A. SUKU MANDAILING
Etnis Mandahilng yang sering didialekkan Mandailing adalah suku bangsa yang mendiami
tiga provinsi di Pulau Sumatera yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Provinsi
Riau d Indonesia. Orang mandailing di Provinsi Sumatra Utara berada di Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Batubara. Sedangkan di Provinsi sumatera barat ada di
Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, dan di Kabupaten Rokan Hulu. Tempat menjadi ciri khas
bagi suku Batak contohnya daerah Mandailing sebagian besar dihuni orang Mandailing. Pada
masa awal penjajahan Belanda, kesemua wilayah Mandailing awalnya masuk dalam Karesidenan
Mandahiling atau Residence Mandahiling dibawah Gubernuran Pesisir Barat Sumatera bersama-
sama Karesidenan Padang Laut dan Karesidenan Padanag Darat. Namun Mandailing merupakan
penduduk asli di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan ibukota Padangsidempuan dan Kabupaten
Mandailing Natal atau yang sering disingkat dengan Madina yang beribukotakan di
Penyabungan, Sumatera Utara.
Kabupaten Mandailing Natal berdiri sejak 1999 setelah dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli
Selatan. Kabupaten Mandailing Natal didiami oleh empat etnik yaitu etnik Mandailing mendiami
wilayah Mandailing, etnik Pesisir mendiami wilayah Natal, etnik Lubu mendiami Tor Sihite dan
etnik Ulu mendiami wilayah Muara Sipongi. Mandailing adalah suatu wilayah yang terletak di
Kabupaten Mandailing Natal di tengah Pulau Sumatera sepanjang Jalan Raya Lintas Sumatera
kurang lebih 40 km dari Padangsidempuan ke selatan dan kurang lebih 150 km dari bukit tinggi
ke utara berbatasan dengan Angkola di sebelah utara, Pesisir di sebelah barat, Minangkabau di
selatan dan Padanglawes di timur. Kabupaten ini berdiri sejak tahun 1999 setelah dimekarkan
dari Kabupaten Tapanuli Selatan.
Etnik mandailing adalah orang yang berasal dari mandailing secara turun temurun
dimanapun ia bertempat tinggal. Etnik ini menurut garis keturunan ayah terdiri dari marga-marga
Nasution, Lubis, Pulungan, Rangkuti, Batu bara, Daulay, Matondang, Perinduri, Hasibuan.
Marga-marga ini tidak serentak mendiami wilayah mandailing. Ada beberapa yang datang
kemudian dan mendiami wilayah mandailing yang kemudian dianggap sebagai warga
mandailing dan tidak ingin disebut warga pendatang, contohnya Hasibuan yang ada di
mandailing berasal dari Barumun. Menurut Tuan Syech Muh. Yacub, Mandailing terbagi
menjadi Mandailing Kecil, Ulu dan Pakantan serta Mandailing Besar dan Batang Natal.
Mandailing dibagi menjadi dua walaupun adatnya sama yaitu Mandailing Godang dan
Mandailing Julu. Mandailing Godang didominasi oleh marga Nasution, wilayahnya mulai dari
Sihepeng di sebelah utara panyanbungan sampai Maga di sebelah selatan serta daerah Batang
Natal sampai Muarasoma dan Muara Parlampungan di sebelah barat. Sedangkan Mandailing Julu
didominasi oleh marga Lubis yang wilayahnya mulai dari Laru dan Tambangan di sebelah utara
kota Nopan sampai Pakantan dan Hutanagodang di sebelah selatan. Mata pencaharian
masyarakat mandailing adalah petani. Penduduk mandailing Godang sebagian besar petani
sawah dan mandailing Julu sebagaian besar petani perkebunan. Tanaman perkebunan yang
ditanam adalah karet, kopi, kulit manis, cengkeh.
D. FUNGSIONARIS ADAT
Fungsionaris adat adalah orang yang berfungsi mengatur dan menjaga agar adat dapat terpelihara
dengan baik. Fungsionaris adat adalah orang yang berfungsi mengatur dan menjaga agar adat
dapat terpelihara dengan baik, fungsionaris adat terdiri dari Raja, Namora Natoras dan
pembantu-pembantu raja lainnya.
1. Raja
Raja menurut Commissie Kruese Stibhe terdiri dari
a. Raja Panusunan yaitu raja tertinggi sesuai perjanjian dan sekaligus sebagai raja huta. Raja ini
menjadi pemimpin dalam hutanya sendiri. Raja panusunan ini merupakan raja tertinggi dari
kesatuan beberapa huta.
b. Raja Ihutan merupakan raja dari kumpulan huta yang berada dibawah Raja Panusunan.
c. Raja Pamusuk yaitu raja yang berada dibawah raja Ihutan yang memimpin satu huta.
d. Raja Sioban Ripe berada dibawah raja pamusuk dan berdiam bersama-sama di satu huta.
e. Suhu, yang berada dibawah raja pamusuk dan raja sioban ripe.
Adapun ketentuannya yaitu pagaran dipimpin oleh raja ripe karena belum memnuhi syarat
sebagai suatu huta. Contoh Pagaran Sigatal dan pagaran Korak. Jika pagaran sudah berkembang
karena penduduk banyak dan syarat sebagai huta terpenuhi, maka menjadi huta. Apabila
beberapahuta bersatu untuk kepentingan tertentu maka disebut janjian dan dipimpin oleh Raja
Janjian. Pimpinan haruslah yang tertua dan berwibawa.
2. Namora Natoras
Namora natoras berfungsi sebagai pendamping raja dalam mengambil keputusan saat membahas
atau mnyelesaikan suatu peradatan yang menyangkut kepentingan bersama huta yang dipimpinya
serta mengawasi raja dalam menjalankan pemerintahannya. Namora natoras terdiri dari namora
yaitu orang yangmenjadi kepala dari satu parompuan. Saparompuan berarati satu nenek, empu,
eyang, kakak. Kemudian natoras yaitu seorang yang tertua dari satu parompuan yang oleh suatu
kerapatan adat suatu huta diangkta dan disahkan sebagai utusan untuk mewakili kerabatnya pada
setiap kerapatan adat. Toras berarti seorang teras (trunk) yang secara sosiologis dipandang
sebagai primus interpares.
Namora natoras dapat dirinci dengan :
a. Anggi ni Raja yaitu yang duduk membantu raja dalam pelaksanaan tugas pemerintahan sebagai
wakil raja.
b. Imbang raja yaitu yang bertugas memberikan saran-saran yang diperlukan dalam memajukan
hutanya.
c. Suhu ni Raja yaitu yang memberikan nasehat-nasehat dan pertimbangan kepada raja
d. Lelu ni Raja yaitu yang menjaga keamanan raja
e. Gading ni Raja yaitu yang turut menentukan jalannya pemerintahan
f. Sibaso ni Raja yaitu yang membantu keamanan raja dalam melaksanakan tugasnya dengan
memebrikan doa-doa dan pasu-pasu dalam tugasnya selalau dilindungi Tuhan.
g. Bayo-bayo Nagodang yaitu orang yang mengetahui seluk beluk perbendaharaan raja atau yang
mengatur keuangan raja.
h. Goruk-goruk hapinis yaitu yang mempertahankan kerajaaan dari gangguan keamanan.
G. MARGA
Marga dalam masyarakat mandailing mempunyai peranan penting dalam menentukan
kedudukan sesorang di dalam pelaksanaan berkehidupan, berkeluarga dan bermasyarakat yang
merupakan tat aturan yang disebut tata aturan dalam lembaga dalihan na tolu sehingga yang
bersangkutan dapat berperilaku dan bertutur yang baik. Marga seoarang anak perempuan hanya
diperuntukan bagi dirinya sendiri dan tidak dapat diturunkan kepada anak keturunanya karena
menganut sistem patrilineal. Pemberian marga dilakukan untuk mengetahui dimana
kedudukannya dalam masyarakat adat. Marga yang diperoleh adalah marga yang didasarkan
pada ketentuan dari pihak laki-laki sesuai dengan prinsip adat yang berdasarkan patrilineal.
Pemberian marga dapat dikarenakan pengabdian, perkawinan, pengormatan kepada sesorang dan
marga karena turun temurun. Pemberian nama bagi orang batak tidak harus berdasarkan makna
tertentu tapi apa saja hal yang terlintas dalam benak pemberi nama dapat menjadi nama si bayi
orang batak.
DAFTAR PUSTAKA