Makalah
Di ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
DosenPengampu : Liliek Wijayanti, S.Kep., M.Kes
DisusunOleh:
Kelompok 3
1. Siti Rohayati (108116005)
2. Badriatus Sa’diyah (108116012)
3. Rizal Dwi Iriyanto (108116027)
S1 KEPERAWATAN III A
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2017/2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas KMB III untuk melengkapi
materi berikutnya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada nara sumber
yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf
penulis sampaikan apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena kami masih dalam tahap belajar.
Penulis
II
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................i
Kata pengantar..........................................................................................................ii
Daftar isi...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hidung..........................................................................................3
B. Struktur dan bagian-bagian dari hidung........................................................3
C. Fungsi hidung...............................................................................................17
D. Cara kerja dan kepekaan hidung..................................................................18
A. Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari hidung ?
2. Apa saja struktur dan bagian-bagian dari hidung?
3. Apa saja fungsi dari hidung?
4. Bagaimana cara kerja dan kepekaan hidung?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari hidung.
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari hidung.
1
3. Untuk mengetahui fungsi dari hidung.
4. Untuk mengetahui cara kerja dan kepekaan hidung.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hidung
Hidung adalah salah satu alat indera manusia yang berfungsi sebagai
indera penciuman juga bagian dari sistem pernapasan yang berfungsi sebagai
tempat masuknya udara. Di dalam hidung terdapat rambut – rambut halus dan
reseptor yang peka terhadap rangsangan dalam bentuk gas atau uap. Saat
bernapas, kita menghirup zat gas di sekitar kita sehingga dapat merasakan
aromanya. Ukuran dan bentuk hidung bervariasi, ada yang ukurannya besar
atau kecil, bentuknya bisa pesek atau mancung. Biasanya ukuran dan bentuk
ini tergantung kepada ras manusia tersebut dan pengaruh genetiknya.
3
eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks
sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada
bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
a. Superior : os frontal, os nasal, os maksila
b. Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor
dan kartilago alaris minor
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior
menjadi fleksibel.
Perdarahan :
4
Persarafan :
a. Rongga Hidung
Rongga hidung merupakan organ yang sangat penting. Pada
rongga hidung terdapat selaput lendir dan silia (rambut halus). Fungsi
utama rongga hidung adalah untuk melanjutkan udara yang masuk
menuju ke tenggorokkan. Rongga hidung juga dapat menjaga
kelembapan, suhu dan tekanan udara. Dalam menjalankan fungsinya,
bagian ini dibantuk oleh tulang tengkorak yang membentuk dinding-
dinding hidung. Terdapat 4 dinding yang saling berhubungan, yaitu
dinding superior (atas), inferior (bawah), medial (tengah), dan lateral
(samping).
Rongga hidung – Pada rongga hidung ada selaput lendir dan
rambut rambut tipis (bulu hidung) atau yang sering disebut Silia.
Rongga hidung bekerja dengan bantuan tulang hidung dan tengkorak.
Rongga hidung menyebarkan udara terutama oksigen dari luar tubuh
ketenggorokan menuju jaringan paru paru. Rongga hidung dibatasi
oleh langit langit rongga mulut. Didalam rongga hidung mempunyai 4
bagian dinding yang saling berhubungan, diantaranya dinding medial,
lateral, interior dan superior.
Proses penyaringan didalam rongga hidung :
Aktifitas proses penyaringan pada cara kerja hidung debu dan kotoran
lain dilakukan oleh bulu bulu halus yang ada didalam hidung.
Penarikan dan pelekatan debu dan kotoran lain oleh mukus atau
selaput lendir.
Sebagai aktifitas untuk pembuangan kotoran yang tersaring oleh
selaput lendir menuju faring untuk ditelan ataupun dikeluarkan
melalui rongga mulut. Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi
5
dibagi menjadi dua ruangan yang membentang dari nares sampai
koana (apertura posterior). Kavum nasi ini berhubungan dengan sinus
frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media.
Batas – batas kavum nasi :
Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi
dilapisi oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor.
Bagian dari septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai
septum pars membranosa = kolumna = kolumela.
Perdarahan :
6
Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah
A.sfenopalatina yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A.
Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena
tampak sebagai pleksus yang terletak submukosa yang berjalan
bersama – sama arteri.
Persarafan :
b. Bulu Hidung
Bulu hidung merupakan rambut – rambut halus pada hidung yang
berfungsi untuk penyaring udara yang masuk. Bulu hidung menahan
kotoran sehingga tidak dapat masuk ke sistem pernapasan selanjutnya.
c. Septum (Pemisah) Hidung
Septum hidung merupakan struktur yang memisahkan hidung
menjadi dua bagian. Septum hidung memisahkan hidung menjadi 2
bagian (kiri dan kanan) dari mulai lubang hidung hingga bagian
tenggorokan awal. Dinding septum nasi dilapisi oleh lendir dan
memiliki pembuluh darah sehingga berfungsi untuk melembabkan dan
mengatur suhu udara yang masuk. Septum nasi dibentuk oleh tulang
dan tulang rawan hidung.
7
Gambar 2. Anatomi septum
d. Lubang Hidung
Lubang hidung merupakan bagian yang berfungsi melindungi
hidung dari berbagai ancaman dari luar. Juga berperan dalam
mengatur ukuran sesuatu yang dapat masuk ke dalam hidung. Bagian
ini berhubungan langsung dengan rongga hidung. Terdapat 2 buah
lubang hidung pada manusia yang dipisahkan oleh septum (pemisah)
hidung.
e. Saraf Hidung (Saraf Olfaktori)
Saraf olfaktori merupakan salah satu dari 12 saraf kranial yang
berhubungan langsung dengan otak. Saraf olfaktori merupakan saraf
kranial 1 yang berfungsi sebagai reseptor utama dalam indera
penciuman. Saraf ini menerima rangsangan berupa bauan yang
terbawa bersama udara yang dihirup kemudian mengirimkan
informasi tersebut dalam bentuk impuls. Fungsi dari saraf olfaktori
akan berhubungan dengan rasa makanan atau minuman yang kita
konsumsi.
8
f. Tulang rawan (tulang lunak) – Anatomi tulang rawan yang ada pada
hidung adalah tulang yang lentur dan mudah retak ketika terkena
benturan yang sangat keras, Tulang rawan terdiri dari kartilaogo
septum atau ( lamina kuadran gularis) dan Kolumela, Septum dilapisi
oleh perikondrium yang ada pada jarinagn tulang lunak dan
periosteum yang adaa pada tulang keras, sedangkan bagian luarnya
dilapisi dengan kuat oleh Mukus hidung.
Struktur jaringan sel indera penciuman :
1) Sel epitel berlapis pipih dan rapat yang berada dirongga hidung
yang berfungsi sebagai perlindungan dari gesekan.
2) Sel epitel silindris bersilia yang ada pada dinding rongga hidung
yang berfungsi menghasilkan lendir untuk menyaring dan
menangkap partikel partikel asing yang masuk melalui udara.
3) Sel Olfaktori yaitu sel utama yang bertanggung jawab dengan
urusan bau bauan yaitu sel saraf sebagai penerima rangsangan
dari luar tubuh. Sel Olfaktori sangat sensitif terhadap reaksi gas
kimia (kemoreseptor) yang dapat menyebabkan gangguan berupa
perasaan tidak nyaman misalnya :
a) Timbulnya bersin bersin berulang kali
b) Hidung tersumbat sebelah
c) Kesulitan bernafas lewat hidung
9
d) Ingin bersin tetapi selalu tidak jadi.
Jaringan reseptor berada pada langit langit rongga hidung yang
lebih dikenal sebagai Epitelium Olfaktori yang berperan sebagai
sel reseptor untuk memonitor langsung bau bauan yang berasal
dari udara yang masuk kedalam jaringan pernafasan.
Kemampuan dasar jaringan reseptor pada langit langit rongga
hidung :
1) Mampu menditeksi adanya aroma busuk pada makanan yang
tidak boleh dikonsumsi
2) Mampu menditeksi adanya radikal bebas pada udara
sekeliling berupa debu, asap dan sebagainya.
3) Mampu menditeksi adanya kebocoran gas misalnya gas elpiji
dan gas alam
4) Mampu menditeksi aroma cita rasa dari makanan misalnya
bau amis, bau asam, bau bumbu dan sebagainya.
5) Mampu memberi efek meningkatkan nafsu makan melalui
bau bauan
6) Kelainan yang dapat Mengganggu Kinerja Hidung
7) Apapun kondisi udara yang telah kita hirup melalui hidung
akan mengalami proses penyesuaian suhu yang disesuaikan
dengan keadaan suhu tubuh dan memiliki cara memelihara
kesehatan rangka tubuh. Apapun kondisi udara yang kita
hirup melalui hidung akan mengalami proses penyaringan
terlebih dahulu oleh bulu bulu hidung atau selaput lendir.
Apapun kondisi udara yang kita hirup melalui hidung akan
mengalami proses penyesuaian kelembaban sesuai dengan
tubuh kita sesuai dengan kondisi fisik kita, sehingga sering
dapat menyebabkan kelainan pada hidung yang dapat
mengganggu kinerja hidung.
2. Bagian-bagian dalam hidung
a. Sinus Hidung
10
Sinus merupakan struktur berupa rongga yang terletak disekitaran
hidung. Manusia memiliki 4 pasang sinus hidung. Strukur ini juga
sering disebut sinus paranasal. Semua sinus akan bermuara ke dalam
rongga hidung. Sinus hidung berfungsi untuk melebabkan dan
menyaring udara. 4 sinus yang dimiliki manusia adalah :
Sinus Maksilaris, Sinus Frontalis, Sinus Spenoidalis, Sinus
Ethmoidalis
SINUS HIDUNG
1) Sinus maksilaris (di tulang pipi)
Sinus Maksilaris Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal
terbesar yang terletak di dalam korpus maksilaris di belakang pipi.
Berbentuk segitiga, dengan dinding anterior sinus adalah
permukaan fasial os maksila atau fosa kanina, dinding posteriornya
adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah
dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar
orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus alveolaris dan
palatum. Muara dari sinus maksilaris tersebut adalah meatus nasi
11
medius melalui hiatus semilunaris (Ballenger, 1994; Weir N, 1997;
Snell, 2008).
2) Sinus Frontalis (di tengah dahi)
Terdapat dua buah sinus frontalis terletak pada os frontalis yang
keduanya dipisahkan oleh septum tulang. Sinus frontalis kanan dan
kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari yang lainnya dan
dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Sinus frontalis
dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa
serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar
ke daerah ini. Masing-masing sinus frontalis ini bermuara ke dalam
meatus nasi medius melalui infundibulum (Ballenger, 1994; Snell,
2008).
3) Sinus ethmoidalis (diantara mata)
Sinus ethmoidale terletak di anterior, medius, posterior, dan
terdapat di dalam os ethmoidale, di antara hidung dan orbita.
Terdapat tiga kelompok sinus ethmoidalis yaitu kelompok anterior
yang bermuara ke dalam infundibulum, kelompok media yang
bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di atas bulla
ethmoidalis, dan kelompok posterior yang bermuara ke dalam
meatus nasi superior. Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid
yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting
karena dapat merupakan sumber infeksi bagi sinus-sinus lainnya
(Snell, 2008; Steven M, 2000)
4) Sinus sphenoidalis (di belakang rongga hidung)
Ada dua buah sinus sphenoidalis, masing-masing berhubungan
dengan meatus superior melalui celah kecil menuju ke resesus
sfeno-etmoidalis. Dua buah sinus ini terletak di dalam korpus ossis
sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus
sphenoethmoidalis di atas konka nasalis superior. Batas-batas
sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa,
sebelah interornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan
12
dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna dan sebelah
posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah
pons (Ballenger, 1994; Mangunkusumo, 2001; Snell, 2008)
5) Sinus Paranasal
Fungsi Sinus Paranasal Mangunkusumo dalam Supri (2012),
menjelaskan bahwa fungsi-fungsi sinus paranasal antara lain;
sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning), sebagai penahan
suhu (thermal insulator), membantu resonansi suara, membantu
keseimbangan kepala, sebagai peredam perubahan tekanan udara
dan membantu produksi mukus.
b. Tulang Rawan Hidung
Tulang rawan pada hidung merupakan struktur kuat yang juga elastis
pembentuk bagian ujung hidung. Bentuk dari tulang rawan yang
menyusun hidung menentukan bentuk hidung tersebut. Tulang rawan
yang membentuk bagian hidung disebut tulang rawan hialin yang
bersifat semi transpasan, kuat dan fleksibel. Walaupun bersifat kuat
dan elastis, tulang rawan ini juga dapat rusak apabila terjadi benturan
yang sangat keras.
c. Silia
Silia merupakan struktur bulu hidung yang sangat halus, fungsi
utamanya adalah untuk melakukan penyaringan udara yang masuk ke
hidung.
Silia merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel.
Bentuknya panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat mobile.
Jumlah silia dapat mencapai 200 buah pada tiap sel. Panjangnya antara
2-6 μm dengan diameter 0,3 μm. Struktur silia terbentuk dari dua
mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi sembilan pasang
mikrotubulus luar. Masing-masing mikrotubulus dihubungkan satu
sama lain oleh bahan elastis yang disebut neksin dan jari-jari radial.
Tiap silia tertanam pada badan basal yang letaknya tepat dibawah
permukaan sel. Pada gambar 2.3 tampak di dalam silia ada sehelai
13
filamen yang disebut aksonema (Ballenger, 1994; Hilger, 1997; Weir
N, 1997). Silia yang panjangnya sekitar 5-7 mikron terletak pada
lamina akhir sel-sel permukaan epitelium, dan jumlahnya sekitar 100
per mikron persegi, atau sekitar 250 per sel pada saluran pernapasan
atas. Silia tampaknya bekerja hampir otomatis. Misalnya, sel dapat saja
terbelah menjadi pecahan-pecahan kecil tanpa menghentikan gerakan
silia. Suatu silia tunggal akan terus bergerak selama bagian kecil
sitoplasma yang menyelubungi korpus basalis silia tetap melekat
padanya. Masing-masing silia bergerak secara metakronis dengan silia
disekitarnya. Bila gerakan silia diamati, maka silia akan membengkok
bersamaan dan berurutan. Gerakan tersebut tidak hanya terkoordinasi
menurut waktu, tetapi juga menurut arahnya pada jutaan epitel dalam
sinus, yang merupakan faktor penting dalam mengangkut mukus ke
nasofaring. (Hilger,1997) Pola gerakan silia yaitu gerakan cepat dan
tiba-tiba ke salah satu arah (active stroke) dengan ujungnya menyentuh
lapisan mukoid sehingga menggerakan lapisan ini. Kemudian silia
bergerak kembali lebih lambat dengan ujung tidak mencapai lapisan
tadi (recovery stroke). Perbandingan durasi geraknya kira-kira 1 : 3.
Dengan demikian gerakan silia seolah-olah menyerupai ayunan tangan
seorang perenang. Silia ini tidak bergerak secara serentak, tetapi
berurutan seperti efek domino (metachronical waves) pada satu area
arahnya sama. Pada gambar 2.3 menyebabkan pola gerak silia dengan
frekwensi denyut (ciliary beat frequency) sebesar 1000 getaran per
menit (Ballenger, 1994).
14
Gambar 2.3 Pola Gerak Silia
Gerak silia terjadi karena mikrotubulus saling meluncur satu sama
lainnya. Sumber energinya ATP yang berasal dari mitokondria. ATP
berasal dari pemecahan ADP oleh ATPase. ATP berada di lengan
dinein yang menghubungkan mikrotubulus dalam pasangannya.
Sedangkan antara pasangan yang satu dengan yang lain dihubungkan
dengan bahan elastis yang diduga neksin (Ballenger, 1994;
Waguespack R, 1995; Mygind; 1981). Mikrovilia merupakan
penonjolan dengan panjang maksimal 2 μm dan diameternya 0,1 μm
atau 1/3 diameter silia. Mikrovilia tidak bergerak seperti silia dan
bukan merupakan bakal silia. Mikrovilia merupakan perluasan
membran sel, yang menambah luas permukaan sel. Semua epitel
kolumnar bersilia atau tidak bersilia memiliki mikrovilia pada
permukaannya. Jumlahnya mencapai 300-400 buah tiap sel dan tiap sel
panjangnya sama. Mikrovilia ini akan membantu pertukaran cairan dan
elektrolit dari dan ke dalam sel epitel. Dengan demikian mencegah
kekeringan permukaaan sel, sehingga menjaga kelembaban yang lebih
baik dibanding dengan sel epitel gepeng (Ballenger, 1994;
Waguespack R, 1995).
15
d. Selaput Lendir
Selaput lendir pada hidung merupakan bagian yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus (ingus) sehingga hidung dapat terlindung dari
berbagi macam kotoran dan bakteri.
Lapisan ganda palut lendir dihasilkan oleh kelenjar serosa dan kelenjar
goblet, yang memiliki ketebalan 12-15 µm. Palut lendir berfungsi
sebagai lubrikan dan menjerat partikulat-partikulat kecil. Jumlahnya
sekitar 1-2 L per hari. Pada kondisi sehat, pH palut lendir sedikit asam.
Palut lendir disusun oleh glikoprotein (2.5-3%), garam (1-2%), dan air
(9%). Mukus dijumpai di semua bagian hidung kecuali vestibulum nasi
dan sinus paranasal. Pergerakan silia mendorong mukus beserta
partikel yang terjerat menuju ke faring dan esofagus. (Ballenger, 2003)
Cairan perisiliar mengandung glikoprotein mukus, protein serum,
protein sekresi dengan berat molekul rendah. Lapisan ini sangat
berperanan penting pada gerakan silia, karena sebagian besar batang
silia berada dalam lapisan ini, sedangkan denyutan silia terjadi di
dalam cairan ini. Lapisan superfisial yang lebih tebal utamanya
mengandung mukus. Diduga mukoglikoprotein ini yang menangkap
partikel terinhalasi dan dikeluarkan oleh gerakan mukosiliar, menelan
dan bersin. Lapisan ini juga berfungsi sebagai pelindung pada
temperatur dingin, kelembaban rendah, gas atau aerosol yang
terinhalasi serta menginaktifkan virus yang terperangkap (Ballenger,
1994; Weir N, 1997).
e. Saluran Hidung – Tenggorokkan (Nasofaring)
Pada bagian belakang hidung terdapat saluran yang berhubungan
dengan tenggorokkan. Pada Nasofaring terdapat tuba eustachius dan
juga tonsil adenoid (faringeal). Nasofaring ini berfungsi sebagai
pengatur tekanan udara oleh tuba eustachius (saluran penghubung
telinga dengan tenggorokkan) dan pelindung dari infeksi oleh tonsil
adenoid.
16
C. Fungsi Hidung
1. Sebagai organ pernapasan (penyaring udara)
Hidung merupakan organ pernapasan pertama yang akan dilalui oleh
tubuh, pada hidung terdapat struktur berupa rambut halus, lendir, dinding
tulang, dll yang akan berperan untuk menyaring udara yang masuk ke
dalam organ pernapasan selanjutnya. Pada dinding hidung juga terdapat
banyak pembuluh darah dan lendir yang akan berfungsi sebagai pengatur
kelembapan dan suhu udara yang masuk, selain itu dinding hidung dapat
menyeimbangkan tekanan udara yang masuk dengan cara membelokkan
udara ketika mengenainya.
2. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan
hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau.
a. Bila buntu hidung bindeng sulit mengucapkan huruf m, n, ng,
ny, (rinolalia oklusa).
b. Bila hidung terbuka, mis celah bibir (labioshcisis) dan celah
langit-langit (palatoshcisis) sulit mengucapkan huruf b, d, p, k, g,
t (rinolalia aperta)
3. Sebagai indera penciuman
Hidung memiliki saraf olfaktori (saraf pembau) yang merupakan bagian
dari saraf kranial (berhubungan langsung dengan otak) dan berfungsi
untuk menanggapi rangsangan zat gas atau uap. Rangsangan yang datang
akan diterima oleh saraf ini, kemudian diteruskan dalam bentuk impuls ke
otak sehingga kita dapat mencium sesuatu.
4. Pemberi rasa pada makanan
Hidung memiliki pengaruh terhadap indera pengecapan yang kita miliki,
kombinasi dari hidung dan lidah yang baik dapat memberikan rasa yang
optimal pada makanan yang kita makan. Pengaruh tersebut ada karena
17
hidung berperan daram penerimaan pantulan rasa oleh lidah. Oleh karena
itu ketika kita sakit (flu) dan mengalami sumbatan hidung, maka rasa
makanan akan bereda.
5. Ikut berperan dalam pengaturan suara
Rongga hidung dapat mempengaruhi resonansi suara dan proses bicara
yang kita lakukan, mungkin karena pengaruh tekanan udara yang masuk
melalui hidung. Ketika kita menutup hidung, maka kualitas suara akan
berkurang dibandingkan saat berbicara dalam keadaan normal.
6. Pembersihan saluran napas
Pada bagian hidung terdapat lendir dan enzim yang akan membersihkan
saluran napas dari bakteri serta kotoran yang masuk. Selain itu ketika
terjadinya refleks bersin, maka kotoran dari dalam sistem pernapasan akan
keluar melalui hidung dan mulut.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidung adalah salah satu alat indera manusia yang berfungsi sebagai indera
penciuman juga bagian dari sistem pernapasan yang berfungsi sebagai tempat
masuknya udara. Di dalam hidung terdapat rambut – rambut halus dan
reseptor yang peka terhadap rangsangan dalam bentuk gas atau uap. Saat
bernapas, kita menghirup zat gas di sekitar kita sehingga dapat merasakan
aromanya.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ilmudasar.com/2016/10/Pengertian-Struktur-Fungsi-Bagian-
Faring-adalah.html/diunduh pada tanggal 13 september 2018
https://sandurezu.files.wordpress.com/2014/07/071914_0253_rinosinusit4.gif?
w=656/diunduh pada tanggal 13 september 2018
https://bbc.dosenbiologi.com/2015/12/bagian-bagian-hidung.jpg/diunduh pada
tanggal 13 september 2018
https://www.google.com/amp/s/dosenbiologi.com/manusia/bagian-bagian-
hidung/amp/diunduhpada tanggal 13 setember 2018
http://www.academia.edu/8588547/ANATOMI_DAN_FISIOLOGI_HIDUNG
/diunduh pada tanggal 13 september 2018
20
21