Anda di halaman 1dari 32

DIKLAT DAN SERTIFIKASI SPBU

K3LL SPBU

Oleh :
TIM SPBU

PPSDM MIGAS
February 12, 2020
2020 1

KERANGKA SAJIAN
1. Pengertian K3
2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di SPBU
3. Alat Pelindung Diri (APD)
4. Konsep Segitiga Api Kebakaran
5. Jenis APAR
6. Kegiatan Potensi Kebakaran di
SPBU
7. Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan (P3K) di SPBU

2
February 12, 2020 2

1
PENDAHULUAN
 Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja
serta dimanapun tempatnya termasuk di
SPBU

2/12/2020 3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

2/12/2020 4

2
 Sumber bahaya (hazard), adalah suatu keadaan
yang dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit,
kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja
yang ada

2/12/2020 5

 Insiden (incident), adalah suatu kejadian


yang tidak diduga dan tidak diharapkan yang
dapat menimbulkan kerugian
 Kecelakaan (accident), adalah suatu
kejadian yang tidak diduga dan tidak
diharapkan yang menimbulkan kerugian
 Bentuk kerugian : cedera fisik, penyakit,
kerusakan peralatan, kerusakan proses
produksi/hasil, lingkungan

2/12/2020 6

3
 Kecelakaan kerja, adalah suatu
kejadian yang tidak diduga dan tidak
diharapkan oleh setiap orang yang
menimbulkan kerugian pada manusia,
peralatan dan lingkungan

2/12/2020 7

TUJUAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
 Melindungi semua orang baik pekerja
maupun orang lain yang berada di
tempat kerja dalam keadaan sehat dan
selamat
 Agar proses produksi /pekerjaan dapat
berjalan dengan aman, efektif dan efisien
 Agar sumber produksi (peralatan,
material) dan lingkungan kerja dalam
kondisi aman serta efisien
 Menciptakan kesejahteraan tenaga kerja

2/12/2020 8

4
 Adalah ketentuan tentang standarisasi
peralatan, SDM, pedoman umum instalasi
migas dan prosedur kerja agar instalasi
migas dapat beroperasi dengan andal,
aman, dan akrab lingkungan
 Kegiatan usaha migas dan hasil olahannya
antara lain BBM dan BBG, selain
bermanfaat juga mempunyai potensi
bahaya dan sumber pencemaran yang
dapat merugikan manusia dan lingkungan.

2/12/2020 9

 Sehat bagi pekerja (K3)


 Aman bagi masyarakat umum (KU)
 Aman bagi lingkungan (KL)
 Aman dan andal bagi instalasi migas
(KI)

2/12/2020 10

5
Area SPBU merupakan tempat yang
rawan terhadap penyebaran gas yang
mudah terbakar. Apabila anda melihat
rekan kerja yang bekerja tidak sesuai
prosedur maka anda harus :
melaporkan kepada pengawas

2/12/2020 11

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


 Kondisi tidak aman (unsafe condition) :
 Tindakan tidak aman (unsafe action) :

2/12/2020 12

6
KONDISI TIDAK AMAN
(Unsafe Condition)
1. Pengaman yang tidak sempurna
2. Peralatan kerja yang rusak
3. Tata letak (housekeeping) yang jelek
4. Penerangan yang kurang
5. Lingkungan kerja dengan paparan B3 atau
radiasi
6. Tempat kerja yang kotor, licin dan bising
7. Ruangan dengan ventilasi yang kurang
8. APD yang tidak memenuhi standard
9. Mesin atau alat kerja yang tidak cocok
10. Suhu udara yang terlalu panas atau dingin
11. Tidak adanya tanda peringatan (labelling)

TINDAKAN TIDAK AMAN


(Unsafe Action)
1. Melaksanakan pekerjaan dengan tergesa-gesa
2. Bekerja diluar wewenangnya atau
mengoperasikan peralatan yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
3. Menggunakan peralatan yang rusak/ tidak sesuai
4. Bekerja sambil bergurau
5. Bersikap acuh/masa bodoh
6. Bekerja dalam kondisi mabuk
7. Tidak mentaati prosedur/peraturan
8. Tidak memakai alat pelindung diri (APD)
9. Melepaskan alat pengaman
10. Menjalankan mesin melebihi kecepatan
11. Mengangkat/mengangkut barang berlebihan

7
MENINGKATKAN PROGAM K3
Dalam usaha meningkatkan program
keselamatan dan kesehatan kerja,
operator SPBU harus berusaha untuk :
 Menghilangkan sumber bahaya
 Mengendalikan sumber bahaya
 Menggunakan APD (Alat Pelindung
Diri)

JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


 Alat pelindung kepala (helmet)
 Alat pelindung mata (kaca mata)
 Alat pelindung telinga (earplug)
 Alat pelindung pernafasan (masker)
 Alat pelindung tangan (sarung tangan)
 Alat pelindung kaki (safety shoes)
 Alat pelindung tubuh (pakaian
pelindung)
 Tali atau sabuk pengaman

2/12/2020 16

8
JENIS APD

17

TANDA TANDA SIMBOL BAHAYA


DI TEMPAT KERJA

18

9
PRODUK MIGAS

 Pengolahan minyak dan gas bumi


(migas) di kilang (refinery) akan
dihasilkan produk migas berupa BBM
dan Non BBM termasuk BBG
 Salah satu karakteristik produk migas
adalah mudah terbakar sehingga
diperlukan penanganan khusus

2/12/2020 19

4 CLASSES OF PETROLEUM PRODUCT


 -

 Class 0 : adalah jenis gas


 Class I : adalah cairan yang mempunyai flash
point dibawah 21oC
 Class II : adalah cairan yang mempunyai flash
point diantara 21oC- 55oC
 Class III : adalah cairan yang mempunyai flash
point diantara 55oC- 100oC
 Tanpa Class : adalah cairan yang mempunyai
flash point diatas 100oC

Refining Safety Code of the Institute of Petroleum (IP,1981 MCSP Part 3)


Area classification code for petroleum installations

10
API DAN KEBAKARAN
PERBEDAAN

API KEBAKARAN
 Bermanfaat  Tidak bermanfaat
 Terkendali  Tidak terkendali
 Tidak merugikan  Merugikan

Untuk itu perlu adanya


penaggulangan kebakaran

2/12/2020 21

KONSEP SEGITIGA API KEBAKARAN


Elemen/unsur-unsur yang harus ada didalam
proses api (terjadinya kebakaran) adalah :
 Bahan bakar
 Oksigen (O2)
 Panas

Untuk menjadikan api


Ketiga unsur tersebut
harus dalam perbandingan
yang Optimum

2/12/2020 22

11
BAHAN BAKAR (FUEL)
 Secara fisik bahan bakar dapat berupa fase
padat, cair dan gas;
 BBM di SPBU umumnya berupa cairan seperti
bensin dan solar yang mudah menguap
sehingga potensi mudah terbakar

2/12/2020 23

OKSIGEN (O2)
 Oksigen (O2), adalah merupakan
unsur pokok yang sangat diperlukan
didalam proses pembakaran;
 Unsur oksigen di udara bebas sekitar
21%, unsur lainnya adalah N2: 78%,
Ar : 0,93%, CO2 : 0,04%.
 Sedangkan oksigen yang diperlukan
untuk proses pembakaran paling
sedikit sekitar 16 %.
(Essentials Of Fire Fighting, Third Edition).
2/12/2020 24

12
SUMBER PENYALAAN
Sumber penyalaan untuk proses terjadinya api,
antara lain:
 Api terbuka (Open flame)
 Gesekan (Friction)
 Reaksi kimia (Chemical reaction)
 Bunga api listrik (Electric spark)
 Listrik Statis (Static electricity)
 Petir (Lightning)
 Sinar matahari (Sun light), dll.

2/12/2020 25

TITIK NYALA (FLASH POINT)


Titik nyala (flash point) adalah suhu
terendah dimana uap suatu zat (bahan
bakar) dapat terbakar sekejap bila di beri
sumber penyalaan yang cukup.

Semakin rendah titik nyala suatu zat,


semakin mudah zat tersebut menguap
dan semakin mudah pula zat tersebut
terbakar.

2/12/2020 26

13
TITIK BAKAR (FIRE POINT)
 Fire point adalah suhu terendah dimana
uap suatu zat (bahan bakar) dapat
terbakar secara terus menerus bila di beri
sumber penyalaan yang cukup.
 Titik bakar suatu zat beberapa derajat
lebih tinggi dari titik nyalanya (flash point).

2/12/2020 27

SUHU PENYALAAN SENDIRI


(AUTO IGNITION TEMPERATURE)
 Adalah suhu terendah dimana suatu zat
(bahan bakar) dapat terbakar dengan
sendirinya tanpa adanya sumber
penyalaan dari luar.
 Semakin rendah suhu penyalaan sendiri
dari suatu zat berarti zat tersebut mudah
terbakar.

2/12/2020 28

14
DAERAH BISA TERBAKAR
(FLAMMABLE RANGE)
Daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi
campuran antara uap bahan bakar dengan O2
yang dapat terbakar, yang dibatasi% Vapour
oleh batas bisa
terbakar bawah
(Lower Flammable Limit) dan

Daerah Kurang O2
UFL 7,6
batas bisa terbakar atas
Bisa Tebakar

(Upper Flammable Limit).


LFL 1,4
- LFL : Lower Flammable Limit O 2
21 % + 16 %
- UFL : Upper Flammable Limit
2/12/2020 29

FLAMMABLE LIMIT BAHAN BAKAR


JENIS BAHAN FLAMMABLE LIMIT ( % VOLUME )
BAKAR LOWER UPER
Methana 5.3 14.0
Ethana 3.0 12.5
Propana 2.2 9.5
Benzena 1.6 8.0
Butana 1.9 8.5
Toluena 1.8 7.0
Pentana 1.5 7.8
Hexana 1.2 7.5
Heptana 1.2 6.7
Crude Oil 1.0 10.0
Gasoline 1.4 7.6
Kerosine 0.7 5.0
2/12/2020Avtur 1.6 6.0 30 dari 44

15
KLASIFIKASI KEBAKARAN
 KLAS “A”
Kebakaran bahan bakar padat bukan logam,
seperti kayu, kertas, dan lain-lain.
 KLAS “B”
Kebakaran bahan bakar cair dan gas, seperti
bensin, kerosene, solar, LPG, BBG, LNG dll.
 KLAS “C”
Kebakaran listrik hidup, misal motor listrik.
 KLAS “D”
Kebakaran Logam, misal Al, Mg, Mn, dan
lain-lain.
2/12/2020 31

KLASIFIKASI KEBAKARAN

SIMBOL
KLASIFIKASI
KEBAKARAN
2/12/2020 32

16
a. NFPA
Peralatan yang ringan yang berisi tepung,
cairan atau gas yang dapat disemprotkan
bertekanan untuk tujuan pemadaman
kebakaran
b. PERMEN NAKERTRANS 04/1980
Alat yang ringan yang mudah dilayani oleh
satu orang saja untuk tujuan pemadaman
pada mula terjadinya kebakaran

2/12/2020 33

MEDIA PEMADAM KEBAKARAN


APAR
Menurut fasenya media APAR ada tiga
jenis :
1. Jenis Padat.
2. Jenis Cair.
3. Jenis Gas.

2/12/2020 34

17
MEDIA APAR JENIS PADAT
1. Dry Chemical powder :
a. Reguler  Efektif untuk kebakaran klas B, C
 Sodium Bikarbonat / NaHCO3
 Potasium Bikarbonat (Purple “K”) / KHCO3
 Kalium Klorida (Super “K”) / KCl
 Urea + Potasium bicarbonate (Monex) / NH4CONH4 +
KHCO3
b. Multi purpose Efektif untuk kebakaran klas A,B,C.
 Mono Amonium Phospat (MAP) / NH4H2PO4
 Kalium Sulfat / K2SO4

2. Dry Powder  Efektif untuk kebakaran klas D.


 TEC / KCl + NaCl + BaCl2
 Met-L-X / NaCl + Ca3(PO4)2
 Pyromet Powder / (NH4)2H(PO4) + NaCl

2/12/2020 35

APAR DRY CHEMICAL POWDER

February 12, 2020 36

18
MEDIA APAR JENIS AIR
 Media pemadam jenis cair adalah : air, busa dan
cairan mudah menguap (halon)
 Air hanya efektif untuk memadamkan kebakaran
kelas “A”
 Prinsip kerja dalam pemadaman adalah cooling
dan dillution
Keuntungan air untuk pemadaman adalah :
• Murah
• Mudah diangkut APAR Jenis Air
• Mudah dibuat pancaran
• Daya penyerapan panas tinggi
• Mengembang menjadi uap tinggi

2/12/2020 37

MEDIA APAR JENIS BUSA


 Apar jenis busa efektik untuk kebakaran klas A,
B.
 Dilihat terbentuknya ada dua jenis :
- Busa kimia
- Busa mekanik

Prinsip kerja pemadaman


dengan busa adalah :
- Smothering/ Blanketing
- Cooling

2/12/2020 38

19
MEDIA APAR JENIS BUSA KIMIA
Busa kimia terjadi karena reaksi kimia antara :
Al2 (SO4)3 + 6NaHCO3 --> 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2.
Expantion ration hasil reaksi : + 7 kali

PRINSIP PENGOPERASIAN
APAR langsung dibawa
ke tempat kebakaran, ambil
posisi dari atas angin dan
arahkan pancaran busa pada
dinding bagian dalam dari
wadah yang terbakar

2/12/2020 39

MEDIA APAR JENIS BUSA MEKANIK


Terjadi busa karena proses mekanik / agitasi
antara air, cairan busa dan udara.

2/12/2020 40

20
MEDIA APAR JENIS HALON
 Hanya efektif untuk kebakaran klas B dan C,
untuk kebakaran klas A diperlukan kapasitas
yang besar.
 Sekarang halon sudah tidak di gunakan lagi
karena dapat merusakkan lapisan OZON

PENGGANTI HALON :
 Energen
 AF11
 FM 200
 Dan lain-lain

2/12/2020 41

MEDIA APAR JENIS CO2


 Media pemadam jenis gas adalah : CO2
 Efektif untuk kebakaran klas B dan C,
 Keuntungan media pemadam CO2
• Clean agent
• Swa pancar

Sangat efektif
untuk
memadamkan
kebakaran
Instrument Listrik

2/12/2020 42

21
KEGIATAN DI SPBU

2/12/2020 43

PENERIMAAN DAN PEMBONGKARAN


BBM DARI MOBIL TANGKI DI SPBU (1)
a. Posisi mobil tangki pengangkut BBM harus
diparkir pada tempat yang telah ditentukan,
diupayakan tidak menghalangi atau mengganggu
kegiatan di SPBU. Mobil tangki harus dapat dengan
mudah dikeluarkan dari lokasi SPBU pada saat
keadaan darurat
b. Sebelum pembongkaran BBM, pengemudi harus
melapor kepada pengawas SPBU setempat
c. Selang pembongkaran harus dilengkapi dengan quick
coupling baik di fill pot maupun di mobil tangki.
d. Sebelum pembongkaran BBM, arde harus dipasang
pada grounding rod
e. APAR harus diturunkan dan ditempatkan dekat
kendaraan/ujung dombak.

22
PENERIMAAN DAN PEMBONGKARAN
BBM DARI MOBIL TANGKI DI SPBU (2)
f. Selama pengisian berlangsung harus
dipasang rambu-rambu peringatan “AWAS,
SEDANG BONGKAR BBM”.
g. Selama pembongkaran pengemudi dan
kenek harus siap ditempat, mesin kendaraan
harus dimatikan dan rem parkir dipasang.
h. Disekitar lokasi pembongkaran tidak boleh
terdapat sumber api atau kegiatan yang dapat
menimbulkan panas/api. Jika terdapat kondisi
berbahaya, pembongkaran BBM harus segera
dihentikan dan mobil tangki serta kendaraan
lainnya harus segera disingkirkan dari lokasi.

PENERIMAAN DAN PEMBONGKARAN


BBM DARI MOBIL TANGKI DI SPBU (3)
i. Setelah selesai pembongkaran, kerangan
dari pipa discharge mobil tangki harus
ditutup. Selang bongkar dilepaskan mulai
dari mobil tangki menuju tangki timbun
untuk menghindari tumpahan.
j. Pada saat pembongkaran BBM, unit
dispenser yang bersangkutan tidak boleh
melayani pengisian BBM

23
PENGISIAN BBM KE KENDARAAN
KONSUMEN (1)
a. Pada saat pengisian BBM dari
dispenser ke kendaraan konsumen,
maka mesin kendaraan harus dimatikan
b. Dilarang mengisi BBM selain ke dalam
tangki kendaraan, seperti ke drum atau
jerigen kecuali yang memenuhi
persyaratan yang sesuai ketentuan
c. Nozzle dispenser harus dalam keadaan
baik dan berfungsi otomatis pada saat
pengisian.

PENGISIAN BBM KE KENDARAAN


KONSUMEN (2)
a. Dilarang merokok dan mengaktifkan telepone
genggam (hand phone) pada saat pengisian BBM
b. Antrian kendaraan konsumen yang akan mengisi
BBM harus diatur dengan baik
c. Apabila kendaraan konsumen mogok sewaktu
mengisi BBM, agar segera didorong keluar dari
area SPBU.
d. Untuk pengisian sepeda motor, mesin harus
dimatikan dan pengemudi harus turun dari
kendaraan sebelum pengisian dimulai. Tangki
sepeda motor harus diisi dengan perlahan untuk
menghindari tumpahan

24
KEGIATAN PEMELIHARAAN
a. Semua pekerjaan pemeliharaan yang dapat
menimbulkan bahaya seperti pengelasan, tank
cleaning dan perbaikan lainnya harus dilakukan
dengan cara yang aman dibawah pengawasan
atau petugas yang kompeten.
b. Dilarang memperbaiki kendaraan di dalam area
SPBU.
c. Pengusaha SPBU harus memastikan bahwa
kontraktor pihak ketiga yang dipekerjakan di
SPBU baik untuk pengerjaan perawatan ataupun
hal lain disyaratkan untuk memahami standar dan
prosedur K3LL

KEBERSIHAN DAN KERAPIHAN


a. Kebersihan di area SPBU harus selalu
terjaga dan bebas dari sampah dan
tumpahan minyak.
b. Saluran air harus dalam keadaan bersih
dan lancar.
c. Pada area SPBU ditempatkan bak sampah
yang mencukupi.
d. Ruang peraga, kantor, toilet harus selalu
dalam keadaan bersih dan nyaman.

25
KESEHATAN KERJA
a. Hindari kontak yang lama dan berulang-ulang
antara BBM dengan kulit.
b. Ganti segera pakaian yang terkontaminasi
dengan minyak dan cuci tubuh dengan sabun
dan air.
c. Jika BBM tertelan dapat menimbulkan
kecelakaan yang fatal. Jangan coba untuk
memuntahkannya tapi harus segera langsung di
bawa kerumah sakit.
d. Hindari menghirup uap BBM secara berlebihan.
Uap BBM bersifat Anesthesis (pembiusan) dan
jika terhirup dapat menyebabkan mengantuk
yang berakibat timbulnya resiko kecelakaan

TANDA DAN RAMBU PERINGATAN


Harus ditempatkan pada lokasi yang tidak terhalang dan
setiap orang mudah membacanya. Tanda dan rambu
peringatan yang harus ada di SPBU dantaranya :
a. Petunjuk tata cara pembongkaran BBM
b. Tanda dilarang merokok
c. Tanda harus mematikan mesin kendaraan saat pengisian
BBM
d. Tanda dilarang menyalakan hand phone/telepon
genggam
e. Tanda dilarang menggunakan kamera di area SPBU
f. Rambu peringatan sedang dalam proses pembongkaran
BBM
g. Tanda dilarang untuk memasuki area tertentu di SPBU
h. Tanda dilarang berjualan di area SPBU
i. Tanda dilarang mengisikan BBM ke dalam drum/jerigen
j. Rambu-rambu petunjuk arah lalu lintas di SPBU.

26
RAMBU RAMBU DI SPBU

February 12, 2020 53

PENCEGAHAN KEBAKARAN DI SPBU (1)


Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Tidak boleh merokok, mengaktifkan hp, membuat
api terbuka atau pekerjaan yang menimbulkan
bunga api di area SPBU
b. Area SPBU harus aman dari sumber api dengan cara
pengaturan jarak aman (safety distance) atau tembok
pembatas.
c. Semua perlengkapan listrik yang akan dipasang di
SPBU harus disesuaikan dengan standard code
yang umum dipakai (IP Electrical Safety Code)
dan P.U.I.L. 1990.
d. SPBU harus memastikan bahwa tidak terdapat
akumulasi uap BBM yang dalam kondisi tertentu
dapat terbakar atau meledak

27
PENCEGAHAN KEBAKARAN DI SPBU (2)
e. Setiap SPBU harus memiliki peralatan pemadam kebakaran dan
wajib melatih semua pekerjanya untuk dapat mengoperasikan
f. Setiap SPBU harus selalu tersedia alat pemadam kebakaran
dalam jumlah yang cukup menurut ketentuan (Permen Naker
No.04 tahun 1980) dan selalu dalam keadaan siap pakai.
g. Alat pemadam harus ditempatkan pada lokasi yang telah
ditentukan dan tidak dibenarkan dipindahkan tanpa ijin petugas
setempat.
h. Alat pemadam harus diperiksa setiap 6 bulan sekali oleh
petugas/instansi yang berwenang meliputi: kondisi fisik
tabung, kondisi slang dan nozzle, kondisi tepung dan tekanan
gas. Hasil dan tanggal pemeriksaan harus dicantumkan pada
tabung pemadam.

GROUNDING DAN BOUNDING SYSTEM


28
GROUNDING SYSTEM
a. Grounding system merupakan fasilitas yang harus
ada di setiap SPBU untuk menghindari kebakaran
dari kelistrikan.
b. Grounding system dibuat untuk menghindari
terjadinya bahaya kebakaran akibat sambaran petir
dan aliran listrik statis. Hal ini diterapkan pada tangki
timbun, dispenser, generator, dan sistem kelistrikan.
c. Semua grounding system tersebut harus di periksa 1
(satu) tahun sekali.
d. Besar tahanan grounding maksimum yang
dipersyaratkan adalah maksimal 7 ohm untuk
sarana peralatan non listrik dan maksimal 4 ohm
untuk sarana peralatan listrik, kecuali ditentukan
lain sesuai spesifikasi peralatan.

LINDUNGAN LINGKUNGAN (1)


Kegiatan operasioal SPBU potensi terjadinya
pencemaran baik tanah, air dan udara, sehingga
harus memperhatikan hal-hal sebagi berikut :
a. Dilarang membuang limbah minyak dan bahan
berbahaya lainnya secara langsung ke
lingkungan sekitar SPBU.
b. Saluran air pembuangan sebelum dialirkan
keluar perairan umum harus dilengkapi
dengan oil catcher.
c. Semua tumpahan/ceceran minyak harus segera
dibersihkan dengan bahan penyerap
(absorbent) seperti pasir dan oil sorbent.

29
LINDUNGAN LINGKUNGAN (2)
d. Limbah pelumas bekas harus dikumpulkan dan
ditampung dalam suatu tempat untuk diserahkan
pengelolaannya kepada perusahaan pengumpul dan
pengolah pelumas bekas yang telah mendapat ijin
e. Sumur pantau harus diperiksa setiap hari secara
visual
f. Pemeriksaan kadar minyak pada sumur pantau
secara laboratorium dilakukan secara berkala sesuai
dokumen UKL dan UPL.
g. Laporan pemeriksaan sumur pantau harus
disampaikan secara berkala

PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KECELAKAAN (P3K)
 Kecelakaan dapat terjadi kapan saja
serta dimana saja tempatnya.
 Langkah pertama yang harus
dilakukan bila terjadi kecelakaan
kerja di SPBU adalah : memberikan
pertolongan pertama

30
TUJUAN UTAMA P3K (PERTOLONGAN
PERTAMA PADA KECELAKAAN)

 Mempertahankan penderita tetap


hidup
 Membuat keadaan penderita tetap
stabil
 Mengurangi rasa nyeri, ketidak-
nyamanan dan rasa cemas

PERTOLONGAN PERTAMA DI SPBU (1)


a. Bila mungkin, minta orang lain untuk memanggil
dokter/petugas medis/ ambulan, sementara
anda melakukan pertolongan pertama
b. Periksa pernapasan, bila berhenti, segera diberikan
pernapasan buatan (resusitasi) mulut ke mulut
c. Periksa adanya pendarahan bila ada maka
bersihkan dengan alkohol, dan bila terjadi
pendarahan hebat maka usahakan untuk dihentikan
d. Bila menduga adanya cedera tulang belakang,
jangan merubah posisi penderita. (bisa terjadi bila
penderita jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu
lintas yang serius).

31
PERTOLONGAN PERTAMA DI SPBU (2)
e. Bila penderita pingsan tetapi pernapasan normal tanpa
cedera tulang belakang, segera gunakan tandu untuk
memindahkan ke tempat yang bersih dan sejuk serta
baringkan dalam posisi terlentang kepala lebih rendah
dari kaki
f. Jangan meninggalkan penderita sebelum petugas medis
datang
g. Bila tidak mungkin memanggil petugas medis, jika
keadaan penderita cukup stabil, bawa penderita ke unit
gawat darurat di RS/Puskesmas terdekat
h. Laporkan kejadian kecelakaan kepada pengawas dengan
memberikan kronologi yang sesungguhnya sehingga data
kejadian kecelakaan dapat dicatat untuk dapat dilakukan
upaya pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak
terjadi lagi.

www.ppsdmmigas.esdm.go.id
sulistyono@.esdm.go.id
sulismigas1@yahoo.com; sulismigas16@gmail.com
64 February 12, 2020 64

32

Anda mungkin juga menyukai