NPM 1714201110090
Kelas B smst 6
1) Toksisitas : Objek logam yang mengandung besi, timbal atau tembaga dan
campurannya harus dikeluarkan dikarenakan efek toksik pada jaringan
intraokular. Siderosis bulbi yang disebabkan oleh logam besi yang terionisasi,
ditandai dengan rust-colored corneal stroma (stroma kornea berwarna merah
kecoklatan), heterokromia iris dengan warna kecoklatan, pupil yang dilatasi
dan nonreaktif, deposit warna jingga pada epitel lensa dan korteks anterior
dan degenerasi retina.Efek toksik oleh tembaga menimbulkan chalcosis akut
yang ditandai dengan endophthalmitis steril, corneal dan scleralmelting,
hipopion, dan lepasnya retina. Temuan klinis lain meliputi cincin Kayser-
Fleischer, heterokromia iris dengan warna kehijauan, katarak berbentuk
”sunflower”, dan degenerasi retina.
Terapi utama dalam manajemen benda asing intraokular adalah operatif dengan
tujuan primary repair dan IOFB removal. Komplikasi IOFB yang paling sering
adalah endophthalmitis baik IOFB. Pemberian antibiotik topikal dan sistemik
diperlukan baik sebagai manajemen preoperatif dan hingga 7-10 hari setelah
operasi.
Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat.
Ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :
a. Trauma okuli non perforans, yaitu akibat benda tumpul dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat,
mampu menimbulkan efek atau komplikasi jaringan seperti pada kelopak
mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita
secara terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata
dengan ciri-ciri :
- Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)
- Mungkin terjadi robekan konjungtiva
- Adanya perlukaan kornea dan sklera
- Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada
b. Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :
- Adanya dinding orbita yang tertembus
- Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar
- Prolaps bisa muncul, bisa tidak.
b. Penyebab
Trauma okuli dapat terjadi diberbagai tempat, di rumah tangga, di tempat kerja,
maupun di jalan raya. Keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata
adalah kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan aki atau baterai, cedera akibat
olah raga, dan kecelakaan lalu lintas (Vats, 2008). Trauma pada mata dapat
mengenai jaringan mata seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina,
papil saraf optik, dan orbita (Ilyas, 2011)
c. Tanda Gejala
Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain:
1) Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya
Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata
atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor
akueus dapat keluar dari mata.
2) Memar pada sekitar mata
Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma
pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.
3) Penurunan visus dalam waktu yang mendadak
Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertama
terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior
maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina
dan avulsi nervus optikus.
4) Penglihatan ganda
Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya
pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat
menyebabkan penglihatan ganda pada pasien.
5) Mata bewarna merah
Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal
injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula
ditemui pada trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.
6) Nyeri dan rasa menyengat pada mata
Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra.
Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.
7) Sakit kepala
Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan
nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.
8) Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata
Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen
anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat
benda asing hal ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah
satu mekanisme perlindungan pada mata.
9) Fotofobia
Fotofobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya
benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada
segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata
menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain
fotofobia pada pasien trauma mata adalah lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris
menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung melebar sehingga banyak
sinar yang masuk ke dalam mata.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola
mata, makaakan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :
b. Penyebab
dapat disebabkan oleh adanya perlukaan dan benda asing yang mengganggu epitel
permukaan mata
c. Tanda Gjala
Nyeri , kemerahana, sensasi ada sesuatu dalam mata, Akibat Laserasi pada kornea
dan sclera: gejala termasuk penurunan kemampuan penglihatan dan rasa sakit
d. Penatalaksanaan
Tatalaksana utama pada kasus-kasus trauma pada mata adalah Tindakan
rekonstruksi guna mencegah perburukan prognosis dan mengembalikan kualitas
hidup pasien.Semua trauma yang terjadi pada mata dan mengganggu serta
menimbulkan gejala adalah indikasi untuk dilakukannya rekonstruksi. Pada kasus
trauma mata bila jelas terjadi ruptur bola mata, sebaikanya dilakukan pembedahan
dalam kondisi steril dan dengan anesteasi umum. Obat sikloplegik atau antibiotic
topikal tidak boleh diberikan sebelum pembedahan karena potensi toksisitas pada
jaringan intraocular yang terpajan.
1) Medikamentosa
a) Antibiotik Topikal Antibiotik yang bersifat ointment dapat berfungsi
sebagai lubrikan. Pastikan menggunakan antibiotic golongan
fluoroquinolone misal ciprofloxacin 500mg dua kali sehari.11
b) Analgetik Penggunaan analgetik topical tidak disarankan digunakan untuk
pereda nyeri pasca ekstraksi karena memperpanjang masa penyembuhan
epitel. Penggunaan obat larutan topical NSAID (cth. Ketorolac) dapat
meredakan nyeri dan tidak menghambat proses penyembuhan.
2) Non-Medikamentosa
a) Rekonstruksi Palpebra Adanya laserasi pada palpebral harus dilakukan
pemeriksaan bola mata. setiap laserasi kelopak mata atau palpebra harus
diperbaiki dengan penutupan horizontal langsung bila memungkinkan,
bahkan jika di bawah tekanan, karena ini menghasilkan hasil fungsional
dan kosmetika yang baik.1
- Superficial Laserasi superfisial yang sejajar dengan kelopak mata tanpa
celah dapat dijahit dengan benang silk 6-0. jahitan diangkat setelah 5 hari
- Lid Margin laserasi tepi kelopak mata yang terbuka harus dijahit atau di
rekonstruksi dengan hati – hati. 1) Mengevaluasi untuk kemungkinan
hilangnya jaringan 2) Mengevaluasi setiap tepi jaringan yang ireguler
atau jaringan yang terkontaminasi 3) Penjahitan batas palpebra dijahit
dengan menggunakan benang silk 6-0 yang ditempatkan orifisium
kelenjar meibom jahitan harus memanjang 2 mm dengan kedalaman 1
mm. 4) Tarsal plate di tutup dengan benang absorbable long acting
menggunakan benang poyglycolic acid (dexon)6-0.