Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA SISWA DALAM KEGIATAN PLP 2

(PENGENALAN LAPANGAN PERSEKOLAHAN)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Diagnosis Kesulitan Belajar

Dosen Pengampu: Khamdun S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Wilda Kholilia (201733054)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis
Kesulitan Belajar Pada Siswa Dalam Kegiatan PLP 2 (Pengenalan Lapangan
Persekolahan)” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
bapak Khamdun S.Pd, M.Pd pada mata kuliah Diagnosis Kesulitan Belajar. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Khamdun S.Pd, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Diagnosis Kesulitan Belajar yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan serta jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharap masukan,
kritik maupun saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Kudus, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB PENDAHULUAN ................................................................................... ............ 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6
A. Kesulitan Belajar ....................................................................................................... 6
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ........................................................ 7
C. Langkah-Langkah Mendiagnosis Kesulitan Belajar ................................................. 12
D. Analsis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Kegiatan PLP II ………............................ 15
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 18
B. Saran ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soimin (2014:20) menyatakan Pendidikan merupakan hal yang penting
dalam membangun peradaban bangsa. Secara umum dikatakan bahwa
pendidikan adalah suatu proses yang didesain untuk memindahkan atau
menularkan pengetahuan dan keahlian atau kecakapan serta kemampuan
(Panjaitan dkk, 2014:22). Pada proses pemindahan tersebut tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga transfer of value, yang dapat
dilaksanakan di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Dalam proses inilah
anak-anak belajar mengenai banyak hal.
Belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Anita E, Wool
Folk. (1995 : 196 ) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi
melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Anak-anak pada usia
dini terkadang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran, baik pelajaran
membaca, menulis, serta berhitung. Kesulitan belajar merupakan suatu hal yang
dialami oleh sebagian siswa di sekolah dasar, bahkan dialami oleh siswa yang
belajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kesulitan belajar atau learning
disability yang biasa juga disebut dengan istilah learning disorder atau learning
difficulity adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit
untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif (Jamaris, 2015:3).
Dalam proses pelaksanaan PLP 2 (Pengenalan Lapangan Persekolahan)
yang diadakan oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Muria Kudus, penulis menemukan siswa yang terlibat mengalami kesulitan
belajar. Oleh karena itu, penulis menulis makalah ini untuk memenuhi tugas
Diagnosis Kesulitan Membaca.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?
b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
c. Bagaimana langkah-langkah dalam mendiagnosis kesulitan belajar?
d. Bagaimana analisa kesulitan belajar pada kelas rendah dan tinggi dalam
kegiatan PLP II?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu kesulitan belajar.
b. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar.
c. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah dalam mendiagnosis
kesulitan belajar.
d. Untuk mengetahui analisa kesulitan belajar pada kelas rendah dan tinggi
dalam kegiatan PLP II.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu hal yang dialami oleh sebagian siswa
di sekolah dasar, bahkan dialami oleh siswa yang belajar di jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga
disebut dengan istilah learning disorder atau learning difficulity adalah suatu
kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan
kegiatan belajar secara efektif (Jamaris, 2015:3).
Kesulitan belajar tidak terhubung langsung dengan tingkat inteligasi dari
individu yang mengalami kesulitan, namun individu tersebut mengalami
kesulitan dalam menguasai keterampilan belajar dan dalam melaksanakan tugas-
tugas spesifi yang dibutuhkan dalam belajar seperti yang dilakukan dalam
pendekatan dan metode pembelajaran konvensional.
Kesulitan belajar dapat dipahami melalui berbagai definisi yang
dikemukakan oleh alhli dan asosiasi ahli kesulitan belajar. Reid (1986:12) dalam
Jamaris (2015:4) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar biasanya tidak dapat
diidentifikasi sampai anak mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-
tugas akademik yang harus dilakukannya. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa
yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar memiliki ciri-ciri, antara lain
seperti berikut ini:
1. Memiliki intelegensi (IQ) normal, bahkan di atas normal, atau sedikit di
bawah normal berdasarkan tes IQ. Namun, siswa yang memiliki IQ
sedikit di bawah normal bukanlah karena IQ-nya dibawah normal, akan
tetapi kesulitan belajar yang dialaminya menyebabkan ia mengalami
kesulitan dalam menjalani tes IQ sehingga memperoleh score yang
rendah..
2. Mengalami kesulitan dalam beberapa mata pelajaran, tetapi
menunjukkan nilai yang baik pada mata pelajaran lain.

6
3. Kesulitan belajar yang dialami siswa yang berkesulitan belajar
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar yang dicapainya sehingga
siswa tersebut dapat dikategorikan ke dalam lower achiever (siswa
dengan pencapaian hasil belajar di bawah potensi yang dimilikinya).

Lyness dalam Sulaiman, dkk, (2008) Kesulitan belajar juga merupakan


masalah yang memperngaruhi kemampuan untuk menerima, memproses,
menganalisis, atau menyimpan informasi. Berdasarkan pendapat beberapa ahli,
dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah masalah yang dialami oleh
siswa dalam proses pembelajaran baik dalam menerima, memproses,
menganalis, dan menyampaikan informasi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal adalah faktor yang
timbul dari dalam diri manusia itu sendiri, diantaranya adalah faktor fisiologi
(bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan rohani). Berikut adalah
faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dari dalam diri anak:
1. Fisiologis (Fisik)
Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan
jasmani seseorang, antara lain:
a. Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami
kelemahan secara fisik, dengan saraf sensoris dan motorisnya yang lemah
sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak
baik dan akan tertinggal dalam pelajaran.
b. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan
belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya
hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini
penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tak mampu
bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan
mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya.

7
c. Karena cacat tubuh. Yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang
ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan
gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan
lain sebagainya.
2. Psikologis (Kejiwaan)
a. Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas
(110–140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk
memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong
sedang (90–110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun
juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki
IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi
mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua,
serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak
didiknya.
b. Bakat. Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang
berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan.
c. Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak
sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai
dengan kecakapannya sehingga menimbulkan problema pada dirinya.
d. Motivasi. Adalah keadaan internal manusia yang mendorong untuk
berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk
interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan,
yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang
untuk mencapai prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam
belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
e. Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Karena kesehatan mental dan ketenangan emosi
akan menimbulkan hasil belajar yang baik.

8
f. Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang
anak. Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.

Sedangkan faktor penyebab kesulitan belajar jika ditinjau dari faktor


eksternal adalah karena faktor sosial dan faktor non sosial sebagai berikut:
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:

a. Lingkungan Keluarga
 Orang Tua. Cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak serta
bimbingan dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar.
Misalnya cara didik orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat
anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari teman
sebayanya hingga lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang lemah, suka
memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar,
menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan
dan kemauan, bahkan tergantung pada orang tua hingga malas berusaha,
malas menyelesaikan tugas, hingga prestasinya menurun. Selain itu juga
bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau
jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan
pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
 Suasana Rumah/Keluarga. Suasana yang sangat gaduh/ramai atau pun
suasana yang slalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab,
menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan
belajar yang kuat bagi anak.
 Keadaan Ekonomi Keluarga. Keluarga yang ekonominya rendah sudah
pasti akan menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli alat-alat
tulis, uang sekolah dan biaya lainnya. Sebaliknya Keluarga yang

9
ekonominya berlebihan anaknya cenderung enggan belajar karena terlalu
banyak bersenang-senang.
 Latar Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam
keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak
hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk
belajar.
b. Lingkungan Guru
 Guru. Guru dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar
siswanya.Guru yang tidak kualifield, hubungan guru dengan murid
kurang baik, serta metode pengajaran guru. Semua itu dapat membuat
murid kesulitan belajar.
 Hubungan Antar Murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan
kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada
grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu
membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar
bersama, agar kondisi belajar individual siswa berlangsung dengan baik.
 Metode Pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode
ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan
hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang
berani mencoba metode-metode baru, yang dapar membantu dalam
meningkatkan kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan Masyarakat
 Teman Bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat
dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan
sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya
jangan sampai memdapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku
yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah
menular kepada anak lain.
 Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar
rumah anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak.

10
 Kegiatan Dalam Masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat
berupa karang taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika
kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan
menghambat kegiatan belajar.
 Mass media. Meliputi: bioskop, TV, video-kaset, Surat Kabar,
Majalah, novel, buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu
akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang
dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar.
2. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dibedakan menjadi:

1. Sarana dan Prasarana Sekolah.


a. Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa
dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan
anak. Maka guru perlu mendalami dengan baik dan harus
mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak
belajar secara individual.
b. Media Pendidikan. Seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium,
LCD, Komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
c. Keadaan Gedung. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak
direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang
masih kurang, sehingga akan menghambat lancarnya kondisi belajar
siswa.
d. Sarana Belajar. Sarana Belajar yang kurang lengkap tentu akan
mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga
mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Waktu Belajar

Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa


banyak, maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga
sore hari. Waktu di mana anak-anak istirahat, tetapi harus masuk
sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk.

11
Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih
segar, dan jasmani dalam kondisi baik.

3. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan
yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan
anak akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
4. Alam

Dengan berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk


melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung,
tentu kondisi belajar siswa pun akan kurang optimal.

C. Langkah-Langkah Dalam Mendiagnosis Kesulitan Belajar


Proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala
yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau
mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah
belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah:
1. Mengidentifikasi Adanya Masalah Belajar
Mengidentifikasi adanya masalah belajar adalah memperkirakan murid yang
mengalami kesulitan belajar. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-
gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam
mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan
diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat
diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam berbagai bentuk
seperti:suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar
memusatkan perhatian, sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos
dan sebagainya.
2. Menetapkan Status Siswa
Tahap ini merupakan identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan
belajar yang dihadapi oleh murid. Tahap ini yang paling efisien dalam
mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar yakni menemukan sampai sejauh
mana siswa dapat mencapai berbagai tujuan yang diharapkan oleh

12
guru/sekolah. Dengan kata lain kita menentukan pola kekuatan dan
kelemahannya siswa dalam belajar. Penelaahan dan penetapan status murid
dilakukan dengan cara:
a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.
b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan
menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.
c. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda
dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan Sebab Terjadinya Masalah
Tahap diagnosa ini ialah menduga apa yang menyebabkan pola kekuatan
dan kelemahan siswa itu. Tahap ini berdasarkan asumsi bahwa kita tidak
dapat mengambil keputusan secara bijaksana bagaimana membantu siswa
mengatasi kesulitannya, bila kita tidak mempunyai gambaran yang jelas
tentang apa yang menjadi sebab kesulitannya. Membuat perkiraan yang
tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat
dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar:
a. Gajala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda.
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan
gejala masalah yang makin kompleks.

Untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar, salah satu cara bisa


diadakan wawancara atau interview. Salah satu caranya dengan
menggunakan daftar angket yang telah disusun sebelumnya. Daftar angket
tersebut dapat berisi tentang:

 Pelajaran-pelajaran yang disenangi


 Pelajaran-pelajaran yang tak disenangi.
 Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pelajaran.
 Cara belajar, lama belajar di rumah, kesungguhan belajar, kawan
dalam belajar.

13
 Perhatian orang tua.
 Sakit yang pernah dialami, kelemahan fisiknya dan lain-lain.

Dari interview dengan daftar angket yang sudah diberikan, dapat


diperoleh data tentang latar belakang anak tersebut. Seperti misalnya:
pelajaran apa yang dia sukai dan yang tidak dia sukai; bagaimana
perhatian orang tuanya dirumah? atau apakah Murid jarang bertemu
dengan orang tua karena kesibukan orang tuanya?; Bagaimana Iklim
kondisi belajar dipengaruhi secara dominan oleh lingkungan, baik dari
teman-teman maupun sistem atau metode belajar?, Apakah mempunyai
kegiatan di luar sekolah atau tidak?; Berapa jam lama tidar dalam satu
hari?; Bagaimana managemen waktu belajarnya?; Atau pun masalah
kesehatannya.

Dari hasil angket yang diberikan kita dapat memperkirakan sebab


terjadinya masalah belajar yang dialami murid. Seperti contohnya karena:

 Kurang suka dengan IPA;


 Kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar;
 Tidak bisa konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran;
 Tidak mempunyai minat belajar;
 Dan permasalahan belajar lainnya.
4. Menentukan Pemecahan Masalah Belajar
Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari
pada kesulitan yang dihadapi murid. Atau apabila sebab itu tidak dapat
disembuhkan, hal ini menjadi tahap untuk memberikan bantuan kepada
murid tersebut dalam belajar yang sesuai dengan sebabnya. Pertanyaan
pokok dalam hal ini ialah: “Bagaimana kita dapat menolong murid sebaik-
baiknya dalam mengatasi atau mengkompensasikan kesulitan-kesulitannya
dalam belajar?”. Yaitu dengan mengambil langkah atau teknik-
teknik/metode-metode mana yang harus digunakan untuk membantu
memecahkan kesulitan murid atau untuk merubah lingkungannya.

14
D. Analisa Kesulitan Belajar Pada Kelas Rendah Dan Tinggi Dalam Kegiatan
PLP II
a. Analisa Kesulitan Belajar Pada Kelas Rendah (Kelas 2)
Gejala yang ditunjukkan siswa: siswa belum terlihat diam saat teman
lainnya membaca teks bacaan bersama-sama.
1. Mengidentifikasi Masalah Belajar
Setelah mengetahui gejala yang ditunjukkan oleh salah satu siswa, penulis
melakukan observasi. Yaitu meminta siswa membacakan sebuah teks
bacaan, berdasarkan observasi tersebut siswa menunjukkan kondisi belum
lancar membaca dan terkadang masih salah dalam membedakan huruf d, d,
j, g, dan y.
2. Menetapkan Status Siswa
Berdasarkan observasi tersebut, penulis mendiagnosis bahwa siswa
tersebut mengalami kesulitan membaca. Keterampilan membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta di pergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahsa tulis. Suatu proses yang menunntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau
hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan
tertangkap atau di pahami, dan proses membaca itu tidak dapat terlaksana
dengan baik (Hodgson 1960:43-44 dalam Hanry Guntur Tarigan 2008:7).
3. Sebab Masalah Dalam Siswa
Menurut Jamaris (2015:137) faktor penyebab siswa mengalami kesulitan
membaca adalah karena faktor fisik, faktor psikologis, faktor sosio-
ekonomi. Dalam hal ini, siswa mengalami kesulitan membaca karena
siswa kurang mendampat pendampingan di sekolah maupun di rumah
karean keterbatasan waktu guru dan orang tua yang sibuk bekerja.

15
4. Menentukan Solusi
Dalam kasus ini, penulis menggunakan berbagai teknik membaca yang
dapat dipergunakan di kelas rendah, antara lain; 1) Metode Abjad
(Alphabet), 2) Metode Eja (Spelling Method), 3) Metode Suku Kata
(Syllabic Method), 4) Metode Kata (Whole Word Method), 5) Metode
Kalimat/Global (Syntaxis Method), 6) Metode SAS (Structural, Analytic,
Syntatic), dan 7) Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg
Method).

b. Analisa Kesulitan Belajar Pada Kelas Tinggi (Kelas 5)


Gejala yang ditunjukkan siswa: siswa masih malu-malu dalam
menyampaikan jawabannya di depan kelas.
1. Mengidentifikasi Masalah Belajar
Setelah mengetahui gejala yang ditunjukkan oleh salah satu siswa, penulis
melakukan observasi. Yaitu meminta siswa maju ke depan untuk
mempresentasikan pendapat dari hasil diskusi saat pelaksanaan PLP II.
2. Menetapkan Status Siswa
Berdasarkan observasi tersebut, penulis mendiagnosis bahwa siswa
tersebut mengalami kesulitan berbicara. Berbicara adalah suatu
keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara secara umum
dapat diartikan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan, pikiran,
isi hati seseorang kepada orang lain. Menurut Djago Tarigan (St.Y.Slamet
2008:33).
3. Sebab Masalah Dalam Siswa
Ada 2 faktor yang memengaruhi :
a. Faktor-Faktor Internal (faktor yang berada pada diri murid itu sendiri)
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ
tubuh, alat bicara, gangguan panca indera.

16
2. Ketidakseimbagan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental)
seperti penampakkan kurangnya kemampuan mental.
3. Kelemahan emosional seperti merasa tidak aman, takut dan antipati
serta tidak matangnya emosi.
4. Kurang perhatian dan minat terhadap pembelajaran.
b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu)
1. Metode pengajar yang kurang memadai.
2. Sikap orang tua yag kurang memperhatikan pendidikan anaknya.
4. Menentukan Solusi
Dalam kasus ini, penulis menggunakan berbagai teknik berbicara efektif
adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti dan
mencapai tujuan yang diharapkan didalam komunikasi. Dan juga
menggunakan teknik berbicara didalam teknik berkomunikasi harus
menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan
(message) yang dIpercakapkan. Secara sederhana, teknik berbicara didalam
komunikasi secara aktif dan efektif adalah sebagai berikut:
 Memilih pokok persoalan untuk dibicarakan.
 Berbicara diiringi dengan bantuan gerak gerik.
 Menyesuaikan situasi dengan lawan bicara dengan baik.
 Mengahargai dan menghormati lawan bicara dengan baik.
 Menanggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah masalah yang dialami oleh siswa dalam proses
pembelajaran baik dalam menerima, memproses, menganalis, dan
menyampaikan informasi. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda
dalam menerima, memproses, menganalis, dan menyampaikan informasi. Oleh
sebab itu, kesulitan belajar setiap anak berbeda-beda tergantung oleh kondisi dan
faktor yang mempengaruhi anak. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
pada anak ada dua, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar
(eksternal). Cara menangani atau penyelesaian masalah belajar pada anak pun
berbeda-beda berdasarkan masalah yang dihadapi oleh anak atau siswa.
B. Saran
Guru maupun orang tua harus bekerja sama dalam mengenali dan mengatasi
kesulitan belajar yang dialami oleh anak ataupun siswa. Karena guru dan orang
tua merupakan komponen utama dalam pembelajaran pada anak, oleh sebab itu
penting bagi guru dan orang tua untuk mempelajari dan memahami kesulitan
belajar pada anak atau siswa.

18
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur. 2008. MEMBACA Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: ANGKASA.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Jamaris, Martini. 2015. Kesulitan Belajar (Perspektif, Asesmen, Dan


Penanggulangannya). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai