Anda di halaman 1dari 16

CIRI KEBAHASAAN KARYA ILMIAH

Dosen Pengampu: Dr. Rusdhianti Wuryaningrum S.Pd., M.Pd

Oleh:
Selvi Lorena Kapur
NIM. 190810101051
Irgi Aditya
NIM. 190810301078
Rifqo Al Ubaidillah Aldian Meindra
NIM. 190810301101
Nopal Wahyudi
NIM. 190810301106

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya yang berjudul “Analisis Ciri Bahasa Karya Ilmiah”.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Meskipun penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini.
Dan penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
dosen pengampu, Ibu Dr. Rusdhianti Wuryaningrum S.Pd, M.Pd., atas bimbingan
beliau, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan juga para rekan-
rekan yang ikut membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, akan menambah informasi dan
wawasan bagi para pembaca tentang bagaimana cara membangun teks akademik
secara bersama-sama dan membangun teks akademik secara mandiri.

Jember, 10 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Pengertian Ciri Kebahasaan ..................................................................... 3

2.2 Pentingnya Mempelajari Ciri Kebahasaan ............................................... 3

2.3 Aspek Ciri Kebahasaan ............................................................................ 3

2.4 Bahasa yang Baik dan Benar .................................................................... 9

2.5 Perbaikan Kesalahan Berbahasa ............................................................. 11

BAB III. PENUTUP ............................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12

3.2 Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebahasaan selalu berkembang dan memunculkan adanya ilmu bahasa
yaitu mengenai bidang studi pragmatik. Pragmatik yaitu ilmu yang banyak
dikembangkan pada bidang kebahasaan sehingga banyak linguis yang membahas
mengenai studi pragmatik. Leech dalam Rahardi (2010:48) menyatakan bahwa
sintakisis, fonologi dan semantik merupakan bagian dari tata bahasa atau
gramatika, sedangkan pragmatik merupakan bagian dari penggunaan bahasa
(languageuse).
Salah satu kunci keberhasilan dalam berkomunikasi dengan sesama yaitu
menggunakan bahasa dengan keteraturan dan ketepatan berbahasa. Keteraturan
dan ketepatan berbahasa yang berarti adanya suatu aturan (kaidah) bahasa yang
baku dan disusun secara ilmiah, dengan menggunakan pendekatan keilmuan yang
tepat. Penggunaan bahasa yang tidak teratur dan tidak tepat tentu saja akan
menyulitkan pendengar serta pembaca untuk dapat saling berkomunikasi.
Keteraturan dan ketepatan dalam berbahasa pasti akan memerlukan pemahaman
dan pengetahuan yang sangat luas dan mendalam mengenai ilmu kebahasaan.
Dari sedikit pernyataan diatas dapat diketahui bahwa ilmu dalam
penulisan suatu bahasa yang baik dan benar sangatlah penting, maka dari itu perlu
adanya kajian tentang penulisan bahasa yang benar supaya memperbaiki kualitas
berbahasa setiap pembaca pada khususnya.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ciri kebahasaan?.
1.2.2 Apa pentingnya mempelajari ciri kebahasaan?.
1.2.3 Aspek apa saja yang dikaji dalam suatu ciri kebahasaan?.
1.2.4 Bagaimana menggunakan bahasa yang baik dan benar?.
1.2.5 Mengapa harus menggunakan bahasa dengan baik dan benar?.

1.3. Tujuan
1.3.1 Mengetehui apa yang dimaksud dengan kebahasaan.
1.3.2 Mengetahui pentingnya mempelajari ciri kebahasaan.
1.3.3 Mengetahui lebih dalam aspek yang dikaji dalam suatu ciri
kebahasaan.
1.3.4 Mengetahui cara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
1.3.5 Mengetahui alasan harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ciri Kebahasaan


“Ciri” diartikan sebagai tanda, identitas, kekhasan dan juga sifat dari
suatu hal. Sedangkan “kebahasaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diartikan sebagai perihal bahasa atau bisa juga diartikan sebagai suatu hal yang
didalamnya itu mengenai suatu penulisan dan penggunaan suatu bahasa. Jadi,
dapat diambil definisi bahwa ciri kebahasaan adalah suatu identitas dalam hal
penulisan atau penggunaan suatu bahasa.
Ciri kebahasaan juga diartikan sebagai karakter bahasa yang digunakan
dalam menulis suatu karya dengan tingkat-tingkat bahasa yang disusuaikan pada
bidang dan pembacanya.

2.2 Pentingnya Mempelajari Ciri Kebahasaan


Mempelajari ciri kebahasaan sangatlah penting, karena agar seorang
penulis mengetahui betul karakter bahasa pada tulisannya dan tingkatan-tingkatan
bahasa yang digunakan apakah sesuai dengan kapasitas dari calon pembacanya
nanti. Dengan cara itu diharapkan sebuah karya akan lebih menarik dan lebih
mudah untuk dimengerti maksudnya.

2.3 Aspek Ciri Kebahasaan


Ciri kebahasaan memiliki bayak aspek yang menjadi objek kajian,
diantaranya adalah struktur kalimatnya, kepadatan informasi, dll. Untuk lebih
lengkapnya ditunjukkan sebagai berikut.
a. Struktur kalimat sederhana
Kalimat sederhana dapat dikataakan sebagai kalimat yang hanya
memiliki sabjek (S) dan predikat(P). Kalimat sederhana terlihat dari struktur
kalimat yang sederha melalui penggunaan kalimat simpleks. Perbedaan antara
kalimat simpleks dan kalimat kompleks tidak diukur dari panjang pendeknya,
tetapi dari jumlah aksi atau peristiwa yang dikandung. Kalimat simpleks adalah

3
4

kalimat yang hanya mengandung satu aksi. Sedangkan kalimat kompleks bisa
mengandung 2 atau lebih aksi.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Demikian proposal ini dibuat.
- 80 mahasiswa akan mengikuti company visit “Community 2013”
Kedua contoh diatas merupakan kalimat yang hanya mengandung satu aksi.
b. Padat informasi
Kalimat padat informasi adalah kalimat yang padat akan informasi dan
pada akan kata-kata leksikal. Kepadatan informasi dijelaskan dari dua sisi.
Pertama, informasi dipadatkan pada kalimat simplek. Kedua, informasi
dipadatkan melalui nominalisasi.
Menurut berbagai sumber di internet, penulis mengamati contoh-contoh
dari kalimat padat informasi memiliki ciri bahwa struktur SPOK-nya lengkap.
Contohnya:
- Semua rumah makan di Kabupaten Jember sepi tadi malam.
- Presiden berhak menyampuri urusan yang berhubungan dengan negara.
- Kegiatan ini berguna bagi para mahasiswa setelah selesai menempuh
studinya.
c. Padat kata struktural
Struktural mengandung arti berkaitan dengan struktur. Sedangkan
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, struktur diartikan sebagai susunan
atau cara sesuatu disusun atau dibangun. Makna structural berarti makna yang
terbentuk karena penggunaan kata dan kaitannya dengan tata bahasa.
Sedangkan kalimat padat structural berarti sebuah kalimat yang didalamnya
sebagian besar disusun dengan terstruktur, mulai dari diksinya sampai antar
kalimatnya.
d. Memanfaatkan nominalisasi
Nominalisasi, dalam linguistika, adalah penggunaan verba (kata kerja)
atau adjektiva (kata sifat) sebagai nomina (kata benda), dengan atau tanpa
perubahan morfologis.
5

PENOMINALISASIAN
Kata sifat Kata kerja Kata benda
(adjektif) (verb) (nomina)
Sulit Menyulitkan Kesulitan
Rumit Merumitkan Kerumitan
Serasi Menyerasikan Keserasian

Contoh:
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan baik
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
e. Menggunakan istilah teknis
Istilah teknis yang dimaksud disini adalah suatu istilah bidang ilmu.
Istilah teknis adalah kata-kata yang memiliki makna khusus pada suatu bidang
keahlian. Makna dari kata teknis ini adalah makna leksikal atau makna kamus,
sehingga tidak ada di kamus umum.
Contoh istilah teknis pada bidang keahlian ekonomi
- Inflasi adalah kenaikan harga barang secara keseluruhan secara terus
menerus ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah.
- …perusahaan swasta yang bergerak di sektor keuangan, minyak bumi
dan gas, manufaktur, serta…
f. Bersifat taksonomis dan abstrak
Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui
klasifikasiterhadap sesuatu. Masalah pada teks akademik dibahas dalam
konteks bahwa perpindahan dari pemaparan peristiwa duniawi dengan bahasa
sehari-hari menuju penyusunan ilmiah yang sistematis dengan bahasa yang
lebih teknis adalah perpindahan dari deskripsi manuju klasifikasi. Dengan
berkonsentrasi pada penelitian terhadapa wacana geografi-fisika, ketiga
ilmuwan tersebut berkesimpulan bahwa untuk mengubah bahasasehari-
hari menjadibahasa ilmiah diperlukan istilah teknis yang disusun ke dalam
6

taksonomi. Kesimpulan yang sama berlaku pula tidak saja bagi wacana fisika
tetapi bagi wacana biologi.
Teks akademik dinyatakan abstrak karena pokok yang dibicarakan di
dalamnya seringkali merupakan hasil dari pemformulasian pengalaman nyata
menjadi teori. Proses abstraksi tersebut digunakan untuk memahami
dan menginterpretasikan realitas. Pada teks persoalan dapat diungkapkan
melalui taksonomi dan abstraksi.
g. Menggunakan pengacuan eksfora
Pengacuan esfora di manfaatkan pada teks akademik untuk menunjukkan
prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina
tersebut bukan benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya.
Generalitas, yaitu benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk menyatakan
generalisasi, bukan benda-benda yang secara eksperiensial berada di sekitar
manusia.
Contoh:
- Kegiatan ini berguna bagi para mahasiswa setelah selesai menempuh
study-nya dan diharapkan dapat memberantas penyakit malas dalam
bekerja.
h. Memanfaatkan rasional identifikatif dan rasional atributif
Terdapat dua jenis proses relasional, yaitu proses relasional identifikatif
dan prosesrelasional atributif. Proses relasional identifikatif merupakan alat
yang baik untuk membuatdefinisi atau identifikasi terhadap sesuatu, sedangkan
proses relasional atributif merupakan alat yang baik untuk membuat deskripsi
dengan menampilkan sifat, ciri atau keadaan benda yang
dideskripsikan. Kenyataan tentang sedikitnya istilah teknis yang didefinisikan
pada teks-teks akademik itu menyebabkan teks-teks tersebut, secara ideasional
cenderung sulit dicerna.
Contoh:
- Namun lebih dari itu, informasi atau pengetahuan mengenai
kenyataan di lapangan juga memiliki andil besar…
7

- Merujuk dari pemaparan tersebut, Kementerian Relasi Alumni dan


Perusahaan…
i. Bersifat monologis
Sifat monologis pada teks akademik mengandung arti bahwa teks
tersebut memberikan informasi kepada pembaca dalam satu arah.untuk
memenuhi sifat monologi tersebut teks akademik mendayagunakan kalimat
indikatif- deklaratif yang berfungsi sebagai proposisi-memberi, berbeda dengan
kalimat indikaif-deklaratif yang berfungsi sebagai proposal-meminta.Informasi
yang diberikan oleh penulis berkenaan dengan pokok persoalan yang dibahas
didalam teks. Secara interpersonal, melalui kalimat- kalimat indikatif-
deklaratif, penulis teks tidak menunjukkan posisi yang lebih tinggi dari pada
pembaca. Meskipun kalimat indikatif- deklaratif masih ditemukan pada teks
akademik dalam jumlah yang relatif kecil, jenis kalimat tersebut
mengembangkan fungsi sebagai proposisi- meminta.
Contoh:
- Kegiatan ini akan diselenggarakan dalam bentuk company visit selama
dua hari.
j. Menggunakan kalimat pasif untuk menekankan suatu persoalan
Kalimat pasif merupakan kalimat yang subjeknya sebelum predikat.
Kalimat pasif adalah kalimat yag subjeknya dikenai suatu perbuatan atau
aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali dengan awalan –ter atau –di. Ciri
kalimat pasif antara lain adalah:
a. Subjek sebagai penderita.
b. Predikatnya berimbuhan di-, ter- atau ter-kan.
c. Pada kalimat ini, subjeknya tidak melakukan apapun melainkan mendapat
dampak dari suatu aksi.
Adapun kalimat pasif dibedakan menjadi 2, yakni kalimat pasif transitif
dan kalimat pasif intransitive.
a. Transitif (memiliki objek)
Contoh,
- Ayam dipukul Irgi.
8

- Jambu dilempar Nopal.


b. Intransitive (tidak memiliki objek)
Contoh,
- Buku dibeli.
- Mobil dikendarai.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan
baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
- Kegiatan ini akan diselenggarakan dalam bentuk company visit
selama dua hari ke lembaga pemerintah dan perusahaan swasta
yang bergerak di sektor keuangan, minyak bumi dan gas,
manufaktur, serta studi banding ke lembaga swadaya masyarakat
dan universitas yang ditinjau.
k. Tidak megandung kalimat minor
Minor berarti kecil. Dalam bahasa Indonesia, terdapat satu jenis kalimat
yang bernama kalimat minor. Kalimat minor diartikan sebagai kalimat yang
hanya mengandung satu unsur pusat saja. Unsur pusat dalam hal ini adalah
predikat. Kalimat minor merupakan kalimat yang hanya berisi predikat saja.
Pengggunaan jenis kalimat ini biasanya pada sebuah jawaban atas suatu
pertanyaan, perintah, ajakan, larangan,seruan, dll.
Contohnya,
- Kalimat perintah (lari!, pergilah!, ambilllah).
- Kalimat salam (selamat pagi, sampai jumpa).
- Kalimat seruan (awas!, syukurlah!).
l. Menggunakan kalimat gramatikal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008: 461), gramatikal
diartikan sesuai dengan tata bahasa. Dimana makna katannya mengalami
mengalami proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Makna
dari gramatikal sendiri adalah kata yang berubah-ubah sesuai dengan konteks
(berkenaan dengan situasinya, yakni tempat,waktu, lingkungan penggunaan
bahasa) pemakainya.
9

Contoh:
Kata makan dalam kalimat gramatikal
- Nopal menggunakan gaji pertamanya untuk makan-makan bersama
teman sekantornya.
- Irgi membuang sisa makanan disembarang tempat.
Contoh kalimat yang kami temui dalam analisis salah satu proposal
kegiatan adalah sebagai berikut.
- Kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di kampus…
- Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran
2013 bermaksud untuk menyelenggarakan acara…
- Semoga kegiatan ini dapat bermanfaat dan terselenggara dengan
baik...
2.4 Bahasa yang Baik dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik adalah menggunakan bahasa Indonesia
yang sesuai konteks (pembicaraan atau penulisan). Berbahasa Indonesia yang
benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah (tata
bahasa) bahasa Indonesia. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan
situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan
maksud kepada lawan bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus
sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut
sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
a. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan
upacara pernikahan.
b. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato,
rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
c. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat
pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah
dan di pasar.
10

d. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
e. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan
yang sangat akrab dan intim.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
b. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
c. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus
mengikuti aturan ini.
d. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal
baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta
/kalaw/ dan bukan /kalo/.
e. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya
mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima
oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
11

2.5 Perbaikan Kesalahan Berbahasa


Dalam penulisan karya ilmiah sangat diperlukan ketepatan dalam menulis
ejaan, tanda baca, diksi dan rangkaian kalimatnya. Berikut adalah hasil
identifikasi kami yang murujuk salah satu proposal kegiatan.
Aspek
Paragraf
Kesalaha Bagian Teks Bentuk Kesalahan Bentuk Revisi
Ke-
n
Pendahuluan 2 Study-nya Studinya
Tata Laksana Mahasiswa-
F Mahasiswa
Kegiatan mahasiswi
Diksi Tata Laksana
G Kualitative Kualitatif
Kegiatan
Tata Laksana
G Sector Sektor
Kegiatan
…memfasilitasi
…memfasilitasi
peserta untuk bisa
peserta untuk bisa
mengetahui
mengetahui
bagaimana sistem
Kalimat Pendahuluan 2 bagaimana sistem
dan internal yang
internal yang ada
ada dalam
dalam perusahaan
perusahaan
tersebut.
tersebut.
Kuantitatif : Kuantitatif :
80 mahasiswa 80 mahasiswa
Ejaan akan mengikuti akan mengikuti
dan Tata Laksana
G company visit Company Visit
tanda Kegiatan
baca “Community “Community
2013” 2013”.
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa ragam kebahasaan adalah kekhasan dalam
menulis atau menyampaikan sebuah bahasa. Dalam setiap karya memiliki
pembaca dan peminat khususnya sesuai dibidang masing-masing, sehingga
diperlukan penyampaian yang sesuai dengan kaidah penulisannya. Dalam sebuah
karya pasti memiliki kosakata-kosakata khas dalam bidangnya masing-masing,
sehingga dalam hal ini diharapkan bagi pembaca untuk bisa lebih memahami
bahasa yang bagaimana yang seharusya digunakan (bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan perkiraan nantinya yang akan membaca teks itu siapa). Hal
tersebut diharapkan agar pembaca lebih mudah dalam mencerna kalimat yang
sedang dibacanya.

3.2 Saran
Untuk sarannya adalah supaya pembaca lebih memiliki motivasi untuk
memperbaki kualitas berbahasanya, karena bahasa adalah alat komunikasi yang
paling vital digunakan di Negara Indonesia yang memiliki banyak keragaman
bahasa. Orang tua dan lembaga pendidikan formal maupun tidak formal
diharapkan menanamkan nilai berbahasa pada anak usia dini agar kedepannya
kualitas berbahasa di Indonesia semakin baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Msi, D. D. 2009. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung: PT. Remaja

Rodakarya.

Purwadarminta, W. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang.

Yogyakarta: UP Indonesia.

Winarto, D. P. 2014. Bahasa Indonesia; Ekspresi Diri dan Akademik untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: DIKTI.

Soesono, Slamet, 1995. Teknik Penulisan Ilmiah Populer; Jakarta: Gramedia

Triyoko, Hanung. 2005. Negasi dalam Wacana Tulis Ilmiah Berbahasa

Indonesia: Yogyakarta.UGM

13

Anda mungkin juga menyukai