Sehubungan banyaknya pengunjun yang berziarah kemakam tersebut dan ingin mengetahui
sejarah semasa hidupnya Sekh Lembah Tubagus Latifuddin, maka dengan ini kami tulis kutipan sejarah
tersebut di buku ini mudah-mudahan bisa menjadikan gambaran secara garis besarnya. Apabila ada
kekeliruan atau ada hal-hal yang tertulis sepenuhnya, agar pembaca dapat kiranya memberikan saran
atau pandangan untuk menyempurnakan dan meluruskannya.mudah-mudahan dengan buku yang
sederhana ini pembaca dapat mengetahuinya dengan kata lain, Bangsa yang besar adalah yang
mengenal sejarah leluhurnya.
Pentusun
I. Tempat
Dukuh pasantren salah satu Kampung yang terletak di Desa Pageraji Kecamatan Maja
Kabupaten Majalengka Provisi Jawa Barat, kampong kecil yang indah permai bayak
pengunjung yang hendak berziarah kemakam salah satu tokoh penyebar Agama Islam yaitu
Sekh Tubagus Latifuddin yang berada dikampung tersebut, berada di sebelah timur
pemukiman dan tidak jauh dari situ terdapat juga Masjid yang persisnya di samping jalan
penghubung Desa Pageraji dan Desa Paniis, apa bila dilihat dari jauh maka terlihan rimbunya
pohon-pohon yang umurnya sudah tua dan disitulah sang tokoh Ulama Besar dimakamkan,
Begitu sejuknya ketika kita berada ditempat tersebut apalagi di sekelilingnya terhampar
pesawahan.
Beliau adlah seorang putra dari seorang tokoh Ulama Besar yaitu Sekh Paqih Ibrahim yang
makamnya berada di Cipager Desa Cimeong, dari kecil beliau di didik oleh ayahnya belajar
ilmu agama Islam beliau belajar membaca, menulis Alquran dan kitab-kitab tentang hukum
Islam yang ada di ayah beliau (Sekh Paqih Ibrahim).
Sekh Paqih Ibrahim Atau Ayah Dari Sehk Tubagus Latifuddin mempunyai Mashat yang dapat
menulis kalamullah dengan tangannya sendiri, ditulis denga sebatang injuk atau rusuk pohon
arenkemungkinan besar tintanya terbuat dari air beras hitam, Sang Ayah selalu memberikan
bimbingan supaya anaknya menjadi orang yang berbudi luhur, pintar, benar dan jujur, maka
harus tekun mengkaji apa-apa yang di ajarkan kepada mu biar kelak kamu menjadi orang yang
shaleh, bebudi luhur seperti ayah, begitulah ayah sekh Tubagus Latifuddin dalam mendidik
anak dalam patwanya.
Di dalam kamarnya beliau berbaring dengan berbantalkan kedua tangannya lalu beliau
memandang keatas langit-langit kamarnya, lalu tiba-tiba beliau melihat ada sebuah buku besar
yang ditaro di kayu penopang bilik kamarnya, lalu beliau mengambilnya dan dibunya buku itu
pas buku tersebut dibuka beliau merasa kaget sebab yang dipegangnya itu adah Al-Qur’an yang
ia bawa ke Madura dan tenggelam di laut, ini adah keajaiban Allah SWT yang di tunjukan
kepada beliau lewat Al-Qur’an yang telah lebuh dahulu nyampai kerumahnya.
Lalu Al-Qur’an itu di serahkan kepada ayahnya dan sambil berkata meminta kepada ayahnya
untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada beliau dan Ilmu-ilmu tentang agama Islam
Setelah merasa cukup ilmu yang beliau miliki, lalu beliaupun menjadi seorang Ulama dan
beliupun meminta ijin dan juga restu dari ayah dan juga ibunya, untuk pergi berkelana sambil
mengamalkan ilmu yang beliau miliki, berdawah dan menyebarkan Agama Islam ditempat yang
jauh.
Masih banyak orang awam yang pekerjaannya dari hutran masuk hutan , ahirnya beliau
memutuskan untuk menginap ditempat tersebut di tengah-tengah padang ilalang, beliau
mendirikan gubug tempat bermalam dan beribadah kepada Allah SWT.
Lama kelamaan terlihatlah pancaran cahaya dari ilmu yang beliau miliki, sehingga bayak orang
yang tau dan banyak yang berdatangan dari mulai arang tua sampai anak-anak untuk belajar
mengaji kepada beliau, dari yang dekat sampai yang jauh berdangan, lalu beliau mendirikan
pondok pesantren yang lumayan megah pada jaman itu, semakin lama kelamaan semakin ramai
santri yang sudah lama bahkan enggan pulang kampong karena merasa nyaman di pesantren
beliau, bahkan ada yang sampai menikah, punya anak dan juga ada yang sampai meninggal si
tempat tersebut,
Setelah menunaikan rukun Islam yang ke 5 yaitu ibadah haji lalu beliau wafat dan banyak yang
menyebu Embah Eyang Muhamad Latifuddin/ ada juga yang bilang K.H. Muhammad
Latifuddin, apapun itu adalah orang yang sama yang terpenting kita semua dapat mengambil
hikmahnya dari sejarah ini untuk menambah keyakinan kita kepada Allah SWT.
Beliau banyak meninggalkan barang-barang bersejarah namun yang tersisa hanyalah Al-qur’an
tulisan tangan yang tenggelam sewaktu beliau mau ke pulau Madura.
Sekian kutipan riwayan atau sejarah yang kami ketahui tentang perjalanan K.H. MUHAMMAD
TUBAGUS LATIPUDDIN, Mohon Ma’af yang sebesar-besarnya apabila kutipan sejarah ini
tidak sepenuhnya sesui dengan kenyataan hanya Allah SWT yang maha mengetahui semoga
kita semua dalam lindungannya Amin…
- 1. Bp. Lasem 2. Bp. Dani 3. Ma. Sajiem 4. Kiyai Rumi 5. Ma. Satiem 6. Bp. Lapiah
- Ma Sjiem (Putranya 2)