Anda di halaman 1dari 10

Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No.

5, 2 Oktober 60 9 20 3

Operasi Rantai Pasokan Berkelanjutan UKM


Busana Indonesia: Mobilitas dan Tindakan
Kompetitif dalam Persaingan
Keuntungan
Zeis Zultaqawa, Mohammad Benny Alexandri, Muhamad Rizal, Nenden Kostini
Jurusan Ilmu Administrasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia

* Penulis korespondensi: zeis.zultaqawa@gmail.com

Abstrak- Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dari lingkungan bisnis saat ini dimana kemajuan Teknologi
mobilitas dan tindakan bersaing mempengaruhi keunggulan bersaing Informasi dan Komunikasi berkembang pesat, sehingga
sektor usaha UKM pada industri sandang di Indonesia. Penelitian ini
TIK menjadi faktor baru dalam menciptakan Keunggulan
didasarkan pada pendekatan kuantitatif dengan menggunakan populasi
Kompetitif perusahaan [3].
industri sandang di Kabupaten Bandung. Sampel diambil dengan teknik
random sampling. Sampel penelitian adalah 110 UKM yang
UKM di Jawa Barat memiliki peran yang sangat penting
memproduksi sandang. Data diolah dengan menggunakan Analisis
Deskriptif dan Analisis Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam perekonomian. Berdasarkan Tabel 1, UKM di Provinsi Jawa

mobilitas tidak berdampak pada keunggulan bersaing tetapi memiliki Barat mengalami pertumbuhan yang terlihat dari beberapa
pengaruh yang tinggi terhadap tindakan bersaing juga berpengaruh indikator diantaranya jumlah unit usaha yang mengalami
positif terhadap keunggulan bersaing pada UKM di Kabupaten Bandung. peningkatan dari 910,00 unit (tahun 2013) menjadi 1.093.000 unit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mobilitas dan tindakan bersaing (tahun 2015) dengan total investasi tahun 2013 sebesar Rp.
dapat menciptakan keunggulan bersaing pada industri sandang di
Kabupaten Bandung walaupun berdampak kecil.
8.003.147 miliar, dan pada tahun 2015 sebesar Rp
8,505,265 miliar. Selain itu jumlah tenaga kerja yang dapat
diserap UMKM juga meningkat dari 15.007.695 orang
(tahun 2013) menjadi
Kata kunci— Mobilitas, Tindakan Kompetitif, Keunggulan Kompetitif, 31.414.000 orang (tahun 2015).
UKM, Industri Pakaian. Subsektor Industri Sandang di Kabupaten Bandung
menempati urutan kedua setelah Industri Tekstil. Seperti halnya
1. pengantar
bisnis lainnya, selalu ada dinamika perkembangan bisnis para
pelaku bisnis di sektor ini. Keunggulan kompetitif merupakan
Di era Revolusi Industri 4.0, terdapat alternatif pembelian
faktor kunci keberhasilan dalam keberlangsungan bisnis. Oleh
barang dan jasa yang menjadi trend belanja online, dimana
karena itu, Pemerintah Kabupaten Bandung mengupayakan
konsumen dapat langsung berinteraksi dengan penjual melalui
agar para pengusaha memiliki tempat usaha yang layak yang
internet, tanpa harus melakukan perjalanan secara fisik, baik
didukung dengan sarana prasarana usaha yang memadai
melalui komputer, laptop. dan bahkan ponsel cerdas. Infrastruktur
dengan mendirikan sentra industri yang menghasilkan produk
IT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyediaan
unggulan. Tujuannya agar lebih mudah dalam melakukan
layanan internet ini.
promosi dan sekaligus memasarkan produk yang mereka
hasilkan. Dengan demikian diharapkan kualitas barang semakin
Dunia bisnis saat ini berada di era ekonomi digital. Dalam
baik dan daya saing usaha Kabupaten Bandung semakin
ref [1], mengemukakan bahwa setiap perusahaan di era
meningkat.
ekonomi digital menghadapi tantangan yang berbeda-beda
dalam mencapai Keunggulan Kompetitif karena lingkungan
bisnis saat ini harus didukung oleh infrastruktur Teknologi
Kemandirian atau kewirausahaan dari suatu usaha atau
Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada ref [2], diusulkan agar
usaha menjadi jargon saat ini yang menunjukkan betapa cermat
perusahaan membangun perusahaan yang siap menghadapi
dan uletnya suatu usaha dengan menggunakan infrastruktur yang
Techno-Business Environment untuk
ada, maka berlomba-lomba untuk bertindak merupakan salah satu
instrumennya. Sektor industri juga berperan dalam mengatasi
Ini
masalah ketenagakerjaan dan berkontribusi besar
saran ada di acc_o_e r_d e___w

___ A__c_h
__ i_e__v_e________C
__ o__m__p_e__t_i_t_iv
_ __ a__n_c__Advantage.
__ i_t_h___t_h__e___c_o__nditions

Di Hai t p e y r r n saya sebuah uu Ch ( ai t n p M / Sebuah / n x Sebuah c g e e li m

IJSCM, n l pn ib
p,),e K20
ly U h 51 t -3 : 77 e 1 (Cetak)
C gISh t S saya t Hai N ©: Sebuah
T l 9e Hai
2E lc0x
( f JhO P. e0 u l- r i7n n 3g Sebuah 9ng
5cSHai e t n e t ch.co.uk/)
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 4

aktivitas ekonomi. Pengembangan Industri di Kabupaten Aksi Kompetitif. Bisa jadi tindakan perusahaan tersebut tidak
Bandung diarahkan pada industri kecil dan menengah, salah disengaja atau tidak disengaja. Competitive Action dalam hal ini
satunya adalah Industri Sandang. Industri Sandang di adalah tindakan yang sengaja dilakukan oleh perusahaan agar
Kabupaten Bandung tersebar hampir di setiap kecamatan, posisi perusahaan lebih kompetitif dalam persaingan [12].
termasuk di wilayah Dayeuh
Kolot, Rancaekek, Solokanjeruk, \ Oleh karena itu, Tindakan Kompetitif harus merupakan
Majalaya, Margahayu, Kutawaringin, dan tindakan yang dapat dilihat dan dideteksi oleh pelanggan dan
Katapang. Maka penelitian ini difokuskan untuk meneliti sektor pesaing di pasar. Hal ini sesuai dengan pandangan para ahli
Industri Sandang di Kabupaten Bandung. lain bahwa Tindakan Bersaing bertujuan untuk mencapai atau
Dalam ref [4], disebutkan juga bahwa Keunggulan Bersaing mempertahankan Keunggulan Bersaing [13] - [14]. Competitive
saat ini sangat penting untuk diperhatikan karena persaingan Action dapat berupa aksi korporasi yang bersifat taktis maupun
saat ini sangat dramatis sebagai akibat dari globalisasi, inovasi strategis [15]. Strategic Competitive Action meliputi:
teknologi, dan lingkungan bisnis yang kacau balau. Situasi ini peningkatan fasilitas, perjanjian kerjasama, promosi, dan
menyebabkan aksi dan reaksi antar perusahaan terjadi dengan pengenalan produk baru [16] - [17]. Aktivitas kompetitif taktis
cepat. Mengatasi kondisi ini strategi kewirausahaan menjadi seperti perubahan harga dan iklan. Tindakan tersebut
prioritas karena lingkungan bisnis semakin kompetitif dan kacau merupakan potensi yang dapat dilakukan oleh perusahaan
[5] - [7]. Secara empiris diketahui bahwa perusahaan yang untuk mengubah status quo dalam bersaing karena dapat
berjiwa wirausaha lebih tanggap dalam merespon perubahan menyebabkan pasar disequilibrium.
lingkungan yang cepat [8] - [9]. Perusahaan yang berwirausaha
juga mampu mengidentifikasi peluang dan menciptakan
keunggulan bersaing untuk memanfaatkan peluang tersebut Jelas bahwa tindakan kompetitif merupakan istilah
[10]. Salah satu bentuk wirausaha perusahaan adalah UKM [11]. yang menggambarkan berbagai tindakan dalam penelitian
UMKM merupakan perusahaan wirausaha dan menjadi objek sistem informasi. Tindakan kompetitif yang berbeda akan
utama dalam penelitian ini. memiliki efek yang berbeda pada keunggulan kompetitif
dan kinerja perusahaan yang berbeda. Sebagian besar
contoh tindakan yang disebutkan dalam studi ini
berorientasi pada pasar. Semua definisi tersebut
Masalah: Bagaimana Pengaruh Mobilitas dan Tindakan berasumsi bahwa tindakan kompetitif akan meningkatkan
Bersaing terhadap Keunggulan Bersaing pada Industri Sandang keunggulan kompetitif (posisi bersaing) bagi suatu
di Kabupaten Bandung? organisasi. Dalam studi yang mengkaji dampak dari
Dorongan kedua berkaitan dengan munculnya cara pandang tindakan bersaing, terdapat dua karakteristik dalam
baru dalam mencapai keunggulan bersaing yang disebut tindakan tindakan bersaing, yaitu kapasitas tindakan dan
kompetitif. Adanya Competitive Action dalam model tersebut kompleksitas tindakan yang sering digunakan secara
sejalan dengan pandangan Schumpeter [4]. Pasar adalah empiris untuk menguji pengaruh tindakan bersaing.
mekanisme dimana perusahaan bereksperimen dengan tindakan Kapasitas tindakan didefinisikan sebagai jumlah total
tertentu. Beberapa perusahaan mengambil tindakan untuk tindakan kompetitif yang diprakarsai oleh organisasi
memimpin pasar sementara yang lain hanya pengikut dan peniru. selama periode waktu [18].
Lebih lanjut, ketika tidak melibatkan tindakan kompetitif sebagai
bagian dari perilaku organisasi yang mencoba mencapai tujuan
tertentu, hal itu tidak menggambarkan kenyataan.

2.2 Keunggulan Kompetitif

2. Tinjauan Literatur Dalam [19], Keunggulan Kompetitif pada usaha kecil sesuai dengan
keunggulan unik yang dimiliki oleh suatu UKM yang
2.1.1 Aksi Kompetitif membedakannya dengan usaha kecil sejenis lainnya sehingga
dapat digunakan untuk memenangkan persaingan. Dalam ref [20] -
Competitive Action sebagai tindakan yang disengaja untuk mencapai [21], mengemukakan bahwa Keunggulan Bersaing pada UKM
atau mempertahankan keunggulan kompetitif dan percaya bahwa dalam rangka Mobility and Competitive Action diperlukan karena
tindakan tersebut akan berkontribusi pada pemenuhan keinginan berkaitan dengan kemampuan UKM dalam memperkuat
tersebut [12]. Selain itu, tidak setiap tindakan yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 5

pengetahuan dan secara proaktif melakukan pembelajaran sesuai persaingan kompetitif atau ancaman produk atau layanan
dengan tuntutan lingkungan. pengganti. Dua model lainnya diperiksa
RBV berasumsi bahwa kegiatan korporasi berbasis kompetensi kompetitif keuntungan di itu
TI menjadi dasar untuk menciptakan Keunggulan Kompetitif. Peran tingkat organisasi, diwakili oleh RBV dan DCF. Kedua model ini
utama perusahaan dalam ekonomi digital adalah menciptakan, bersama-sama memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana
menyimpan, dan menerapkan teknologi dalam rangka kelangsungan keunggulan kompetitif diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa
hidup jangka panjang [22]. organisasi dapat memiliki keunggulan kompetitif jika memiliki
resource Valuable, Rare, Inimitable, Non Substitutable (VRIN) dan
Istilah Keunggulan Kompetitif berarti perusahaan dapat dapat memiliki keunggulan kompetitif jika memiliki kemampuan
menciptakan nilai ekonomi lebih dari pesaingnya [23]. Dalam dinamis untuk membangun resource VRIN.
ref [24], memperluas konsep Porter dan menegaskan bahwa
Keunggulan Kompetitif secara umum dikonseptualisasikan Berdasarkan penjelasan di atas dan mengacu pada
sebagai penerapan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan pandangan dan temuan para ahli seperti [25] - [27] maka dapat
pengurangan biaya, eksploitasi peluang pasar, dan / atau dikatakan bahwa dalam mencapai keunggulan bersaing
netralisasi ancaman persaingan. Asumsi ini menyiratkan berdasarkan perspektif RBV, aspek cost leadership, peluang
bahwa keunggulan kompetitif akan mempertimbangkan dan menjaga keunggulan organisasi / perusahaan / toko untuk
dimensi; (1) biaya kepemimpinan (cost leadership), (2) peluang bersaing secara kompetitif (penghindaran ancaman
yang dikapitalisasi (peluang dikapitalisasi), dan (3) persaingan).
penghindaran

kompetitif ancaman (kompetitif ancaman 2.3 State of the Art (Penelitian Baru)
penghindaran).

Dalam indikator biaya kepemimpinan, skala mengacu pada Penelitian ini mencoba menguji dan menjelaskan
pertanyaan penelitian menurut [19]. Ini terutama mengukur ketika Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah (UKM)
\ ada perusahaan atau toko yang menyediakan produk dengan sektor Industri sandang di Kabupaten Bandung berdasarkan
biaya lebih rendah daripada pesaing dan apakah keunggulan Teori Penciptaan Tindakan Wirausaha. Dalam hal ini, ada
biaya ini meningkatkan daya saing produk mereka. Indikator tiga variabel yang terlibat, yaitu: Mobilitas, Tindakan
kedua keunggulan bersaing adalah peluang yang dimanfaatkan, Kompetitif, dan Keunggulan Kompetitif. Tindakan kompetitif
terutama mengukur apakah pemilik perusahaan memaksimalkan adalah kemampuan UMKM untuk menggali dan
sumber daya dalam kelompok secara maksimal, kelompok pasar, memanfaatkan peluang karena UMKM memiliki mobilitas
atau kategori produk untuk meningkatkan keunggulan bersaing. dalam menjalankan operasi usahanya. Tindakan Bersaing
Lebih lanjut, indikator ketiga dari keunggulan bersaing adalah juga menunjukkan penciptaan aktivitas kewirausahaan
penghindaran ancaman persaingan, yang terutama mengukur untuk mencapai Keunggulan Kompetitif.
apakah manajer, melalui produk dan kualitas merek,
membedakan diri mereka sendiri untuk menciptakan nilai bagi
pelanggan dan, sekali lagi, meningkatkan keunggulan kompetitif. Dalam [27], mengkategorikan mobilitas ke dalam beberapa
indikator, yaitu proporsi berbagai moda transportasi yang digunakan
dalam total jumlah perjalanan per kilometer, untuk menjalankan
kegiatan usaha UKM dengan kepemilikan kendaraan guna mendukung
Keunggulan kompetitif adalah kapasitas atau posisi unik yang usaha dalam mencapai waktu distribusi usaha dengan
dikembangkan oleh organisasi untuk mengungguli menghubungkan ke perusahaan. tindakan yang taktis atau strategis.
-nya pesaing. Kompetitif Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam
keuntungan tumbuh dari strategi penciptaan nilai. Dua ranah penelitian ini adalah:
model penelitian dinamika persaingan yang menjelaskan
dimana keunggulan bersaing muncul, yaitu model pertama yang
mengkaji keunggulan bersaing dari tingkat industri, diwakili oleh H1: Terdapat Dampak Mobilitas Secara Signifikan pada
model porter lima kekuatan. Model kekuatan lima menunjukkan Tindakan Bersaing Dampak Mobilitas terhadap Keunggulan
bahwa organisasi dapat memperoleh lebih banyak keuntungan Kompetitif
daripada pesaing jika mereka memiliki kekuasaan lebih besar
atas pelanggan, mitra, atau pesaing baru dan dapat Dalam pengaruh mobilitas terhadap keunggulan bersaing, suatu jaringan
melemahkan intensitas dapat diartikan sebagai suatu susunan jalur yang saling berhubungan,

dimana objek dapat berpindah.


Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 6

satu poin ke poin lainnya. Suatu jaringan yang dibangun oleh suatu tertentu kompetitif keuntungan. Namun,
perusahaan yang bertujuan untuk memperluas wilayah operasi dalam penelitian sistem informasi telah memperluas definisi tindakan
melakukan penjualan dan distribusi. Pasar kompetitif. Ekspansi tersebut membuat hasil empiris yang tidak
ekspansi strategis diperlukan untuk mendukung daya saing dan konsisten. Keunggulan kompetitif harus langsung terkait dengan
keunggulan perusahaan. Dengan memiliki suatu perusahaan tindakan kompetitif, dan keduanya hampir tidak dapat dipisahkan
pemasaran jaringan dapat mengetahui seberapa luas dan karena persaingan
optimal suatu titik jaringan. Selain bermanfaat bagi manajemen keuntungan untuk menentukan itu
dan tenaga penjual dengan memiliki jaringan pemasaran, proses kinerja akhir organisasi. Pada bagian ini, kita akan membahas
pengangkutan dalam rangka pengiriman barang ke konsumen lebih lanjut dalam konteks masalah yang terkait dengan hubungan
lebih efektif dan efisien. Ada konsumen yang hanya bisa antara tindakan kompetitif dan keunggulan bersaing.
menerima barang pada waktu-waktu tertentu karena
kesibukannya. Dengan menggunakan akses yang ada, Dalam studi ini, fokusnya adalah pada hubungan
efektivitas dan efisiensi pengiriman barang dapat ditingkatkan antara tindakan bersaing dan keunggulan bersaing.
[28]. Hubungan antara tindakan kompetitif dan keunggulan
kompetitif diasumsikan dan diuraikan dalam penelitian
Dalam [29] dikatakan bahwa ada dua fokus penting dalam paling strategis dan sistem informasi. Juga, keunggulan
mengelola mobilitas, yaitu pemerataan produk di wilayah pasar kompetitif
yang dimasuki dan aktivasi saluran distribusi yang telah tumbuh pada dasarnya dari
digunakan. Distribusi yang merata menghasilkan tingkat akses perbaikan, inovasi, dan perubahan. Dalam [30]. menemukan
pelanggan yang cepat, sedangkan saluran distribusi aktif bahwa perbedaan kinerja perusahaan tidak begitu banyak dapat
menghasilkan tingkat respons pembelian dan pembelian kembali dijelaskan oleh posisi pasar yang ada tetapi oleh tindakan
yang cepat yang pada gilirannya menghasilkan tingkat penjualan kompetitif (tindakan) dari waktu ke waktu. Namun, muncul
yang baik dan seimbang terhadap tingkat penjualan yang beberapa pertanyaan mengenai hubungan antara tindakan
dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang bersaing dan keunggulan bersaing: Apa yang mampu
diajukan dalam penelitian ini adalah: menghasilkan tindakan bersaing, Apakah ada hubungan kausal
antara keunggulan bersaing dan tindakan bersaing, Apakah
tindakan bersaing itu sendiri cukup untuk menciptakan
keunggulan bersaing dan meningkatkan tindakan bersaing di
H2: Ada Dampak Mobilitas Secara Signifikan pada semua pihak. keadaan, Berdasarkan uraian di atas maka
Keunggulan Kompetitif Dampak Tindakan Bersaing hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
terhadap Keunggulan Kompetitif

Dalam penelitian ini pengaruh Tindakan Bersaing terhadap


Keunggulan Bersaing secara teoritis didasarkan pada Teori Tindakan H3: Terdapat Dampak Tindakan Bersaing Secara Signifikan
Wirausaha. Berdasarkan teori tersebut, hubungan sebagai berikut: terhadap Keunggulan Bersaing
Tindakan kompetitif adalah tindakan yang diinginkan untuk mencapai
atau mempertahankan keunggulan bersaing dan yakin bahwa tindakan Selanjutnya peneliti membangun kerangka konseptual dengan

tersebut akan terpenuhi. Jadi tindakan kompetitif, secara teori, mengadopsi variabel-variabel yang telah dijelaskan di atas, kemudian

bertujuan untuk mencapai atau mempertahankan Keunggulan menyederhanakannya menjadi model penelitian yang akan menguji

Kompetitif. Grimm dkk. (2006) berdasarkan teori tindakan menjelaskan keterkaitan dan relevansinya dalam kerangka penelitian sebagai berikut:

bahwa Tindakan Bersaing yang dilakukan oleh perusahaan


memberikan pembelajaran tentang keberhasilan tindakan yang
diambil, reaksi pesaing, dan melakukan penyesuaian terhadap 2.3 Hipotesis:
tindakan selanjutnya [4].

Itu Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Mobility

1. memiliki Competitive Action yang signifikan dampak di


Hubungan antara tindakan bersaing dan keunggulan
bersaing layak untuk didiskusikan karena hubungan ini telah 2. Mobilitas memiliki Keunggulan Kompetitif dampak di
dijelaskan secara tidak konsisten dalam penelitian sebelumnya. yang signifikan
Penelitian tentang manajemen strategis menunjukkan bahwa 3. Tindakan Bersaing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

tindakan kompetitif mencerminkan strategi organisasi yang ingin Keunggulan Bersaing

dicapai
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 7

4. Mobilitas dan Tindakan Kompetitif memiliki pengaruh yang signifikan Tindakan Kompetitif dan Mobilitas pada Keunggulan Kompetitif.
dampak di Kompetitif
Keuntungan
Tabel 1. Aksi Kompetitif

3 Metodologi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Mobilitas (X1)
2. Aksi Kompetitif (X2)
3. Keunggulan Kompetitif (Y) 4.2 Dampak Tindakan Kompetitif dan Mobilitas pada
Keunggulan Kompetitif
Sampel diambil dengan teknik random sampling.
Survei dilakukan terhadap 110 industri sandang. Data Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh Competitive

diolah dengan menggunakan Analisis Deskriptif dan Action dan Mobility terhadap Keunggulan Bersaing tidak terlalu

Analisis Jalur. Metodologi penelitian dapat dilihat pada dekat yaitu 0,017 atau hanya 0,017.

Gambar 1. 1,7%.
Meja 2. Tindakan dan Mobilitas Kompetitif

Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara


Mobility dan Competitive Action terhadap Competitive Advantages. Ini
ditunjukkan dengan signifikansi di bawah 0,1. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini
dapat diterima.

Gambar 1. Metodologi Penelitian


Tabel 3. Tindakan Persaingan Mobilitas
Penelitian ini menggunakan sampel 110 perusahaan di
bidang sandang. Sumber data adalah data primer dan
sekunder. Data primer berupa wawancara dengan
pemerintah. Wawancara dilakukan kepada:

1. Kantor UKM Kabupaten Bandung.


2. Pengusaha yang dijadikan sampel untuk wawancara.

Data sekunder berupa kuesioner kepada pemilik usaha


Model penelitian ini adalah:
bidang sandang di Kabupaten Bandung. Analisis data
Y = 3,991 - 0,126X1 + 0,183X2 + e
menggunakan analisis deskriptif dan Analisis Jalur

4 Hasil
4.1 Dampak Mobilitas pada Tindakan Bersaing

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan pada Tabel


1. Dampak mobilitas dan tindakan kompetitif
54,3% dan nilai ini cukup besar. Dampak dari
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 8

Tabel 4. Hubungan Antara Mobilitas dan Tabel 6. Nilai Mobilitas


Aksi Kompetitif

Sedangkan nilai kedua variabel yaitu mobilitas dan


tindakan bersaing terhadap keunggulan bersaing sangat
kecil. Hal ini disebabkan mobilitas dan daya saing dari
Kabupaten Bandung masih belum ketat.

Hubungan antara mobilitas dan tindakan kompetitif


adalah 0,74 atau sangat erat

1. Hubungan antara tindakan kompetitif dan keunggulan


bersaing adalah 0,09 atau tidak dekat
2. Hubungan mobilitas dan keunggulan bersaing adalah
0,013 atau sangat tidak dekat

Gambar 2. Paradigma Penelitian


Tabel 5. Nilai Pengukuran Mobilitas

Aksesibilitas akan mempengaruhi tindakan kompetitif


organisasi pada usaha kecil, karena dengan aksesibilitas yang
memadai dapat memberikan banyak peluang bisnis, hubungan
pelanggan dan sumber daya. Aksesibilitas merupakan salah satu
faktor yang dimiliki oleh pelaku usaha kecil untuk digunakan dalam
menunjang usahanya.

Temuan ini menunjukkan bahwa aksesibilitas yang digunakan


pelaku usaha dapat terintegrasi dengan daya saing
tindakan. Bisnis aktor memiliki

memahami bahwa perkembangan aksesibilitas yang semakin


pesat dan pesat membuat pelaku bisnis memahami bahwa
berinvestasi pada aspek aksesibilitas yang lebih maju akan
Nilai mobilitas dapat dibagi menjadi proporsi penggunaan
memudahkan operasional bisnis. Indikator meningkatnya aksi
transportasi, kepemilikan kendaraan, lama perjalanan, dan waktu
persaingan di clothing kecil
tempuh.
industri dipengaruhi oleh
Besarnya indikator ini dikaitkan dengan aksi persaingan yang
aksesibilitas adalah kemampuan yang dirasakan untuk memfasilitasi
sangat ketat. Hal ini menggambarkan bahwa indikator tersebut
manajer bisnis dan karyawan untuk melakukan apa yang dibutuhkan
erat kaitannya dengan peningkatan fasilitas, perjanjian
saat bersaing dan memenuhi kebutuhan konsumen dan pelanggan.
kerjasama, promosi, produk baru
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengelola bisnis
perkenalan, harga perubahan, dan
memanfaatkan aksesibilitas untuk memudahkan sistem distribusi.
iklan.

Bagi pelaku usaha, dalam menjalankan usaha dan bersaing


dengan pendistribusian barang bertujuan untuk menyalurkan
barang hasil produksi dari produsen ke konsumen akhir. Selain itu
distribusi barang juga bertujuan untuk memperluas wilayah
pemasaran karena dengan adanya sarana transportasi yang baik
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 60 9 20 9

infrastruktur, perseroan akan mampu menjangkau pasar yang aksesibilitas terhadap pertumbuhan atau aglomerasi
belum dimasuki. Bahkan pesaing dengan produk yang sama sering sektor industri manufaktur.
kali berkolaborasi dalam pendistribusian produknya. Investasi 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setidaknya akan
sering kali dilakukan oleh unit bisnis yang berbeda secara terjadi penurunan biaya distribusi barang dari sektor
independen, dan investasi independen sering kali berjangka industri sandang di Kabupaten Bandung pasca
pendek, mengejar ketertinggalan dan teknologi yang dihasilkan beroperasinya Jalan Tol Soroja. Begitu pula dengan
sering kali tidak sesuai. Hal ini juga didukung oleh [31], yang peningkatan jumlah pelaku industri sandang di
berpendapat bahwa perusahaan perlu mengintegrasikan bisnis Kabupaten Bandung dibandingkan sebelum
secara efektif untuk mendapatkan tindakan kompetitif. beroperasinya jalan tol tersebut, namun masih
terdapat faktor lain yang mempengaruhi yang tidak
dilakukan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengolahan Path Analysis terbukti
bahwa Mobility berpengaruh positif terhadap Competitive
Action. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: Dalam [32], untuk memenangkan persaingan global, perusahaan
dapat berkolaborasi dengan pesaing untuk memperkuat posisi

1. Semakin tinggi pergerakan mobilitas pada pakaian pasarnya. Perusahaan yang berkolaborasi dengan pesaing

industri akan meningkatkan itu (kolaborasi kompetitif) akan mendapatkan peningkatan keterampilan

Aksi kompetitif industri pakaian. Secara spesifik, dalam dan teknologi serta mentransfer keunggulan kompetitif yang diperoleh

2. penelitian ini diketahui bahwa dimensi penting yang perlu dari pesaing. Pelaku usaha berupaya untuk tetap kompetitif dan

diperhatikan dalam mobilitas adalah pengelola bisnis menjangkau pasar yang lebih luas. Salah satu cara untuk

dapat menggunakan transportasi meningkatkan kemampuan seorang pelaku usaha adalah dengan

untuk bisnis operasi bekerjasama dengan pelaku usaha lain. Dalam hal ini, pelaku usaha

efektif dan cepat tanpa hambatan dalam perjalanan tertentu dapat menerobos kendala pasar dalam negeri, yaitu bekerja

untuk menjalankan kegiatan operasional bisnis. Sangat sama dengan satu perusahaan lokal tertentu. Kolaborasi ini

diperlukan adanya fasilitas umum yang baik seperti sepertinya cara yang tepat untuk menyamakan dirinya, terutama

transportasi umum yang nyaman dan akses jalan yang ketika perusahaan mencari sumber daya yang unik dan unggul.

baik, waktu tempuh untuk distribusi produk dapat


dilakukan dengan cepat. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa pelaku usaha sandang yang memperhatikan
mobilitas akan meningkatkan daya saing industri Strategi bertarung atau bergabung masih sering diterapkan

sandang. oleh para pebisnis. Di satu sisi pertarungan terlihat lebih berani,
tetapi dengan konsekuensi menang atau hancur. Sebaliknya
penggabungan akan dirasa semakin lemah karena kehilangan

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa peningkatan tindakan kendali. Dari dasar tersebut tercipta fenomena strategi baru,

bersaing dipengaruhi oleh mobilitas yang tinggi pada usaha dimana kedua elemen strategi tersebut dapat digabungkan untuk

kecil sandang di Kabupaten Bandung. Dalam penelitian ini, mendapatkan nilai strategis yang saling menguntungkan yaitu

peningkatan aksi persaingan usaha sandang di Kabupaten dengan aliansi strategis. Menyikapi hal tersebut, tidak ada pilihan

Bandung tercermin antara lain: lain untuk tidak bersaing dan mempertahankan organisasi atau
perusahaan, agar dapat bertahan dimana dalam kondisi yang
bergejolak perusahaan harus adaptif dan mengikuti perubahan

1. Biaya transportasi yang murah dapat memicu yang terjadi dengan menerapkan aliansi strategis [33].

pertumbuhan angka produksi di suatu daerah, Pembentukan aliansi dan kerjasama strategis terutama dimotivasi

aglomerasi, dan membuka pemasaran Barang yang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar [34]. Aliansi

2. lebih luas. Sebaliknya, transportasi tinggi telah digambarkan sebagai kunci keberhasilan kompetitif. Aliansi

biaya akan sebab tinggi strategis adalah jawaban bagi banyak perusahaan yang berusaha

biaya produksi yang terkait akan mempengaruhi nilai untuk mendapatkan keunggulan kompetitif [35].

jual komoditi dan menurunkan daya saing daerah


asal komoditi tersebut. Diperlukan analisis lebih
lanjut terkait pengurangan biaya transportasi barang
dan kenaikannya
Int. J Sup. Rantai. Mgt Vol. 9, No. 5, 2 Oktober 70 0 20 0

4 Diskusi [36]. Pada tingkat organisasi, kewirausahaan dapat memberikan


arahan bagi seluruh operasional perusahaan, berfungsi sebagai

Implikasi penelitian ini dalam pengembangan ilmu komponen integral dari strategi perusahaan dan dapat berfungsi

administrasi bisnis dapat dijabarkan sebagai berikut: sebagai komponen inti dari strategi perusahaan [37. "Ide
keterbukaan terhadap ide baru sebagai aspek budaya perusahaan",

1. Temuan ini berkontribusi pada penelitian di bidang melihat orientasi inovasi sebagai kapasitas untuk memperkenalkan

Manajemen Strategis karena memperkaya proses, produk atau ide baru dalam organisasi ".

anteseden variabel Keunggulan Kompetitif.


Hubungan keunggulan bersaing dan tindakan Mobilitas selain berfungsi untuk menghubungkan manusia

bersaing merupakan temuan penting, karena dengan pusat kegiatannya juga memiliki fungsi sebagai bagian dari

berkaitan dengan Kapabilitas sistem logistik. Tidak hanya organisasi yang berusaha

Bangunan Proses dan mengorientasikan diri untuk menjadi inovatif, tetapi literatur

Entrepreneurial Action Process at the level of small sebelumnya dan temuan empiris menunjukkan tindakan kompetitif

businesses that are typical based on the Grand Theory: sebagai elemen penting dalam pengembangan perusahaan dan

Resource Based View (RBV) and Middle Range Theory: keberlanjutan perusahaan.

Capability Based View (CBV).


Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dapat diwujudkan

2. This research contributes to the testing of variables melalui upaya optimalisasi penggunaan sumber daya strategis yang

that are relevant to the creation of Competitive dimiliki dan dikendalikan seperti penggunaan Mobility. Tidak ada

Advantages in the context of small businesses. It is satu pun bisnis yang memiliki kekuatan dan kelemahan yang sama

known that experts who study Competitive Advantage dengan bisnis lainnya, karena perbedaan kompetensi inti. Di lingkup

criticize the coercive characteristics of the Competitive wilayah yang berbeda, sumber daya yang tepat dibutuhkan untuk

Advantage variables of large businesses on Small dapat mendorong hasil produksi yang berbeda dengan pesaing.

Businesses. Therefore, in this study the researchers


used the Competitive Advantage variable in the
context of SMEs in the clothing industries sector.
5 Conclusions

The conclusion of this research as follows


3. This research means that Competitive Advantage
arises from within the company because small
1. Mobility significantly influence Competitive Advantage is
businesses are able to collaborate mobility to form
not proven.
competitive action based on business capability in
2. Mobility on Influential Significant
competitiveness.
Competitive Advantage is a proven.
3. The amount of influence between variable Mobility,
4. This research also supports the view that competitive
Competitive Action on Competitive Advantage is 1.7%
action is something that can be raised in Competitive
or very small.
Advantage studies.
4. The amount influence of Mobility on the Action
Competitive is very high which is
In [33], a company is said to have a competitive
54.4%.
advantage when implementing a value creation strategy that
is not simultaneously applied by potential competitors today.
Strategic approach has the potential to increase the ability of
References

competition to contribute to improving performance. Also,


[1] Jehangir, M., Dominic, P. D. D., and Khan, A. “ Towards
produce products or services must begin to pay attention to a
digital economy: the development of ICT and
concept of competitive advantage so that companies can e-commerce in Malaysia. ” Modern Applied Science, vol.
survive which ultimately will make a profit. 5, no. 2, pp. 171-182,
2011.
[2] Teece, D., and Leih, S. Uncertainty, innovation, and
Entrepreneurship at the organizational level, is dynamic capabilities: An introduction. California
Management Review,
instrumental important for the formation of strategic
vol. 58, no. 4, pp. 5-12.
innovation, especially in the face of shifting conditions in
[3] Mihalic, T., and Buhalis, D. “ ICT as a new competitive
the external environment advantage factor-Case of small
Int. J Sup. Chain. Mgt Vol. 9, No. 5, October 2 70 0 20 1

transitional hotel sector. ’ Economic and Business [15] Ferrier, P. J. Comparison of vehicle travel
Review for Central and South- Eastern Europe, vol. times and measurement techniques along the I-35
15, no. 1, pp. 33-42, corridor in San Antonio, Texas ( Doctoral dissertation, Texas
2013. A&M University), 1999. [16] Chen,
[4] Grimm, C. M., Lee, H., Smith, K. G., and Smith, K. G. Strategy M. J., and Miller, D.
as action: Competitive dynamics “ Reconceptualizing competitive dynamics: A
and competitive advantage. multidimensional framework. ” Strategic
London: Oxford University Press, 2006. Wiklund, management journal, vol. 36, no. 5, pp. 758-
[5] J., and Shepherd, D. 775, 2015.
“ Knowledge‐based resources, entrepreneurial [17] Herr, K., and Anderson, G. L. The continuum
orientation, and the performance of small and of positionality in action research. The action research
medium‐sized businesses. ” Strategic dissertation: A guide for students and faculty, 2005.
management journal, vol. 24, no. 13, pp. 1307-1314.
[18] Chi, L., Ravichandran, T., and Andrevski, G.
[6] Wiklund, J., and Shepherd, D. “ Information technology, network structure, and
“ Entrepreneurial orientation and small business competitive action. ” Information Systems Research, vol.
performance: a configurational approach. ” Journal of 21, no. 3, pp. 543-570, 2010. [19] Miller, D., and
business venturing, vol. Friesen, P. H. (1982).
20, no. 1, pp. 71-91, 2005. “ Structural change and performance:
[7] Rauch, A., Wiklund, J., Lumpkin, G. T., and Frese, M. “ Entrepreneurial Quantum versus piecemeal-incremental
orientation and business performance: An assessment approaches. ” Academy of management
of past research Journal, vol. 25, no. 4, pp. 867-892. [20] Stewart, D.,
and suggestions for the and Waddell, D. “ Knowledge
future. ” Entrepreneurship theory and practice, vol. 33, no. Management: The fundamental component for delivery
3, pp. 761-787, 2009. of quality. ” Total Quality
[8] Lumpkin, G. T., and Dess, G. G. “ Clarifying the Management, vol. 9, no. 9, pp. 987-996, 2008. [21]
entrepreneurial orientation construct and linking it to Zack, M., McKeen, J., and Singh, S.
performance. ” Academy of management Review, vol. “ Knowledge management and organizational
21, no. 1, pp. 135- performance: an exploratory analysis. ” Journal of
172, 1996. knowledge management, vol. 13, no. 6, pp. 392-409.
[9] Zahra, S. A., and Nielsen, A. P. Sources of
capabilities, integration and technology [22] Valkokari, K. “ Describing network dynamics
commercialization. Strategic Management in three different business nets. ” Scandinavian Journal of
journal, vol. 23, no. 5, pp. 377-398. Management, vol. 31, no. 2, pp. 219-231.
[10] Hitt, M. A., Ireland, R. D., Camp, S. M., and
Sexton, D. L. “ Strategic entrepreneurship: Integrating [23] Porter, M. E. “ Technology and competitive
entrepreneurial and strategic management advantage. ” The Journal of Business
perspectives. ” Strategic Strategy, vol. 5, no. 3, pp. 60-73, 1985. [24] Newbert, S.
entrepreneurship: Creating a new L. “ Value, rareness, competitive
mindset, vol. 1, pp. 16-25, 2002. [11] Teece, D. J. “ Dynamic advantage, and performance: a
capabilities: Routines conceptual‐level empirical investigation of the
versus entrepreneurial action. ” Journal of management resource‐based view of the firm. ” Strategic management
studies, vol. 49, no. 8, pp. 1395- journal, vol. 29, no. 7, pp. 745-
1401, 2012. 768, 2008.
[12] Ferrier, W. J., Smith, K. G., and Grimm, C. [25] McAdam, R., and Reid, R. “ SME and large
M. “ The role of competitive action in market share organisation perceptions of knowledge management:
erosion and industry dethronement: A study comparisons and contrasts. ” Journal of knowledge
of industry leaders and management, vol. 5, no.
challengers. ” Academy of management 3, 231-241, 2001.
journal, vol. 42, no. 4, pp. 372-388, 1999. [13] Miller, [26] Wong, K. Y., and Aspinwall, E. “ An
D., and Chen, M. J. “ Sources and empirical study of the important factors for
consequences of competitive inertia: A study of the US knowledge‐management adoption in the SME sector. ”
airline industry. ” Administrative science quarterly, 1-23, Journal of knowledge management, vol. 9, no. 3, pp.
1994. 64-82, 2005.
[14] Chen, M. J., and Hambrick, D. C. “ Speed, [27] Desouza, K. C., Dombrowski, C., Awazu, Y.,
stealth, and selective attack: How small firms differ Baloh, P., Papagari, S., Jha, S., and Kim, J. Y. “ Crafting
from large firms in competitive behavior. ” Academy organizational innovation
of management processes. ” Innovation, vol. 11, no. 1, pp. 6-
journal, vol. 38, no. 2, pp. 453-482, 1995. 33, 2009.
Int. J Sup. Chain. Mgt Vol. 9, No. 5, October 2 70 0 20 2

[28] Cooper, A. C., Gimeno-Gascon, F. J., and


Woo, C. Y. “ Initial human and financial capital as
predictors of new venture performance. ” Journal
of business
venturing, vol. 9, no. 5, pp. 371-395. [29] Hadjikhani,
A. “ Project marketing and the
management of discontinuity. ” International Business
Review, vol. 5, no. 3, pp. 319-336,
1996.
[30] D'aveni, R. A., and Ravenscraft, D. J.
“ Economies of integration versus bureaucracy costs:
does vertical integration improve performance?. ”
Academy of management Journal, vol. 37, no. 5, pp.
1167-1206, 1994. [31] Mathiassen, L., and Pries-Heje, J.
“ Business
agility and diffusion of information
technology. ” European Journal of Information Systems,
vol. 15, no. 2, 1-15, 2006.
[32] Bettis, R. A., and Prahalad, C. K. “ The
dominant logic: Retrospective and extension. ” Strategic
management journal, vol. 16, no. 1, pp. 5-14, 1995.

[33] Barney, J. B., and Clark, D. N. Resource-


based theory: Creating and sustaining competitive
advantage. Oxford University
Press on Demand, 2007.
[34] Bleeke, J., and Ernst, D. “ Is your strategic
alliance really a sale?. ” Harvard business review, vol.
73, no. 1, pp. 97-105, 1995.
[35] Doz, Y., Hamel, G., and Prahalad, C. K.
“ Collaborate with your competitors and win. ” Harvard
business review, vol. 67, no. 1, pp. 133-139, 1989.

[36] Knight, G. A. “ Cross-cultural reliability and


validity of a scale to measure firm entrepreneurial
orientation. ” Journal of
business venturing, vol. 12, no. 3, pp. 213-
225, 1987.
[37] Ireland, R. D., Covin, J. G., and Kuratko, D.
F. “ Conceptualizing corporate entrepre- neurship
strategy. Entrepreneurship theory and practice, vol. 33,
no. 1, pp. 19-46, 2009.

Anda mungkin juga menyukai