjasama dalam
mengerjakan tugas yang diberikan
guru.
Aktivitas menulis Siswa mengerjakan latihan.
Aktivitas mendengarkan Siswa mendengarkan dengan baik
ketika guru menjelaskan atau ketika
teman berpendapat.

b) Merancang lembar observasi aktivitas (dapat dilihat pada Lampiran X

halaman 143).
35

2. Lembar tes hasil belajar

Menurut Arikunto (2012:67) “Tes adalah suatu alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Tes dilakukan pada

akhir pertemuan. Tes akhir yang diberikan merupakan hasil dari tes yang

telah dilakukan uji coba soal sebanyak 10 butir soal objektif dan 5 butir soal

uraian. Adapun langkah-langkah dalam mendapatkan kualitas soal yang baik

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Membuat kisi-kisi soal (kisi-kisi soal dapat dilihat pada Lampiran XII

halaman 152).

2) Menyusun soal sesuai dengan kisi-kisinya sebanyak 10 butir soal

objektif dan 5 butir soal uraian (bentuk soal dapat dilihat pada

Lampiran XV halaman 160).

3) Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, maka terlebih

dahulu tes diuji cobakan. Soal yang telah diuji cobakan selanjutnya

dilakukan validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda dan

reliabilitas tes.

a. Validitas isi (content validity)

Menurut Arikunto (2012:82), “Sebuah tes dikatakan valid apabila tes

tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Sebuah tes dikatakan

memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar

dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu materi yang
36

diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas ini sering disebut validtas

kurikuler.

Validitas isi yang dilakukan yaitu terhadap soal uji coba yang

divalidasi oleh dosen pembimbing dan guru kelas eksperimen dan kontrol

(dapat dilihat pada Lampiran XIII dan XIV halaman 154).

b. Uji coba tes

Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, maka terlebih dahulu tes

di uji cobakan pada sekolah yang KKM nya hampir sama dengan KKM

SDN 05 Saruaso. Agar tes yang disusun itu memiliki kriteria butir soal

yang baik, maka butir soal tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu.

Sekolah sebagai tempat uji coba tes dalam penelitian ini adalah SDN 05

Saruaso. Tujuan uji coba tes adalah untuk melakukan analisis butir soal agar

didapat butir soal dengan kualitas baik ditinjau dari daya pembeda dan

tingkat kesukaran soal.

Uji coba soal dilakukan pada tanggal 20 April 2018 di kelas III SDN

05 SaruasoSarimulya dengan jumlah siswa 21 orang. Soal yang diuji

cobakan berjumlah 10 butir soal objektif dan 5 butir soal uraian.

c. Analisis Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan setelah uji coba tes dilakukan. Hal ini

dilakukan untuk mengidentifikasi soal yang disusun baik atau tidak. Ada

dua hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis butir soal, yaitu:

1. Indeks Kesukaran Soal


37

Indeks Kesukaran Soal adalah besaran yang digunakan untuk

menyatakan apakah soal tersebut termasuk kedalam kategori mudah,

sedang, atau sukar. Menurut Arikunto (2012:223), untuk mengetahui indeks

kesukaran dapat digunakan rumus:

B
P=
JS

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B= banyak siswa yang menjawab benar
JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 8. Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal:

No Indeks Kesukaran Butir Soal Kriteria


1 0,00-0,30 Sukar
2 0,30-0,70 Sedang
3 0,70-1,00 Mudah
Sumber Arikunto (2012:225)

Setelah dilakukan analisis data, diperoleh hasil perhitungan indeks

kesukaran yang terlihat pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Objektif

No Tingkat Kesukaran Kategori


1 0,81 Mudah
2 0,57 Sedang
3 0,48 Sedang
4 0,67 Sedang
5 0,24 Sukar
6 0,57 Sedang
7 0,52 Sedang
8 0,43 Sedang
9 0,57 Sedang
10 0,95 Mudah
38

Tabel 10. Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba Uraian

No Tingkat Kesukaran Kategori


1 0,90 Mudah
2 0,52 Sedang
3 0,38 Sedang
4 0,55 Sedang
5 0,57 Sedang

2. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2012:226), “Daya pembeda soal adalah

kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah)”. Menurut Arikunto (2012:228), untuk menentukan daya pembeda

soal dapat digunakan rumus:

𝐵𝐴 𝐵𝐵
𝐷= − = 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵
𝐽𝐴 𝐽𝐵

Keterangan:
D = daya pembeda soal
JA = jumlah peserta didik kelompok atas
JB = jumlah peserta didik kelompok bawah

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
atau jumlah benar untuk kelompok atas.

𝐵𝐵 = jumlah siswa kelompok bawah menjawab soal itu dengan benar atau
jumlah benar untuk kelompok bawah

𝑃𝐴 = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

𝑃𝐵 = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


39

Menurut Arikunto (2012:232), kriteria yang digunakan untuk daya

pembeda soal yaitu :

Tabel 11. Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Indeks daya pembeda Kriteria


0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
Sumber Arikunto (2012:232)

Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran soal dan kriteria daya

pembeda soal, dapat diketahui soal yang dapat dipakai dan yang dibuang.

Soal dapat dipakai jika soal memiliki kriteria cukup, baik, dan baik sekali.

Soal kategori dibuang jika soal memiliki kriteria jelek.

Berdasarkan analisis daya pembeda yang telah dilakukan maka

diperoleh hasil yang terlihat pada Tabel 12 dan 13 (hasil perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XIX halaman 173).

Tabel 12. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Objektif

No Daya Pembeda Kategori Keterangan


1 -0,36 Jelek Dibuang
2 0,90 Baik Sekali Dipakai
3 0,53 Baik Dipakai
4 0,70 Baik Dipakai
5 0,26 Cukup Dipakai
6 0,90 Baik Sekali Dipakai
7 -0,15 Jelek Dibuang
8 0,63 Baik Dipakai
9 0,70 Baik Dipakai
10 -0,10 Jelek Dibuang
40

Tabel 13.Hasil Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Uraian


No Daya Pembeda Kategori Keterangan
1 0,20 Jelek Dibuang
2 0,14 Jelek Dibuang
3 0,44 Baik Dipakai
4 0,85 Baik Sekali Dipakai
5 0,33 Cukup Dipakai

Berdasarkan Tabel 12 dan 13, dapat diketahui bahwa terdapat 7 butir

soal objektif dan 3 butir soal uraian yang dapat dipakai, serta 3 butir soal

objektif dan 2 butir soal uraian yang dibuang.

3. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ukuran ketepatan alat penelitian dalam mengukur

sesuatu yang diukur. Menurut Arikunto (2012:100) “reliabilitas

berhubungan dengan masalah kepercayaan”. Rumus yang digunakan untuk

mengetahui reliabilitas digunakan rumus K-R.20 (Arikunto, 2012:115)

yaitu:

n S2t −∑ pq
𝑟11 = (n−1 ) ( )
S2t

Keterangan :

𝑟11 = reliabilitas tes secara keseluruhan


p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar.

q = proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q=1-p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item
41

S2t = standar deviasi atau simpangan baku dari tes

Tabel 14. Kriteria Koefisien Reliabilitas.

Koefisien Reliabilitas Kategori


0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil

perhitungan reliabilitas soal objektif yaitu r11 = 0,63 (Reliabilitas tinggi) dan

reliabilitas soal isian yaitu r11 = 0,53 (Reliabilitas cukup). Untuk perhitungan

selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran XX halaman 178.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Lembar Observasi

Untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa menggunakan model

Project Based Learning digunakan lembar observasi. Data tentang aktivitas

dianalisis dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Nana Sudjana

(2011:131):
F
P = 𝑁 × 100%

Keterangan:

P = Persentase siswa yang melakukan aktivitas

F = Jumlah siswa yang melakukan aktivitas

N = Jumlah siswa
42

Kemudian data berupa presentase aktivitas dianalisis dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 15. Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa


Persentase Aktivitas Belajar Aktivitas Belajar (Kualitatif)
(Kuantitatif)
1% - 25% Sedikit sekali
26% - 50% Sedikit
51% - 75% Banyak
76% - 99% Banyak sekali
Sumber: Dimyati dan Mudjiono (2015:125)

2. Tes Hasil Belajar

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel, mentabulasi data berdasrkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, menghitung agar

rumusan masalah terjawab, dan menghitung untuk uji hipotesis.

Analisis data bertujuan untuk melihat perbedaan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Agar mendapatkan kesimpulan tentang hasil

penelitian maka dilakukan hasil hipotesis secara statistik untuk mengetahui

apakah hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.

Dalam penelitian ini dilihat dari aspek ranah kognitif. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam analisis data dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar

kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum dikenai perlakuan berdistribusi

normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan uji lilliefors yang

dikemukakan Sudjana (2005:466) dengan langkah-langkah sebagai berikut:


43

a. Menyusun data X1,X2,X3,..........Xa diurutkan dari data yang terendah ke


data tertinggi.
b. Data X1, X2, …… Xn dijadikan bilangan baku Z1 , Z2, …….Zn dengan
menggunakan rumus:
𝑋𝑖 −
Zi =
𝑆
Keterangan :
Zi = Bilangan baku
Xi= Skor siswa
= Skor rata-rata
S = Simpangan Baku

c. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan distribusi normal baku,


kemudian dihitung peluang dengan rumus:
F(Zi) = P(Z≤Zi).

d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ............, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka :
banyaknya Z1,Z2,…….,Zn yang≤ Zi
S(Zi) = n

e. Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

f. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih


tersebut, sebutan harga terbesar ini adalah L0. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
L0= maka │F (Zi) – S (ZI)│

g. Membandingkan L0 dengan nilai kritis Ltabel untuk uji lilliefors yang


terdapat pada tabel taraf nyata 0,05.
Jika Ltabel >L0,, maka data hasil belajar terdistribusi normal.
Jika Ltabel <L0, maka data hasil belajar tidak terdistribusi
normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi dilakukan setelah tes akhir. Uji homogenitas

variansi bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai

varians homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini dilakukan uji F.

Langkah-langkah uji F sebagaimana yang diberikan oleh Sudjana (2005: 249)

adalah sebagai berikut :


44

a. Mencari varians masing-masing data, kemudian dihitung harga F


dengan rumus :

𝑆 2
F = 𝑆1
22

Keterangan :

F = varians kelompok data


S12 = varians hasil belajar terbesar
S22 = varians hasil belajar terkecil

b. Jika harga Fhitung sudah didapatkan maka harga Fhitung tersebut

dibandingkan dengan harga Ftabel yang terdapat dalam daftar distribusi

dengan taraf signifikan 0,05 dan dkpembilang = n1 – 1 serta dkpenyebut

= n2 – 1. Bila harga Ftabel> Fhitung, berarti data pada kedua kelas sampel

mempunyai varians yang homogen. Sebaliknya, jika Ftabel < Fhitung,

berarti data pada kedua kelas sampel tidak mempunyai varians yang

homogen.

c. Uji Hipotesis

Setelah dilaksanakannya uji normalitas dan uji homogenitas, maka

dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Untuk melakukan uji hipotesis,

digunakan kesamaan rata-rata dengan ketentuan apabila data terdistribusi

normal dan kedua kelompok data memiliki varians yang homogen, maka

digunakan uji t. Menurut Sudjana (2005:239-240), langkah-langkah

pengujian rumus Uji t (perbedaan rata-rata) adalah sebagai berikut :

x1 ̅̅̅
̅̅̅- x2
t=s 1 1
√ n +n
1 2

Untuk menghitung simpangan baku siswa kedua kelompok digunakan rumus:


45

(n1-1)S21 +(n2 -1)S22


S2 = n1 +n2-2

Keterangan:

x1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen

x 2 = Nilai rata-rata kelas kontrol

n1= Jumlah siswa kelas eksperimen

n2= Jumlah siswa kelas kontrol


s12= Varians kelas eksperimen
s22= Varians kelas kontrol
s= Simpangan baku kedua kelompok data

Harga t hitung dibandingkan dengan t tabel yang terdapat dalam

tabel distribusi t. Kriteria pengujian hipotesis yang diperlukan adalah

diterima H0, jika : (– t 1- ½ α)< t < t 1- ½ α, dimana t 1- ½ α didapat dari

distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 - ½ α), untuk harga

lainnya H0 ditolak.
46

DAFTAR PUSTAKA

Arjun, firman, R. A. (2015). Pengaruh metode problem solving dan motivasi


terhadap pembelajaran matematika, 151, 10–17.
https://doi.org/10.1145/3132847.3132886

Berliantika Putri Aswir, Firman, S. (2007). Efektivitas Layanan Penguasaan


Konten Menggunakan Problem Solving untuk Meningkatkan Self
Management Dalam Belajar (Studi Eksperimen Terhadap Siswa SMAN 13
Padang).

Jagantara, I. M. W., Adnyana, P. B., & Manik widiyanti, N. L. P. (2014).


Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA. E-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program
Studi IPA, 4(3), 1–13.

Abdullah, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum

2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group
Amita, Yunia. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
(PJBL) Dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas V di SD Negeri 7 Muaro
Bodi Sijunjung: Universitas Bung Hatta.
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depdiknas. 2006. Kurikukum Satuan Tingkat Pendidikan. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi.
Dimyati dan Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Fitnanta, Wahyu. 2015. Pengaruh Model Project Based Learning (PJBL) dengan
Teknik Card Sort Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Berbagai
Bangun Datar Sederhana Menurut Sifat atau Unsurnya pada Siswa Kelas
III SDN Surohanlor Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2014/2015:
Universitas Nusantara PGRI Kediri.

Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.


Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
47

Istarani dan Intan Pulungan. 2015. Ensiklopedia Pendidikan. Medan: Media


Persada.
Jagantara, Budi Adnyana dan Widiyanti. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Biologi
Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa SMA. Singaraja: Jurnal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 4.
Lufri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: Universitas Negeri Padang.
Sandi, arif dkk. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD N 8
BANYUNING.”MIMBAR PGSD.Vol 1. Universitas Pendidikan Ganesha.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suprijono, Agus. 2010. Coperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Persada Media Group
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai