Anda di halaman 1dari 10

NAMA: VINNA ARLINDA

NPM 1714201110090

Kelas B smst 6

LAPORAN ANALISA KASUS

1. KASUS 1 (INTRAOCULAR FOREIGN BODIES)


a. Definisi
Intraocular foreign bodies(IOFB) atau tertinggalnya benda asing dalam ruang
intraokular melibatkan 41% dari cedera open-globe.Benda asing tersebut dapat
berupa objek apapun, kebanyakan merupakan logam yang dapat berlokasi dalam
struktur okular manapun baik superfisial hingga rongga yang dalam. Cedera IOFB
secara teknis merupakan cedera penetrasi dan bersifat emergensi. Akan tetapi,
implikasi klinis yang berbeda membuat kelainan ini dikelompokkan tersendiri
oleh karena modalitas tatalaksana, waktu, dan resiko endophthalmitis
b. Etiologi
Percikan benda asing paling sering muncul selama memalu benda asing; pemolesan,
pengelasan, pengeboran, dan sebagainya juga situasi umum [ 24 ]. Penyebab kedua dan
ketiga adalah bahan peledak dan kembang api lainnya, yang ketika dikombinasikan
menyumbang 31,8%, lebih tinggi dari laporan Zhang et al. (27,8%) [ 2 ]. Logam adalah
IOFB pertama. IOFB yang kedua adalah bahan peledak non-magnetik. Perbedaannya
mungkin karena bahan peledak yang lebih banyak digunakan dalam produksi industri
Cina dan kebiasaan Cina menyalakan kembang api.
Dalam hal penyebab, percikan benda asing tetap menjadi penyebab utama IOFB pada
populasi penelitian selama sepuluh tahun. Demikian pula, persentase pasien dari
kembang api tidak berubah secara signifikan selama periode tersebut, yang mungkin
dijelaskan oleh kebiasaan Cina dalam menyalakan kembang api dan oleh kesadaran
keselamatan yang tidak ditingkatkan dalam bermain kembang api [ 21 ]. Selain itu,
persentase IOFB dari bahan peledak lain (tidak termasuk kembang api) menurun dari
tahun ke tahun, yang mungkin dikreditkan ke peningkatan otomatisasi dan langkah-
langkah perlindungan dalam industri dengan risiko tinggi ledakan, seperti industri batu
bara, metalurgi, dan pertambangan.
c. Tanda Gejala
1) Mata berair.
2) Gatal pada mata.
3) Mata merah.
4) Bintik putih pada kornea.
5) Pandangan kabur.
6) Terasa seperti ada sesuatu di mata.
7) Mata terasa sangat sakit.
8) Fotofobia (mata sensitif terhadap cahaya
d. Penatalaksanaan
Dalam prinsip tatalaksana kasus IOFB, pengeluaran benda asing merupakan
pilihan terbaik. Akan tetapi, apabila tindakan yang akan dilakukan diperkirakan
akan menimbulkan keadaan yang lebih buruk pada mata, pengeluaran benda
asing tidak diindikasikan, terutama pada objek yang tidak secara langsung
merusak struktur intraokular. Beberapa jenis benda asing, seperti gelas, plastik,
pensil (grafit), batu, aluminium dan emas dapat ditoleransi oleh mata. Objek-
objek logam dengan potensial redoks yang rendah atau objek yang
terkontaminasi dengan material organik dapat meningkatkan morbiditas. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan antara lain:

1) Toksisitas : Objek logam yang mengandung besi, timbal atau tembaga dan
campurannya harus dikeluarkan dikarenakan efek toksik pada jaringan
intraokular. Siderosis bulbi yang disebabkan oleh logam besi yang terionisasi,
ditandai dengan rust-colored corneal stroma (stroma kornea berwarna merah
kecoklatan), heterokromia iris dengan warna kecoklatan, pupil yang dilatasi
dan nonreaktif, deposit warna jingga pada epitel lensa dan korteks anterior
dan degenerasi retina.Efek toksik oleh tembaga menimbulkan chalcosis akut
yang ditandai dengan endophthalmitis steril, corneal dan scleralmelting,
hipopion, dan lepasnya retina. Temuan klinis lain meliputi cincin Kayser-
Fleischer, heterokromia iris dengan warna kehijauan, katarak berbentuk
”sunflower”, dan degenerasi retina.

2) Kontaminasi: apabila kejadian cedera terjadi di luar ruangan, resiko benda


terkontaminasi dengan material organik lebih tinggi sehingga resiko
endophthalmitis lebih tinggi.

Terapi utama dalam manajemen benda asing intraokular adalah operatif dengan
tujuan primary repair dan IOFB removal. Komplikasi IOFB yang paling sering
adalah endophthalmitis baik IOFB. Pemberian antibiotik topikal dan sistemik
diperlukan baik sebagai manajemen preoperatif dan hingga 7-10 hari setelah
operasi.

2. KASUS 2 (TRAUMA KIMIA PADA MATA)


a. Definisi
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan mata.
Trauma kimia mata dapat disebabkan karena adanya kontak dengan bahan kimia
yang bersifat asam atau basa. Trauma kimia pada mata dapat mengakibatkan
kerusakan kornea dan segmen anterior yang cukup parah serta kerusakan visus
permanen tergantung lamanya kontak bahan kimia dengan mata dan kedalaman
penetrasi bahan kimia.
b. Penyebab
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik
pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan
oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia yang
bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan
dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.
c. Tanda Gejala
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi
beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada
trauma basa lebih berat dibanding trauma Asam
d. Penatalaksanaan
1) Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat selama
minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut dapat
digunakan. Larutan asam tidak boleh digunakan untuk menetralisasi trauma
basa. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat digunakan sebelum
dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas
untuk dapat mengirigasi fornices.
2) Lima sampai sepuluh menit setelah irigasi dihentikan, ukurlah pH dengan
menggunakan kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral
(pH=7.0)
3) Jika pH masih tetap tinggi, konjungtiva fornices diswab dengan menggunakan
moistened cotton-tipped applicator atau glass rod. Penggunaan Desmarres
eyelid retractor dapat membantu dalam pembersihan partikel dari fornix
dalam.

3. KASUS 3 (TRAUMA OKULI)


a. Definisi

Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat.
Ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :
a. Trauma okuli non perforans, yaitu akibat benda tumpul dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat,
mampu menimbulkan efek atau komplikasi jaringan seperti pada kelopak
mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita
secara terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata
dengan ciri-ciri :
- Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)
- Mungkin terjadi robekan konjungtiva
- Adanya perlukaan kornea dan sklera
- Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
b. Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
- Adanya dinding orbita yang tertembus
- Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar
- Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

b. Penyebab
Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah tangga, di tempat kerja,
maupun di jalan raya. Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata
adalah kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat
olah raga, dan kecelakaan lalu lintas (Vats, 2008). Trauma pada mata dapat
mengenai jaringan mata seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina,
papil saraf optik, dan orbita (Ilyas, 2011)
c. Tanda Gejala
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain:
1) Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata
atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor
akueus dapat keluar dari mata.
2) Memar pada sekitar mata
Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma
pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.
3) Penurunan visus dalam waktu yang mendadak
Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama
terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior
maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina
dan avulsi nervus optikus.
4) Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya
pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
5) Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal
injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula
ditemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
6) Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra.
Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
7) Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan
nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
8) Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen
anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat
benda asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah
satu mekanisme perlindungan pada mata.
9) Fotofobia
Fotofobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya
benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada
segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata
menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain
fotofobia pada pasien trauma mata adalah lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris
menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak
sinar yang masuk ke dalam mata.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola
mata, makaakan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :

- Mata merah, nyeri, fotofobia, blepharospasme dan lakrimasi.


- Tajam penglihatan yang menurun akibat tedapatnya kekeruhan media refrakta
secaralangsung atau tidak langsung akibat ruma tembus tersebut.
- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata.
- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea.
- Bentuk dan letak pupil berubah.
- Terlihatnya rupture pada kornea atau sclera.
- Adanya hifema pada bilik mata depan
- Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris lensa, badan kaca atau
retina.
d. Penatalaksanaan
1) Tirah baring sempurna (bed rest total)
Penderita ditidurkan dalam keadaan telentang dengan posisi kepala
diangkat(beri alas bantal). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada
pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi perdarahannya
2) Bebat mata
Hal ini mengurangi pergerakan bola mata yang sakit, serta menghindari bola
mata dari paparan benda asing yang dapat memperparah serta menyebabkan
infeksi luka/perforasi bola mata
3) Pemakaian obat-obatan
a) Koagulansia, golongan obat ini dapat diberi peroral maupun parenteral,
berguna untuk menghentikan atau menekan perdarahan
b) Okular hipotensiv drug. Acetazolamide secara oral sebanyak 3x sehari
bilamana ditemukan kenaikan TIO
c) Kortikosteroid dan antibiotika
d) Obat-obatan lain. Sedativa dapat diberikan bilamana penderita gelisah.
Diberikan analgerik bilamana timbul nyeri.
4) Terapi operatif
Tujuan pertama dari perbaikan awal yang berhubungan dengan pembedahan
suatu laserasi corneoscleral adalah memugarkan kembali integritas bola
mata . tujuan kedua yang mungkin terpenuhi adalah memugarkan kembali
perbaikan visus. Jika prognosis visus mata yang terluka adalah sia-sia dan
pasien beresiko menderita sympathetic ophthalmic, enukleasi harus
dopertimbangkan. Enukleasi primer hanya dapat dilakukan pada luka yang
tidak dapat dilakukan perbaikan dari segi anatomi, maka dari itu pasien
dianjurkan untuk memilih prosedur lain

4. KASUS 4 (LASERASI KONJUNGTIVA)


a. Definisi
Laserasi konjungtiva dapat berupa luka trauma yang lebih dalam. Sangat penting
bahwa semua pasien dengan laserasi konjungtiva dilakukan pemeriksaan secara
keseluruhan dan meluas (termasuk evaluasi fundus) untuk mengesampingkan
cedera bola mata terbuka. Dalam kasus IOFB (Intraocular foreign body) dapat
ditemukan lesi konjungtiva yang halus dan hampir tidak terlihat

b. Penyebab
dapat disebabkan oleh adanya perlukaan dan benda asing yang mengganggu epitel
permukaan mata
c. Tanda Gjala
Nyeri , kemerahana, sensasi ada sesuatu dalam mata, Akibat Laserasi pada kornea
dan sclera: gejala termasuk penurunan kemampuan penglihatan dan rasa sakit
d. Penatalaksanaan
Tatalaksana utama pada kasus-kasus trauma pada mata adalah Tindakan
rekonstruksi guna mencegah perburukan prognosis dan mengembalikan kualitas
hidup pasien.Semua trauma yang terjadi pada mata dan mengganggu serta
menimbulkan gejala adalah indikasi untuk dilakukannya rekonstruksi. Pada kasus
trauma mata bila jelas terjadi ruptur bola mata, sebaikanya dilakukan pembedahan
dalam kondisi steril dan dengan anesteasi umum. Obat sikloplegik atau antibiotic
topikal tidak boleh diberikan sebelum pembedahan karena potensi toksisitas pada
jaringan intraocular yang terpajan.
1) Medikamentosa
a) Antibiotik Topikal Antibiotik yang bersifat ointment dapat berfungsi
sebagai lubrikan. Pastikan menggunakan antibiotic golongan
fluoroquinolone misal ciprofloxacin 500mg dua kali sehari.11
b) Analgetik Penggunaan analgetik topical tidak disarankan digunakan untuk
pereda nyeri pasca ekstraksi karena memperpanjang masa penyembuhan
epitel. Penggunaan obat larutan topical NSAID (cth. Ketorolac) dapat
meredakan nyeri dan tidak menghambat proses penyembuhan.
2) Non-Medikamentosa
a) Rekonstruksi Palpebra Adanya laserasi pada palpebral harus dilakukan
pemeriksaan bola mata. setiap laserasi kelopak mata atau palpebra harus
diperbaiki dengan penutupan horizontal langsung bila memungkinkan,
bahkan jika di bawah tekanan, karena ini menghasilkan hasil fungsional
dan kosmetika yang baik.1
- Superficial Laserasi superfisial yang sejajar dengan kelopak mata tanpa
celah dapat dijahit dengan benang silk 6-0. jahitan diangkat setelah 5 hari
- Lid Margin laserasi tepi kelopak mata yang terbuka harus dijahit atau di
rekonstruksi dengan hati – hati. 1) Mengevaluasi untuk kemungkinan
hilangnya jaringan 2) Mengevaluasi setiap tepi jaringan yang ireguler
atau jaringan yang terkontaminasi 3) Penjahitan batas palpebra dijahit
dengan menggunakan benang silk 6-0 yang ditempatkan orifisium
kelenjar meibom jahitan harus memanjang 2 mm dengan kedalaman 1
mm. 4) Tarsal plate di tutup dengan benang absorbable long acting
menggunakan benang poyglycolic acid (dexon)6-0.

Anda mungkin juga menyukai