Dika Mira
Dika Mira
Di Susun Oleh :
V-C Keperawatan
Kelompok 2
HARDI USIA
MIRAWATI GOBEL
Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyanyang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat- Nya yang telah melimpahkan rahmat dan
inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang telah diberikan oleh
dosen kami menegenai PATOFSIOLOGI & ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN REUMATIK HEART DISEASE (RHD)
Makalah imi telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak dan berbagai macam referensi sehingga membantu memperlancar pembuatan makalah
kami. Untuk itu kami sampaikan banyak terimah kasih kepada berbagai macam pihak yang turut
membantu dan berkontribusi dalam pembuatan makalah kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh kerena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari dosen agar kami dari kelompok 2 dapat memperbaiki
makalh kami.
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi
dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh
demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit
yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan
demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada
pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung),
aritmia (gangguan irama jantung) dan gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit
jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup
pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa
setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit
pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan
gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun
karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata
3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat
RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung
sebelum usia 40 tahun.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Penyakit Jantung Rematik?
b. Apa etiologi dari Penyakit Jantung Rematik?
c. Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Jantung Rematik?
d. Bagaimana manifestasi klinik dari Penyakit Jantung Rematik?
e. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Rematik?
f. Bagaimana pencaegahan dari Penyakit Jantung Rematik?
g. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Penyakit Jantung Rematik?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Jantung Rematik
b. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
c. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
d. Untuk mengetahui klinik dari Penyakit Jantung Rematik
e. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
f. Untuk mengetahui dari Penyakit Jantung Rematik
g. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan Penyakit Jantung Rematik
BAB II
LANDASAN TEORI
Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun yang
biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang tenggorokan).
(Robbins dan Kumar, Buku Ajar Patologi edisi 4)
Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis rematik
akut yang berulang kali (Kapita Selekta jilid I edisi III).
Kelainan jantung yang terjadi akibat demam reumatik atau kelainan karditis reumatik (Taranta A
dan Markowits, 1981).
B. Epidemiologi
Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun dengan puncaknya
pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun yang biasanya
terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang tenggorokan). Wanita
dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang. Frekuensi demam reumatik akut di
negara-negara maju dalam 100 tahun terakhir ini banyak sekali menurun, misalnya di Denmark,
terdapat kasus ini kira-kira 200 per 100.000 populasi pada tahun 1860, dan menurun sampai 10
per 100.000 populasi pada tahun 1960.
Di Srilangka pada tahun 1978 masih tercatat insidensi demam reumatik sebanyak 47 per
100.000 populasi, dan untuk umur 5-19 tahun tercatat 140 per 100.000 populasi. Penyakit
jantung rematik terbanyak terdapat pada sentra industri dengan populasi yang berlebih .Taranta
dan Markowitz (1981) melaporkan demam reumatik merupakan penyebab utama kelainan
jantung pada umur 5-30 tahun. Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik merupakan
penyebab kematian utama dari kelainan jantung pada umur di bawah 45 tahun dan 25-40%
penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung reumatik untuk semua umur. Di Yogyakarta
pada dokumen medis RSUP Dr. Sardjito tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari
seluruh penderita kelainan penyakit jantung.
C.ETIOLOGI
Penyakit jantung reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh
Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A. Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada
timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik kemungkinan terdapat pada faktor
individu itu sendiri.
a. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki.
Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun
manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
b. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik /
penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun
dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun
dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini
dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi
Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6
tahun.
c. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan
faktor predisposisi untuk timbulnya penyakit jantung reumatik.
d. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel streptokokus
beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katup jantung. Kemungkinan ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
D. Patofisiologi terjadinya penyakit
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat demam
reumatik, atau kelainan karditis reumatik. Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri
streptokokus beta hemolitikus Grup A. Bakteri ini akan menginfeksi saluran pernapasan atas
yaitu tenggorokan yang nantinya akan menyebabkan peradangan dan infeksi pada tenggorokan
sehingga menyebabkan terjadinya faringitis dan tonsillitis. Akibat peradangan atau infeksi ini,
merangsang terbentuknya antibodi sehingga bereaksi dengan antigen streptokokus yang
mengakibatkan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Akibat terjadinya reaksi imunologis ini
menyebabkan terjadinya demam reumatik. Demam reumatik bisa bersifat menetap dan
reversible. Reversible terjadi jika pasien dengan demam reumatik memilki sistem imun yang
baik sehingga dapat disembuhkan. Sebaliknya, bila sistem imun pasien ini menurun, maka
demam reumatik ini bisa berlanjut (berulang-ulang) dalam jangka waktu yang lama. Demam
reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele), sehingga dalam serum penderita terdapat
antibodi anti otot jantung. Antibody ini mengakibatkan terjadinya respon autoimun dimana
antibody ini dianggap sebagai antigen (antigen pada katup jantung) sehingga terjadi reaksi
perlawanan antara antibodi yang dihasilkan dalam tubuh dengan antigen streptokokus dan
antigen katup jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya peradangan pada katup jantung dan dapat
pula disertai dengan gejala –gejala seperti karditis (kriteria mayor dan kriteria minor). Bila
terdapat 2 kriteria mayor /1 kriteria mayor disertai dengan 2 kriteria minor akan mengakibatkan
terjadinya pnyakit jantung reumatik (RHD).
(Pohon masalah terlampir)
E. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam
4 stadium.
a. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
Keluhannya :
Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
b. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan permulaan
gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat
timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
c. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya
berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis
tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifestasi spesifik demam
reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
Demam yang tinggi
Lesu
Anoreksia
Lekas tersinggung
Berat badan menurun
Kelihatan pucat
Epistaksis
Athralgia
Rasa sakit disekitar sendi
Sakit perut
d. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung
/ penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup dan tidak menunjukkan gejala apa-
apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala
yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam
reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi
penyakitnya.
Hari
Tgl/ Diagnosa Tujuan /
No Intervensi Rasional
Wak keperawatan kriteria hasil
tu
1. - Ketidakefektifan Setelah Mandiri Mandiri
pola nafas tidak diberikan - Evaluasi frekuensi - Respon pasien
berhubungan askep selama pernapasan dan bervariasi. Kecepatan
dengan 2x24 jam kedalaman. Catat dan upaya mungkin
ketidakadekuatan diharapkan upaya pernapasan, meningkat karena
oksigen menuju pola nafas contoh adanya nyeri, takut, demam,
paru-paru efektif dispnea, penurunan volume
dengan penggunaan otot sirkulasi (kehilangan
kriteria bantu pernapasan, darah atau cairan),
hasil : pelebaran nasal. akumulasi secret,
Pasien hipoksia atau distensi
tidak sesak gaster. Penekanan
nafas pernapasan
Frekuensi (penurunan kecepatan)
pernapasan dapat terjadi dari
normal (16- penggunaan analgesic
24 kali berlebihan.
permenit) Pengenalan dini dan
pengobatan ventilasi
abnormal dapat
mencegah komplikasi.
- Auskultasi bunyi
napas ditujukan untuk
- Auskultasi bunyi mengetahui adanya
napas. Catat area bunyi napas tambahan.
yang menurun atau
tidak adanya bunyi
napas dan adanya
bunyi napas
tambahan, contoh
krekels atau ronki Kolaborasi
Kolaborasi - Reekspansi paru
- Bantu dalam dengan pelepasan
pemasangan akumulasi darah atau
kembali selang udara dari tekanan
dada atau negative pleural.
torakosentesis bila
diindikasikan
2. - Penurunan curah Setelah Mandiri Mandiri
jantung diberikan - Kaji/pantau - Perbandingan dari
berhubungan askep selama tekanan darah. tekanan memberikan
dengan disfungsi 3x24 jam Ukur pada kedua gambaran yang lebih
miokardium diharapkan tangan /paha untuk lengkap tentang
curah jantung evaluasi awal. keterlibatan/bidang
normal. Gunakan ukuran masalah vaskular.
Dengan manset yang tepat Hipertensi berat
kriteria dan teknik yang diklarifikasikan pada
hasil : akurat. orang dewasa sebagai
pasien peningkatan tekanan
tidak mudah diastolik sampai 130;
lelah hasil pengukuran
Pasien diastolik diatas 130
tidak sesak dipertimbangkan
napas sebagai peningkatan
Tekanan pertama, kemudian
darah normal maligna. Hipertensi
yaitu sistolik sistolik juga
(100- merupakan faktor
140)mmHg resiko yang ditentukan
dan diastolik untuk penyakit
(60- serebrovaskular dan
90)mmHg penyakit iskemi
Nadi jantung bila tekanan
normal (60- diastolik 90 sampai
100 kali 115.
permenit) - Denyutan karotis,
Tidak ada jugularis, radialis, dan
sianosis femoralis mungkin
Tidak ada teramati/ terpalpasi.
edema Denyut pada tungkai
mungkin menurun,
mencerminkan efek
dari vasokontriksi
(peningkatan SVR),
dan kongesti vena.
- Adanya pucat, dingin,
kulit lembab dan masa
- Catat keberadaan, pengisian kapiler
kualitas denyutan lambat mungkin
sentral dan perifer. berkaitan dengan
vasokontriksi atau
mencerminkan
dekompensasi
/penurunan curah
jantung.
- Amati warna - Dapat
kulit, kelembaban, mengindikasikan
suhu, dan masa gagal jantung,
pengisian kapiler. kerusakan ginjal atau
vaskular.
-Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stres,
membuat efek tenang,
sehingga akan
- Catat edema menurunkan TD.
umum/tertentu. - Dapat
mengindikasikan
gagal jantung,
kerusakan ginjal atau
- Anjurkan teknik vaskuler.
relaksasi, panduan - Dapat menurunkan
imajinasi, aktivitas rangsangan yang
pengalihan. menimbulakan stres,
membuat efek tenang,
- Pantau respon sehingga akan
terhadap obat menurunkan TD.
untuk mengontrol - Respon terhadap
tekanan darah. terapi obat “steppen”
(yang terdiri atas
neureting, inhibitor
simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan efek
sinergis obat. Karena
efek samping tersebut,
maka penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah paling
Kolaborasi sedikit dan dosis
- Berikan paling rendah
pembatasan cairan Kolaborasi
dan diet natrium - Pembatasan ini dapat
sesuai indikasi menangani retensi
cairan dengan respon
hipertensif, dengan
demikian menurunkan
beban gagal jantung.
3. - Gangguan perfusi Setelah Mandiri Mandiri
jaringan diberikan - Selidiki - Perfusi serebral secara
berhubungan askep selama perubahan tiba-tiba langsung sehubungan
dengan gangguan 3x24 jam atau gangguan dengan curah jantung
aliran darah diharapkan mental kontinyu, dan juga dipengaruhi
sekunder akibat tidak ada contoh: cemas, oleh elektrolit atau
inflamasi gangguan bingung, letargi, variasi asam basa,
perfusi pingsan. hipoksia, atau emboli
jaringan sistemik.
dengan - Lihat pucat, - Vasokontriksi sistemik
kriteria sianosis, belang, diakibatkan oleh
hasil : kulit dingin atau penurunan curah
Pasien lembab. Catat jantung mungkin
tidak merasa kekuatan nadi dibuktikan oleh
nyeri perifer. penurunan perfusi
Tidak ada kulit dan penurunan
sianosis nadi.
Pasien - Kaji tanda edema. - Indikator trombosis
tidak pucat - Pantau vena dalam.
Tidak ada pernapasan, catat - Pompa jantung gagal
edema kerja pernapasan. dapat mencetuskan
distress pernapasan.
Namun dispnea tiba-
tiba atau berlanjut
menunjukkkan
Kolaborasi komplikasi
- Pantau data tromboemboli paru.
laboratorium, Kolaborasi
contoh: GDA, - Indikator perfusi atau
BUN, creatinin, fungsi organ.
dan elektrolit.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor
yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum
B. Saran
Dalam menerapkan asuhan keperawatan klien dengan jantung rematik diperlukan pengkajian,
konsep teori oleh seorang perawat informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk klien
dengan jantung rematik selain itu pengobatan terbaik untuk jantung rematik adalah pencegahan
dan pengobatan dini terhadap penyebabnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman, T Heather (Ed). 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta : EGC.
Hidayat, A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Markum, AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Robbins dan Kumar. 2003. Buku Ajar Patologi. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Jakarta: EGC.
Sarwono, W. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Suriadi dan Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Suryanah. 2000. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.