Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Janin yang Terjadi di Rahim Wanita

Elisabeth Elida Elyus Mandalahi, Erni, Danny Aguswahyudy Jeremy, Ricky Saputra, Agnes Wisela
Gunawan, Vivie Veronica Tanama, Nur Azeha BT Mohd Emran

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Abstrak

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya


konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin. Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria
dan wanita yang terjadi di ampula tuba fallopi. Implantasi adalah perlekatan blastokista pada
lapisan epitel uterus yang akan mengalami penetrasi pada lapisan kompakta endometrium
yang terjadi pada hari ke 6 (blastula).

Gastrulasi adalah stadium embrio dini yang terjadi setelah blastula, yang terdiri atas 3
lapisan yang telah memvaginasi untuk membentuk arkenteron dan lubang (blastopor).
Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh yang akan berlanjut
membentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm, endoderm.

Kata kunci : fertilisasi, implantasi, gastrulasi, organogenesis

Abstract

Pregnancy is the process by which sperm penetrates the ovum to the conception and
fertilization until birth of the fetus. Fertilization is the process of unification of male and
female gametes that occurs in the ampulla of the fallopian tube. Implantation is the
attachment of the blastocyst to the epithelial lining of the uterus to be experienced
penetration of the lining of the endometrium kompakta occurred on day 6 (blastula).

Gastrulation is early embryonic stage that occurs after the blastula, which consists of
three layers which have memvaginasi to form the archenteron and holes (blastopor).
Organogenesis is the process of formation of organs or organ that will continue to form
three layers are the ectoderm, mesoderm, endoderm.

1|Page
Keywords : fertilization, implantation, gastrulation, organogenesis

Pendahuluan

Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya


konsepsi dan fertilisasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir. 1 Kehamilan terjadi ketika
hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa ovulasi atau masa subur (keadaan
dimana rahim melepaskan sel telur), dan sperma (air mani) dari pria membuahi sel telur dari
wanita.2 Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran
(38 minggu dari pembuahan).1

Perkembangan manusia biasanya berlangsung selama 264-268 hari sejak  pertumbuhan sampai


kelahiran. Secara umum masa perkembangan tersebut dibagi menjadi masa blastema (dari
pembuahan sampai gastrulasi), masa embrional (ketika sistem organ besar sedang dibentuk),
dan fetal (pada minggu kelahiran sampai kelahiran dan terjadi pematangan organ).2

Fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi
di ampula tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat
dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita
selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya
masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus
dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa
belum mampu membuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.1

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang
pada manusia berlangsung kira-kira 8 jam. Selama waktu itu, suatu selubung glikoprotein
dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel
korona dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona
pellusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat
serupa tripsin. Pada fertilisasi mencakup 3 fase :

2|Page
 Fase 1 : penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita,
hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang
diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu
sperma yang akan membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet
wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
 Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi
akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona
pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona
pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini
mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang
melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan
perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan
membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatoza pada permukaan zona
yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida
tetapi hanya satu yang menembus oosit.
 Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel
tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah
hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara
selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada
manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput
plasma tertingal di permukaan oosit. Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel
telur menanggapinya dengan 3 cara yang berbeda :
1. Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
a. Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatoza lain.
b. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah
penambatan dan penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi
dapat dicegah.

3|Page
2. Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel
anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan
kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive. Kromosomnya (22+X)
tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus
wanita.
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh
spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi
kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan
awal embriogenesis. Sementara itu, spermatozoa bergerak maju terus hingga
dekat sekali dengan pronukleus wanita. Intinya membengkak dan membentuk
pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara
morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu
mereka saling rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Salama masa
pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid) harus
menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2
sel tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal.3

Implantasi

Implantasi adalah perlekatan blastokista pada lapisan epitel uterus yang akan
mengalami penetrasi pada lapisan kompakta endometrium yang terjadi pada hari ke 6
(blastula). Sel telur yang telah dibuahi (zigot) akan segera membelah diri membentuk bola
padat (zona pellucida) terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil (blastomer), pada hari ketiga
akan membelah menjadi 16 sel blastomer (morula) dan pada hari yang keempat di dalam
zona pelusida mulai membentuk rongga, bangunan ini disebut blastula.3

Di dalam blastula memiliki struktur penting, yaitu:

1. Lapisan terluar yang disebut dengan trofoblas, yang akan menjadi plasenta.

2. Embroblas (inner cell mass) atau lapisan endometrium, yang akan menjadi janin.

Sel trofoblas dari blastokista akan mengeluarkan enzim yang akan menyebabkan
stratum kompaktum mengalami erosi dan ditempat tersebut akan terjadi invansi, lalu sel

4|Page
trofoblas akan membelah membentuk sel superfisial, sel superfisial yang tidak mempunyai
batas yang jelas disebut sel-sel sinsitio trofoblas.3 Sintio trofoblas makin lama meluas dan
membentuk lapisan korion dan juga bersifat sebagai kelenjar endokrin dengan menghasilkan
hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Sel trofoblas yang mula-mula berbatasan
dengan rongga blastosol disebut dengan sel sitotrofoblas.3

Pada hari yang keempat blastula masuk kedalam endometrium dan pada hari yang
keenam menempel pada endometrium setelah itu pada hari yang kesepuluh seluruh blastula
(blastokis) sudah terbenam didalam endometrium.4

• Proses pembentukan plasenta (plasentasi)

Pada perkembangan lebih lanjut sintio trofoblas membentuk suatu ruang yang disebut
dengan ruang intra villi; sedangkan sito trofoblas akan membentuk massa sel pada tempat-
tempat tertentu dan merupakan jonjot-jonjot (tonjolan-tonjolan) yang akan diisi oleh
mesoderm embrio; jonjot yang dibentuk oleh sel-sel sito trofoblas dan sel sel mesoderm
embrio ini disebut villi chorialis.3

Villi chorialis akan menjorok ke dalam pembuluh darah yang berasal dari
endometrium (pembuluh darah maternal) untuk memudahkan pertukaran oksigen, nutrien,
dan bahan sisa.4 Villi chorialis sebelum terisi pembuluh darah maka sel-sel maternal yang ada
di ruang inter villi (ruang villi bagian dalam) akan dihancukan oleh suatu enzim yang akan
diabsorpsi oleh trofoblas dan selanjutnya diangkut ke embrio, cara ini disebut nutrisi
histotopik.3 Bila villi chorialis telah berisi pembuluh darah, maka villi chorialis dapat
menggadakan difusi sehingga darah dari ruang intra villi dapat mengalir ke janin, mekanisme
ini disebut nutrisi hemotropik, nutrisi tersebut akan dipertahankan sampai janin lahir. 4
Semenjak dimulainya kehamilan, endometrium yang dibawah pengaruh hormon progesteron
akan mengadakan penebalan, dan selanjutnya disebut dengan jaringan desidua.3

Jaringan desidua dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Jaringan desidua yang tidak ditempati embrio disebut desidua parietalis.4

2. Desidua yang langsung berada di bawah blatokista disebut desidua basalis.5

3. Desidua yang menutupi korion dan terletak di antara korion dan cavum uteri disebut
desidua kapsularis.3

5|Page
Gastrulasi

Gastrulasi adalah stadium embrio dini yang terjadi setelah blastula, yang
terdiri atas 3 lapisan (glastrula) yang telah memvaginasi untuk membentuk arkenteron
dan lubang (blastopor).6 Gastrulasi adalah suatu proses yang dinamis, dimana
berlangsung migrasi sel-sel secara terintegrasi yang dilakukan melalui berbagai
macam gerakan-gerakan morfogenik, yang dibedakan menjadi dua macam pergerakan
yaitu epiboli dan emboli.3 Epiboli (gerakan melingkup) adalah pergerakan lapisan
epithelium (ektoderm) yang terjadi diluar embrio, gerakan yang besar berlangsung
menurut poros bakal anterior-posterior tubuh, sementara bakal mesoderm dan
endoderm bergerak dan mengakibatkan epiboli menyesuaikan diri sehingga ektoderm
terus menyelaputi seluruh embrio.5

Emboli (gerakan menyusup) adalah pergerakan yang terjadi di dalam embrio,


berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm; notocord; prechorda dan endoderm
yang bergerak ke arah blastocoel.3 Gerakan emboli terdiri dari, gerakan membelok ke
dalam (involusi); gerakan menyempit (konvergensi); gerakan mencekuk dan melipat
suatu lapisan (invaginasi); gerakan menjulur suatu lapisan (evaginasi); gerakan
memisahkan diri sekelompok sel dari kelompok utama atau lapisan asal (delaminasi);
gerakan memencar (divergensi); dan gerakan meluas (extensi).5

Pembelahan Sel

 Fase Morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan berkali-kali. Pembelahan sel dimulai dari
satu menjadi dua. Dua menjadi empat, dan seterusnya. Pada saat pembelahan sel
terjadi pembelahan yang tidak bersamaan. Pembelahan yang cepat terjadi pada bagian
vertikal yang memiliki kutub fungsional atau kutub hewan (animal pole) dan kutub
vegetatif (vegetal pole).1 Antara dua kutub ini dibatasi oleh daerah sabit kelabu (grey
crescent). Setelah pembelahan terjadi pada bagian vertikal, kemudian dilanjutkan
dengan hagian horizontal yang membelah secara aktif sampai terbentuk 8 sel.
Pembelahan sel berlanjut sampai terbentuk 16-64 sel. Embrio yang terdiri dan 16-64
sel inilah yang disebut morula.4

6|Page
 Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk
pada fase morula. Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut berbeda. Pada
kutub fungsional terdapat sitoplasma yang lebih sedikit dibandingkan dengan kutub
vegetatif. Konsentrasi sitoplasma yang berbeda menentukan arah pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya. Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah
selesai dibentuk. Hal ini ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua
kutub yang berisi cairan dan disebut blastosol. Embrio yang memiliki blastosol
disebut blastula. Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi. Setelah Fase
blastula selesai dilanjutkan dengan fase gastrula.4
 Fase Gastrula
Pada fase gastrula, embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai
menghilangkan blastosol. Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan
cepat. Akibatnya, sel-sel pada kutub vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam
(invaginasi). Invaginasi akan membentuk dua formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm)
dan lapisan dalam (endoderm). Bagian ektoderm akan menjadi kulit dan bagian
endoderm akan menjadi berbagai macam saluran. Bagian tengah gastrula disebut
dengan arkenteron.4 Pada perkembangan selanjutnya, arkenteron akan menjadi
saluran pencernaan pada hewan vertebrata dan beberapa invertebrata. Bagian luar
yang terbuka pada gastrula menuju arkenteron disebut dengan blastofor. Bagian ini
dipersiapkan menjadi anus dan pada bagian ujung akan membuka dan menjadi mulut.
Pada fase ini akan terjadi lanjutan diferensiasi sebagian endoderm menjadi bagian
mesoderm. Pada akhir fase gastrula telah terbentuk bagian endoderm, mesoderm,
dan ektoderm.6

7|Page
Pembentukan 3 Lapisan Embrional

Organogenesis

Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini
diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian
berdiferensiasi menjadi bentuk dan rupa yang spesifik.7 Pada tahap organogenesis memiliki
dua periode atau tahapan yaitu :

a. Periode pertumbuhan antara (Transisi) Pada periode ini terjadi transformasi dan
diferensiasi bagian– bagian tubuh embrio sehingga menjadi bentuk yang definitif yang
khas bagi suatu spesies.7
b. Periode Pertumbuhan Akhir Periode pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian
bentuk definitive menjadi suatu bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman/
wajah yang khas bagi suatu individu).7
Pada masa organogenesis tiga lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm mengalami
diferensiasi atau pembentukan organ antara lain sebagai berikut : Lapisan benih ectoderm,
mesoderm dan endoderm ditunjuk sebagai lapisan benih primer karena asal-usul semua
organ dapat ditelusuri kembali ketiga lapisannya. Ektoderm membentuk epidermis kulit,
epitel rongga mulut dan hidung, dan sistem saraf dan organ-organ indera. Bentuk
mesoderm otot dan jaringan ikat, termasuk tulang, dan komponen peredaran darah,
kencing dan genital sistem. Bentuk endoderm epitel mukosa dan kelenjar sistem
pernapasan dan pencernaan.8

Derivat Ektoderm

8|Page
Lapisan mudigah ektoderm membentuk organ dan struktur yang memelihara
hubungan dengan dunia luar : susunan saraf pusat, sistem saraf tepi, otak, epitel sensorik
telinga, hidung, dan mata; kulit, termasuk rambut dan email gigi. SSP berasal dari ektoderm
dan muncul sebagai lempeng saraf pada pertengahan minggu ketiga. Setelah tepi-tepi
lempeng saraf melipat, lipatan saraf saling mendekati di garis tengah untuk menyatu menjadi
tabung saraf. Ujung cranial menutup pada sekitar hari ke-25, dan diujung kaudal menutup
pada hari ke-27. SSP kemudian membentuk suatu struktur tubular dengan bagian sefalik
melebar, otak, dan bagian kaudal memanjang, korda spinalis. Korda spinalis yang
membentuk ujung kaudal SSP, ditandai oleh lempeng basal yang mengandung neuron
motorik, lempeng alar untuk neuron dan lempeng lantai serta lempeng atap sebagai lempeng
penghubung antar kedua sisi.1

Otak yang membentuk bagian cranial SSP, semula terdiri dari tiga vesikel :
rombensefalon (otak belakang), mesensefalon (otak tengah) dan proensefalon (otak depan).
Rombensefalon dibagi menjadi miensefalon yang membentuk medulla oblongata dan
metensefalon dengan aferen dan eferen. Vesikel otak ini juga membentuk serebelum (otak
kecil). Mesensefalon (otak tengah) mirip korda spinalis dengan eferen dan aferen. Aferen
mesensefalon membentuk kolikulus anterior dan posterior masing-masing sebagai pemancar
untuk pusat pengelihatan dan pendengaran. Diensefalon berkembang menjadi thalamus dan
hipotalamus. Telensefalon bagian paling rostal dari vesikel otak terdiri dari hemisferium
serebri dan satu bagian tepi lamina terminalis.9

Derivat Mesoderm

Mula-mula sel-sel dari lapisan mesoderm membentuk sebuah lembaran tipis jaringan
longgar pada kanan kiri garis tengah. Bagian yang paling penting dari lapisan mesoderm
adalah mesoderm paraaksial, intermediet, dan lempeng lateral. Mesoderm paraaksial
membentuk somitomer, yang membentuk mesenkim di kepala dan tersusun sebagi somit-
somit di segmen oksipital dan kaudal. Somit membentuk miotom (jaringan otot), sklerotom
(tulang rawan dan tulang), dan dermatom (jaringan subkutan kulit), yang semuanya
merupakan jaringan penunjang tubuh. Mesoderm juga membentuk system pembuluh, yaiut
jantung, pembuluh nadi, pembuluh balik, pembuluh getah bening, dan smeua sel darah dan
sel getah bening. Disamping itu ia membentuk system kemih kelamin; ginjal, gonad, dan

9|Page
saluran-salurannya (tetapi tidak termasuk kandung kemih). Akhirnya, limpa dan korteks
adrenal juga merupakan derivate mesoderm.7

Derivat Endoderm

Lapisan endoderm menghasilkan lapisan epitel saluran pencernaan, saluran


pernafasan, dan kandung kemih. Lapisan ini juga membentuk parenkim tiroid, kelenjar
paratiroid, hati dan kelenjar pankreas. Akhirnya lapisan epitel kavum timpani dan tuba
eustachius juga berasal dari endoderm. Sebagai akibat dari pembentukan sistem-sistem organ
dan pertumbuhan sistem saraf pusat yang cepat, cakram mudigah yang mula-mula datar
mulai melipat dengan arah sefalokaudal, sehingga terbentuklah lipatan kepala dan ekor.
Cakram ini juga melipat dengan arah lintang, sehingga terdapat bentuk tubuh yang bulat.
Hubungan dengan kantung kuning telur dan plasenta dipertahankan masing-masing melalui
duktus vitellinus dan tali pusat.9

Kesimpulan

Proses pertama terjadinya kehamilan, yaitu diawali dengan adanya peristiwa fertilisasi pada mpulla
tuba falopi, yang akan dilanjutkan pada tahap embriologi berupa implantasi dan terjadi beberapa kali
pembelahan. Setelah pembelahan terjadi, dilanjutkan proses gastrulasi hingga membentuk embrio. Dengan
proses perkembangan embriologi yang normal dan sempurna, maka dapat dibentuk juga organ tersebut
dengan sempurna dan menjalankan fungsinya dengan baik dan sesuai setelah masa kelahiran
atau postnatal.

Daftar Pustaka

1. Sadler TW. Embriologi kedokteran Langman. Edisi 7. Jakarta : EGC; 2007. h.47.

10 | P a g e
2. Yulaikhah L. Seri asuhan kebidanan kehamilan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.h.30.
3. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandunga, dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.50.
4. Priastini R, Hartono B. Biologi sel dan biologi molekuler. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2014.h.101.
5. Farrer H. Perawatan maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.
6. Heffner LJ, Schust DJ. Sistem reproduksi. Jakarta: Erlangga; 2009.h.57.
7. Yatim W. Embriologi untuk mahasiswa biologi dan kedokteran. Bandung : Tarsito;
2006.h.60.
8. Gilbert SF. Developmental biology. USA : Sinauer Associates, Inc; 2010.h.17.
9. Kimbal, JW. Biologi edisi kelima. Erlangga : Jakarta; 2009.h.100.

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai