Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN MATERNITAS

Cara melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil (Leopold,


menghitung DJJ dan mengukur panggul ibu hamil (Antropometri
panggul ibu hamil))

Disusun Oleh

Nama : Islammudin Afdol

Nim : 18.01.0023

Akademi Keperawatan Pangkalpinang


Tahun Akademik
2019/2020
Palpasi ( Meraba )Palpasi , di lakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan
usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasidi lakukan
dengan menggunakan metode Leopold , yakni :

1.Leopold I
Leopold I digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apayang ada dalam fundus,
dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan danmenghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu di
bengkokkan pada lutut danlipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian
atasfundus, lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnyakeras, bundar, dan
melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang bundar,dan kurang melenting.tinggi normal fundus
selama kehamilan dapat ditentukan

2.Leopold II
Leopold II digunakan untuk menetukan letak punggung anak dan letak bagian kecil pada anak.
Caranya :
a. Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
b. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perutsebelah kiri kea arah
kanan.
c. Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan
rasakan bagian apa yang ada di sebelah kanan (jika teraba benda yang rata,atau tidak teraba
bagian kecil, terasa ada tahanan, maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-
bagian yang kecil danmenonjol maka itu adalah bagian kecil janin)

3.Leopold III
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat
di bagian bawah dan apakah bagian anak sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Caranya :
a. Tangan kiri menahan fundus uteri.
b. Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jikateraba bagian tang bulat,
melenting keras, dan dapat digoyangkanmaka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian
yang bulat, besar,lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika
dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan
apakah janin dalam letak melintang
c. Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kananmenggoyangkan bagian
bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan
dari kepala janin, terutama ini ditemukan padausia kehamilan 5-7 bulan).4.
d. Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah
digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul,namun jika tidak dapat digoyangkan,
berarti kepala sudah
masuk panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untukmengetahui seberapa
jauh kepala sudah masuk panggul

4.Leopold IV
Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga punggung. Caranya :
a. Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
b. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
c. Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanandi bagian
bawah
d. Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk ke panggul
e. Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepalasudah masuk ke panggul
Pemeriksaan Denyut Jantung Janin pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) merupakan salah satu jenis pemeriksaan dalam rangkaian
pemeriksaan fisik pada kehamilan yang masuk dalam jenis pemeriksaan auskultasi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan janin dengan mendengarkan denyut jantung janin secara
langsung (irama, frekuensi).

Pemeriksaan DJJ Menggunakan Monoaural Stethoscope (Fetoscope/Leannex/Pinard)


Stetoskop janin atau Leannex adalah jenis stetoskop akustik yang berbentuk seperti terompet
pendengaran. Letaknya menempel pada perut ibu hamil untuk mendengarkan bunyi denyut jantung
janin. Alat ini berbentuk seperti tanduk berongga, sering terbuat dari kayu atau logam, panjangnya
sekitar 8 inci (200 mm). Fungsinya mirip dengan sangkakala dengan memperkuat suara. Pengguna
memegang ujung terompet yang lebar terhadap perut ibu hamil, dan mendengarkan melalui ujung
lainnya. Penggunaan Leannex ini merupakan pendukung awal kemajuan dalam perawatan prenatal,
termasuk pemantauan kesehatan janin lebih dekat.

Leannex terus digunakan di seluruh dunia, terutama oleh bidan, namun juga digunakan oleh dokter
dan perawat. Penggunaan Leannex memberikan alternatif untuk Doppler maupun USG yang lebih
mahal. Kadang-kadang bidan dapat mendengarkan denyut jantung janin dengan Leannex, tetapi jika
ibu hamil ingin mendengarkan DJJ janinnya juga, maka dapat menggunakan Doppler. Namun apabila
Doppler sering mentransmisikan banyak kebisingan dam hal ini dapat membingungkan, maka lebih
baik menggunakan Leannex.

Leannex dapat digunakan untuk menentukan posisi janin. Alat ini lebih tepat daripada perangkat
Doppler untuk tujuan ini. Perangkat Doppler mendeteksi nada jantung lebih jauh dari lokasi asal.
Leannex harus ditekan ke lokasi yang sangat dekat dengan jantung janin untuk mendeteksinya,
memberikan indikasi posisi janin yang lebih akurat. Dokter, perawat, atau bidan juga bisa
menggunakan palpasi dan auskultasi untuk menentukan posisi janin.

Langkah-Langkah Pemeriksaan
Pemeriksaan DJJ merupakan pemeriksaan auskultasi yang dilakukan pada bagian janin yang paling
terdengar jelas denyutannya (disebut dengan punctum maksimum). Punctum maksimum ditentukan
dari penilaian: presentasi janin, letak punggung janin dan apakah kepala janin sudah masuk panggul
atau belum. (Pelajari pada materi PEMERIKSAAN PALPASI LEOPOLD pada link
berikut: https://oshigita.wordpress.com/2013/10/31/pemeriksaan-palpasi-leopold/)
Punctum maksimum dibagi berdasarkan 4 kuadran, dan dapat terletak di atas pusat, kiri atas pusat,
kiri pusat, kiri bawah pusat, bawah pusat, kanan atas pusat, kanan pusat, kanan bawah pusat, dan di
pusat.

–> Apabila presentasi kepala, belum masuk PAP dan letak punggung kanan maka punctum
maksimum berada di kanan pusat.
–> Apabila presentasi kepala, sudah masuk PAP dan letak punggung kanan maka punctum maksimum
berada di kanan bawah pusat.
–> Apabila presentasi kepala, belum masuk PAP dan letak punggung kiri maka punctum maksimum
berada di kiri pusat.
–> Apabila presentasi kepala, sudah masuk PAP dan letak punggung kiri maka punctum maksimum
berada di kiri bawah pusat.
–> Apabila presentasi bokong, belum masuk PAP dan letak punggung kanan maka punctum
maksimum berada di kanan atas pusat.
–> Apabila presentasi bokong, sudah masuk PAP dan letak punggung kanan maka punctum
maksimum berada di kanan pusat.
–> Apabila presentasi bokong, belum masuk PAP dan letak punggung kiri maka punctum maksimum
berada di kiri atas pusat.
–> Apabila presentasi bokong, sudah masuk PAP dan letak punggung kiri maka punctum maksimum
berada di kiri pusat.
–> Apabila posisi janin melintang punctum maksimum berada di pusat
Setelah menentukan Punctum Maximum, maka lakukan teknik berikut:

Teknik:
1. Raba nadi (arteri radialis) ibu, lalu rasakan denyutannya.
2. Tempelkan telinga pada ujung Laennec dengan lubang yang lebih kecil, dengan tangan tetap
merasakan nadi ibu.
3. Dengarkan detak jantung janin dengan tangan tidak memegang Laennec.
4. Dengarkan detak jantung janin yaitu dengan ritme denyutan lebih cepat dari denyut nadi ibu.
5. Nilai ritmenya (apakah beraturan atau tidak, adakah henti jantung sesaat).
6. Nilai frekuensinya, hitung selama satu menit penuh.

Pemeriksaan Fisik pada Panggul ibu hamil (Antropometri pada ibu hamil)
Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat antenatal atau melalui pemeriksaan panggul saat inpartu.
Pemeriksaan panggul dapat dilakukan dengan cara pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal.

Pemeriksaan Antropometri Antenatal

Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai pada antropometri  adalah tinggi
badan ≤145 cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan dengan ukuran janin
yang besar), dan BMI ibu >30.

Pelvimetri Eksternal

Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan instrumen yang disebut Berisky


pelvimeter. Pada pelvimetri eksternal dilakukan pengukuran jarak antara krista iliaka, jarak antara
spina iliaka anterior-superior, jarak intertrokanter, jarak diagonal transversal area Michaelis-sakrum,
dan intertuberositas.

Pelvimetri Internal

Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui pelvimetri internal. Pelvimetri internal
dilakukan dengan cara vaginal toucher (VT)/ pemeriksaan dalam menggunakan jari telunjuk dan
tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah
panggul (RTP), dan pintu bawah panggul (PBP).

Pemeriksaan Obstetri

Pada pemeriksaan obstetri ibu nulipara bila bagian terbawah janin tidak masuk ke PAP pada usia
kehamilan >36 minggu, perlu dicurigai adanya CPD. Pada keadaan multipara penurunan janin
biasanya terjadi saat proses persalinan dimulai.[24] Pada pemeriksaan Leopold IV, penurunan kepala
2/5 menunjukkan proses engagement sudah terjadi dan kemungkinan CPD setinggi PAP dapat
disingkirkan.

Tanda Klinis Intrapartum

Tanda klinis CPD yang dapat ditemukan saat intrapartum adalah kepala janin tidak kunjung masuk
PAP serta pendataran (effacement) dan dilatasi serviks yang lambat walaupun kontraksi uterus baik.
[25] American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan beberapa literatur lain
menyetujui bahwa diagnosis CPD baru bisa ditegakkan pada saat inpartu/ percobaan persalinan.
Jika CPD dicurigai pada saat proses persalinan, evaluasi kembali hal-hal berikut:

 Ukuran dan bentuk panggul

 Presentasi dan posisi janin

 Ada tidaknya molase atau caput succedaneum pada kepala janin

 Aktivitas janin

 Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak

 Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus

 Dilatasi dan pendataran serviks

 Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
(sistem station).

Pemeriksaan Penunjang

Pelvimetri X-ray

Indikasi dilakukannya pemeriksaan radiologi pelvimetri antenatal adalah kecurigaan CPD dan
presentasi sungsang yang menetap. Pemeriksaan pelvimetri menggunakan sinar X digunakan untuk
menentukan diameter pelvis dan diameter kepala janin dan membantu untuk memutuskan metode
persalinan yang tepat.

Radiologi pelvimetri digunakan untuk mengevaluasi passageway dan passenger. Beberapa parameter


yang didapat dari pelvimetri adalah jarak konjugata vera, diameter transversal PAP dan PBP, diameter
interspinarum, dan diameter sagital dari permukaan simfisis pubis ke permukaan sakrum setinggi
spinosus.
Lingkar PAP dan PBP dihitung dari ukuran anteroposterior pelvis dan diameter transversal
menggunakan rumus (ap + dt x 1,57). Pelvimetri dengan sinar X dilakukan hingga tahun 2003,
kemudian mulai digantikan dengan magnetic resonance imaging (MRI) pelvimetri pada tahun 2004.
Coherence Tomography (CT) Pelvimetri
CT pelvimetri mulai digunakan sejak tahun 1990-an, menggunakan dosis radiasi yang jauh lebih
rendah dibanding sinar X dan waktu pemeriksaan lebih singkat sehingga pasien lebih nyaman saat
pemeriksaan. Namun, CT pelvimetri tidak menunjukkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan
pelvimetri X-ray.

MRI Pelvimetri

MRI pelvimetri pertama kali diperkenalkan oleh Stark, et al. MRI pelvimetri digunakan sebagai
pemeriksaan yang aman dan dapat diandalkan untuk menilai keadaan pelvis pasien dibandingkan
teknik radiologi menggunakan sinar x. Banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan potensi
penggunaan MRI pelvimetri pada antenatal untuk memperkirakan prognosis persalinan per vaginam.
Pemeriksaan MRI pelvimetri menurunkan jumlah sectio caesarea emergensi secara signifikan.
Keuntungan MRI pelvimetri adalah tidak ada paparan radiasi pengion, pengukuran lebih akurat,
memperoleh gambaran keseluruhan janin, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan
distosia akibat jaringan lunak. Namun, beberapa penelitian gagal membuktikan akurasi MRI
pelvimetri untuk menentukan apakah seorang ibu hamil memerlukan tindakan SC atau tidak.

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) digunakan untuk memperkirakan ukuran kepala janin dan taksiran berat badan
janin.

Fetal Pelvic Index (FPI) , yang diperkenalkan pertama kali oleh Thurnau dan Morgan, dapat
memperhitungkan komponen lingkar kepala janin dan lingkar abdomen dari hasil ultrasonografi
dengan ukuran PAP dan PBP pasien dari pelvimetri. Nilai FPI yang positif berarti ukuran janin lebih
besar dari ukuran pelvis, sedangkan hasil yang negatif berarti ukuran janin lebih kecil dari ukuran
pelvis.
USG juga dapat mendeteksi kelainan kongenital seperti hidrosefalus yang dapat menyebabkan CPD.
Diameter biparietal kepala janin >12 cm menunjukkan CPD absolut.

Taksiran berat janin >4.000 gram dari hasil ultrasonografi memperkirakan janin makrosomia. Janin
makrosomia umumnya memiliki ukuran kepala lebih besar dan tengkorak yang mengalami kalsifikasi
lebih dibanding janin ukuran normal sehingga lebih sulit terjadi molase/ moulding yang kemudian
dapat menimbulkan CPD.

Anda mungkin juga menyukai