Anda di halaman 1dari 11

Nama : Anastasia Sasamu

Nim : 18507034

Semester 5

MK : Workshop & Desain Pembelajaran Biologi

Tugas Mandiri Ringkasan

A. Pengertian Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Indikator dirumuskan
dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Untuk
kompetensi yang menuntut penguasaan konsep dan prinsip menggunakan kata kerja operasional
yang sesuai dan berbeda untuk kompetensi yang menuntut kemapuan opersional atau prosedural.
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Indikator adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sayang tak banyak yang mengetahui arti dan penggunaan dari istilah itu sendiri. Dengan
mengetahui beragam pengertian dari indikator tersebut, Anda kini bisa menggunakan istilah ini
dengan lebih baik. Semoga informasi tersebut memberikan manfaat untuk Anda tentang
indikator serta pengertiannya berdasarkan konteks yang digunakan.

Terdapat banyak pengertian atau definisi ‘indikator’, beberapa yang cukup baik diantaranya
adalah sebagai berikut:

Indikator adalah statistik dan hal yang normatif yang menjadi perhatian kita yang
rnernbantu kita dalarn rnernbuat penilaian ringkas, kornprehensif dan berirnbang terhadap
kondisi-kondisi atau aspekaspek penting dari suatu masyarakat (Departemen Kesehatan,
Pendidikan, dan Kesejahteraan, Arnerika Serikat, 1969).

Indikator adalah variabel yang rnernbantu kita dalarn mengukur perubahan-perubahan


yang terjadi baik secara langsung rnaupun tidak langsung (WHO, 1981).

Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasikan atau rnernberi petunjuk kepada kita
tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur perubahan (Green,
1992).

1
Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi. Misalnya
berat badan badan bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi status gizi bayi tersebut (Wilson
8 Sapanuchart, 1993).

Menurut Darwin Syah, Indikator adalah tanda ataupun ciri yang menunjukkan siswa telah
mampu memenuhi standar kompetensi yang diterapkan/berlaku. (Darwin Syah)

Indikator merupakan variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau
kemungkinan dilakukan pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan

a) Untuk memperoleh informasi kinerja


b) Untuk memperoleh ukuran keberhasilan
c) Memperjelas tentang apa, berapa dan bagairnana kemajuan pelaksanaan
kegiatan/program
d) Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak
e) Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi
f) Untuk mengenalkan dan memotivasi pelaksana program
g) Untuk mengkomunikasikan dan melaporkan hasil yang telah dicapai kepada stakeholders.
h)
B. Fungsi Indikator Secara Umum

Pada dasarnya indikator merupakan penanda terjadinya suatu perubahan di dalam kegiatan atau
kejadian tertentu. Mengacu pada penjelasan pengertian indikator di atas, adapun beberapa fungsi
indikator adalah sebagai berikut:

a) Sebagai alat penunjuk adanya perubahan di dalam suatu kegiatan atau kejadian tertentu.
b) Sebagai pedoman bagi pengguna dalam menyusun alat ukur.
c) Sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan suatu kegiatan.
d) Sebagai pedoman dalam upaya mengembangkan suatu kegiatan sesuai dengan
karakteristik, potensi, kebutuhan, dan lingkungan.
e) Sebagai pedoman dalam memberikan penilaian terhadap hasil suatu kegiatan.

C. Jenis-Jenis Indikator

Berdasarkan objek yang akan diukur, indikator dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya
yaitu:

1. Indikator Pendidikan

2
Indikator pembelajaran atau indikator pendidikan adalah penjabaran secara keseluruhan dari
kompetensi dasar. Dimana penjabaran ini menunjukkan respon yang diberikan peserta didik
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh pendidik.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau
dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Indikator pendidikan adalah merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan
tolak ukur sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu pokok bahasan atau mata pelajaran
tertentu.

a) Adapun dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:


b) Tujuan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam
Kompetensi Dasar.
c) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
d) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan atau daerah.
e) Indikator Kerja

Indikator kinerja karyawan adalah tolak ukur seorang karyawan dalam menjaga kualitas
pekerjaannya sesuai dengan standar kebutuhan perusahaan. Dalam mengukur kinerja karyawan,
terdapat beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya ketepatan waktu, kualitas
pekerjaan, kemandirian, efektivitas dan lain sebagainya. Dalam dunia kerja, indikator adalah
pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan apresiasi atau insentif kepada
karyawan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian-pengertian atau definisi-definisi di atas, rnaka pengeman ‘indikator


kinerja’ dapat dipahami seperti di bawah ini:

a) Indikator kinerja adalah sesuatu yang dijadikan alat ukur kinerja atau hail yang dicapai.
b) Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang ‘menggambarkan tingkat
pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
memberikan penjelasan, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, mengenai apa
yang diukur untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai.
c) Indikator kinerja adalah sesuatu yang mengindikasikan terwujudnya kinerja yang
diinginkan.
d) Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang digunakan untuk mengetahui perkernbangan
upaya dalam mencapai hasil dan hasil kerja yang dicapai.
e) Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan organisasi.

3
f)
2. Indikator Penelitian

Indikator dalam penelitian lebih sering digunakan dalam dunia sains. Salah satu indikator yang
banyak diaplikasikan untuk penelitian yaitu indikator asam basa. Dimana seorang peneliti
mengukur tingkat keasaman atau basa suatu sampel menggunakan indikator tersebut.

Hampir semua bentuk penelitian selalu memiliki indikator sebagai tolak ukur dalam sebuah
penelitian. Indikator ini paling banyak digunakan dalam penelitian yang bersifat ilmiah seperti
penelitian lingkungan, reklamasi, bioteknologi dan sebagainya. Dibandingkan indikator lainnya,
indiktor penelitian sifatnya lebih luas dan memuat banyak hal. Setiap penelitian bisa memiliki
indikator yang berbeda.

B. Materi Pembelajaran

a. Pengertian Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta
didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran
menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan
supaya pelaksanaan pembelajaran bisa mencapai sasaran.

Sasaran tersebut harus sesuai dengan kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai
oleh siswa. Ini mengisyaratkan bahwa, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran
harusnya materi yang benar-benar menunjang tercapainya Kompetensi Inti dan kompetensi
dasar, dan tercapainya indikator kompetensi yang diharapkan.

b. Landasan Konsep Pembelajaran

1) Filsafat
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan
menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara
filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa
dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan
meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam
mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh individu manusia akan
tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan
kebenaran.

Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka segala kebenaran di alam semesta ini
ada yang menciptakan. Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia
maka kaitannya dengan belajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajari

4
(belajar) tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-
pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada
warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.

2) Psikologis

Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami
perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada, atau
dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah
dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari
gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk
perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.

Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok
dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik. Disamping
masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat dominan dalam
menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan proses pembelajaran.

3) Sosiologis
Manusia adalah makhluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari
lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu
membangun masyarakat sampai dengan negara dan bangsa.

Jika dalam belajar tanpa arah tujuan pada makna hidup manusia sebagai makhluk sosial, maka
belajar akan dijadikan cara untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang
dipelajari, diketahui dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi
kedamaian dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan
inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistic.
Maka pemahaman akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan
dewasa ini.

4) Komunikasi

Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap
yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu
kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang
kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi.

Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan,
model, metode, dan strategi pembelajaran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Seperti halnya
landasan ilmiah yang lain komunikasi cukup mampu mempengaruhi peserta didik dalam
mencapai keberhasilan membaca pesan-pesan atau informasi pembelajaran. Macam ragam pesan
baik langsung maupun tidak langsung, bersumber dari media atau manusia secara langsung pasti

5
akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diolah, dan didefinisikan dalam memori manusia
menjadi bentuk hasil pemahaman belajar.

Proses inilah yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana seorang
guru mampu melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan
memperhatikan komponen pembelajaran lainnya khususnya peserta didik, dan model
pembelajaran yang digunakan.

b. Proses Pembelajaran

Bila semua masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik tentang proses
pembelajaran mahasiswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumbe daya telah diatur dengan
baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan SAP yang telah mengatur
dengan baik mekanisme proses pembelajaran maka proses pembelajaran akan berjalan dengan
lebih mudah.

Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan menggunakan sarana serta


mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam SAP. Proses pembelajaran yang telah
direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain menerapkan
proses pembelajar telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan
kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan dapat melalui
media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet
mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikasi secara maya
dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan
lain.

c. Perkembangan Konsep Dasar Pembelajaran

Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep
belajar (learning). Penkanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada
penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem.
Sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik,
tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus
dipersiapkan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Davis (1974:30) bahwa leraning system menyangkut


pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasiltas, pemeliharaan atau
pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai
tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan

6
transformasi informasi oleh dan dari guru kepada siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses
pembelajaran ini berkait erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manjemen.

Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran.


Agnew dkk (1996:17) mengungkapkan bahwa belajar adalah kemampuan untuk mampu
mengorganisasi informasi merupakan hal yang mendasar bagi seseorang peserta didik. Meier
(2002:103) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada hakekatnya mempunyai
empat unsure, yakni persiapan (preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice),
dan penampilan hasil (performance).

1) Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena terlalu
bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu
pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk
ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan yang sehat.

Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya
diasumsikan akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk mendekati situasi
belajar, misalnya, peserta belajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial
dapat mengganggu.

2) Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan peserta


belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik.
Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang
harus menjalani pertemuan itu.

Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran,
dan bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan
pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk
mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama.

3) Latihan (Practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman
belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya berlangsung.
Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang
menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh
instruktur atau pendidik.

7
Peranan instruktur atau pendidik hanyalah memprakarsai proses belajar dan menciptakan suasana
yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik hanyalah
memprakarsai proses belajar dan menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang
sedang dibahas.

4) Penampilan Hasil (Performance)

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi


pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program
belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal
sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses
belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap
melekat dan berhasil diterapkan.

d. jenis-jenis Materi Pembelajaran

1) Fakta

Fakta adalah semua hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, yaitu nama-nama objek,
peristiwa, lambang, nama tempat, nama orang dan lain sebagainya.

2) Konsep

Konsep adalah semua yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil
pemikiran, yaitu definisi, pengertian, cirri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya. Contoh:
Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber oksigen dunia, Usaha-usaha pelestarian
keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ, lain-lain

3) Prinsip

Prinsip adalah berupa hal-hal pokok dan mempunyai posisi terpenting yaitu dalil, rumus,
paradigm, teori serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4) Prosedur

Prosedur adalah langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam melakukan sebuah aktivitas
dan kronologi suatu sistem. Contoh: langkah-langkah dalam memakai metode ilmiah yaitu
merumuskan masalah, observasi, hipotesis, melakukan eksperimen serta menarik kesimpulan.

5) Nilai

Nilai adalah hasil belajar aspek sikap. Contoh: Pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan, yakni pengertian lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai
sumberdaya, pembangunan berkelanjutan.

E. Prinsip Materi Pembelajaran

8
1) Relevansi (kesesuaian)

Materi pembelajaran harusnya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Bila kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka
materi pembelajaran yang diajarkan harus juga berupa fakta, bukan konsep atau prinsip maupun
jenis materi lain.

2) Konsistensi (keajegan)

Guru harus Konsisten dalam mendidik siswa nya agar siswa merasa enak dalam materi
pembelajaran karena kita tak ada hak untuk Menuntut Siswa diluar batasnya.

3) Adquency (kecukupan)

Materi yang diajarkan Harusnya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai konpetensi
dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit serta tidak boleh terlalu banyak. Bila
terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebaliknya jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan pada pencapaian target
kurikulum.

f. Aspek- Aspek Materi Pembelajaran

1) Aspek Kognitif,

aspek afektif atau aspek psikomotor, karena saat telah diimplementasikan dalam proses
pembelajaran maka tiap-tiap jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media
pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip yang perlu dipakai dalam menentukan cakupan pembelajaran yang menyangkut
keluasan serta kedalaman materi.

2) Kecakupan atau Memadainya

Cakupan materi juga harus diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Cakupan
atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan
terlalu banyak, terlalu sedikit atau sudah memadai sehingga terjadi kesesuaian dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.

g. Hasil Belajar dari Pembelajaran

Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan


sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan antara hasil

9
pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta
didik.

a. Hasil Belajar

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Untuk aspek kognitif, Bloom menyebutkan 6 tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan, 2) Pemahaman,
3) Pengertian, 4) Aplikasi, 5) Analisa 6) Sintesa, 7) Evaluasi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif,
afektif, dan psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada
yang paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian
dalam proses serta hasil belajar.

h. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran

Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi baik intern maupun ekstern terhadap hasil
belajar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak yang
mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu perilaku (I.L
Pasaribu, 1988:46). Sedangkan McClelland (1953) yang dikutip oleh Max Darsono (1989:99)
menyataan bahwa motif adalah suatu “energizer” (sumber tenaga, penggerak) suatu konsep yang
diperlukan untuk menjalankan aktivitas organism.

10
11

Anda mungkin juga menyukai