Anda di halaman 1dari 3

1.

Bagaimana ibu hamil dengan kasus suspek atau terkonfirmasi dilakukan jika ANC selama
pandemik?
Jawab:
 WHO mengeluarkan rekomendasi terbaru ibu hamil risiko rendah minimal
mendapatkan asuhan antenatal 6x/8x. Perubahan layanan diperlukan untuk
mengurangi frekuensi ibu hamil keluar dari rumah untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Hal ini bisa dilakukan melalui konsultasi dan
pemeriksaan penunjang lain seperti USG dan laboratorium dilakukan pada
waktu dan tempat yang sama, atau melalui konsultasi virtual. Minimal konsultasi
antenatal langsung secara fisik dilakukan 6x pada ibu hamil risiko rendah, namun
pada kasus risiko tinggi frekuensi konsultasi langsung perlu disesuaikan. Jika
diperlukan dapat melakukan konsultasi antenatal melalui telemedicine
(telpon/video call) di luar jadwal yang telah ditentukan.
 Pemeriksaan antenatal selama kehamilan dianjurkan minimal 6x tatap muka
tanpa melihat status zona covid-19 daerah tersebut, dan dapat ditambahkan
pemeriksaan telemedicine sesuai kebutuhan.

2. Apakah bisa ibu yang terjangkit COVID-19 dapat menyusui bayinya?

ya bisa, Ibu dapat menyusui bayinya sesuai keinginannya, namun dengan syarat
Ibu harus:
1) Menjaga kebersihan selama menyusui, gunakan masker
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi
3) Secara rutin membersihkan dan mendesinfeksi permukaan
yang telah disentuh bayi

3. Bagaimana cara pemberian asi pada ibu hamil suspek/terkonfirmasi covid19?

Jawab : Ada 3 pilihan pemberian asi pada ibu yg suspek dan terkonfirmasi covid19
berdasarkan klinis ibu.
- Pertama; jika kondisi ibu berat shingga ibu tdk memungkinkan memerah ASI.
Nutrisi pilihan adalah ASI donor atau formula. Namun ibu ttap memompa asi
agar produksinya trjga.
- Kedua: jika kondisi ibu ringan/sedang. Pilihan nutrisinya adalah asi perah, ibu
memakai masker slma memerah dan mencuci tngan dgn air dan sabun sblm
memerah. Kmudian asi diberikan oleh tenaga ksahtan/kluarga ke bayinya.
- Ketiga: jika kondisi ibu tdk bergejala/ringan. Pilihan nutrisinya yaitu menyusui
lgsung, ibu mnggunakan masker beda, mncuci tngn dan membersihkan
payudara dgn sabun dan air sblm mnyusui bayinya.

4. Apakah ibu hamil yg suspek/terkonfirmasi covid19 bisa menularkan dari ibu ke janin?
Sampai saat ini belum kita ketahui apakah ibu hamil dengan COVID – 19 dapat menularkan virus ke janin
atau bayinya selama kehamilan atau persalinan.  Sampai saat ini virus COVID – 19 belum ditemukan
dalam sampel cairan ketuban atau ASI.

5. Bagaimana ibu hamil dengan kasus suspek atau terkonfirmasi dilakukan ANC?
Jawab:
 WHO mengeluarkan rekomendasi terbaru ibu hamil risiko rendah minimal
mendapatkan asuhan antenatal 8x. Perubahan layanan diperlukan untuk
mengurangi frekuensi ibu hamil keluar dari rumah untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Hal ini bisa dilakukan melalui konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain
seperti USG dan laboratorium dilakukan pada waktu dan tempat yang sama, atau
melalui konsultasi virtual. Minimal konsultasi antenatal langsung secara fisik
dilakukan 6x pada ibu hamil [‘risiko rendah, namun pada kasus risiko tinggi frekuensi
konsultasi langsung perlu disesuaikan. Jika diperlukan dapat melakukan konsultasi
antenatal melalui telemedicine (telpon/video call) di luar jadwal yang telah
ditentukan.
 Pemeriksaan antenatal selama kehamilan dianjurkan minimal 6x tatap muka tanpa
melihat status zona covid-19 daerah tersebut, dan dapat ditambahkan pemeriksaan
telemedicine sesuai kebutuhan.
Lapsus:

1. Pada laporan kasus dikatakan ibu yang terkonfirmasi covid dilakukan operasi SC, yg mau
saya tanyakan apakah setiap ibu yg terkonfirmasi covid selalu dilakukan Tindakan OP?

Jawab: yang saya baca tidak selamanya ibu yg trkonfirmasi covid harus di lkukan
Tindakan OP berdasarkan WHO . Tidak harus melahirkan secara operasi Caesar. WHO
menyarankan bahwa operasi Caesar hanya boleh dilakukan ketika ada indikasi secara
medis bagi ibu dan janin , serta Rencana persalinan didasarkan pada kondisi ibu dan
janin serta indikasi obstetric. Dan pada kasus, sebelumnya sudah direncakan untuk
dilakukan OP SC pada pasien mengingat kondisi ibu yg mengalami ketuban pecah dini
dan gawat janin.

2. Pada kasus ini, apakah didapatkan transimis vertical dari ibu ke janin dalam hal ini menyangkut
transmisi covid19?
Jawab: pada kasus ini, dikatakan bahwa Kasus ini mungkin menyiratkan bahwa penularan
vertikal tidak mungkin terjadi, tetapi tidak dapat dikesampingkan karena patogenesis dan dampak
SARS-CoV-2 pada plasenta tidak tepat. Bukti lebih lanjut masih diperlukan untuk memberikan
jawaban yang substansial. Dan Sayangnya, kami tidak dapat menyelidiki ciri patologi virus
corona baru di plasenta.

3. Mengapa pd ksus diberikan HCQ dan azitromicin?

Anda mungkin juga menyukai