Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

OLAHRAGA PADA KONDISI KHUSUS

Di Susun Oleh
Kelompok 1:
1. Ade Dei
2. Sidik Puranto
3. Husin

Dosen Pembimbing
Desi Tri Susanti, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
MUARA BUNGO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan "Olahraga pada kondisi
khusus". Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah yang diberikan kepada
penyusun. Meskipun banyak hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya,
namun akhirnya penyusun berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
olahraga pada kondisi yang khusus yang terjadi pada sebagian orang, yang penyusun sajikan
makalah ini dari berbagai sumber.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca.

Muara Bungo, Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Olahraga Pada Penderita Asma ................................................................................ 3
B. Olahraga Pada Penderita Jantung Koroner .............................................................. 6
C. Olahraga Pada Penderita Obesitas ........................................................................... 9
D. Olahraga Pada Jamaah Haji ..................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
B. Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Olahraga dan kesehatan merupakan kebutuhan bagi setiap orang,
karena semua orang pasti ingin sehat, tidak seorangpun yang ingin sakit atau
terganggu kesehatannya. Apabila kita sering berolahraga tubuh kita akan
kebal dengan beberapa penyakit dibandingkan dengan yang jarang
berolahraga. Pentingnya olahraga bagi tubuh dapat diilustrasikan seperti
mesin yang tidak pernah digunakan atau digerakan, lambat laun bagian-
bagian dari mesin akan rusak karena tidak terlatih untuk terus bergerak atau
bekerja. Demikian pula tubuh, jika kurang gerak tubuh akan menjadi
bermasalah dan tidak sehat. Dengan berolahraga tidak hanya otot-otot yang
terlatih, sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh pun menjadi lancar sehingga
metabolisme tubuh menjadi optimal. Tubuh akan terasa segar dan otak
sebagai pusat saraf pun akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu olahraga dan
kesehatan merupakan dua hal yang berhubungan satu sama lainnya.
Menurut KDI-Keolahragaan (2000:35) kata olahraga berasal dari kata
olah dan raga. Olah berarti upaya untuk merubah, mematangkan atau
menyempurnakan. Raga mengacu pada bagian kasat mata dari manusia yang
tak dapat dipisah-pisahkan dari manusia seutuhnya yang memiliki potensi
untuk bergerak. Sedangkan sehat menurut UU No. 23/1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut pengertian tersebut maka kesehatan harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial yang
berkontribusi membentuk suatu kemungkinan untuk seseorang produktif
dalam kehidupan sosial dan ekonominya.
Olahraga sendiri merupakan suatu aktivitas yang melibatkan fisik,
gerak aturan-aturan tertentu dan prinsip-prinsip yang mengarah tercapainya
tujuan yang dikehendaki. Olahraga mempunyai beberapa tujuan diantaranya

1
untuk mendapatkan kesenangan, mendapatkan kesehatan bagi tubuh dan juga
dapat sebagai sarana dalam meraih prestasi.
Olahraga dan kesehatan merupakan dua hal yang berhubungan satu
sama lainnya. Olahraga sendiri bisa diartikan suatu kegiatan untuk melatih
kondisi fisik tubuh agar selalu sehat, dengan berolahraga kita bisa
menciptakan pola hidup sehat. Menurut dr. Novita Intan Arovah, olahraga
atau latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik (kebugaran)
dan meningkatkan kesehatan dengan menurunkan faktor resiko terjadinya
gangguan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagi berikut ini :
1. Olahraga pada penderita asma
2. Olahraga pada penderita jantung koroner
3. Olahraga pada penderita obesitas
4. Olahraga pada para jemaah haji

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah itu sendiri adalah sebagai berikut ini :
1. Untuk mengetahui olahraga pada penderita asma
2. Untuk mengetahui olahraga pada penderita jantung koroner
3. Untuk mengetahui olahraga pada penderita obesitas
4. Untuk mengetahui olahraga pada para jemaah haji

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Olahraga Pada Penderita Asma


Di Indonesia, Asma termasuk sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) diberbagai Propinsi di Indonesia. Pada SKRT 1992, Asma, Bronkitis
kronik dan Emfisema sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau
sebesar 5,6 %. Tahun 1995, asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000,
dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000 (Prasetyo,
2010).
Selama ini masih terdapat keraguan dalam masyarakat mengenai
latihan fisik (kegiatan jasmani) bagi penyandang asma, sebab latihan fisik
atau kegitan jasmani kadang justru dapat mencetuskan serangan asma yang
dikenal dengan istilah Exercise Induced Asthma(EIA). Meskipun latihan fisik
atau kegiatan jasmani dapat menimbulkan serangan asma, hal ini tidak
bolehmenjadipenghalang bagi penderita asma untuk tetap melakukan latihan
fisik atau kegiatan jasmani. Untuk itu perlu masukan dan bahkan perubahan
persepsi bagi masyarakat luas dan bagi penyandang asma itu sendiri bahwa
peranan latihan fisik atau kegiatan jasmani bagi penyandang asma juga
penting artinya.
Sebagian besar masyarakat kita saat ini telah menyadari pentingnya
untuk melakukan olahraga. Pada umumnya mereka berolahraga dengan
tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Namun ada
pula sebagian masyarakat yang melakukan olahraga dengan tujuan untuk
mencapai suatu prestasi. Olahraga biasa dibedakan menjadi olahraga prestasi,
olahraga rekreasi, olahraga kesehatan dan olahraga pendidikan. Aktivitas
olahraga tersebut dapat dilakukan oleh semua orang termasuk pada penderita
asma.
Banyak orang penderita asma mungkin merasa takut melakukan
aktivitas olahraga karena olahraga juga merupakan salah satu pencetus

3
munculnya serangan asma, dimana dokter Rogger catz dari Universitty of
california menyatakan bahwa sekitar 80% penderita asma yang disebabkan
oleh alergi dan demam 40 %, diantaranya juga memiliki asma yang
disebabkan oleh olahraga atau istilah medisnya Exercise induced asthma
(EIA). Tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang untuk melakukan kegiatan
olahraga, karena dengan olahraga yang baik dan teratur akan dapat
mengurangi kekambuhan dan juga mengurangi ketergantungan obat asma.
Disamping itu seperti kita ketahui bahwa beberapa atlet olimpiade
juga adalah penderita asma, namun mereka tetap dapat mencapai prestasi
yang maksimal. Bagi penderita asma aktivitas olahraga dapat berguna untuk
kesehatan mereka yaitu bertujuan untuk meningkatkan kebugaran dan daya
tahan tubuh, mengurangi dosis obat, serta meringankan dan menjarangkan
kekambuhan.
Olahraga yang dapat untuk mencapai tujuan tersebut diatas adalah tipe
olahraga yang memaksa seseorang untuk menghadapi kurang oksigen dan
banyaknya karbondioksida didalam tubuh, sehingga membuat penderita
menjadi teradaptasi menghadapi serangan asma. Hal tersebut dapat diperoleh
apabila seseorang melakukan aktivitas olahraga aerobik dengan teratur dan
dengan dosis yang tepat.
Melakukan olahraga aerobik teratur dan sering, dengan intensitas yang
akurat, mendatangkan manfaat fisiologis yang sama bagi penderita asma
maupun bukan, tetapi pada penderita asma mendapat nilai tambah. Hal ini
dapat disebabkan karena fungsi sistem respirasi menjadi lebih efisien yang
ditandai oleh menurunnya ventilasi paru untuk beban kerja pada umumnya,
meningkatnya kapasitas pernafasan maximal (maximal breathing capacity),
berkurangnya volume udara residu (udara sisa) yang disebabkan oleh
berkurangnya udara yang terperangkap dan adanya pola ventilasi paru yang
lebih efisien. Hal ini berarti bahwa penderita asma yang terlatih secara
aerobik (mempunyai VO2 max yang baik) mempunyai kemampuan yang
lebih baik dibandingkan dengan yang tidak terlatih, dan memiliki obstruksi
saluran nafas yang ringan atau sedang.

4
Meningkatnya kebugaran aerobik juga bermanfaat bagi aspek
psikologis dan sosiologis dengan meningkatnya rasa percaya diri, penerimaan
dan penghargaan yang lebih baik dari kelompok sebayanya dan orang tuanya,
yang akan membantunya menghilangkan stigma buruk sebagai penderita
asma. Hal yang juga penting untuk diketahui para penderita asma adalah
menyadari bahwa dengan kemauan dan latihan, mereka pada umumnya dapat
berkompetisi dengan baik dengan rekanrekannya yang non-asma.
Dalam melakukan aktivitas olahraga penderita asma, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan sehingga akan dapat bermanfaat dan tidak
mencetuskan serangan asma, yaitu:
1. Latihan atau permainan hendaknya didahului dengan pemanasan dengan
intensitas yang cukup sampai terjadi sedikit peningkatan pengeluaran
keringat.
2. Jenis latihan yang diperlukan adalah latihan aerobik, dimana latihan ini
hendaknya dilakukan dengan intensitas antara 50-85% VO2 max., atau
65-85% denyut jantung maximal untuk meningkatkan kebugaran
Kardiorespirasi.
3. Setiap sesi hendaknya berlangsung dengan durasi antara 15-60 menit.
Bagi mereka yang sangat tidak bugar pada awal sesi dapat dibatasi
sampai 15 menit, tetapi hendaknya direncanakan untuk minimal
mencapai 30 menit
4. Latihan dilakukan 3-4 kali/minggu adalah cukup. Kemajuan yang lebih
besar dapat diperoleh dengan latihan yang lebih sering, tetapi
peningkatannya tidak terlalu besar.
5. Bila penderita asma sangat tidak bugar, maka program latihan dapat
dimulai dengan berjalan, karena latihan ini mempunyai asmagenitas yang
rendah dan menyiapkan otot-otot, untuk latihan dengan intensitas yang
lebih tinggi di waktu kemudian. Bila tingkat kebugarannya meningkat,
terutama dalam hal sistem muskuloskeletalnya, maka intensitas latihan
dapat ditingkatkan dengan melakukan interval training tingkat rendah
yang terdiri dari latihan jalan dan lari santai (jogging). Latihan kemudian

5
dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi dengan menggunakan
latihan interval 10-30 detik diikuti dengan periode istirahat 30-90 detik.
Banyak olahraga beregu yang ideal untuk penderita asma, oleh karena
pola penggunaan daya (energi) dalam olahraga beregu itu bersifat
intermiten.
6. Setiap sesi latihan atau permainan hendaknya diakhiri dengan
pendinginan, dengan melanjutkan kegiatan ritmik ringan, sampai denyut
jantung menurun sekitar 20x/menit lebih rendah dari pada ketika
melakukan latihan.
Ada beberapa keadaan/kondisi yang harus diperhatikan penderita
asma untuk menghindari atau menghentikan olahraga, yaitu:
1. Bila penderita asma telah mendapat pengobatan pra-latihan tetapi masih
mengalami bronchokonstriksi, maka dianjurkan untuk menghentikan
latihan, karena apabila dilanjutkan akan memperberat
bronchokontriksinya.
2. Penderita yang menjadi mengi (nafasnya berbunyi) ketika mengikuti
olahraga hendaknya tidak melanjutkan aktivitasnya saat itu, namun bila
inhalasi 2-agonist dapat menyembuhkan brochokonstriksinya, maka ia
dapat kembali melanjutkan kegiatannya.
3. Olahraga hendaknya dihentikan bila nilai PEFR-nya kurang dari 80%
dari nilai terbaiknya. Melakukan kegiatan berat selama bronchokonstriksi
dapat menyebabkan tingkat kejenuhan O2 darah arteri sangat menurun,
terjadi akumulasi CO2 dan hiperventilasi paru yang menyebabkan
meningkatnya udara residu. Hal ini menyebabkan terjadinya dyspnoe
(sesak nafas) yang berat, broncho-konstriksi yang semakin berat dan
kelelahan otot-otot respirasi.

B. Olahraga Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK), yang disebut juga penyakit arteri
koroner adalah suatu penyakit dimana arteri koroner pada jantung yang

6
berfungsi mensuplai oksigen dan nutrisi pada otot jantung, tidak kuat dalam
menjalankan fungsi normalnya. PJK terjadi ketika sebuah plak arterosklerotik
menebal dan mengeras terjadi di arteri koroner. Secara klinis, pada penderita
PJK yang respon terhadap obat-obatan, sementara manfaat aktifitas fisik jauh
lebih besar daripada resikonya.
Aktifitas fisik sama efektifnya dengan pemberian obat-obatan untuk
mencegah komplikasi sekunder. Aktifitas atau olahraga dengan intensitas
ringan sampai sedang memiliki banyak manfaat bagi penderita penyakit
jantung koroner, mencegah pembuluh darah mengalami penyempitan lebih
lanjut, mencegah pembekuan darah, mempertahankan irama jantung yang
normal. Terdapat sebuah studi yang menemukan pasien dengan PJK yang
mengikuti latihan, mengurangi tingkat kematian akibat PJK sebanyak 20-25
%. Ini merupakan bukti kuat bahwa latihan fisik mempengaruhi perbaikan
penyakit jantung. Latihan aerobik atau cardio dapat meningkatkan
kemampuan tubuh dalam menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi
yang digunakan untuk bergerak. Latihan aerobik meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi. Rekomendasi latihan untuk penderita PJK adalah 30-60 menit
per hari, dan dilakukan 3-5 kali seminggu
American Heart Association (AHA) dan American College of Sport
Medicine (ACSM) merekomendasikan bagi para penderita untuk
mengkonsultasikan dan mendapat persetujuan dokter tentang latihan fisik
yang diperbolehkan. Hal ini disebabkan, latihan fisik yang tanpa pengawasan
dapat menjadi menakutkan bagi penderita PJK yang pernah mengalami
serangan jantung. Namun terdapat penelitian tentang penderita PJK yang
melakukan olahraga secara tepat, menunjukan bahwa hanya terdapat satu
kematian dan serangan jantung setiap 294.000 jam latihan (Shipe, 2012).
Baik olahraga aerobik maupun resistance training aman bagi penderita
PJK, dengan catatan olahraga tersebut dilakukan secara benar dan program
latihannya disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Dengan memberikan
program latihan yang tepat, diharapkan pada penderita untuk dapat mengelola
atau mengurangi beban penyakit, meningkatkan toleransi latihan, fungsi fisik

7
dan kualitas hidup, dan mengurangi resiko terjadinya serangan jantung
sekunder. Latihan aerobik atau cardio dapat meningkatkan kemampuan tubuh
dalam menggunakan oksigen untuk menghasilkan energi yang digunakan
untuk bergerak. Latihan aerobik meningkatkan daya tahan kardiorespirasi.
Rekomendasi latihan untuk penderita PJK adalah 30-60 menit per
hari, dan dilakukan 3-5 kali seminggu. Dalam sesi yang lebih pendek bisa
dilakukan 5- 10 menit dan diakumulasikan sampai satu hari.
Intensitas latihan dapat dimulai mulai latihan yang paling ringan, dan
selanjutnya dapat ditingkatkan ke tahap yang lebih berat dengan proporsi
denyut jantung maksimal (50-80%). Penderita yang mengalami angina pada
saat aktifitas, disarankan melakukan aktifitas yang mencapai denyut jantung
maksimal 10 denyut per menit dibawah denyut jantung pada saat terjadi
iskemia atau gejala abnormal lainnya. Kekuatan otot pada penderita PJK
dapat ditingkatkan dengan melakukan kombinasi latihan ketahanan dinamik
dan aerobik.
Sedangkan latihan isometrik (statis) harus dihindari karena dapat
menyebabkan tekanan berlebihan pada otot jantung. Latihan ketahanan harus
dimulai dari 30-50% satu repetisi maksimal (1 RM), dan intensitas tidak
boleh melebihi berat yang dapat diangkat 12-15 pengulangan.. Hal tersebut
dapat dilakukan 2- 3 hari dalam seminggu dan termasuk satu set 8-10 latihan
untuk melatih semua kelompok otot. Dengan melihat perkembangan pasien,
jumlah set dapat ditingkatkan sampai 3 set dan intensitas latihan dapat
ditingkatkan hingga 60-70% satu repetisi maksimal (1RM). Sertakan jeda
pemulihan minimal 1 menit pada setiap set nya (exercisemedicine.org.au).
Latihan jalan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bentuk
latihan yang lainnya pada fase awal program latihan jantung. Program latihan
jalan cepat dapat menghasilkan perbaikan yang substansial dalam kondisi
fisik enderita PJK. Latihan berjalan dapat dilakukan dengan mudah, dan
resiko cedera lebih rendah dibandingkan jogging atau lari. Latihan aerobik
(jalan) dapat meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan, peningkatan fungsi

8
kardiovaskular, mengurangi denyut jantung, dan tekanan darah pada
penderita PJK.

C. Olahraga Pada Penderita Obesitas


Permasalahan kegemukan atau di kenal dengan obesitas adalah
masalah utama yang dihadapi di jaman modern ini terutama sekali bagi
negara-negara maju.
Banyak di kota-kota besar kita lihat bapakbapak maupun ibu-ibu yang
dipapah oleh orang lain dalam berjalan karena otot-otot tungkainya tidak
mampu menopang berat badan yang berlebihan. Dengan semakin maju
teknologi serta makin berkembangnya perekonomian dan meningkatnya daya
beli masyarakat akan membawa dampak yang sangat luas baik dari segi
positif maupun dari segi negative. Dari satu sisi manusia sangat merasa
terbantu dan menjadi mudah untuk mendapatkan sesuatu dengan
berkembangnya alat transportasi, dan alatalat rumah tangga yang
menggunakan teknologi tinggi.
Namun di sisi lain tanpa disadari hal ini akan sangat merugikan sekali
terutama dalam hal-hal yang dapat menurunkan aktivitas mereka yang
berpengaruh terhadap penurunan kualitas kerja. Tersedianya teknologi tinggi
akan dapat mengurangi aktiviats fisik seseorang sehingga membuat seseorang
akan menjadi malas untuk melakukan aktivitas fisik. Penimbunan lemak dan
asam laktat yang berlebihan di dalam tubuh manusia adalah penyebab utama
terjadinya obesitas.
Hal ini terutama terjadi setelah seseorang mengalami penurunan
kapasitas fungsi organ-organ fungsional tubuh yakni ketika seseorang
berumur 30 tahun ke atas. Pada usia-usia ini seseorang biasanya tidak
produktif didalam beraktivitas, mereka malas bergerak atau melakukan
aktivitas fisik karena disebabkan oleh factor penurunan fungsi organ-organ
tadi. Ketidak produktipan organ-organ dan pola mengkonsumsi makanan
yang berlebihan atau tidak proporsional dangan aktivitas mereka akan sangat
berpeluang mengakibatkan obesitas.

9
Manfaat dari olahraga terhadap peningkatan dan pemeliharaan
kapasitas organ-organ tubuh umumnya dan khususnya terhadap
penanggulangan terjadinya obesitas telah banyak diteliti oleh para ahli
dibidang olahraga dan kesehatan.
Aktivitas fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya
kapasitas organ-organ faal tubuh. Terpeliharanya kapasitas organorgan faal
tubuh akan dapat memperlancar semua system yang terdapat didalam tubuh.
Khusus berfungsinya secara baik organorgan system pencernaan akan dapat
memperlancar proses metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun
asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan
asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi terjadinya obesitas.
Ada tiga bagian yang utama adaptasi aerobik yang terjadi sebagai akibat dari
melakukan aktivitas fisik yang teratur, yaitu :
1. meningkatnya kandungan mioglobin,
2. Meningkatnya oksidasi karbohidrat,
3. Meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak akan sangat
mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah kulit. Meningkatnya
kapasitas otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakuka olahraga
berhubungan dengan factor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas
dari jaringan lemak untuk diubah menjadi glikogen dan meningkatnya
aktivitas enzim yang terlibat dalam transportasi dan pemecahan asam
laktat.
Banyak lemak yang teroksidasi berarti pengurangan penumpukan
asam laktat. Banyak di antara mereka yang melakukan olahraga belum
mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan tersebut sudah dapat merangsang
organ-organ fisiologis atau belum, ataukah latihan olahraga yang mereka
lakukan itu justru dapat merusak orga-organ fisologis dan anatomis mereka.
Hal inilah yang sering dilupakan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas
olahraga. aktivitas aerobik adalah merupakan aktivitas yang terpenting untuk
semua orang, tidak pandang umur, jenis kelamin, tingkat kesehatan,
kebugaran atau setatus sosial ekonomi.

10
Latihan-latihan aerobik juga merupakan latihan yang paling efektif
untuk mengurangi kegemukan kalau dilakukan dengan benar. Latihan-latihan
aerobik yang dimaksud adalah; berjalan, jogging, berenang, bersepeda,
menari, permainan dengan bola dan raket (seperti; bulu tangkis, basket,
squash, tenis).
Bagi mereka yang cukup sehat dan memiliki kebugaran yang baik
petunjuk resep “FITT” dapat memberikan manfaat yang maksimal (terutama
kebugaran erobik) dan resiko minimal. Berikut dikemukakan resep “FITT”
bagi mereka yang cukup bugar dan sehat:
F = Frekuensi : 3 sampai 5 kali seminggu (2 hari sekali bila 3 kali
seminggu).
I = Intensitas: Kurang lebih 60-85% dari denyut jantung maksimal. Ini
umumnya latihan dilakukan sampai berkeringat dan bernapas dalam
tanpa menimbulkan sesak napas atau timbul keluhan (seperti nyeri dada
atau pusing).
T = Tipe (macam): Suatu kombinasi dari latihan aerobik dan aktivitas
kalestenik. Pilihan aktivitas atas dasar selera, keadaan kebugaran,
tersedianya fasilitas, dan kemampuan.
T = Time (waktu): 15-60 menit latihan aerobik secara terus menerus.
Sebelumnya didahului 3-5 menit pemanasan dan diakhiri oleh 3-5 menit
pendinginan berupa latihan kalestenik.
Diantara contoh latihan resep “FITT” lainnya untuk seseorang yang
sangat tidak bugar;
F = Frekuensi: Beberapa kali sehari,
I = Intensitas : Sangat rendah, misalnya kurang dari 60% dari denyut
jantung maksimal.
T = Tipe : Berjalan pelan di tempat datar dengan jarak aktivitas pendek dan
latihan kalestenik ringan,
T = Time : Kurang dari 15 menit latihan aerobik ringan atau kalestenik.

11
Bila timbul tanda-tanda yang tidak diinginkan (seperti nyeri dada,
sesak napas) hentikan latihan. Bila bertambah baik dan kondisinya juga
membaik dapat ditingkatkan frekuensi, intensitas, macam dan waktu latihan.

D. Olahraga Pada Para Jemaah Haji


Kesehatan haji merupakan modal dalam perjalanan ibadah haji tanpa
kondisi kesehatan yang memadai pencapaian peribadahan tidak maksimal
Pemeriksaan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan diantaranya adalah
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang medis dan penetapan diagnosis
serta pelaksanaan pembinaan, pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
(CJH) yang dikelompokkan menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut
dan pemeriksaan khusus. Kesehatan calon jemaah haji sebelum
keberangkatan diwajibkan pada jemaah haji yang memiliki beresiko tinggi.
Jemaah haji resiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang
beresiko mengalami peningkatan kesakitan dan kematian selama perjalanan
ibadah haji seperti jemaah haji usia lanjut.
Pembinaan Kesehatan Haji (Pasal 4) dalam Permenkes Nomor 62
Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji Pembinaan Kesehatan
Haji diselenggarakan secara terpadu, terencana, terstruktur, dan terukur
melalui serangkaian kegiatan promotif dan preventif yang dimulai pada saat
Jemaah Haji mendaftar sampai kembali ke Indonesia.
Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan
kondisi kesehatan calon jemaah haji di kota Bandung.
Tetapi calon jemaah haji tidak menyadari betapa pentingnya
mempersiapkan dan menjaga kondisi fisik dalam melaksanakan ibadah haji.
Permasalahan yang terjadi pada calon jemaah haji tidak memperhatikan
kesehatan seperti kurangnya olahraga secara rutin, pola makan yang tidak
teratur seperti makan tidak pada waktunya, banyak mengkonsumsi makanan
berlemak dan kolesterol, melakukan aktifitas berlebihan yang dapat menguras
tenaga.

12
Pola hidup sehat secara fisik adalah olahraga secara teratur, makanan
yang teratur dan bergizi, tes kebugaran dan melakukan jalan-jalan ke tempat
yang ramai untuk melakukan tes mental dan harus siap sebelum
keberangkatan.
Idealnya jamaah perlu waktu tiga bulan untuk mempersiapkan fisik
sebelum berangkat haji. Olahraga yang dianjurkan pun yang sederhana saja,
semisal jalan pagi, renang hingga bersepeda.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan olahraga dengan kesehatan yang linier dan berbanding
lurus memberikan pengertian bahwa kesehatan kita didukung oleh seberapa
sering dan konsistennya kita dalam melakukan olahraga. Olahraga atau
latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik (kebugaran) dan
meningkatkan kesehatan dengan menurunkan faktor resiko terjadinya
gangguan kesehatan. Olahraga juga dapat memberikan banyak manfaat bagi
kesehatan, yaitu: dapat meningkatkan daya pikir otak, meningkatkan daya
tahan tubuh, menghilangkan resiko stress, pencegahan, pengobatan,
membentuk tubuh yang ideal dan lain-lain.
Aktifitas atau olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang
memiliki banyak manfaat bagi penderita penyakit jantung koroner, mencegah
pembuluh darah mengalami penyempitan lebih lanjut, mencegah pembekuan
darah, mempertahankan irama jantung yang normal.
Aktivitas fisik (olahraga) juga sangat berpengaruh terhadap
terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh.
Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan dapat
memperlancar semua system yang terdapat didalam tubuh.
Khusus berfungsinya secara baik organ-organ system pencernaan akan
dapat memperlancar proses metabolisme sehingga penimbunan lemak
maupun asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan penimbunan
lemak dan asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi terjadinya
obisitas.

14
B. Saran

Untuk penerapan olahraga bagi yang berkebutuhan khusus atau


berkepentingan khusus tidak semudah teorinya, perlu banyak pertimbangan
dan kondisi-kondisi yang sesuai dengan keadaan pelakunya. Oleh karena itu
perlu diperbanyak teori-teori lagi dari para ahli untuk lebih meminimalisir
dampak negatif olahraga bagi yang berkebutuhan khusus.

15
DAFTAR PUSTAKA

Afriwardi. 2008. Latihan Fisik Mencetuskan Asma. Majalah Kedokteran Andalas


No.1 Volume 32
Anonim. Modul VI. Olahraga Pada Lanjut Usia. Jurusan Pendidikan Olahraga,
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Tersedia pada file.upi.edu/...
OLAHRAGA/.../MODUL_VIOLAHRAGA_PADA_LANJ...
Abdul Kadir Ateng. 1986. Pendidikan Jasmani : Sport dan Rekreasi Jakarta :
FPOK IKIP.
Bompa TO, 1990. Theory and Methodology of Training. 1st ed., IOWA
Kirkendall/Hunt. Pub. Company. pp. 263-265, 318-321.
C.K. Giam. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa Aksara.
Depdikbud. 1977/1998. Asas-Asas Pengetahuan Umum Olahraga untuk SGO.
Jakarta : Proyek Pengadaan Buku SPG.
Giriwijoyo S. 2007. Ilmu Faal Olahraga. Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan
Indonesia.
Jonathan Kuntaraf, Kahleen l. Kuntaraf.1992. Olahraga Sumber Kesehatan
(terj.Eddy E. Saerang). Indonesia : Indonesia Publishing House.
Kushartanti W. 2002. Kesehatan Olahraga Kuratif. Klinik Kebugaran FIK UNY
Nugroho S. 2006. Terapi pernafasan pada penderita asma. Pendidikan Olahraga
Kesehatan Fakultas Ilmu Keolahragan Universitas Negeri Yogyakarta
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. ASMA. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
Purwanto S. 2004. Pendidikan Jasmani Untuk Penderita Asma. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Resti IB. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada
Penderita Asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan (JIPT) Volume 2 No 1
tahun 2014

16
Rengganis I. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI. Majalah Kedokteran Indonesia,
Vol: 58, Nomor:11, Nopember 2008
Widjayanegara. 2014. Senam Asma Mengurangi Kekambuhan dan Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Penderita Asma di Poliklinik Paru Rumah Sakit
Umun Daerha Wangaya Denpasar. Universitas Udayana.

17

Anda mungkin juga menyukai