Anda di halaman 1dari 11

PENGKAJIAN FISIK

By NLP Yunianti SC

Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: pendekatan Head to


Toe dan system tubuh. Secara rinci meliputi hal berikut ini:

1.    Head to toe (kepala ke kaki)


Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke
kaki. Mulai dari :
a)    Keadaan umum
Penampilan, posisi saat dikaji, postur tubuh, ekspresi wajah, serta bahasa tubuh.
b)   Kulit
Kulit merupakan cermin dari kesehatan seseorang secara menyeluruh dan
perubahan yang terjadi pada kulit umumnya berhubungan dengan penyakit.
Tampilan umum kulit dikaji dengan mengamati :
·   Warna,suhu, kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus)
·   Lesi,vaskularisasi.
·   Kondisi rambut serta kuku.
·   Turgor kulit,edema.
·   Warna kulit dikaji dengan mengamati warna gading,cokelat
·   Kulit yang terluka dikawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya
matahari cenderung lebih berpigmen dari tubuh lainnya
·   Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari dan
inflamsi akan terjadi perubahan kemerah-merahan pada kulit.
·   Kurangnya vascularisasi kulit ,terlihat jelas pada daerah conyunctiva.
Kebiru-biruan pada siaanosis menunjukan hypoksia seluler dan mudah
terlihat pada ektermitas,dasar kuku bibir serta membrand mucosa
·   Kulit yang menguning berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin
serum.
·   Mengkaji pasien dengan kulit gelap. 
·   Gradasi warna yang terjadi pada yang berkulit gelap ditentukan :
·   Perubahan warna.
·   Mengkaji lesi kulit.

Pemeriksaan Fisik 1
Untuk menentukan besarnya diameter/lebarnya lesi bisa diukur dengan
Penggaris dan perkembangannya kita monitor terus. Setelah distribusi lesi
ditentukan informasi berikutnya harus diperoleh  Dan dijelaskan secara rinci :
Bagaimana warna lesi tersebut ?
·   Mengkaji vaskularisasi dan hydrasi

c)    Rambut
1.    Dilaksanakan secara inspeksi dan palpasi.
2.    Penerangan ruangan harus cukup baik .
3.    Memakai sarung tangan.
Yang mencatat tentang :
1. warna,tekstur dan distribusinya.
1) Warna dan tekstur.
·   Warna rambut perlu dilihat tentang :
-   Warna bisa hitam atau putih atau kelabu ketika seorang menjadi tua, tetapi
ada juga yg beruban pada usia muda karena factor herediter.
-   tidak adanya pigmentasi secara partial atau total terjadi uban sejak lahir
karena mempunyai factor genetik.
·  Tekstur rambut perlu dilihat tentang :
-  Rambut yang tumbuh diseluruh tubuh memiliki tektur yg halus. kecuali pada
daerah axial dan pubis.
-   Rambut tebal berombak, kering dan mudah patah, rambut berminyak, rambut
yang mudah patah, dan kering, pemakaian produk rambut komersial akibat
pewarna rambut yang berlebihan
2)   Distribusi.
·   Laki-laki cenderung memiliki rambut pada wajah dan badan ketimbang wanita
·   kerontokan rambut allopesia bisa terjadi akibat kebiasaan ; mencabut rambut,
pemakaian pewarna, minyak rambut,, infeksie jamur, dan penyakit kanker
pada kulit kepala.
3)   Perubahan lain.
Hirtsutisme (peningkatan rambut tubuh) dapat terlihat pada wanita pada saat
wanita mulai menfause.
d)   Kuku

Pemeriksaan Fisik 2
·   Paronokia,inflamasi pada kulit sekitar kuku,disertai nyeri tekan, dan erythema.
·   Clubbing finger, jari tabuh yaitu pelurusan sudut yang normal menjadi 180
derajat.
·   Pelunakan pada pangkal kuku(seperti spons apabila dipalpasi).
e) Tanda-tanda vital
·   suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
·   Posisi ( duduk, berdiri, berbaring)
f)  Kepala
Bentuk, kesimetrisan, nervus V & VII, keadaan rambut, kondisi kulit kepala,
massa, dan nyeri tekan.
g)   Mata
Pemeriksaan mata merupakan komponen yang sangat penting pada
pemeriksaan fisik, tidak hanya karena kesehatan mata sangat penting bagi
kesehatan pasien secara keseluruhan tetapi juga karena keadaan mata dapat
mencerminkan keadaan kesehatan secara umum. Retina yang dapat dilihat
dengan oftalmoskop adalah satu-satunya tempat pada tubuh manusia dimana
dasar pembuluh darahnya dapat diperiksa secara langsung. Pupil adalah
jendela ke mikrosirkulasi manusia.

1) Pengkajian ketajaman penglihatan


Mata memberikan stimuli visual ke korteks oksipital. Tajam penglihatan sangat
penting untuk diuji. Karena merupakan fungsi mata yang terpenting. Harus
dilakukan paling awal sehingga penglihatan sudah dapat dikaji sebelum kita
benar-benar menyentuh mata.
2) Pengkajian gerakan mata
Otot ekstraokuler adalah enam otot kecil yang melekat pada tiap mata yang
menggerakkan bola mata. Diinervasi oleh tiga saraf otak (SO III, IV, dan VI).
Aksi sinergis (sesuai) otot ekstraokuler kedua mata menghasilkan gerakan
paralel. Mekanisme bagaimana cara kerjanya sangat kompleks, dan analisis
abnormalitasnya memerlukan konsultasi dengan dokter.
3)   Pengkajian lapang pandang
Bersamaan dengan ketajaman penglihatan, lapang pandang juga harus dikaji.
Kebanyakan, manusia mempunyai lapang pandang bulat, termasuk bintik buta

Pemeriksaan Fisik 3
dimana saraf optik memasuki mata dan dimana tidak terdapat sel retina
fotosensitif. Meskipun lapang pandang dapat dikaji dengan cepat oleh
oftalmologis, estimasi kasar dapat dibuat di kantor atau di tempat tidur pasien
ketika pemeriksa memperhatikan adanya gangguan umum lapang pandang,
misalnya pada pasien dengan cedera serebrovaskuler (stroke) atau glaukoma.
4)  Pemeriksaan mata
Teknik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah
inspeksi dan palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik
khusus dan sumber cahaya. Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan
mata dan deformitas dan untuk mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga
dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas terlihat) tingkat tekanan
intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan
sistematis, biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata
dievaluasi lebih dahulu; kemudian diperiksa struktur internal.
a)    Pemeriksaan fisik mata
Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi. Struktur ini meliputi
alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus lakrimalis, konjungtiva, kornea, kamera
anterior, iris, dan pupil.

Kelopak mata
Posisi kelopak mata dikaji dalam hubungannya dengan bola mata. Posisi
kelopak dan simetri merupakan bagian sangat penting pada pemeriksaan saraf
otak (SO).
Bulu mata
Perawat kemudian harus memeriksa bulu mata untuk posisi dan distribusinya.
Biasanya selain berfungsi sebagai pelindung mereka juga dapat menjadi iritan
bagi mata bila menjadi panjang dan salah arah. Bulu mata yang panjang dan tak
teratur dapat mengakibatkan iritasi kornea.
Sistem lakrimal
Struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata harus dikaji. Sistem
lakrimal tersusun atas bagian sekresi dan drainase.

Pemeriksaan Fisik 4
Pemeriksaan mata anterior
Sklera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. Kelopak dilebarkan
dibuka dengan meletakkan telunjuk pada kelopak mata atas pasien dan ibu jari
pada bagian bawah agar terhindar dari trauma jaringan lunak.

Pemeriksaan kornea
Biasanya lampu slit digunakan untuk memeriksa kornea secara cermat; namun,
perawat dapat melakukan observasi berbagai keadaan menggunakan lampu
senter kecil.

Pemeriksaan iris dan kamera anterior


Sementara memeriksa kornea, humor aqueus di kamera anterior dikaji
mengenai kejernihannya. Pada keadaan tertentu, terdapatnya sel dan
pengkabutan (flare) dalam humor aqueus dapat terlihat. Pengkabutan ini
disebabkan oleh peningkatan bahan seperti protein akibat inflamasi di dalam
kamera anterior.
Pemeriksaan pupil
Pupil adalah lubang di tengah iris. Ketika kita memeriksa pupil, kita mengkaji
reaksi terhadap cahaya dan pandangan dekat dengan konvergensi, misalnya
untuk mengevaluasi gangguan sistem saraf pusat (SSP) atau pada tekanan
intrakranial. .
Pemeriksaan lensa kristalina
Tentu saja kita tak dapat melihat lensa, meskipun melalui pandangan menyudut
ke dalam pupil yang dilatasi, kita hanya dapat melihat pantulan ringan kapsul
anterior.
Pemeriksaan segmen posterior
Karena struktur posterior terletak di belakang struktur anterior yang dapat
terlihat, maka tidak dapat dilihat dengan observasi tradisional.  

h)   Telinga
Pengkajian kemampuan mendengar otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic.

Pemeriksaan Fisik 5
Pemeriksaan Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara
membrana timpani diinspeksi, seperti telinga tengah dengan :
Pengkajian Fisik
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering
terlewat. Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya:
·      deformitas, lesi,
·      cairan begitu pula ukuran,
·      simetris dan sudut penempelan ke kepala.
i)     Hidung
·      Bentuk, sekat hidung, kongesti, pengeluaran, polip, kepatenan, saluran
udara, nyeri tekan sinos, transiluminasi, selaput lender.
j)     Mulut dan Tenggorokan
·      Bibir : warna, sianosis, keilosis, bibir pecah, pigmentasi
·      Gigi-geligi : jumlah, karies, gigi palsu
·      Selaput lender dan gusi : kepucatan, ulserasi,pigmentasi,lesi-lesi,penyakit
periodontal
·      Lidah : warna,atrofil,penyimpangan (deurasi),tremor,ulserasi
·      Pharynx : tonsil,epiglottis,penggerakan panatum
k)   Leher
·      Pembuluh darah: bendungan vena,denyutan karotis,denyutan abnormal,
parut luka,burit
·      Trakea : posisi,pergerakan dan tarikan trakea
l)     Buah dada
·      Simetris : massa, jaringan parut, putting susu, sekresi, pigmentasi, nyeri
tekan, pencekungan (duplin), retraksi, fiksasi benjolan
m) Abdomen
·      Bentuk
·      Kulit
·      Bunyi peristaltik
n)   Ginjal
1)   Perkusi Ginjal
2)   Palpasi Ginjal

Pemeriksaan Fisik 6
2.    ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh . Informasi yang
didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu
mendapat perhatian khusus, yaitu :
a) Tanda-tanda vital :  suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
b)   Sistem Respirasi (Pernafasan)
1)   Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi
2)   Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya
3)   Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter
anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal
4)   Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema
5)   Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular,
bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis
(wheezing, cracles atau ronkhi)
6)   Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek
warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah
7)   Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan
orthopnea.
8)   Inspeksi membran mukosa dan warna kulit
9)  Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi
pernapasan pasien
10)  Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa
lama telah merokok
11)  Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostic.

c)    Sistem Kardiovaskuler


1)   Pengkajian fisik jantung
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting
terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum termasuk
mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah : Bentuk tubuh
gemuk/kurus, anemis, sianosis, sesak nafas,  keringat dingin, muka sembab,

Pemeriksaan Fisik 7
oedem kelopak mata, asites,  bengkak tungkai/pergelangan kaki, clubbing ujung
jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan
nadi adalah :Kecepatan/menit, kuat/lemah (besar/kecil), teratur atau tidak, isi
setiap denyut sama kuat atau tidak.

Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis, mudah terlihat pada pasien yang
kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum.
Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum
Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular
kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran
jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.

Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung.
Point of Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika
darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.

Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan
perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan
kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan
keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut
sonor, redup dan timpani.

Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi
jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan
frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya
katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
· Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral
dan trikuspidalis).

Pemeriksaan Fisik 8
· Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan
pulmonal).
· Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh
pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
· Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada
diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau
lemahnya penggelembungan ventrikel.
2)   Pembuluh darah inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan
tempat tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.

d)   Sistem Persyarafan


1)   Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan
melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat dan
orang
2)   Kaji status mental
3)   Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan
pengobatannya.
4)   Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan.
Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal.
5)   Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan
dan postur.
6)   Kaji adanya kejang atau tremor

Pemeriksaan Fisik 9
7)   Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi SSP.
e)    Sistem Perkemihan
1)   Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan
ada/tidaknya sedimen
2)   Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta
riwayat infeksi saluran kemih
3)   Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)
4)   Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau
urostomy atau supra pubik kateter
5)   Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait
dengan sistem perkemihan.

f)    Sistem Pencernaan


1) Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola
pembuluh vena (venous pattern)
2)  Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus
3)  Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya
nyeri tekan, adanya massa atau asites
4) Kaji adanya nausea dan vomitus
5) Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet
6) Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan
7) Kaji adanya perubahan berat badan
8) Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus
9) Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan
fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan
kesediaan alat
10)   Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait
sistem GI

g)   Sistem Musculoskeletal


1)  Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme
2)  Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi

Pemeriksaan Fisik 10
3)  Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion),
kekuatan otot
4)  Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh
5)  Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi
6)  Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem
musculoskeletal.

h)   Sistem Integument


1)   Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit
(jaundice, kering)
2)   Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor
3)   Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb
4)   Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus
5)   Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu
6)   Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument.

i)     Sistem Reproduksi


Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita
disertai keputihan.
 

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.Jakarta:EGC
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2.Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC
Syaifuddin.2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Pemeriksaan Fisik 11

Anda mungkin juga menyukai