PENDAHULUAN
Sering kali kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan pahami.Terkadang kita
memilih satu jurnal,namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis bahasa,
pembahasan tentang kepemimpinan. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Journal Review ini
untuk mempermudah pembaca dalam memilih jurnal referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang
kepemimpinan.
BAB II
ISI JURNAL
2.1 Ringkasan Isi Jurnal
JURNAL PERTAMA
A. Pendahuluan
Praktik model kepemimpinan yang ditemui sekarang ini berbasis pada model-model yang
berasal dari Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa masyarakat
Indonesia tidak mempunyai model untuk menata atau memimpin suatu organisasi kelembagaan.
Padahal jika dikaji secara mendalam, kearifan lokal yang ada banyak mengajarkan mengenai model
kepemimpinan.Berbagai peribahasa yang tersebar di berbagai masyarakatIndonesia seperti di
Sumatra Barat, Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan mengandung berbagai
modelkepemimpinan yang dapat juga digunakan untuk penataan organisasi modern.Kurangnya
pengetahuan dan penghargaan terhadap model kepemipinan yangterdapat dalam berbagai
peribahasa di Indonesia telah menyebabkan beberapa dampakburuk pada berbagai organisasi
pemerintah dan swasta. Hal ini terlihat dari munculnyaberbagai konflik yang terjadi seperti konflik
buruh dengan majikan yang berujung padapemogokan, maraknya tindak korupsi yang
menghancurkan sendi-sendi etika danmoral,Pengelapan pajak dan maraknya penyalahgunaan
kekuasaan di berbagai badanpublik, seperti Bank Indonesia Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dan
DPR jugamudah ditemukan. Akibatnya konflik antar kepentingan, kasus korupsi dan
kemiskinanmenjadi pemandangan yang dengan mudah didapatkan pada tayangan berbagai
media.Hal ini juga berkaitan dengan jati diri bangsa Indonesia yang belum memiliki model
kepemimpinan yang berakar pada budaya Indonesia sendiri, sehingga menyebabkan munculnya
syndrome inferior (merasa rendah diri) di kalangan pengambil keputusan dan hilangnya
kepercayaan pada budaya asli yang pada akhirnya menyebabkan terkikisnya jati diri bangsa.
Salah satu langkah upaya agar jati diri bangsa tidak terkikis dirasakan perlu menggali sumber-
sumber kearifan lokal.
Dalam melakukan analisis, makalah ini menggunakan beberapa teori yang terkait dengan
kepemimpinan dan analisis wacana. Robert Hellar (1999) mencatat halpenting untuk menciptakan
kepemimpinan yang efektif yaitu:
1. Mempunyai kemampuan memimpin tim guna mencapai kualitas dengan cara terus
3. Mempunyai kemampuan menjamin bahwa staf termotivasi, terkendalikan dengan baik dan
diberdayakan untuk terus berkembang;
Karena makalah ini melakukan analisis wacana maka dirasakan perlu untukmengutip
pendapat Eriyanto dalam bukunya Analisis Wacana (2001) yang mengatakanbahwa analisis wacana
berhubungan dengan studi mengenai pemakaianbahasa.Pengalaman manusia dianggap dapat secara
langsung diungkapkan melalui penggunaanbahasa tanpa ada kendala atau distorsi, sejauh
iadinyatakan dengan memakaipernyataan yanglogis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan
pengalaman empiris.Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna,yakni
tindakanpembentukan serta pengungkapan jati diri dari orang yang berbicara.
Adat adalah terminologi yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk hal-hal yang
berkaitan dengan sejarah lisan mereka, yang berkenaan dengan asal usul Alam Minangkabau, segala
bentuk peribahasa dan petatah-petitih yang memuat petunjuk dan aturan tentang pelaksanaan
upacara-upacara, cara bersikap dan relasikekerabatan matrilineal. Sebagaimana adat melingkupi
keseluruhan masyarakatMinangkabau, adat juga membentuk sebuah ideologi hegemoni yang
melegitimasi danmenstruktur kehidupan seremonial dan politik di suatu nagari. Adat
merepresentasikannorma ideal dari berprilaku. Ungkapan indak baradaik (tidak tahu adat),
biasanyaditujukan kepada seseorang yang bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan adat,dianggap
sebagai sebuah bentuk penghinaan yang terburuk. Di dalan kehidupan seharihari, dianggap sebagai
urang nan indak tau adaik (orang yang tidak tahu dengan adat)bisa merusak reputasi seseorang.
Dapat dikatakan bahwa terminologi adat meliputisecara garis besar segala bentuk persepsi
masyarakat Minangkabau tentang budaya dan kebiasaan mereka serta cara-cara mereka dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kepemimpinan. Secara tradisional Minangkabau
mengenal dua model kepemimpinan, dikenal dengan istilah laras, yaitu laras Bodi Caniago dan
laras Koto Piliang. Perbedaan utama antara kedua model ini terkait dengan dasar dan bentuk
pemerintahannya. Pondasi sistem pemerintahan Laras Koto Piliang didasarkan pada pepatah:
“bapucuak bulek, titiak dari ateh (berpucuk bulat, titik dari atas)”, danbentuk pemerintahannya
adalah “batanggo turun (bertangga turun).” Sedangkan pondasi pemerintahan laras Bodi
JURNAL PEMBANDING
Arus globalisasi yang sedemikian kuat dampaknya sudah seharusnya kita antisipasi dengan baik.
Dimana di tengah gempuran invasi nilai-nilai modernitas kepemimpinan ala barat terkadang
membuat kita silau akan kemajuansehingga melupakan identitas nilai-nilai kearifan lokal yang kita
miliki. Padahal kepemimpinan camat yang beridentitas sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal tak
akan kalah hebatnya. Bila camat dalam menjalankan kepemimpinannya mampu menerapkan
dengan baik nilai-nilai kearifan lokal yang ada maka masalah patologi birokrasi pada
kepemimpinan dapat diminimalisir sekecil mungkin. Dimana dalam pelaksanaan kepemimpinannya
camat harus berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal seperti alempureng (kejujuran), amaccang
(kecendekiaan), asitinajang (kesesuaian), agettengeng (keteguhan), dan reso (usaha). Nilai
alempureng dalam kepemimpinan camat dapat dilihat dari kepemimpinan camat yang dapat
dipercaya.
Kepemimpinan yang dipercaya merupakan bentuk legalitas atau pengakuan secara tidak
langsung bahwa camat mempunyai kualitas yang mumpuni dalam menjalankan biduk organisasi
untuk mencapai tujuannya. Kepemimpinan yang dapat dipercaya bisa juga dilihat dari camat yang
mampu menyampaikan amanah dengan baik. Baik itu amanah dari pegawainya ataupun amanah
yang datang dari aspirasi masyarakat tempat dimana camat tersebut bekerja. Camat Tamalanrea
merupakan seorang pemimpin yang memperdulikan apa yang menjadi keluhan pegawainya.Halini
dibuktikan dengan adanya respon yang cepat dari Camat Tamalanrea ketika pegawainya bertanya
soal gaji yang belum cair. Camat Tamalanrea segera menghubungi pihak terkait menanyakan
mengapa dana yang adabelum cair.Sehingga dapat dikatakan nilai alempureng (kejujuran)
masihdipegang teguh oleh kepemimpinan Camat Tamalanrea dalam hal kepemimpinan camat yang
dapat dipercaya. Sebagaimana dikatakan oleh Siagian (2010: 48-73) bahwa fungsi kepemimpinan
harus mampu menjadi wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar
organisasinya. Selain itu kepemimpinan camat yang tidak berdusta merupakan penanda utama
bahwa kepemimpinannya adalah kepemimpinan yang lempu (jujur).
Kepemimpinan camat yang tidak berdusta bisa dilihat dari kesesuaian antara perkataan dan
perbuatan yang dilakukan oleh camat dalam tugasnya memimpin kecamatan. Camat Tamalanrea
merupakan pemimpin yang antipati dengan apa yang dinamakan kebohongan dalam menjalankan
kepemimpinannya. Dimana fakta di lapangan pun menunjukkan hal ini yaitu kegiatan jum’at bersih
yang sering dihadiri langsung oleh Camat Tamalanrea. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh Rohim (dalam Kolaborasi: Jurnal Administrasi Publik, Agustus 2015 Volume 1 Nomor 2 116
Elfira, 2013: 22) bahwa pemimpin pemerintah yang dikatakan dapat memperbaiki negeri adalah
yang memiliki pemikiran kejujuran. Kepemimpinan camatpun dalam penerapan nilai alempureng
(kejujuran) haruslah tulus dalam setiap kerja yang dilakukannya. Dimana dalam melakukan suatu
tindakan camat dalam kepemimpinannya berbuat dari lubuk hatinya sendiri bukan semata-mata
karena tuntutan kerja. Termasuk dalam hal ini adalah dalam melakukan pencapaian target dari
Kecamatan Tamalanrea sendiri. Pada hal ini Camat Tamalanrea dalam menjalankan
kepemimpinannyabelum cukup tulus. Hal ini ditandai dengan yang dilakukan hanya karena
pencapaian target bukan tulus mengabdi untuk masyarakat. Kepemimpinan camat haruslah pula
memperhatikan nilai amaccang (kecendekiaan) sebagai nilai kearifan lokal yang harus dipegang
teguh. Haltersebut diantaranya dapat dinilai darikeikhlasan seorang pemimpin.Keikhlasan sangat
diperlukan seorang camat dalam menjalankan kepemimpinannya. Kepemimpinan camat yang
ikhlas menandakan bahwa camat tersebut sebagai pemimpin acca. Camat yang ikhlas tentunya akan
berpikir positif terhadap yang kerap kali terjadi di lingkungan kerjanya. Kepemimpinan camat yang
ikhlas mampu memetik hikmah dari sebuahmasalah yang terjadi sehingga mampu memperbaikinya
sehinggamenjadi lebih baik serta sebagai langkah preventif agar masalah yang sama tidak terulang
kembali.
Keikhlasan dalam kepemimpinan camat juga dapat dilihat dari aspek bagaimana camat
menyikapi target dari organisasi yang belum tercapai. Kepemimpinan camat yang ikhlas terhadap
target organisasi yang belum tercapai tentunya akan mendatangkan manfaat untuk pengembangan
cara mencapai target tersebut. Bukan justru bertindak gegabah dalam menggapai target tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
KelebihanJurnal Utama
2. buku ini banyak penjelasan dari para ahli tentang konsep kepemimpinan modern dan gaya
kepemimpinan.
5. juga menjelaskan tentang cara atau strategi untuk menjadi pemimpin yang lebih baik
KelemahanJurnal Utama
1. Jurnal ini terlalu mendalami tentang perilaku seseorang bahwa ini akan mengungkit pada orang
yang memiliki perilaku yang sama seperti yang dijelaskan.
2. Begitu banyak system kearifan lokal budaya tapi sayangnya tidak ada yang peduli tentang itu
bahkan tidak ada yang merespon.
KelebihanJurnal Pembanding
1. Dilihat dari aspek lingkup isi artikel, Jurnal yang direview itu sangat menarik.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font sudah baik. Layout
dan tata letak, tata tulis sudah rapi. Size font yang mudah dibaca langsung dengan mata
3. Dari aspek isi jurnal, jurnal tersebut banyak sekali menjabarkan apa itu kepemimpinan, apa saja
gaya gaya kepemimpinan, faktor kesuksesan pemimpin, dll.Jurnal ini lebih mengarah bagaimana
menjadi seorang pemimpin.
4. Dari aspek tata Bahasa, Jurnal tersebut dapat dipahami dengan baik.
KelemahanJurnal Pembanding
1. Berdasarkan keseluruhan jurnal, jurnal ini sudah mendekati sempurna. tidak banyak kekurangan-
kekurangan yang ada, diantara kekurangan dalam jurnal ini adalah terlalu banyak peribahasa
daerah sehingga agak sedikit sulit dipahami
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau
diarahkan untuk memcapai suatu tujuan. Dimana cara seorang pemimpin itu juga merupakan hal
yang perlu untuk mempengaruhi orang lain. Untuk menjadi seorang pemimpin itu dia harus bisa
memimpin dari lingkungan yang kecil yaitu dirinya sendiri, keluarga, perusahaan hingga di
linkungan yang besar yaitu Negara. Pemimpin yang baikdalamkepemimpinannyamampu
membuatorganisasimenjadilebihmajudanbaikdalamproses mencapai suatu
tujuan.Olehsebabitumenjadiseorangpemimpinituadalahtugas yang berat dan penuh tanggung jawab,
tetapiakanmudahbilakitamenerapkansifatsifatdangayagayakepemimpinan yang baik.
4.2 Rekomendasi
Diharapkan setelah membaca critical journal review ini pembaca lebih mengerti tentang
menjadi seorang pemimpin yang baik dan apa saja yang terkandung didalamnya sehingga kita dapat
memehami tentang teori sikap, perilaku dan gaya menjadi seorang pemimpin yang baik dan
betanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Elfira, Mina. 2013. Model Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal di Minangkabau dan bugis,
Jakarta: Universitas Indonesia.