PENDAHULUAN
1
1. 3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Kabupaten Banggai Kepulauan
A. Sejarah Singkat Banggai Kepulauan
3
Raja Mandapar yang bergelar Mumbu Doi Godong ini memimpin Banggai Sampai
tahun1625.
Adapun sisa peninggalan Kerajaan Banggai yang dibangun pada abad ke XVI
yang masih dapat ditemui hingga saat ini yaitu Keraton Kerajaan Banggai yang ada di
Kota Banggai. pada masa pemerintahan Raja Syukuran Amir, ibukota Kerajaan
Banggai yang semula berada di Banggai Kepulauan dipindahkan ke Banggai Darat
(Luwuk). Untuk penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Banggai Laut
ditempatkan pejabat yang disebut Bun Kaken sedang untuk Banggai Darat disebut
Ken Kariken. Wilayah Banggai Darat dan Banggai Laut kemudian berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi
Tengah menjadi Satu Kabupaten Otonom yang dikenal sebagai Kabupaten Banggai
dengan ibukota Luwuk.
1. Kuah Asam
Nah kali ini ada lagi nih masakan yang
tak kalah enaknya yang juga berasal dari
kepulauan Banggai Kepulauan namanya ikan
kuah asam. Masakan ini mempunyai cita rasa
segar dengan perpaduan asam yang
4
menjadikannya layak untuk menemani santap siang atau malam anda bersama
keluarga ataupun karib kerabat.
Ikan kuah asam Lumbia juga memiliki cita rasa pedas yang menjadi ciri khas
pulo. Cocok sekali buat anda para penggemar masakan pedas yang ingin mencoba
sensasi pedas nan menggoyang lidah. Ayo tunggu apa lagi, langsung coba praktekkan
dirumah anda masing-masing.
2. Onyop
Qnyop adalah sebuah makanan yang terbuat dari
sagu. Onyop hampir sama dengan papeda yang
berasal dari papua. biasanya onyop di santap
dengan kuah asam.
3. Milu Siram
5
4. Pissang Lowe
5. Nasi Jaha
Nasi jaha adalah makanan yang terbuat
dari beras ketan dikukus dan di letakkan
di dalam bambu yang di dalamnya telah
dilapisi daun pisang. Nasi jaha
kemudian di bakar di atas bara api.
6. Ubi Banggai
Makanan khas Banggai yaitu Baku
Banggai atau Ubi Banggai, ini salah satu ciri
khas makanan banggai. Ubi banggai
mempunyai berbagai varian seperti ada juga
Ubi Banggai yang berwarna ungu.
Dibanggai juga terdapat berbagai mcam
makanan khas yaitu, papeda dan sinole yang
terbuat dari sagu dan masih banyak lagi
6
makanan tradisional Banggai.
7. Kanjoli
7
D. Pakaian Adat Banggai Kepulauan
1. Pakaian Adat Pria Saluan
Ada sangat banyak dari tradisi yang melekat dalam masyarakat yang memang
sangat menarik, musik yang di antaranya; batongan, kanjar, libul dan lain sebagainya,
juga ada tarian, yang termasuk Onsulen, Balatindak, Ridan dll, juga cerita rakyat atau
8
legenda yang sangat banyak yang di kenal dengan nama Banunut, lagu atau puisi
yaitu Baode, Paupe dan masih banyak lagi kesenian tradisional lainnya, ada beberapa
tradisi ini yang masih dipegang secara menyeluruh dari suku Banggai, misalnya pada
saat perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw, para masyarakat suku Banggai
akan membuat sejenis kue yang di beri nama Kala-kalas, ada juga yang menyebutnya
kaakaras. Kue ini tebuat dari tepung beras yang bentuk jadinya di goreng, dan kue ini
sangat unik sekali, bahkan hanya akan di jumpai pada saat perayaan Maulid Nabi saw
saja. Selain itu, masih banyak tradisi lainnya, Upacara Adat misalnya, upacara
pelantikan Tomundo, upacara pelantikan Basalo, dan lain sebagainya.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat pun bahkan beragam, masyarakat yang
tinggal di tepian pantai dengan masyarakat yang tinggal di pedalaman akan
memberikan suatu gambaran yang jauh berbeda, kesenian, upacara adat, bahkan
kehidupan adat sehari-haripun tidak banyak menunjukan kesamaan, contohnya, ada
sebuah upacara adat atau perayaan ketika para nelayan telah menangkap ikan, yang
cara menangkapnya di kenal dengan nama sero, sedangkan di pedalaman akan ada
penanaman sejenis Umbi yang memang satu-satunya di dunia ini hanya terdapat dan
berasal dari Banggai, sehingga di kenal dengan nama Ubi Banggai, ini akan
memberikan suatu cerita tersendiri yang sangat menakjubkan, yang di mulai dari
proses hingga selesai, akan banyak sisi-sisi kehidupan tradisi yang memberikan gaya
artistik yang sangat berharga.
Berburu merupakan salah satu kegiatan yang dari zaman pra kerajaan
Banggai, namun hingga kini, berburu atau yang dalam bahasa Banggai dikenal
dengan nama Baasu itu masih sering di jumpai di daerah pedalaman, terutama di
kawasan Pulau Peling.
Masih sangat banyak tradisi yang melekat pada masyarakat adat maupun yang
sudah mulai memudar seiring pekembangan zaman, namun di balik itu semua, masih
menyimpan sejuta makna dan sejuta misteri untuk di gali dan di kembangkan. yang
9
pasti, marilah kita sama-sama menjaga adat dan istiadat kita, karena inilah harga diri
suku dan kerajaan kita.
10
MANURUNG. Lama kelamaan terjadi sengketa antara kedua suku ini, dan kemudian
suku Ombu Kilano tinggal jauh dari gunung Pogogul (di daerah Pinamula sekarang),
sedangkan suku Manurung tetap di gunung Pogogul. Menurut kepercayaan suku
Buol, suku Manurung ini sampai sekarang tinggal di Pogogul menjadi makhluk halus
dan sering menampakkan diri kalau Buol akan ditimpa sesuatu bencana. Keturunan
Ombu Kilano menurunkan empan rumpun keluarga yang disebut ‘BALAK’ yaitu
Balak Biau, Balak Tongon, Balak Talaki dan Balak Bunobogu. Sekitar abad 14 Buol
sudah mengenal peradaban di bawah pemerintahan Raja NDUBU I (1380 M).
Raja Ndubu mempunyai anak masing-masing Anggatibone (puteri), Anogu
Rlipu (putera) dan Dai Bole juga putera. Anggatibone dan Dai Bole merantau ke
Tolitoli dan akhirnya Dai Bole kawin dengan puteri Tolitoli bernama
MANDALULINGO. Perkawinan inilah dianggap hubungan pertama yang
menjadikan tali kekeluargaan antara Tolitoli dan Buol. Permulaan abad 19 Raja Buol
Undain lebih mengeratkan lagi hubungan Buol dan Tolitoli, dimana Raja ini kawin
dengan puteri Tolitoli bernama MANIMOLANGO. Ini dicatat sebagai peristiwa
kedua dalam rangka tali kekeluargaan Tolitoli dan Buol.
B. Ciri Khas Kebudayaan Buol
Suku Buol merupakan etnis bangsa yang terdapat di kabupaten Toli-Toli
provinsi Sulawesi Tengah. Keberadaan masyarakat Buol tersebar di beberapa
kecamatan seperti di Biau, Bunobugu, Paleleh dan Momunu, sebagian kecil tersebar
ke daerah dekat wilayah Gorontalo. Suku Buol memiliki kearifan adat yang
merupakan kebiasaan dan berhubungan dengan perlindungan sumber daya alam, baik
berupa tanah, air, alam dan hutan.
11
C. Makanan Khas Buol
1. Tumbang (sagu)
Tumbang (sagu) merupakan bahan dasar yang
menjadi makanan khas daerah buol. Tumbang
(sagu) adalah tepung atau olahan yang diperoleh
dari batang rumbia atau pohon sagu.
2. Boid (jepa)
Boid (jepa) adalah makanan khas daerah
buol yang merupakan hasil olahan tumbang (sagu)
dan berbentuk lingkaran dengan lembaran yang tipis.
D. Bahasa Daerah
Bahasa yang digunakan Suku Buol adalah bahasa Buol. Bahasa tersebut
masih berkerabat dengan bahasa Toli-Toli dan mirip dengan bahasa Gorontalo.
Karena terdapat kemiripan bahasa antara Buol dengan Gorontalo, suku Buol sering
dianggap sebagai sub-suku Gorontalo.
E. Lagu Daerah
Masyarakat buol juga mempunyai lagu khas daerah buol seperti : bvuoyo
lripu koponuku, iko amaino, mogulyoto, dan masi banyak lagi.
12
F. Sistem Pemerintahan Adat Suku Buol
a) Ta Bwulrigan (orang yang diusung), seseorang yang diangkat menjadi kepala
pemerintahan adat beserta pembantunya untuk mengurus urusan-urusan
pemerintahan dan kemasyarakatan.
b) Ta Mogutu Bwu Bwulrigon (pembuat usungan), sebagai pembuat peraturan
adat (pengambil keputusan sekaligus memilih kepala pemerintahan).
c) Ta Momomayungo Bwu Bwulrigon (orang yang memayungi usungan), adalah
pengayom masyarakat dan penegak hukum adat/ pemangku adat yang disebut
hukum Duiyano Butako.
d) Ta Momulrigo Bwu Bwulrigon (pengusung usungan), adalah yang
memastikan seluruh masyarakat adat untuk taat dan patuh terhadap hukum
adat.
Masyarakat Suku Buol sebagian besar hidup dari pertanian padi pada lahan
sawah dan ladang. Mereka juga menanam kelapa dan cengkeh, yang menjadi
komoditi ekspor. Hasil hutan juga menjadi sumber pendukung hidup bagi mereka,
dengan mangumpulkan rotan, damar, kayu manis, dan gula merah. Sedangkan yang
tinggal di daerah pesisir berprofesi sebagai nelayan. Bidang profesi lain adalah
sebagai pedagang, guru dan lain-lain.
G. Pakaian Adat Buol
Pakaian adat Sulawesi Tengah dari suku tersebut bagi wanitanya terdiri dari :
a) Blus lengan pendek dengan lipatan kecil pada bagian lengan dan manik-manik
dari pita emas (badu)
b) Celana panjang dengan hiasan sama (puyuka)
c) Sarung sebatas lutut (lipa)
d) Selendang (silempang), dan
e) Ikat pinggang berwarna kuning.
13
Di samping pakaian utama di atas, masih dilengkapi dengan beragam
aksesoris yang semakin menambah gemerlapnya busana ini seperti ting-anting
panjang, gelang panjang, kalung panjang warna kuning, dan kembang goyang.
Sedangkan bagi kaum laki-laki, pakaian adat yang digunakan antara lain blus
lengan panjang berleher tegak, celana panjang, sarung selutut, dan tutup kepala yang
dinamakan dengan songgo.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut legenda, asal usul negeri Buol ialah : Pada waktu Kapal Nabi Nuh
sedang berlayar dan bertepatan dengan negeri Buol sekarang, tiba-tiba kapal tersebut
berputar tiga kali. Dari putaran itu timbul buih lautan yang sangat banyak. Dalam
bahasa Buol buih itu disebut “BWULYA”. Buih itu lama kelamaan mengeras dan
menjadi daratan dan bergunung-gunung. Gunung tertinggi adalah Pogogul. Dr. E. L.
Godee V. Mols Bergen menyebutnya Bool. Dari kata ‘Bwulya’ ini kemudian menjadi
Buol.
3.2 Saran
Penting untuk kita renungkan bersama sebagai generasi bangsa saat ini
mengenai pentingnya untuk selalu mengenang dan menjaga serta melestarikan
kebudayaan yang didaerah kita saat ini karena tanpa budaya kita tidak bisa
mengetahui lebih banyak mengenai peristiwa masa lampau yang dapat dijadikan
15
sejarah saat ini, oleh karenanya kita harus mampu mengembangkan dan menjaga
kebudayaan yang sejak lama telah tersimpan dengan baik oleh para leluhur kita yang
telah berlalu.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dunia-kesenian.blogspot.com>2015>05
https://www.kompasiana.com>whaone
https://kalimat.id>rumah-adat-sulawesi-tengah
www.wacana.co>2011/02>suku-banggai
17