Oleh :
Annisah Dwi Intan Firdausi Nuzula, S.Kep
NIM. 192311101217
c. Hal yang dapat dilakukan ketika berada di ruang tindakan, menurut Zhao dkk,
2020:
1) Pengumpulan spesimen swab nasofaring merupakan metode deteksi
penyakit yang sederhana dan sering dilakukan, namun berisiko pajanan
karena menyebabkan bersin. Ini harus dilakukan sesuai dengan standar
APD dan SOP perlindungan
2) Pengambilan sampel dengan tatap muka harus dihindari sebisa mungkin.
Saran tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan meminta pasien
mengambil posisi duduk dengan petugas kesehatan berdiri di sisi pasien
3) Bila kepala terhuyung-huyung, berdiri melawan arah condong pasien, dan
mengamankan kepala pasien dengan satu tangan dan menggunakan
tangan lain untuk megambil sampel
d. Faktor risiko paparan lain adalah Pemakaian APD yang tidak sesuai dengan
pedoman karena kurangnya pelatihan mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi. Petugas layanan kesehatan berada pada risiko khusus
untuk infeksi karena potensi paparan merekaterhadap droplets atau aerosol
dari saluran pernapasan pasien. Idealnya saat pandemic ini semuapetugas
layanan kesehatan direkomendasikan untuk menerima pelatihan pencegahan
dan pengendalian infeksi standar (IPC) dan memakai peralatan pelindung diri
(PPE) yang benar (masker medis seperti masker bedah/respirator N95).
Bergantung pada risiko pajanan, APD lain yang dapat digunakan antara lain
sepertiga unisolasi sekali pakai, sarung tangan pemeriksaan pasien sekali
pakai, penutup kepala, googgles atau faceshield, dan penutup sepatu (Zhao
dkk, 2020).
- Gaun/gown
- Sarung tangan
- Masker N95
- Pelindung kepala
- Pelindung mata/googles
- Pelindung wajah/face shield
- Sepatu pelindung
2. Cara memakai dengan benar
3. Cara melepas dengan benar
4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai
APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau terkonfirmasi Covid-
19 harus dikategorikan sebagai material infeksius. Tidak diperlukan
prosedur khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang
lain. Semua APD baik disposable atau reuseable harus dikemas secara
terpisah (dimasukkan ke dalam kantong plastik infeksius atau tempat
tertutup) yang diberi label dan anti bocor. Sebaiknya untuk menghindari
melakukan hal-hal di bawah ini :
FKEP
UNIVERSITAS
JEMBER
Tanggal pelaksanaan Hari: Tanggal: Pukul:
a. Pengertian Alat pelindung diri (APD) merupakan alat yang dibuat sebagai
penghalang terhadap transmisi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi dari penyebaran infeksi atau penyakit.
b. Tujuan Meminimalisir risiko paparan melalui kontak, droplet, dan aerosol agen
infeksius serta penyebaran agen infeksius yang berbahaya bagi kesehatan
di ruang tindakan instalasi gawat darurat.
c. Indikasi Alat pelindung diri level 2 digunakan oleh orang yang berisiko terpapar
pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas
kebersihan, petugas instalasi sterilisasi, petugas laundri dan petugas
transporter di instalasi gawat darurat.
Pelindung Mata
a. Pengertian Alat pelindung diri (APD) merupakan alat yang dibuat sebagai
penghalang terhadap transmisi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi dari penyebaran infeksi atau penyakit.
b. Tujuan Meminimalisir risiko paparan melalui kontak, droplet, dan aerosol agen
infeksius serta penyebaran agen infeksius yang berbahaya bagi
kesehatan di ruang tindakan instalasi gawat darurat.
c. Indikasi Alat pelindung diri level 3 digunakan oleh orang yang berisiko terpapar
pasien atau material infeksius saat melakukan tindakan yang memicu
terjadinya aerosol seperti tenaga kesehatan.
d. Kontraindikasi Pelindung Pernapasain
/ Risiko dan
Efek Penggunaan masker N95 dapat menyebabkan penambahan beban pada
Penggunaan saat inspirasi sehingga tidak dapat dipakai oleh petugas yang
APD mempunyai gangguan fungsi paru berat serta harus digunakan secara
hati-hati pada petugas dengan gangguan fungsi paru ringan hingga
sedang
Pelindung Mata
Gambar 1. Algoritma BHD pada kasus henti jantung untuk pasien terduga atau
terkonfirmasi Covid-19
Gambar 2. Algoritma bantuan hidup jantung lanjut pada kasus henti jantung untuk
pasien terduga atau terkonfirmasi Covid-19
Gambar 3. Algoritma BHD pada kasus henti jantung pasien anak terduga atau
terkonfirmasi Covid-19 untuk 1 penolong
Gambar 4. Algoritma BHD pada kasus henti jantung anak terduga atau
terkonfirmasi Covid-19 untuk 2 penolong atau lebih
Gambar 5. Algoritma bantuan hidup jantung lanjut pada kasus henti jantung untuk
pasien anak terduga atau terkonfirmasi Covid-19
1.3.6 Henti Jantung di Luar Rumah Sakit
a. Penolong Awam (Indonesian Heart Association, 2020)
RJP oleh penolong yang ada di dekat pasien saat kejadian telah terbukti
meningkatkan sintasan pasien henti jantung di luar rumah sakit, dan angka
sintasan tersebut menurun dengan setiap menit ditundanya RJP dan defibrilasi.
1) Kompresi dada
- Untuk dewasa: penolong awam direkomendasikan melakukan RJP dengan
tangan saja (hands-only CPR) ketika menemukan kasus henti jantung, jika
bersedia dan mampu, terutama jika merekatinggal di rumah yang sama
dengan korban sehingga telah terpapar dengan korban sebelumnya.Masker
wajah atau penutup kain di area mulut dan hidung yang digunakan oleh
penolong dan/atau korban dapat menurunkan risiko penularan kepada
orang sekitar yang tidak tinggal di rumahtersebut.
- Untuk anak: penolong awam harus melakukan kompresi dada dan
mempertimbangkan ventilasi mulut ke mulut, jika bersedia dan mampu,
mengingat tingginya kejadian henti nafas pada anak, khususnya jika
penolong tinggal di rumah yang sama dengan korban sehingga telah
terpapar dengan korban sebelumnya. Masker wajah atau penutup kain di
area mulut dan hidung yang digunakan oleh penolong dan/ atau korban
dapat menurunkan risiko penularan kepada orang sekitar yang tidak
tinggal di rumah tersebut.
2) Defibrilasi
Karena defibrilasi bukanlah prosedur yang menghasilkan aerosol,
penolong awam dapat menggunakan automated external defibrillation
(AED) (jika ada) untuk menolong korban henti jantung di luar rumah
sakit.
Chavez, Summer., Long, Brith., Koyfman, Alex., dan Liang, Stephen Y. 2020.
Coronavirus Disease (COVID-19) : A primer for emergency physicians.
American Journal of Emergency Medicine. 1-10.
https://doi.org/10.1016/j.ajem.2020.03.036
Fowler, R. A., Guest, C.B., Lapinsky, S. E., Sibbald, W. J., Louie, M., Tang, P.,
Simor, A E.. Stewart, T E. 2004. Transmission of severe acute respiratory
syndrome during intubation and mechanical ventilation. American Journal
of Respiratory and Critical Care Medicine. doi: 10.1164/rccm.200305-
715oc.
Indonesian Heart Association. 2020. Interim guidance for basic and advanced life
support in adults, children, and neonates with suspected or confirmed
COVID-19. Circulation. Jakarta : Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Kursumovic, E., Lennane, S., dan Cool, TM. 2020. Deaths in healthcare workers
due to COVID-19: the need for robust data and analysis. Anaesthesia.Vol.
75 (989 – 992).
Song, W., Liu, Y., Ouyang, Y., Chen, W., Li, M., Xianyu, S., and Yi, S. 2020.
Recommendations on cardiopulmonary resuscitation strategy and procedure
for novel coronavirus pneumonia. Resuscitation. doi: 10.1016/j.resus-
citation.2020.03.023.
WHO. Infection prevention and control during health care when novel
coronavirus (nCoV) infection is suspected, interim guidance.
https://www.who.int/publications-detail/infection-prevention-and-control-
during-health-care-when-novel-coronavirus-(ncov)-infection-is-suspected-
20200125 [Diakses pada 3 Agustus 2020].
Yee Jane, et al. 2020. Novel corona virus 2019 (COVID-19): Emergence and
implications for emergencycare. Review Article Infectious Disease.
Division of Emergency Medicine,University of Utah School of Medicine,
Salt Lake City, Utah, USA
Zhao, Y., Cui, C., Zhang, K., Liu, J., Xu, J., Nisenbaum, Huang, Y., Qin, G.,
Chen, B., Hoffer, M., Blanton, S.H., Telischi, F., Hare, J.M., Daunert, S.,
Shukla, B., Pahwa, S.G., Jayaweera, G.T., Farmer, P.E., del Rio, C., dan
Shu, Y. 2020. COVID19: A Systematic Approach to Early Identification
and Healthcare Worker Protection. Frontiers in Public Health. Vol. 8.