FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO GORONTALO 2021 A. Kasus Di salah satu rumah sakit ada beberapa laporan terhadap rumah sakit tersebut Pertama, antrean pada loket pendaftaran pasien BPJS Center sangat panjang sehingga waktu tunggu pendaftaran pasien khususnya di RSUD W.Z Johannes Kupang cukup lama. Akibatnya pelayanan ke poli terlambat dan berimbas ke pemeriksaan unit penunjang. Dalam sehari, pasien tak bisa menuntaskan seluruh tahap pemeriksaan kesehatan yang dibutuhkannya. Kedua, keterbatasan dokter spesialis. dampaknya, waktu pelayanan dan jumlah pasien dibatasi. Jika dipaksakan, dokter bisa saja kelelahan dan berpengaruh pada akurasi diagnosa. Ketiga, stok obat di Instalasi Farsmasi rumah sakit kosong. Utamanya obat sakit kronis seperti jantung, kanker dll. Alhasil, pasien BPJS terpaksa membeli obat di luar apotek rumah sakit. Keadaan bertambah runyam jika rumah sakit belum menyiapkan mekanisme pengembalian uang pasien yang membeli obat di luar apotek rumah sakit tersebut.
B. Hasil review/Analisis dari kasus di atas
Semua substansi keluhan pasien terkait pelayanan kesehatan sebagaimana tersebut di atas tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit atau puskesmas semata. Pertama : Pada complain pertama mengenai antrean pada loket pendaftaran pasien. Salah satu masalah umum di sebuah klinik atau rumah sakit adalah antrian. Entah antrian untuk konsultasi, pemeriksaan, pengambilan obat, atau bahkan pengobatan. Meskipun lumrah, bagi kebanyakan orang sistem antrian yang buang-buang waktu tersebut dianggap tidak efisien. Jika ini yang terjadi, tentu kerugian ada pada pihak klinik dan rumah sakit. Karena kepercayaan masyarakat terhadap mereka pun akan menurun. Meskipun mengantri merupakan hal yang tidak bisa dihindari saat kita ingin mendapatkan pelayanan kesehatan, tapi bukan berarti kita tidak bisa membenahi birokrasi yang ada. Lalu, bagaimana caranya agar sistem antrian di klinik dan rumah sakit lebih baik dan efisien? Tidak bisa dimungkiri bahwa teknologi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat di era pasar bebas seperti saat ini. Untuk meningkatkan layanan kesehatan, Anda bisa memanfaatkan teknologi. Salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan adalah pengadaan mesin antrian yang terintegrasi dengan website atau smartphone. di harapkan agar rumah sakit menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Publik (SP) untuk semua jenis layanan. Bagi yang melanggar standar tersebut agar dikenakan sanksi administrasi sesuai tingkat kesalahannya. Rumah sakit juga diharapkan tidak mempekerjakan tenaga medis yang berpraktik lebih dari 3 tempat sebagaimana amanat Pasal 37 ayat 2 undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dimana SIP dokter hanya untuk maksimal 3 tempat dan 1 SIP berdasarkan ST Dinkes Provinsi. Kedua : Pada Komplain kedua ini tentang keterbatasan dokter spesialis . Diharapkan pemilik rumah sakit, terutama rumah sakit milik pemerintah daerah agar memenuhi standar minimal jumlah dan kualifikasi tenaga medis pada RSU berdasarkan klasifikasi RS sebagaimana diatur Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Saat ini, banyak rumah sakit milik pemerintah daerah yang belum memenuhi standar minimal jumlah dan kualifikasi tenaga medis. Akibatnya, banyak pasien dari kabupaten/kota di NTT yang dirujuk ke RS lain di Kupang atau di luar NTT hanya karena ketiadaan dokter spesialis tertentu. Karena itu sudah semestinya menjadi perhatian utama pemilik dan pengelola rumah sakit dan puskesmas memenuhi harapan tersebut. Secara formal, harapan pasien telah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU Nomor: 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Kedua undang-undang tersebut mengatur secara rinci hak pasien antara lain; keamanan, kenyamanan dan keselamatan, memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur, didengar pendapat dan keluhannya, mendapat advokasi dan perlindungan, dilayani secara benar, jujur dan tidak diskriminatif, kompensasi ganti rugi, pelayanan aman, bermutu dan terjangkau, dan peroleh informasi terkait data kesehatan diri dan pengobatannya. Ketiga : Pada complain ketiga ini mengenai stok obat di Instalasi Farsmasi rumah sakit kosong, Di harapkan pastinya pihak rumah sakit telah mempersiapkan lebih dulu untuk stok-stok obat-obat yang sangat dibutuhkan dan sulit didapatkan juga disediakan untun pasien BPJS agar tidakada lagi keluhan dari pasien dan tidak ada lagi pemikiran bahwa pihak rumah sakit tidak memperhatikan pasien yang menggunakan jaminan kesehatan. Dan instalasi farmasi menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit agar lebih ditingkatkan lagi,Baik dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses efektif untuk menjamin kendali mutu, kendali biaya dan ketersediaan tidak terbatas sehingga pasien yang menggunakan jaminan kesehatan pun tidak lagi membeli obat di luar rumah sakit. Pelayanan prima bemanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan. Adanya pelayanan prima, penyedia layanan, pe-langgan dan stakeholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki acuan tentang bentuk, alasan, waktu, tempat, dan proses pelayanan yang seharus- nya. Pengaduan dan keluhan pelanggan membuka kesempatan bagi perusahaan atau instansi untuk memperbaiki masalah dengan segera yang ditim-bulkan dari pengaduan/keluhan masyarakat. Sehingga, perusahaan atau instansi bisa membangun ide-ide inovasi produk, pemasaran, meningkatkan pelayanan, dan membangun produk. Mengatasi ketidakefektifan penanganan keluhan maka salah satu cara yang akan dilakukan RS adalah dengan meningkatkan sosialisasi ke-pada pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa secara umum manajemen komplain pelanggan belum efektif .