NAMA KELOMPOK :
AIDA SAPITRI
AYU WULANDARI
EKA KHAIRANI
ELPIDA SUKRIAH
Mandailing Natal adalah nama sebuah wilayah yang terletak dibagian paling selatan dan
bagian barat wilayah provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Sumater Barat.
Sebelah utara Mandailing Natal berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Selatan ( kecamatan
Batang Angkola, Barumun, Padang sidimpuan Barat, Sosopan, dan kecamatan Siais).
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman barat Provinsi Sumatera Barat.
Sebelum wilayah Mandailing Natal menjadi kabupaten ditahun 1998, masih termasuk
dalam wilayah kabupaten Tapanuli Selatan. Berdirinya kabupaten Mandailing Natal dan
berpisah dari kabupaten sebelumnya merupakan perjuangan yang panjang dilakukan oleh
bangsa (suku) Mandailing sejak masa colonial Belanda. Perjuangan ini dimulai dari
keinginan adanya suatu pemerintahan tesendiri yang mencerminkan identitas sosial,budaya,
politik, serta agama yang dianut oleh suku bangsa Mandailing.
7. Abdurrahman Syihab
8. Adnan Lubis
Ulama merupakan pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk
mengayomi, membina dan membimbing umat islam baik dalam masalah-masalah agama
maupun masalah sehari-hari yang diperlukan. Baik dari sisi keagamaan maupun sosial
kemasyarakatan.
Sampai pada saat ini masih banyak sejarah-sejarah dan peninggalan ulama-ulama di
Mandailing yang tidak boleh kita lupakan, kerena ulama-ulama tersebut banyak memberikan
dan meninggalkan maslahah kepada masyarakat Mandailing, baik dari segi agama, sosial
maupun budaya. Yang semestinya hal tersebut kita jadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari.
Meski demikian banyak diantara kita yang melupakan sejarah kehidupan mereka padahal
dalam perjalanan hidup mereka sangat banyak memberikan suri tauladan kepada kita. Kita
tidak boleh lupa pada sejarah para ulama-ulama kita sebab dengan keberkahan ilmu
merekalah Mandailing Natal ini terhindar dari berbagi macam kemudharatan, marabahaya
dan bala.
Selain ulama-ulama yang kita sebutkan diatas ternyata ada seorang ulama yang juga
dianggap memiliki banyak peran dalam membangun Mandailing Natal. Namun beliau
sepertinya hampir terlupakan ditengah-tengah masyarakat, Beliau adalah Tuan Syekh
Sulaiman dari Tarutung (Batng Gadis), Panyabungan Barat.
Tuan Syekh Sulaiman lahir sekitar tahun 1890-an disebuah desa terpencil di Mandailing
Natal, Kecamatan Panyabungan Barat, Desa Batang Gadis yang sebelumnya desa ini disebut
desa Tarutung kerena didesa ini banyak terdapat pohon Tarutung (durian), namun karena
desa ini mengalami pemekaran maka nama desa ini yang dulunya desa Tarutung sekarang
berubah nama menjadi desa Batang Gadis.
Tuan Syekh Sulaiman lahir ditengah-tengah keluarga yang sederhana, dimana Ibu dan
Ayahnya dalam kesehariannya hanya mengolah kebun yang mereka miliki untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya, karena pada dasarnya desa ini mempunyai mata
pencaharian yang mayoritas masyarakatnya berkebun dan juga banyak terdapat pohon
kelapa, pohon saoh, dan pohon Tarutung (durian).
Tuan Syekh Sulaiman merupakan anak ke dua dari lima bersaudara, sejak kecil Tuan
Syekh Sulaiman memang sudah dikenal dengan kearifan dan kebijakannya sehari-hari dalam
hubungan dan pergaulannya ditengah-tengah masyarakat desa Tarutung. Beliau juga sangat
rajin membantu Orang tuanya bekerja untuk mengolah kebun mereka. Selain beliau rajin,
Tuan Syekh Sulaiman juga merupakan sosok yang dikenal sangat rajin belajar atau menuntut
llmu, baik ilmu agama maupun sosial budaya. Beliau sejak kecil sangat rajin belajar
mengaji,dan mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sekitarnya.
Tuan Syekh Sulaiman mempunyai sejak kecil mempunyai pribadi yang sederhana dan
tidak memiliki sikap sombong terhadap siapa pun. Beliau memiliki sikap yang ramah tamah
dan rasa hormat yang tinggi kepada setiap orang tua, hal ini lah yang membuat Tuan Syekh
Sulaiman banyak digemari dan disenangi olehorang-orang dan masyarakat sekitarnya.
Sekitar tahun 1913 Setelah Tuan Syekh Sulaiman mulai meranjak dewasa, ketika itu
beliau berusia sekitar 16 (enam belas ) tahun, Beliau pun mulai berfikir tentang bagaimana
keadaan hidup dan keluarganya kedepannya. Beliau berfikir jika selamanya beliau hidup dan
bertahan dikampung (desa) dengan keadaan yang semuannya serba terbatas termasuk
diantaranya masalah pendidikan, maka kehidupan kedepannya kemungkinan tidak akan
mengalami kemajuan. Akhirnya Tuan Syekh Sulaiman pun memutuskan untuk merantau ke
Mekkah dengan tujuan menuntun Ilmu.
Atas izin kedua orang tuanya Tuan Syekh Sulaiman pun berangkat ke tanah suci kota
Mekkah untuk merantau. Setelah menempuh perjalanan dalam beberapa hari beliaupun tiba
di kota Mekkah. Dengan keadaan yang begitu sederhana beliaupun mulai menyelusuri kota
Mekkah berharap beliau mendapat pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. Sebelum
mendapat pekerjaan beliau hanya mengandalkan bekal yang dibawa dari desanya. Setelah
beberapa hari beliau mencari tempat tinggal dan pekerjaan, akhirnya Tuan Syekh Sulaiman
mendapatkan juga tempat tinggal dan pekerjaan.
Dimekkah Tuan Syekh Sulaiman bekerja sebagai penjual air minum, yang akan dijual
kepada masyarakat penduduk kota mekkah, dari usaha menjual air inilah beliau disana bisa
bertahan hidup, dan bisa menuntut ilmu setiap hari. Disana beliau banyak belajar agama dan
menghafal dan memamahami isi kitab suci Al-Qur’an.
Tuan Syekh Sulaiman banyak menimba ilmu dan berguru kepada pemuka-pemuka ulama
besar di Mekkah. Karena ketekunan dan keuletannya dalam belajar beliau banyak mendapat
dan memahami ilmu-ilmu agama. Selain beliau dikenal dengan rajin dalam menimba ilmu
beliau juga seorang pekerja keras, beliau sangat rajin dalam mengelola usahanya sehingga
beliau di Mekkah hidup dalam keadaan cukup dari hasil usahnya yang sederhana namun
sangatlah berkah dalam kehidupannya.
Setelah tujuh tahun lamanya Tuan Syekh Sulaiman merantau di Mekkah, niat
ingin kembali ke kampong halaman pun ahirnya terbuka dipikiran beliau. Waktu tujuh
tahun bagi beliau sudah cukup dalam menuntut ilmu dan akan kembali kekampung
halamannya dengan membawa bekal-bekal ilmu yang akan diajarkan di wilayahnya.
Diperkirakan sekitar kurang lebih tahun 1920-an beliau pulang dari mekkah
menuju kemabali ke kampung halamannya. Kedatangan Tuan Syekh Sulaiman kembali
ke kampungnya tidaklah diketahui oleh orang tuanya. Ketika Ibunya sedang
membersihkan halaman rumah mereka, tiba-tiba beliau sudah berada didepan pintu, dan
Ibunya berkata “ Ehh anak ku, sudah pulang!”. Ibunya pun menyambut anaknya dengan
riang hati dan melepaskan segala rindu karena sudah tujuh tahun lamanya tidak berjumpa
dengan beliau.
Setelah pulang dari Mekkah tuan Syekh sulaiman membuka pengajian hampir
diseluruh wilayah kecamatan Panyabungan Barat, mulai dari desanya sendiri Tarutung
(Batang Gadis), Barbaran, Longat, Huta Tonga, Sirambas, Sabajior, Huta Baringin dan
masih banyak lainnya desa-desa yang terdapat di kecamatan Panyabungan Barat. Beliau
mengadakan pengajian setiap sekali seminggu dengan mengundang seluruh masyarakat
kecamatan Panyabungan Barat guna memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu
bermanfaat dan berguna bagi masyarakatnya, dan dapat dijadikan pedoman dan tututan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tuan Syekh Sulaiman juga pernah menjadi salah satu Raja di Mandailing Natal,
pada masa kepeminpinannya beliau sangat dikenal dengan kebijaksanaannya dalam
memimpin dan ketegasannya dalam mengambil keputusan. Beliau juga merupakan salah
seorang ulama yang disegani oleh masyarakat kerena keberjasaannya dalam membangun
kehidupan masyarakat.
Tuan Syekh sulaiman banyak memberikan arahan dan bimbingan yang cukup
bagus kepada masyarakatnya, dengan sikap beliau yang perhatian dan berlaku adil
kepada masyarakatnya membuat masyarakat senang terhadap Tuan Syekh Sulaiman.
Beliau tidak pernah memandang masyarakat dari segi apapun, baik yang miskin maupun
yang kaya semua diberi keadilan secara merata, kerena menurut beliau keadilan
merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan selain bermanfaat kepada diri
sendiri juga akan memberikan banyak manfaat terhadap masyarakat sekitar. Oleh sebab
itulah beliau sangat berusaha keras dalam menegakkan keadilan kepada masyarakatnya
selama beliau menjadi pemimpin di masyarakat,dengan tujuan beliau juga berharap
supaya masyarakatnya dapat mencontoh sikap yang beliau cerminkan dalam
kepemimpinanya ditengah-tengah masyarakat.
Apabila beliau berada dalam sebuah lembaga institusi atau dalam sebuah majlis
(kajian) beliau hampir mengajarkan semua hal-hal yang berhubungan dengan kajian
agama baik itu Ilmu tauhid, Akhlak Tasawuf, Fiqh, Ulumul Al-Hadis, Tafsir, Ulumul Al-
Qur'an, Ushul Fiqh dan sebagainya. Sebagain besar beliau menguasai pelajaran atau
ilmu-ilmu tersebut, semua beliau ajarakan baik kepada masyarakat mauapun anggota
majlis apabila beliau berada dalam sebuah kajian dan juga kepada murid- murid yang
berguru kepada beliau, akan tetapi dari kesekian banyak pelajaran yang beliau kuasai ada
satu Ilmu atau pelajaran yang terkhusus untuk beliau, Beliau Tuan Syekh Sulaiman
sangat mendalami Ilmu Ushul Fiqh.
Dari ilmu Ushul Fiqh inilah beliau mendalami kajian tentang Maqosid Syari'ah
secara mendetail baik itu arti Maqosid Syari'ah yang sesungguhnya, pembagian Maqosid
Syari'ah, Maslahat Mursalat dari mengerjakan Maqosid Syari'ah maupun tujuan dari
diciptakannya Maqosid Syari'ah sehingga bisa disimpulkan bahwa ketegasan beliau
dalam menjalankan Hukum bersumber dari kegigihan beliau dalam mendalami Ushul
Fiqh dibagian Maqosid Syari'ah sehingga dapat mengantarkannya menjadi pemimpin
Raja Ahli Hukum ditengah-tengah masyarakat.
Tak lama setelah pulang dari Mekkah, hanya berkisar kurang lebih lima bulan
Tuan Syekh Sulaiman pun memutuskan untuk membangun kehidupan baru. Beliau
menikah diusianya yang belum genap 23 (dua puluh tiga) tahun. Tuan Syekh Sulaiman
menikah dengan seorang perempuan yang masih muda sekitar berumur 20 (dua puluh)
tahun. Istrinya bernama Tina Isyah, yang berasal dari Panyabungan Tonga. Tina Isyah
merupakan saudari kandung dari Janu Guru.
Dari Hasil pernikahan Tuan Syekh Sulaiman dan Tina Isyah menghasilkan 5
(lima) orang buah hati, 3 (tiga) orang putrid an 2 (dua) orang putri. Adapun nama anak
dari Tuan Syek Sulaiman dan Tina Isyah adalah Zainuddin, Nurlamia, Aspia, Ibrahim
dan yang terahir Bahria. Dalam kesehariannya Tuan Syekh Sulaiman sangat tegas dalam
mendidik anak-anaknya. Sehingga putra-putri beliau memilki ahklak dan moral yang
sangat bagus, baik beragama maupun bersosial masyarakat.
Menurut Penelitian yang kami lakukan pada tanggal 15 November 2021 di desa
Batang Gadis (Tarutung), kami mendapat petunjuk dari warga masyarakat tarutung untuk
menemui salah seorang yang termasuk keturunan dari Tuan Syekh Sulaiman yang berada
di desa itu, beliau bernama Bapak Mursal yang tinggal di desa Tarutung Julu.
Menurut penuturan Bapak Mursal inilah rumah Tuan Syekh Sulaiman semasa
hidup beliau. Dimana keadaan rumah ini sudah cukup tua sehingga sudah terlihat sangat
ambruk. Rumah ini berada di tarutung Julu, yang letaknya tidak jauh dari Masjid.
Wafatnya Tuan Syekh Sulaiman
Saat Tuan Syekh Sulaiman berusia sekitar 60 tahun-an beliau mengalami sakit-
sakitan, Tuan Syekh Sulaiman dirawat oleh Istri dan anak-anaknya dirumah beliau. Pada
saat sakit beliau mengatakan kepada anaknya H. Ibarahim bahwa tidak ada yang boleh
masuk kedalam kamarnya kecuali yang merupakan keluarga dekatnya. Ibrahim pun
melaksanakan sesuai apa uang diperintahkan oleh sang Ayah ( Tuan Syekh Sulaiman),dia
tidak memperbolehkan seorang pun masuk kedalam kamar Tuan Syekh Sulaiman kecuali
yang merupakan keluarga dekat mereka sekalipun orang tersebut berniat untuk
menjenguk Tuan Syekh Sulaiman hingga pada akhirnya Tuan Syekh Sulaiman tutup usia
dipanggil kehadapan Allah SWT sekitar tahun 1950-an. Tuan Syekh Sulaiman
dikebumikan di Tarutung Julu. Sampai sekarang makam Tuan Syekh Sulaiman dirawat
oleh keturunan-keturunannya dan orang-orang dari dalam maupun dari luar desa yang
berziarah kemakam Tuan Syekh Sulaiman. Makam Tuan Syekh Sulaiman terletak di
sudut pemukiman masyarakat desa Tarutung.
Sejak kecil Ibrahim sudah banyak belajar tentang hal-hal yang berhubungan
dengan agama. Sifat Ibrahim yang sangat tegas dalam melaksanakan hukum sangat
disukai oleh masyarakat setempat. Beliau selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
oleh Ayahnya Tuan Syekh Sulaiman. Ibrahim yang dari kecil memang sudah sangat rajin
belajar membuat sang Ayah pun (Tuan Syekh Sulaiman) sangat senang terhadapnya. Jika
ada waktu yang senggang Tuan Syekh Sulaiman selalu mengajak Ibrahim untuk
bercerita, pada saat bercerita inilah Tuan Syekh Sulaiman selalu membrikan banyak
nasehat, arahan dan bimbingan kepada Ibarahim yang menuntut beliau untuk selalu
melakukan hal-hal yang terpuji baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Ibrahim menikah saat berusia 28 tahun sekitar tahun 1956. Dari hasil pernikahannya
beliau dikaruniai oleh Allah SWT dua orang anak. Kedua-duanya adalah perempuan,
anak yang pertama bernama Subaidah dan yang kedua bernama Ruhailah, namun karna
Ruhailah selalu mengalami sakit-sakit sewaktu kecil namanya pun diganti menjadi
Zuraidah. Hanya berkisar 10 tahun pernikahannya Istrinya pun meninggal, dipanggil
kehadapan Allah SWT Pada saat Subaidah berusia sekitar 10 tahun dan Zuraidah berusia
sekitar 8 tahun.
Menurut penuturan dari Bapak Yasid Lubis yang merupakan anak ketiga dari
Ibrahim dan anak pertama dari isrti keduanya dan cucu ke 3 (tiga) dari anak ke 4 (empat)
Tuan Syekh Sulaiman yang berhasil ditemui oleh Abdullah Sabaruddin El Mubarok,
Aida Sapitri, Ayu Wulandari, Eka Khairani, Elpida Sukriah, selaku peneliti yang
dijumpai di desa Lubek Sibegu, Dalan Lidang, Kecamatan panyabungan, Mandailing
Natal. Pak Yasid mengatakan ketika Ayahnya (Ibrahim) berusia sekitar 72 tahun, beliau
mengalami sakit-sakitan, penyakitnya berawal dari ketika mendengar kabar Pak Suban
tentangganya yang meninggal dunia, setelah itu beliau pun mengalami sakit selama 57
hari.
Ketika beliau sakit beliau menyampaikan kepada putra sulungnya yang tak lain adalah
Pak Yasid bahwa tidak boleh ada yang masuk seorang pun kedalam kamarnya kecuali
keluarganya, namun dalam hal ini Pak yasid tidak bisa memenuhinya, lain halnya dengan
Ayahanda Ibrahim yang memenuhi permintaan yang sama dengan sang Ayah kakek dari
Pak Yasid (Tuan Syekh Sulaiman) pada saat sakit. “Terkadang tetangga pun merasa ada
hubungan keluarga sehingga dia berkunjung kerumah yang berniat untuk melihat Ayah
yang sedang sakit, belum sempat saya bilang tidak boleh masuk kedalam kamar, namun
mereka sudah duluan masuk kamar dan duduk disampin Ayah”. Tutur Pak Yasid sambil
tersenyum.
Ganjil dihari yang ke 57 (lima puluh tujuh) Pak Ibrahim pun mengehembuskan
napasnya yang terahir kali, beliau dipanggil kehadapan Allah SWT. Pada tanggal 12
November 2000 di Tarutung Julu diusianya yang belum genap 73 tahun. Dengan
meninggalkan dua wasiat,kepada Bapak Yasid. Wasiat yang pertama dalam istilah
mandailing “ Ulang ko durhako tu Tuan Naposo, ipe Ayah mu doi” ( Jangan kau durhaka
kepada paman mu, beliaupun juga Ayah mu ). Tuan naposo merupakan sebutan dari
pamannya yang bernama Abdul Halim Khotib Lubis,biasa dipanggil Tuan Naposo dan
wasiat yang kedua adalah wasiat tentang istrinya, yaitu: “ Inda tola ditanganan Adaboru
niba”, (Tidak boleh jatuh tangan kepada Istri).
Kedua wasiat itulah yang ditinggalkan oleh Bapak H. Ibrahim kepada anaknya (Yasid)
dan menurut penuturan Pak Yasid Alhamdulillah sampai saat ini beliau tetap menjaga
dan melaksanakan Wasiat yang ditinggalakn oleh sang Ayah (H. Ibrahim) hingga saat ini
pak Yasid sudah berusia 64 tahun.
Menurut penuturan Pak Yasid selaku cucu dari Tuan Syekh Sulaiman dari
anaknya yang ke 4 (empat) beliau mengatakan menurut cerita orang-orang terdahulu ada
satu hal yang diistimewakan dari Tuan Syekh Sulaiman.
Esoknya beliau melakukan seperti apa yang sudah diperintahkan oleh saudaranya.
Beliau menemui seseorang yang sedang mengaji pada pagi hari ditempat yang sudah
ditunjukkan saudarnya yang tak lain dan tak bukan itu adalah Tuan Syekh Sulaiman. Lalu
menceritakan segala apa yang saat itu dialaminya dan meminta solusi kepada Tuan Syekh
Suliaman. Alhasil Tuan Syekh Sulaiman pun memberikan solusi kepada beliau dan
beliaupun lolos dari nasalah besar yang sedang dihapinya.
Adapun hal yang patut diteladani dari keseharian Tuan Syekh Sulaiman selain
ketekunan dan keuletannya dalam belajar dan bekarja, kehormatan dan kepatuahn
terhadap orang tua, jiwa sosialnya yang tinggi dalam bermasyarakat ada satu hal yang
semestinya kita jadikan suri tauladan dan cerminan hidup ,yaitu ketegasan beliau dalam
menjalankan hukum. Tuan Syekh Sulaiman adalah sosok yang dikenal sangat tegas
dalam menjalankan hukum, berkat ketegasan beliau pernah menjadi ahli hukum raja
Panyabungan pada waktu zaman kerajaan.
Menurut penuturan Pak Yasid, cucu Tuan Syekh Sulaiman beliau
mengatakan” ketika ada sebuah paret,sekalipun paretnya berada disawah yang sudah
tertinggal. Kita tidak boleh memancing ikan-ikan yang ada didalam paret tersebut
meskipun ikan itu tidak ada yang punya akan tetapi pada dasarnya paret itu bukanlah kita
yang punya sehingga kita tidak punya hak utuk memancing ikan yang ada didalamnya”
seperti itulah gambaran ketegasan Tuan Syekh Sulaiman dalam menjalankan hukum
tersebut.
Hal ini patut kita jadaikan salah satu suri tauladan dari Tuan Syekh Sulaiman
dalam kehidupan sehari-hari kita,karena dengan ketegasan kita dalam menjalankan
hukum akan senantiasa dapat menghindarkan kita dari merampas dan memakan yang
bukan hak kita dan masih banyak maslahat yanh kita dapat apabila kita tegas dalam
menjalankan hukum.
Kesimpulan
Tuan Syekh Sulaiman adalah salah seorang ulama yang ikut berperan dalam memajukan
Mandailing Natal khususnya di kecamatan Panyabungan Barat. Beliau merupakan sosok
yang patut dijadikan suri tauladan bagi umat Islam. Selain ketekunan Dan keuletannya
dalam menuntut ilmu dan bekerja beliau juga dikenal dengan sosok yang sangat tegas
dalam menjalankan hukum Dan rajin beribadah patutlah kitanya nama beliau harum
ditengah-tengah masyarakat Panyabungan Barat khususnya di desa Tarutung (Batang
Gadis).