ISTILAH
Kompetensi Utama
Mahasiswa mampu menggunakan pilihan kata yang tepat untuk maksud yang akan
disampaikan serta mampu menuliskan sesuai dengan aturan baku penulisan kata.
Kompetensi Penunjang
1. Mahasiswa memahami pengertian istilah.
2. Mahasiswa memahami macam-macam istilah.
3. Mahasiswa mengetahui penulisan istilah baku dan tidak baku.
4. Mahasiswa mampu menggunakan istilah yang tepat untuk mengungkapkan
maksudnya.
1. Pengertian Istilah
Istilah dapat didefinisikan sebagai kata atau gabungan kata yang dengan
cermat mengungkapkan makna proses, konsep, keadaan, atau sifat yang khas di
bidang kehidupan dan cabang ilmu pengetahuan tertentu. Istilah itu sendiri
dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu istilah yang sifatnya umum dan istilah yang
sifatnya khusus.
Bentuk-bentuk kebahasaan yang lazim digunakan dalam bidang tertentu dapat
dikatakan sebagai bentuk-bentuk yang sifatnya khusus. Bidang teknologi komunikasi,
misalnya yang memiliki banyak istilah khusus dan khas yang lazimnya tidak
ditemukan di dalam bidang-bidang yang lain. Demikian pula istilah kedokteran hanya
digunakan dan ditemukan dalam konteks kedokteran. Jadi, istilah-istilah khusus
demikian itu cenderung konseptual sifatnya. Selain konseptual, lingkup
pemakaiannya juga dibatasi pada konteks pemakaian itu saja. Orang yang berada di
dalam lingkup yang berbeda, biasanya akan merasa kesulitan untuk menggunakan
bentuk-bentuk kebahasaan yang sifatnya khusus itu.
Selain kata-kata atau istilah yang sifatnya khusus, ada juga yang sifatnya
umum, general, atau universal. Bentuk yang universal biasanya memberikan
alternatif makna yang tidak hanya satu. Maka, dengan alternatif makna yang banyak
itu, kandungan maksud yang dimilikinya juga banyak. Kalau Anda membuka Kamus
Umum Bahasa Indonesia atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, terlihat banyak sekali
kata-kata tertentu memiliki makna yang beragam. Kata-kata yang memiliki makna
yang banyak atau bermacam-macam itulah yang disebut kata-kata umum,
sedangkankan kata-kata khusus lazimnya hanya memiliki satu makna.
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata
yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi dapat
menimbulkan makna yang bermacam-macam, lazim digunakan dalam pergaulan,
untuk tujuan estetika, dan kesopanan.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya:
adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaian yang berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi
(kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh, bunting) dan
syarat (ketentuan).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna
yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif
canggih, sedangkan menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir;
sedangkan canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, banyak mengetahui,
bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya
secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya
koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan
pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan istilah
khusus, misalnya: mobil (kata umum) corolla (kata khusus untuk mobil sedan
buatan Toyota).
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (berasal
dari bahasa Inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya: pria dan laki-laki, saya
dan aku, serta buku dan kitab); berhomofoni (misalnya: bang–bank, ke tahanan–
ketahanan); dan berhomografi (misalnya: apel buah dan apel upacara, buku ruas
dan buku kitab).
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak
(konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata
konkret atau kata khusus (misalnya: mangga, sarapan, dan berenang).
Selain ketepatan pilihan kata, penggunaan bahasa harus pula memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata, yaitu:
(1) menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkannya
dengan yang tidak baku, (2) menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial
secara cermat, (3) menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan
cermat, (4) menggunakan kata dengan nuansa tertentu, (5) menggunakan kata ilmiah
untuk penulisan karangan ilmiah, dan menggunakan kata popular untuk komunikasi
nonilmiah, (6) menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa
tulis.
Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis
dalam karangan. Ketepatan ini menghasilkan kepastian makna. Sedangkan
kesesuaian kata menyangkut kecocokan antara kata yang dipakai dengan situasi yang
hendak diciptakan sehingga tidak mengganggu suasana batin, emosi, atau psikis
antara penulis dan pembacanya, pembicara dan pendengarnya. Misalnya: keformalan,
keilmiahan, keprofesionalan, dan situasi tertentu yang hendak diwujudkan oleh
penulis. Oleh karena itu, untuk menghasilkan karangan berkualitas, penulis harus
memperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata.
Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah,
karangan ilmiah dan lain-lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak
diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah. Tegasnya, diksi merupakan
faktor penting dalam menentukan kualitas sebuah karangan. Pilihan kata yang tidak
tepat dapat menurunkan kualitas karangan.
persen prosen
tradisional tradisionil
sistem sistim
hipotesis hipotesa
paham faham
pikir fikir
pasal fasal
aktif aktip, aktiv
aktivitas aktifitas
kualitas kwalitas
kreativitas kreatifitas
sintesis sintesa
koordinasi kordinasi
deskripsi diskripsi
atmosfer atmosfir
risiko resiko
jadwal jadual
mengubah merubah
teknik tekhnik
definisi difinisi, defenisi
manajemen managemen
manajer manager, menejer
varietas varitas
hakikat hakekat
teori tiori
apotek apotik
atlet atlit
cenderamata cinderamata
konkret konkrit, kongkrit, kongkret
problem problema
rezeki rezki
telepon telpon, telfon
kaidah kaedah
nasihat nasehat
hierarki hirarki
karier karir
spesies spesis
metode metoda
khotbah khutbah,kotbah
lubang lobang
ubah obah, rubah, robah
formal formil
personalia personil
spiritual spirituil
Februari Pebruari
Mei May, Mai
fotokopi fotocopy, fotocopi
November Nopember
objek obyek
subjek Subyek
predikat prediket
proyek projek
ambulans ambulan
balans balan
kompleks komplek
analisis analisa
syukur sukur
insaf insyaf
sah syah
saraf syaraf
alinea alenia
asas azaz
asasi azazi, azasi
ijazah ijasah
jenderal jendral
sutera sutra
terampil trampil
istri isteri
mantra mantera
putra, putri putera, puteri
Sumatera sumatra
frekuensi frekwensi
kualifikasi kwalifikasi
kuitansi kwitansi
kuantitas kwantitas
standar standard
standardisasi standarisasi
interpretasi interprestasi
teladan tauladan
esai esei
survai survay, survey, survei
tim team
diesel disel
film filem
helm helem
kategori katagori
masal massal
misi missi
sila silah
wujud ujud
lembap lembab
utang hutang
provinsi propinsi
pasal fasal
mesjid masjid
modern moderen, modren
tobat taubat
desain disain
salat shalat
lohor zuhur, zhuhur,dzuhur
kuesioner kuisioner
interviu interview
4. Rangkuman
Pemakaian istilah dalam berbagai kesempatan berkomunikasi harus
memperhatikan faktor ketepatan dan kesesuaian. Pilihan kata yang tepat merupakan
tuntutan komunikasi baik secara lisan ataupun tulisan. Ketepatan pilihan kata dalam
berkomunikasi dipengaruhi oleh kemampuan seseorang yang terkait dengan
pengetahuan, pemahaman, penguasaan, serta kemampuan menggunakan sejumlah
kosakata secara aktif untuk mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
berkomunikasi secara efektif. Di samping itu, penggunaan istilah baku dalam
berbagai kesempatan juga merupakan bentuk konsistensi seseorang dalam
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.