Anda di halaman 1dari 10

Pneumonia pada Anak Usia 2 Tahun

Elisabeth Elida Elyus Mandalahi


102015062/B5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara nomor 6, Jakarta Barat, 11510

Pendahuluan
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit di mana alveolus bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer terinflamasi dan terisi oleh cairan. Pneumonia dapat juga
disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya,
seperti kanker paru-paru atau terlalu banyak minum alkohol, namun penyebab yang paling sering
ialah serangan bakteria Streptococcus pneumoniae, atau pneumokokus. Sebelum penemuan dari
antibiotik-antibiotik, satu per tiga dari semua orang-orang yang telah mengembangkan
pneumonia sesudah itu meninggal dari infeksi. Saat ini di dunia penyakit pneumonia dilaporkan
telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang
merenggut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. Diagnosis pneumonia secara klinis
umumnya mudah ditegakkan. Tanda dan gejalanya sangat khas yakni bila ditemukan demam,
batuk berdahak (sputum yang produktif) atau nyeri dada. Diagnosis lebih meyakinkan bila
didapatkan infiltrat pada pemeriksaan foto rontgen paru dan penemuan mikroba penyebabnya.

Anamnesis

Hal pertama yang ditanyakan pada saat anamnesis ialah identitas pasien. Identias pasien
yang ditanyakan adalah nama lengkap, usia, status pernikahan, pekerjaan, alamat, agama, suku
bangsa, tempat tanggal lahir, jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Setelah kita mendapatkan
data identitas pasien, kita akan mulai bertanya tentang penyakit pasien. Keluhan utama pasien
adalah sesuatu yang membawa pasien datang ke dokter. Di dalam kasus ini, keluhan utama
pasien adalah sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Kemudian tanyakan riwayat penyakit sekarang
kepada pasien. Kita dapat menanyakan sejak kapan pasien mengalami keluhan tersebut.
Tanyakan keluhan lain yang diderita pasien selain dari keluhan utama seperti demam, batuk, dan
pilek. Tanyakan juga upaya pengobatan apa saja yang telah dilakukan pasien. Untuk riwayat
penyakit dahulu, tanyakan apakah sebelumnya pasien memiliki keluhan lain seperti batuk, pilek
atau demam. Tanyakan juga riwayat penyakit yang dulu pernah diderita pasien, dan menanyakan
apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Tanyakan juga riwayat
penyakit pada keluarga pasien, apakah keluarganya ada yang menderita penyakit yang sama
juga. Tanyakan juga riwayat penyakit menular lainnya. Tanyakan juga riwayat pribadi pasien
seperti sosial-ekonomi, kdekat dengan pasien baik di lingkungan kerja, maupun lingkungan
rumah yang mengeluh hal yang sama dengan pasien. 

Pemeriksaan fisik

Pada kasus didapatkan tekanan nadi anak 110x/menit, berarti anak tersebut mengalami
Takikardia. Pada anak, tekanan nadi yang normal adalah 80-90 x/menit. Lakukan juga
pemeriksaan tekanan darah, tetapi pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
Tekanan darah normal pada anak adalah 80-100/60 mmHg. Suhu tubuh anak adalah 39°C,
normalnya adalah 36,6°C sampai dengan 37,2°C. Pernapasan anak adalah 55x/menit sehinga
disimpulkan bahwa anak mengalami tadipnea, normalnya pernapasan untuk anak adalah 20-30
x/menit. Pada pemeriksaan berat badan didapatkan berat pasien 12 kg. Menurut Kartu Menuju
Sehat (KMS), balita umur 2 tahun dengan berat 12 kg merupakan dalam keadaan normal, tidak
kekurangan gizi. Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada
pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan sampai dengan 5 tahun
adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.Pada
perkusi bisa didapatkan hati yang mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada
sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia. Pada perkusi
didapatkan suara redup pada sisi yang sakit. Pada auskultasi, auskultasi sederhana dapat
dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia
akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop pada kasus ini didapatkan bahwa terdapat
ronkhi halus pada kedua lapang paru. Dan didapatkan pula pernafasan cuping hidung (+), dan
retraksi intercostal dan subcostal (+).

Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus pneumonia, pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah 1) Pemeriksaan


laboratorium yang mana, pada pemeriksaan kali ini didapatkan peningkatan jumlah leukosit,
yang biasanya lebih dari 10.000/mm3, dan juga kadang-kadang bisa didapatkan 30.000/mm3 yang
pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri, dan disertai peningkatan laju endap darah, dan pada
kasus anak umur 2 tahun ini didapatkan bahwa leukosit nya adalah 20.000/ul 1 2) Pemeriksaan
radiologi adalah Pnumonia komunitas dapat didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis yang
muncul, misal batuk, demam, produksi sputum dan nyeri dada pleuritis, disertai pemeriksaan
imejing paru, biasanya dengan radiografi dada. Temuan pada pemeriksaan radiografi dada dapat
berkisar dari suatu bercak infiltrat kecil di area udara sebagai konsolidasi lobar dengan
bronkogram udara hingga infiltrat alveolar difus atau infiltrat interstisial. Efusi pleura dan
kavitasi juga dapat ditemukan. Hasil radiografi dada juga dapat digunakan untuk menentukan
derajat keparahan penyakit, dan terkadang juga dapat menentukan dugaan etiologi, misal
pneumatoceles pada infeksi akibat S.aureus.2 Dan pada kasus ini juga ditemukan bahwa, pada
pemeriksaan rontgen sendiri belum ada hasil.

Working Diagnosis

Pneumonia

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Juga
bisa didefinisikan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat, dan menimbulkan angka kesakitan yang tinggi,
dengan gejala-gejala batuk, demam, dan sesak nafas. Secara klinis Pneumonia dapat
diklasifikasikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit, dan lain-lain). Secara anatomi pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
Pneumonia lobaris, Pneumonia segmentalis, dan Pneumonia lobularis yang dikenal sebagai
Bronko pneumonia dan biasanya mengenai paru bagian bawah. Selain itu Pneumonia dapat juga
dibedakan berdasarkan tempat dapatannya, yaitu Pneumonia komunitas dan Pneumonia rumah
sakit.3

Different Diagnosis

1. Bronkopneumonia
adalah radang paru yang berasal dari cabang-cabang tenggorok yang mengalami infeksi
dan tersumbat oleh getah radang, menimbulkan pemadatan-pemadatan bergerombol
dalam lobulus paru yang berdekatan, biasanya terjadi akibat batuk rejan, campak,
influenza, tifus, dan sebagainya. Yang mana disebabkan oleh bakteri (pneumococus,
streptococus), virus pneumony hypostatik, syndroma loffller, jamur dan benda asing.4

2. Bronchitis
adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-
paru). Yang disebabkam oleh bakteri dan virus sekunder oleh S. pneumonia atau
hemophilus influenza. Bronchitis dibagi menjadi dua yaitu 1) bronchitis akut yang
disebabkan paling sering oleh virus seperti rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV),
virus influenza, virus pada influenza, dan coxsakie virus. 2) bronchitis kronis, penyebab
nya adalah asma atau infeksi kronik saluran nafas, dan sebagainya. Faktor dari
predisposisi bronchitis adalah alergi, perubahan cuaca, populasi udara, dan infeksi
saluran nafas atas kronik.5
3. Bronchiolitis
adalah infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang biasanya lebih
berat pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai dengan obstruksi
saluran pernapasan dan wheezing. Penyebab paling sering adalah Respiratory syncytial
virus. Infeksi bakteri sekunder bisa terjadi dan biasa terjadi pada keadaan tertentu.6
4. Tuberculosis
adalah salah satu penyakit tertua yang menyerang manusia dan penyebab utama kematian
di dunia. Penyakit ini disebakan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis kompleks dan
biasanya mengenai paru, dan meskipun organ lain dapat pula terlibat.7

Etiologi

Bermacam - macam mikroorganisme patogen dapat menyebabkan pneumonia, antara


lain, bakteri, virus, jamur, dan parasit.8 Pada pasien dewasa, penyebab pneumonia komunitas
yang sering ditemukan adalah bakteri golongan gram positif, yaitu Streptococcus pneumonia,
bersama dengan Staphylococcus aureus dan Haemophilus influenza merupakan bakteri patogen
golongan tipikal. Legionella, Chlamydophila, M.pneumoniae merupakan bakteri patogen
golongan atipikal.9 Virus dapat menyebabkan pneumonia, dan Respiratory Syncytial Virus
merupakan etiologi virus yang sering ditemukan. Pada beberapa kasus juga dapat ditemukan
virus influenza tipe A atau tipe B. Pada pasien dengan kondisi imun yang buruk dapat terjadi
pneumonia akibat infeksi jamur. Pada kasus yang jarang, pneumonia dapat disebabkan oleh
aspirasi objek atau substansi yang mengakibatkan iritasi dari paru – paru.10

Epidemiology

Pneumonia komunitas merupakan kondisi medis yang akut dan tersebar di seluruh
belahan dunia. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka rawat inap di
rumah sakit dan mortalitas di negara berkembang.19 Faktor -faktor resiko terjadinya pneumonia
komunitas, yaitu sebagai berikut :11

 Usia lanjut lebih dari 65 tahun


 Merokok
 Riwayat penyakit saluran pernapasan
 Memiliki penyakit komorbiditas, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit
ginjal, dan lain sebagainya
 Gangguan neurologis, yang dapat menyebabkan kesulitan menelan atau kesadaran yang
menurun
 Imunitas yang memburuk
 Alkoholisme
 Penggunaan antibiotik dan obat suntik intravena
 Riwayat pembedahan atau trauma

Berbagai penelitian epidemiologis sudah banyak dilakukan di tiap negara dan daerah, dan tidak
banyak terdapat perbedaan antara penelitian satu dengan penelitian lainnya. Pada salah satu
penelitian, insidensi meningkat pada kelompok usia yang lebih tua dengan pria lebih banyak
daripada wanita. Hal ini sejalan dengan penelitian lain oleh Tsai-Ling,dkk yang menyatakan
bahwa usia rerata subyek penelitian adalah sebesar 56,1 ± 22,8 dengan jumlah pria lebih banyak
dibandingkan wanita.12

Patogenesis

Paru – paru memiliki mekanisme pertahanan yang cukup kompleks dan bertahap.
Mekanisme pertahanan paru yang sudah diketahui hingga kini, antara lain:13
 Mekanisme pembersihan di saluran napas penghantar
Reepitelisasi saluran napas, flora normal, faktor humoral lokal (IgG dan IgA), sistem
transport mukosilier, refleks bersin dan batuk, aliran lendir.
 Mekanisme pembersihan di bagian pergantian udara pernapasan
Adanya surfaktan, imunitas humoral lokal IgG, makrofag alveolar dan mediator
inflamasi.
 Mekanisme pembersihan di saluran udara subglotik
Terdiri dari anatomik, mekanik, humoral, dan seluler. Merupakan pertahanan utama dari
benda asing di orofaring, seperti adanya penutupan dan reflek batuk.

Pneumonia disebabkan oleh adanya proliferasi dari mikroorganisme patogen pada tingkat
alveolar dan bagaimana respon individu terhadap patogen yang berproliferasi tersebut. Hal ini
erat kaitannya dengan 3 faktor yaitu keadaan individu, utamanya imunitas (humoral dan seluler),
jenis mikroorganisme pathogen yang menyerang pasien, dan lingkungan sekitar yang
berinteraksi satu sama lain. Ketiga faktor tersebut akan menentukan klasifikasi dan bentuk
manifestasi dari pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosis empirik, rencana terapi secara
empiris, serta prognosis dari pasien.14

Mikroorganisme menyerang traktus respiratorius paling banyak adalah melalui aspirasi sekret
orofaringeal. Aspirasi terjadi sering pada saat tidur, terutama pada lansia, dan pada pasien
dengan tingkat kesadaran yang menurun. Beberapa patogen menyerang melalui inhalasi dalam
bentuk droplet, misal Streptococcus pneumoniae. Pada kasus yang jarang, pneumonia
disebabkan penyebaran infeksi via hematogen, misal tricuspidal endocarditis atau melalui
penyebaran infeksi yang meluas dari infeksi pleura atau infeksi rongga mediastinum.15

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteru sama seperti infeksi pada
umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan antibiotika
spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri pathogen diketahui, antibiotika
diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai patogen (Kemenkes, 2005).Sebagai
tatalaksana umum dengan pasien yang mempunyai saturasi oksigen < 92% pada saat benapas
dengan udara kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92% (IDAI, 2009).16

Petunjuk terapi empiris menurut PDPI (2003)

Rawat Jalan:

1. Tanpa faktor modifikasi

Golongan β lactam atau β lactam + anti β lactamase

2. Dengan faktor modifikasi :

Golongan β lactam + anti β lactamase atau fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,

moksifloksasin, gatifloksasin)

3. Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru (roksitrosin, klaritromisin, azitromisin)

Rawat inap

1. Tanpa faktor modifikasi : Golongan beta laktam + anti beta laktamase i.v atau Sefalosporin
G2,

G3 i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v

2. Dengan faktor modifikasi :Sefalosporin G2, G3 i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v

3. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik ditambah makrolid baru

Ruang rawat intensif

1. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas : Sefalosporin G3 i.v nonpseudomonas ditambah

makrolid baruatau fluorokuinolon respirasi i.v

2. Ada faktor risiko infeksi pseudomonas : Sefalosporin G3 i.v anti pseudomonas i.v atau

karbapenem i.v ditambah fluorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin) i.v atau


aminoglikosida i.v.

3. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : sefalosporin anti pseudomonas i.v atau
carbamapenem

i.v ditambah aminoglikosida i.v ditambah lagi makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi i.v.

Antibiotika

1. Golongan Makrolida

Derivat makrolida tersebut terdiri dari spiramysin, midekamisin, roksitromisin, azitromisin dan
klaritromisin (Farmakologi, 2009). Aktivitas antimikroba golongan makrolida secara umum
meliputi Gram positif coccus seperti Staphylococcus aureus, coagulasenegatif staphylococci,
streptococci β-hemolitik dan Streptococcus spp. lain,enterococci, H. Influenzae, Neisseria spp,
Bordetella spp, Corynebacterium spp, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia dan Legionella spp.
Azitromisin memiliki aktivitas yang lebih poten terhadap Gram negatif, volume distribusi yang
lebih luas serta waktu paruh yang lebih panjang. Klaritromisin memiliki fitur farmakokinetika
yang meningkat (waktu paruh plasma lebih panjang, penetrasi ke jaringan lebih besar) serta
peningkatan aktivitas terhadap H. Influenzae, Legionella pneumophila. Sedangkan roksitromisin
memiliki aktivitas setara dengan eritromisin, namun profil farmakokinetiknya mengalami
peningkatan sehingga lebih dipilih untuk infeksi saluran pernapasan. Hampir semua komponen
baru golongan makrolida memiliki tolerabilitas, profil keamanan lebih baik dibandingkan dengan
eritromisin. Lebih jauh lagi derivat baru tersebut bisa diberikan satu atau dua kali sehari,
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien. 16

2. Golongan Beta lactam

Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen struktur
berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.
Terdapat sekitar ± 56 macam antibotik beta-laktam yang memiliki aktivitas antimikrobial pada
bagian cincing beta laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh mikroorganisme maka
akan terjadi resistensi antibiotik terhadap antibiotik tersebut. Antibiotik beta-laktamase bekerja
membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan
dinding sel, terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan
menghasilkan ikatan silang antara dua rantai peptida-glukan. Enzim transpeptidase yang terletak
pada membran sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik betalaktam sehingga
menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel
tetap terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan
yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi. Pada kondisi
normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan
membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-
laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel bakteri tersebut.
Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel maupun mengalami lisis akan mati. Yang
termasuk kedalam golongan beta laktam adalah penisilin, sefalosforin, karbapenam, dan
monobaktam serta penghambat beta laktamase dengan kobinasinya.16

Komplikasi 17

a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.

b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli paru dan infark

miokard akut.

c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)

d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial

e. Sepsis

f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan

g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)

h. Abses paru

i. Efusi pleura

Prognosis
Progonosis bergantung pada usia pasien, komorbiditas, dan tempat perawatan (rawat jalan, atau
rawat inap). Pasien berusia muda tanpa komordibitas akan berprognosis baik dan biasaya
sembuh sempurna dalam sekitar 2 minggu. Dan pasien yang lebih tua dan yang memiliki
penyakit komorbid mungkin memerlukan waktu beberapa minggu lebih lama sebelum pulih
sempurna. Dan angka kematian dari keseluruhan untuk kelompok rawat jalan adalah <1%. Dan
untuk pasien yang memerlukan rawat inap, angka kematian keseluruhan diperkirakan adalah
10%, dengan sekitar 50% kematian berkaitan langsung dengan pneumoninya.18

Kesimpulan

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang termasuk
dalam salah satu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Pneumonia ditandai dengan
infeksi, inflamasi dan konsolidasi pada paru. Penyebabnya bisa berupa jamur, bakteri, virus, atau
benda asing. Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai