KTI Hubungan Ketidateraturan Makan Denga
KTI Hubungan Ketidateraturan Makan Denga
Oleh:
ANNISA
060100088
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN
Oleh:
ANNISA
NIM: 060100088
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : A N N I S A
NIM : 060100088
Pembimbing Penguji
(dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes)
NIP: 132303378 NIP: 132206387
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul
“Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja
Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan”.
Penelitian ini terlaksana berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak
terutama pembimbing dan Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) yang telah banyak
memberi masukan saran demi kesempurnaan pelaksanaan penelitian.
Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak Prof. dr. Gontar
Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan FK USU. Kepada dr. Dina
Keumala Sari, M. Gizi, Sp.GK sebagai pembimbing yang telah memberikan
petunjuk dan arahan dalam melaksanakan langkah-langkah penyusunan usulan
penelitian.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak SMA Plus Al-Azhar Medan,
Drs. Sariman Al-Faruq selaku kepala sekolah, dan Drs. Binawan Setia S.T. yang
telah memberikan izin menggunakan lokasi penelitian dan senantiasa mendukung
peneliti di lapangan dalam pengumpulan data. Terima kasih kepada seluruh adik-
adik responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada orang tua, keluarga, sahabat, dan teman-teman yang
telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil hingga penelitian ini
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan…..………..…………………………………………. i
Abstrak……………………………………………………………………. ii
Abstract…………………………………………………………………… iii
Kata Pengantar…………………………………………………………… iv
Daftar Isi………………………………………………………………….. v
Daftar Tabel………………………………………………………………. vii
Daftar Gambar…………………………………………………………… viii
Daftar Lampiran………………………………………………………… ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang……………………………………………….. 1
1.2.
Rumusan Masalah……………………………………………. 2
1.3. Tujuan
Penelitian…………………………………………….. 2
1.4.
Manfaat Penelitian…………………………………………… 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dispepsia……………………………………………………… 4
2.1.1. Sekresi Asam Lambung..………………………………… 4
2.1.2. Defenisi Dispepsia……………………………………….. 7
2.1.3. Etiologi Dispepsia………………………………………... 7
2.1.4. Diagnosa Dispepsia………………………………………. 10
2.2. Pola Makan……………………………………………………. 10
2.2.1. Pola Makan Sehat………………………………………… 10
2.2.2. Pola Makan Remaja……………………………………… 11
2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Dispepsia……….. 12
v
BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian……….……………………………………... 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………. 20
v
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden…………………….. 21
5.1.2.1. Kelas………………………………………………. 21
5.1.2.2. Umur………………………………………………. 21
5.1.3. Gambaran Ketidakteraturan Makan……………………. 21
5.1.3.1. Frekuensi Makan………………………………….. 22
5.1.3.2. Pola Makan……………………………………….. 23
5.1.3.2.1. Makan Pagi…………………………………… 23
5.1.3.2.2. Makan Siang………………………………….. 24
5.1.3.2.3. Makan Malam………………………………… 24
5.1.3.2.4. Makanan Tambahan………………………….. 25
5.1.3.3. Jeda Waktu Makan………………………………… 25
5.1.3.4. Tindakan Diet……………………………………… 26
5.1.4. Kejadian Sindroma Dispepsia………………………….. 26
5.1.4.1. Angka Kejadian Sindroma Dispepsia……………... 26
5.1.4.2. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia….………. 27
5.1.5. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma
Dispepsia……………………………………………….. 28
5.2. Pembahasan……………….……………………………….... 29
5.2.1. Ketidakteraturan Makan……………………………….. 29
5.2.2. Kejadian Sindroma Dispepsia…………………………. 30
5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma
Dispepsia………………………………………………. 31
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 35
LAMPIRAN………………………………………………………………… 38
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Data Induk
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak
bertambah (Robert, 2000).
Penelitian dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan yang terletak di jalan
Pintu Air IV, Kwala Bekala, Padang Bulan Medan. Alasan penentuan lokasi
penelitian antara lain adalah untuk menjaga homogenitas dari sampel. SMA Plus
Al-Azhar merupakan SMA yang menggunakan fasilitas asrama, sehingga hal ini
dapat menyingkirkan faktor-faktor lain yang secara umum dapat mempengaruhi
kejadian sindroma dispepsia seperti aktivitas, konsumsi alkohol, dan rokok. Selain
itu, belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan di SMA Plus Al-Azhar
Medan.
2.1. Dispepsia
Dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada bagian lambung dan
duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma seperti dispepsia seperti gastro-
esophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang melibatkan esofagus
dan bagian saluran cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam bagian dispepsia
(Djojoningrat, 2001).
Pengaruh sefalik adalah respon yang diperantarai oleh nervus vagus dan
diinduksi oleh aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan
merangsang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus
vagus. Pada manusia, melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan
meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat
saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang
hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital disekitarnya
meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung. Pengaruh otak
menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan sebagai respon
terhadap makanan normal (Ganong, 2003).
Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon
terhadap gastrin. Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan
sekresi lambung yang disebabkan oleh penglihatan, bau makanan, dan adanya
makanan di mulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespon terhadap
peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk
pencernaan terkait lain. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan
peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam (Ganong,
2003).
Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi
lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus
halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino
langsung ke dalam duodenum tidak akan meningkatkan kadar gastrin dalam
darah. Sekresi asam lambung meningkat bisa sebagian besar usus halus diangkat,
sehingga sumber hormon-hormon yang menghambat sekresi asam menghilang
(Ganong, 2003).
Sekresi lambung akan menurun secara bertahap ketika makanan mulai
masuk dari lambung menuju usus halus. Mekanisme penurunan sekresi lambung
ada 3 jenis. Saat makanan mulai dikosongkan ke duodenum secara bertahap,
stimulus utama yang merangsang sekresi lambung, yaitu protein, telah ditarik.
Setelah makanan meninggalkan lambung, cairan lambung akan terus terakumulasi
hingga pH lambung akan menurun sangat rendah dan akhirnya akan merangsang
7
tingkat ringan pada usia ini bersifat universal. Gangguan citra tubuh yang serius
seperti anoreksia nervosa, juga cenderung muncul pada usia ini (Nelson, 2000).
Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan
lebih sering dan lebih banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka akan
lebih memperthatikan penampilan dirinya, terutama remaja putri. Mereka sering
kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya
sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006).
Pengembangan sebuah gambaran tentang fisik pribadi yang menyangkut
bentuk tubuh dewasa adalah suatu gabungan antara kerja intelektual dan
emosional yang berkaitan dengan isu nutrisi. Remaja umumnya merasa tidak
nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh mereka. Pada waktu
yang bersamaan, mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti
kesempurnaan yang dimiliki teman sebaya ataupun idola mereka. Remaja bisa
menginginkan suatu bagian tubuh lebih kecil ataupun lebih besar, ingin tumbuh
lebih cepat ataupun lebih lambat. Perasaan-perasaan seperti ini dapat
mengarahkan mereka kepada percobaan untuk mengubah bentuk tubuh dengan
memanipulasi pola makan mereka (Robert, 2000).
3.3. Hipotesis
Ada hubungan antara ketidakteraturan makan dengan sindroma dispepsia
pada remaja perempuan di SMA Al-Azhar Medan.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi
kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dan secara tertulis
telah menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani
lembar persetujuan.
Kriteria inklusi :
1. Remaja perempuan yang masih bersekolah di SMA Plus Al-Azhar
2. Berusia antara 14-17 tahun
3. Telah menandatangani lembar persetujuan.
18
Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling, dimana terdapat jumlah
populasi kurang dari 100 orang, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel
(Notoatmodjo, 2005).
berdasarkan data akan dicari rasio prevalens untuk mengetahui pengaruh faktor
resiko terhadap efek, dan dilakukan uji hipotesis.
EFEK
YA TIDAK JUMLAH
YA A B A+B
FAKTOR
RISIKO
TIDAK C D C+D
RP = A / (A + B) : C / (C + D)
Interpretasi hasil:
1. Bila rasio prevalens = 1 berarti variabel yang diduga merupakan faktor
risiko tersebut tidak ada pengaruhnya untuk terjadinya efek, dengan kata
lain bersifat netral.
2. Bila rasio prevalens > 1 berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko
timbulnya penyakit tertentu.
SMA Plus Al-Azhar Medan memiliki berbagai fasilitas yang terdiri dari:
- 9 buah ruangan belajar (XA, XB, XIA, XIB, XIIA, XIIB, XAksel,
XIIAkselA, XIIAkselB)
- 5 buah laboratorium (Fisika, Biologi, Kimia, Komputer, Bahasa)
- Perpustakaan
- Aula dan Sanggar Kesenian
- Masjid
- Ruang Audio Visual
- 6 buah lapangan (Sepak Bola, Basket, Badminton, Voli, Takraw, Upacara)
- Area Parkir
- Kantin
- Asrama Siswa
21
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas di SMA Plus Al-Azhar Medan
Kelas Jumlah (orang) Persentase (%)
X 15 20.5
XI 21 28.8
XII 26 35.6
XIIAksel 11 15.1
Total 73 100
Dari tabel 5.1 diatas terlihat bahwa jumlah responden tertinggi berasal
dari kelas XII dengan jumlah 26 orang (35,6%), dan yang paling sedikit adalah
kelas XIIAksel dengan jumlah 11 orang (15,1%).
5.1.2.2. Umur
Responden penelitian berumur antara 14 sampai 17 tahun dengan presentase umur
tertinggi adalah 16 tahun sebanyak 34,2%, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 5.2. Distribusi Sampel Responden Berdasarkan Usia di SMA Plus Al-Azhar Medan
Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
14 12 16.4
15 19 26.0
16 25 34.2
17 17 23.3
Total 73 100
Teratur 34 46.6
Total 73 100
Tabel 5.4. Distribusi Pola Makan Responden Secara Keseluruhan di SMA Plus Al-Azhar
Medan
Jumlah (orang) Persentase (%)
Baik 34 46.6
Sedang 39 53.4
Buruk 0 0
Total 73 73
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Frekuensi Makan Jumlah (orang) Persentase (%)
(kali/hari)
3 48 65.8
23
2 6 8.2
1 0 0
Kalau lapar 19 26.0
Total 73 100
Tabel 5.6. Distribusi Pola Makan Pagi Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rutin setiap hari 41 56.2
Kalau ke sekolah 10 13.7
Kalau lapar 22 30.1
Tidak pernah sama sekali 0 0
Total 73 100
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pola makan pagi rutin setiap hari
adalah pola makan pagi yang paling tinggi dengan jumlah orang 41 (56,2%),
sementara yang paling rendah berjumlah 10 orang (13,7%) dimana responden
hanya makan pagi bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak
pernah makan pagi setiap harinya (0%).
Dari penilaian ini dapat diketahui pola makan siang masing-masing responden
setiap harinya.
Tabel 5.7. Distribusi Pola Makan Siang Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rutin setiap hari 40 54.8
Kalau ke sekolah 6 8.2
Kalau lapar 27 37.0
Tidak pernah sama sekali 0 0
Total 73 100
Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pola makan siang rutin setiap hari
adalah pola makan siang yang paling tinggi dengan jumlah orang 40 (54,8%),
sementara yang paling rendah berjumlah 6 orang (8,2%) dimana responden hanya
makan siang bila pergi ke sekolah. Tidak ada responden yang rutin tidak pernah
makan siang setiap harinya (0%).
Tabel 5.8. Distribusi Pola Makan Malam Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Pola Makan Pagi Jumlah (orang) Persentase (%)
Rutin setiap hari 27 37.0
Kalau ke sekolah 0 0
Kalau lapar 44 60.3
Tidak pernah sama sekali 2 2.7
Total 73 100
Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa pola makan malam tertinggi adalah
pola makan dimana responden hanya makan malam bila ia lapar, dengan jumlah
orang 44 (60,3%), sementara yang paling rendah berjumlah 2 orang (2,7%)
dimana responden tidak pernah makan malam sama sekali. Tidak ada responden
yang makan malamnya dipengaruhi apakah ia ke sekolah atau tidak (0%).
25
Tabel 5.9. Distribusi Pola Konsumsi Makanan Tambahan Responden di SMA Plus Al-
Azhar Medan
Konsumsi makanan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tambahan
Rutin setiap hari 13 17.8
Kadang-kadang 56 76.7
Hanya bila ada kegiatan 3 4.1
Tidak pernah 1 1.4
Total 73 100
Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa pola konsumsi makanan tambahan
tertinggi adalah 76,7%, dimana responden hanya kadang-kadang mengkonsumsi
makan tambahan tersebut. Hasil terendah adalah 1,4% dengan jumlah 1 orang
responden, dimana responden tersebut tidak pernah mengkonsumsi makanan
tambahan sama sekali.
Tabel 5.10. Distribusi Jeda Waktu Makan Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Jeda waktu makan Jumlah (orang) Persentase (%)
(jam)
4-5 20 27.4
6-7 47 64.4
8-9 4 5.5
>10 2 2.7
26
Total 73 100
Tabel 5.11. Distribusi Tindakan Diet Responden di SMA Plus Al-Azhar Medan
Tindakan Diet Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak diet 48 65.8
Diet program kesehatan 3 4.1
Menghindari makan 22 30.1
Diet ketat 0 0
Total 73 100
Tabel 5.12. Distribusi Kejadian Sindroma Dispepsia Responden di SMA Plus Al-Azhar
Medan tahun 2009
Jumlah (orang) Persentase (%)
Dispepsia 47 64.4
Tidak dispepsia 26 35.6
Total 73 100
Dari tabel 5.12 terlihat bahwa dari keseluruhan responden di SMA Plus
Al-Azhar Medan, lebih banyak yang memiliki keluhan dan memenuhi kriteria
dispepsia daripada yang tidak dispepsia. Responden dengan keluhan dispepsia
berjumlah 47 orang (64,4%), dan yang tidak dispepsia 26 orang (35,6%).
Tabel 5.13. Distribusi Jumlah Keluhan Sindroma Dispepsia Pada Keseluruhan Responden
di SMA Plus Al-Azhar Medan
27
Dari tabel 5.14 dapat dilihat bahwa keluhan yang paling banyak diderita
oleh responden adalah nyeri epigastrium, yaitu 38 orang (52,1%). Keluhan yang
paling sedikit adalah keluhan muntah, yaitu 5 orang (6,8%).
Expected
21.9 12.1 34.0
Count
Count 47 26 73
Total Expected
47.0 26.0 73.0
count
5.2. Pembahasan
5.2.1. Ketidakteraturan Makan
Dari penelitian yang telah disajikan pada lembar sebelumnya tentang gambaran
pola makan di SMA Plus Al-Azhar Medan, ternyata diperoleh bahwa sebagian
responden memiliki pola makan yang tidak teratur yaitu 53,4%. Responden yang
memiliki pola makan teratur hanya 46,6% (tabel 5.3).
29
cukup besar, dan dapat dikatakan bahwa hampir semua atau sebagian besar remaja
perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan mengalami sindroma dispepsia.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan di sebuah sekolah dengan metode
yang sama pada remaja berusia 14-17 tahun, didapatkan remaja perempuan yang
menderita dispepsia sebanyak 27% (Reshetnikov, 2001).
Angka ini menunjukkan perbedaan presentase dispepsia yang sangat
tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh penyebab dispepsia yang multifaktorial,
sehingga dapat menyebabkan lebih tingginya tingkat kejadian di tempat yang satu
dengan yang lain. Selain itu, perbedaan operasional berdasarkan jumlah responden
juga dapat mempengaruhi hasil penelitian pada presentase akhirnya.
Dari data penelitian diatas, dapat dilihat bahwa sindroma dispepsia
memiliki variasi, baik dari segi jumlah keluhan (tabel 5.13), maupun dari jenis
keluhan, yaitu nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, kembung, cepat kenyang,
mual, muntah, dan sendawa (tabel 5.14). Hal ini sesuai dengan pernyataan pada
buku penyakit dalam yang menyatakan bahwa dispepsia merupakan kumpulan
gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa
penuh atau cepat kenyang, dan sendawa, dimana keluhan ini sangat bervariasi,
baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu
(Djojoningrat, 2001).
Berdasarkan data penelitian (tabel 5.14), didapatkan jenis keluhan
terbanyak yaitu nyeri epigastrium sebanyak 50,1%, dan keluhan yang paling
sedikit adalah muntah sebanyak 6,8%. Variasi keluhan serupa juga didapatkan
pada penelitian Ervianti (2008), dimana didapatkan sekitar 88% keluhan nyeri
epigastrium sebagai keluhan terbanyak, dan 40% keluhan muntah sebagai keluhan
yang paling sedikit.
5.2.3. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia
Dari hasil analisis data penelitian, didapatkan adanya hubungan antara
ketidakteraturan makan dengan dispepsia. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
hasil penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh Reshetnikov
(2007) kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal makan yang lama dan
ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Dan berdasarkan
31
penelitian lain yang dilakukan oleh Ervianti (2008) pada 48 orang subyek tentang
faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah
satu faktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia adalah
keteraturan makan.
Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia diantaranya
adalah pola makan (Djojoningrat, 2001). Selain jenis-jenis makanan yang
dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk,
tergesa-gesa, dan jadwal yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia
(Eschleman, 1984). Hal ini juga dapat dilihat dari data penelitian yang
menggambarkan pola makan 53,4% remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar
yang menunjukkan ketidakteraturan makan (tabel 5.3).
Selain faktor makanan, salah satu penyebab terjadinya dispepsia adalah
sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2001). Asam lambung adalah cairan
yang dihasilkan lambung dan bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk
pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi,
2009). Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi
mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak
daripada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Hal ini akan
menyebabkan terjadinya sindroma dispepsia.
Produksi asam lambung berlangsung terus-menerus sepanjang hari
(Redaksi, 2009). Penghasilan asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh
pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adanya makanan dalam mulut
secara refleks akan merangsang sekresi lambung. Pada manusia, melihat dan
memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jeda waktu makan
yang lama dapat mengakibatkan sindroma dispepsia.
Jeda waktu makan yang baik berkisar antara 4-5 jam (Iping, 2004). Dari
data penelitian didapatkan 72,6% responden memiliki jeda waktu makan diatas 6
jam, dimana 2,7% diantaranya bahkan memiliki jeda waktu lebih dari 10 jam
(tabel 5.10).
32
6.1. Kesimpulan
1. Pada remaja perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan lebih banyak
dijumpai ketidakteraturan makan.
2. Persentase kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan di SMA Al-
Azhar Medan cukup tinggi, dan gejala yang paling umum dikeluhkan adalah
nyeri epigastrium.
3. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara ketidakteraturan makan dengan
sindroma dispepsia. Besarnya angka kejadian sindroma dispepsia remaja
perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan ternyata sesuai dengan pola
makannya yang sebagian besar tidak teratur.
6.2. Saran
Peneliti menyarankan agar responden lebih memperhatikan pola makannya dan
lebih disiplin dalam mengatur jadwal makan sehari-hari. Bagi para responden
yang ingin melakukan tindakan diet untuk penurunan berat badan, peneliti
merekomendasikan panduan diet berdasarkan pedoman kesehatan.
Peneliti juga menyarankan kepada pihak asrama sekolah agar lebih
memperhatikan pola makan siswa-siswi dan membantu mereka agar lebih disiplin
dalam menjaga kesehatan secara aktif.
Bagi pelayanan kesehatan, diharapkan untuk memasukkan siswa siswi
SMA sebagai salah satu target promosi kesehatannya. Kegiatan yang dapat
disarankan untuk dilakukan adalah penyuluhan tentang dispepsia dan penyuluhan
tentang pola makan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Chang L, 2006. The Rome Criteria for the Functional GI Disorders. Medscape.
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/533460. [Accessed
2 February 2009]
Dahlan, M.S., 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 3rd ed. Jakarta:
Salemba Medika, 122-125.
Davidson S.S., Passmore R, Brock J.R., Truswell A.S., 1975. Human Nutrition
and Dietetics. 6th ed. Edinburgh: Churchill Livingstone, 466-467.
Djojoningrat D, 2001. Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu
Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 153-155.
Floyd, A.F., Mimms, S.E., Yelding, C., 2003. Personal Health: Perspective and
Lifestyle. 3rd ed. USA: Wadsworth, 291-292.
Hirlan, 2001. Gastritis. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. 3 rd ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 127-131.
36
Iping S, 2004. Metode Makan Kualitatif Cara Mutakhir Untuk Langsing dan
Sehat. Jakarta: Puspa Swara, 17-18.
Jones P.F., Brunt P.W., Gowat N.A., 1985. Integrated Clinical Science:
Gatroenterology. London: William Heinemann Medical Books, 70-71.
Jones R.H., Lydeard S.E., Hobbs F.D., Kenkre J.E., Williams E.I., Jones S.J.,
Repper J.A., Caldlow .J.L., Dunwoodle W.M., Bottomley J.M., 1990.
Dyspepsia in England and Scotland, Department of Primary Medical
Care, University of Southhampton.
Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367. [Accessed 27 February
2009]
McGuigan J.E., 1995. Ulkus Peptikum dan Gastritis. In: Isselbacher J.K.,
Braunwald E, Wilson J.D., Martin J.B., Fauci A.S., Kasper D.L., Harrison:
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 4. 13th ed. Jakarta: EGC,1532-
1534.
Nelson W.E., Behrman R.E, Kliegman R, Arvin A.M., 2000. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Vol 1. 15th ed. Jakarta: EGC, 75-78.
Roberts W.B., Williams S.R., 2000. Nutrition Throughout the Life Cycle. 4th ed.
Singapore: McGraw Hill, 262-267, 272, 294.
Sheerwood L, 2007. Human Physiology: From Cells to Systems. 6th ed. China:
Thomson Brooks, 590-602.
Shaib Y, Serag H.B., 2004. The Prevalence and Risk Factors of Functional
Dyspepsia in a Multiethnic Population in the United States. Am. J.
Gastroenterol 99 (11): 2210-2216.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15555004.
[Accessed 28 February 2009]
Wardlaw G.M., Kessel M.W., 2002. Perspective in Nutrition. 5th ed. New York:
McGraw Hill, 696-697.
LAMPIRAN
Nama :ANNISA
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Agustus 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tangguk Bongkar X No.23 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Al-Azhar
Medan
2. Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Swasta Harapan I
Medan
3. Tahun 2004 lulus Sekolah Menengah Pertama
Akselerasi Swasta Harapan II Medan
4. Tahun 2006 lulus Sekolah Menengah Atas Akselerasi
Swasta Al-Azhar Medan
Riwayat Pelatihan : 1. Tahun 2003 Upper Advanced-English Language Course
di International Language Centre
2. Tahun 2004 Training and Workshop on Biological
Research Microscope PT Fajar Mas Murni
3. Tahun 2004 Internet Application di Growth Centre
Medan
4. Tahun 2004 Microsoft Office Application di Growth
Centre Medan
5. Tahun 2008 Pelatihan Enumerator di Yayasan Kanker
Indonesia Cabang Sumatera Utara
6. Tahun 2009 Pelatihan Penulisan Karya Tulis
Mahasiswa dan Artikel Populer oleh Unit Bina
Kokurikuler Sahiva Universitas Sumatera Utara
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Selamat siang kepada saudari-saudari sekalian.
Peneliti : Annisa
NIM : 060100088
Fak/Jurusan : Kedokteran / Pendidikan Dokter
Nama :
Umur/Tgl Lahir : /
Kelas : I / II / III
Karakteristik Umur
Keteraturan Makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Makan Pagi
Makan Siang
Makan Malam
Makanan Tambahan
Tindakan Diet
Jumlah Keluhan
Nyeri Epigastrium
Rasa Terbakar
Kembung
Porsi Makan
Mual
sendawa
dispepsia
teratur Count 17 17 34
Total Count 47 26 73
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 73
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,11.
p1 p2 p3 p4 p5 p8 p10 ptotal
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
N 30 30 30 30 30 30 30 30
.685 7
Item Statistics
p1 3.1000 1.32222 30
p2 2.9000 1.06188 30
p3 3.3333 .99424 30
p4 3.3333 .95893 30
p5 3.1333 .81931 30
p8 3.2000 .76112 30
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics