Paru kanan terbagi menjadi dua fisura dan tiga lobus yaitu superior, media dan inferior. Paru
kiri terbagi oleh sebuah fisura dan dua lobus yaitu superior dan inferior (Pearce, 2003 : 215).
Brochus pada setiap sel sisi bercabang menjadi cabang-cabang utama, satu untuk setiap lobus
paru. Segmen paru daerah tersebut disuplai oleh cabang utama bronchus, setiap segmen adalah
unit mandiri dengan supali darah sendiri. Paru kanan memiliki sepuluh segmen, paru kiri
memiliki sembilan segmen. Setiap segmen berbentuk biji yang tipis pada hilus paru (Pearce, 2003
:214).
Di dalam segmen, cabang brochus utama memecah menjadi cabang-cabang yang lebih kecil.
Duktus alveolus adalah cabang yang paling kecil, setiap ujung terdapat sekelompok alveolus.
Alveolus adalah kantong berdinding tipis yang mengandung udara, melalui seluruh dinding inilah
terjadi pertukaran gas. Setiap paru mengenadung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil di
dalam dinding alveola memungkinkan udara melewati suatu alveolus ke alveolus lain (Pearce, 2003
: 214).
Lobus primer atau unit paru adalah broncheolus dengan kelompok alveolusnya (Pearce, 2003 :
216).
1. Anatomi Pleura
Pleura adalah membran tipis transparan yang melapisi paru dalam dua lapis yaitu lapisan
viceral, yang melekat erat pada permukaan paru dan lapisan paretale yang melapisi permukaan
dinding dada. Kedua lapisan ini bersambungan pada hilus paru. Kavum paru adalah rongga diantara
kedua lapisan trsebut. Permukaan yang saling melekat itu lembab dan salaing brgerak satu sama
lain (Pearce, 2003 : 219).
2. Anatomi Mediastinum
Mediastinum adalah daerah di dalam dada diantara kedua paru. Ruang ini dibagi mediastinum
superior dan inferior oleh garis imaginer yang ditarik ke belakang dari angulus sternalis (manubrium
dengan corpus sterni) ke vertebra thorachal IV.
Mediastinum mengandung :
a. Arcus aorta dan cabang-cabangnya.
b. Venacava superior dan vena brachiosevalica.
c. Trachea.
d. Oesofagus.
e. Ductus thoracicus.
f. Glandula timus atau sisanya.
g. Nervus vagus dan vrenicus (Pearce, 2003 : 220).
3. Patologi Bronchiectasis
Bronchiectasis adalah suatu keadaan bronkus atau bronkeolus yang melebar akibat
hilangnya sifat keelastisan dinding otot bronkus yang dapat disebabkan oleh obstruksi dan
peradangan yang kronis atau dapat pula disebabkan oleh kelainan kongenital yang dikenal sebagai
sindrom kartageryaitu suatu sindrom yang terdiri atas bronchiectasis, sinusitis dan destrokardia (
Rasad, 2005 : 110).
Keluhan biasanya berupa sesak, batuk-batuk kronis sekret yang banyak dan kental kadang-
kadang bercampur darah (hemoptisis) dan pada pemeriksaan fisik ditemukan suara nafas yang kasar
dan rokhi basah kasar ( Rasad, 2005 : 110).
Pemeriksaan foto thorax polos tampak gambaran berupa bronkovaskuler kasar yang umumnya
terdapat di lapangan bawah paru atau gambaran garis-garis translusen yang panjang menuju ke
hilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya akibat peradangan sekunder, kadang-kadang juga bisa
berupa bulatan-bulatan transulen yang sering dikenal sebagai gambaran sarang tawon (honey comb
appearence). Bulatan transulen bisa berukuran besar (diameter 1-10 cm) yang berupa kista-kista
transulen dan kadang-kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan sekunder (Rasad,
2005: 110).
Proyeksi Lateral
a. Posisi Pasien
Posisi pasien setengah duduk di atas brangkat, kemudian di belakang dada diberi pengganjal dengan
tebal ± 10-12 cm.
b. Posisi Obyek
Kedua tangan pasien diposisikan lurus ke atas, kaset di letakkan di sebelah kiri pasien.
c. Arah Sumbu Sinar
Horisontal tegak lurus terhadap kaset.
d. Titik Bidik
Pada bagian lateral dada setinggi thorachal 7.
e. FFD
jaraknya 150 cm.
f. Kaset
Ukuran 30 x 40 cm.
g. Kriteria Radiograf
Bayangan trachea dan ujung bronchus, jantung dengan ventrikel kanan di depan dan ventrikel keri
di belakang, paru kanan dan kiri overlapping terlihat sampai sinus prenikus kostalis.
Proyeksi AP LORDOTIK
Posisi ini digunakan untuk melihat apex pulmonary Karena pada posisi PA/AP apex pulmonary
superposisi dengan ribs.
a. Posisi pasien
Pasien berdiri 30 cm di depan chest stand
b. Posisi obyek
MSP tubuh sejajar dengan garis tengah kaset
Fleksikan elbow, tangan berada di atas hips untuk fiksasi
Sandarkan pasien ke belakang dengan posisi lordosis hingga punggung menyentuh kaset / chest stand.
Batas atas kaset 3 cm di atas shoulder joint. Foto diambil ketika inspirasi kedua
c. CR
Tegak lurus terhadap kaset
d. CP
Sinar menuju pada pertengahan sternum / di antara papilla pada laki-laki
e. Kriteria
tampak gambaran apex pulmonary
gambaran clavicula terlempar ke arah superior
Gambar 6 Thorax Proyeksi AP Lordotik
Proyeksi AP AXIAL
Posisi ini digunakan apabila pasien tidak dapat melakukan posisi AP lordotik.
a. Posisi Pasien
Pasien tidur terlentang / berdiri di meja pemeriksaan / chest stand
b. Posisi Obyek
MSP tubuh sejajar dengan garis tengah kaset
Foto dibuat saat inspirasi penuh
c. CR
Sinar menyudut 15-20 chepalad
d. CP
Sinar menuju vertebra thoracal II
e. Kriteria
gambaran sama dengan lordotik
tampak gambaran apex pulmonary
gambaran clavicula terlempar ke arah superior