Anda di halaman 1dari 7

Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

I. JUDUL
“Tegangan tembus tegangan tinggi bolak balik pada berbagai macam konfigurasi
elektroda.”

II. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat ;
a. Membedakan dan menganalisis tegangan tembus di udara pada tegangan bolak-balik
dengan menggunakan berbagai macam konfigurasi elektroda.
b. Membuat dan menganalisis karakteristik tembus berbagai bentuk konfigurasi
elektroda.
c. Menentukan efisiensi medan berbagai macam konfigurasi dan bentuk elektroda dan
pengaruh jarak sela elektroda terhadap efisiensi medan.

III. DASAR TEORI


Udara sering kali digunakan sebagai media isolasi untuk teknik tegangan tinggi.
Tegangan tembus pada sebuah media gas dipengaruhi beberapa p[arameter seperti; tipe
bentuk tegangan (AC, DC, Impuls), bentuk medan listrik, dan kondisi gas (tekanan dan
temperature).
Terjadinya tegangan tembus pada suatu dielektrikum ditentukan oleh efisiensi medan
diantara dielektrikum tersebut. Menurut Schwaiger, pada sela susunan elektroda dapat
didefinisikan factor efisiensi medan (η) yang dinyatakan dalam :
E rata−rata
η=
E max
U
E rata−rata=
S

Emax tergantung pada bentuk geometris dari sela elektroda.

Jadi effisiensi tergantung pada bentuk geometris dari sela elektroda misalnya:

 Sela pelat datar, η = 1


R
rln( )
 Silinder coaxial, η= r
R−r
r = jari-jari silinder dalam

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 1


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

R = jari-jari silinder luar


r
 Bola kosentris, η=
R

r = jari-jari silinder dalam

R = jari-jari silinder luar

Faktor efisiensi medan ini dapat pula ditentukan secara empiris, dimana efisiensi
sebagai fungsi dari p dan q.

s+r
Fungsi p adalah sebagai berikut ; p=
r

R
Fungsi p adalah sebagai berikut ; q=
r

Dimana; s = sela elektroda

R,r = jari-jari elektroda

Bila efisiensi medan suatu elektroda diketahui dapat ditentukan besarnya kuat
medan maksimum dari suatu dielektrikum pada sela elektroda tersebut. Demikian pula
jika kuat medan tembus suatu dielektriku diketahui maka dengan diketahuinya factor
efisiensi medan suatu sela elektroda dapat ditentukan besarnya tegangan tembus yang
akan dipasangkan pada elektroda tersebut, yaitu: Ub=Eb . s . η

Untuk dielektrik udara, besar Eb adalah 30 kV/cm pada keadaan normal.

IV. GAMBAR RANGKAIAN

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 2


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

V. LANGKAH PERCOBAAN
1. Membuat rangkaian seperti gambar di atas.
2. Memasang elektroda jarum-jarum.
3. Mengambil s=10 mm, menaikkan Vp sampai terjadi tembus pada sela elektroda.
Mencatat U2 pada saat terjadinya tembus. Mengulangi sebanyak tiga kali.
4. Mengulangi langkah 3 untuk s ; 20 mm, 30 mm, 40 mm, dan 50 mm.
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk konfigurasi elektroda;
 Batang-batang
 Piring-piring
 Jarum-piring
 Bola1-bola2 ( d1= 100 mm, d2= 50 mm)
 Bola1-piring (d1 = 100 mm)
6. Menurunkan Vp, mematikan sumber dan percobaan selesai.

VI. DATA HASIL PERCOBAAN


Jarum - Bola-piring Bola-bola Piring- Jarum- Batang-
No s (mm) Jarum piring piring batang
Û(kV) Û(kV) Û(kV) Û(kV) Û(kV) Û(kV)
4 8 4 6 4 4
1 10 4 8 4 6 4 4
4 8 4 8 4 4
8 18 12 10 8 8
2 20 8 18 12 10 8 8
8 18 12 12 8 8
3 30 10 20 16 24 10 10
10 20 16 24 10 10

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 3


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

10 20 18 22 12 10
12 26 22 32 1 12
4 40 12 26 22 30 16 10
12 28 22 30 16 10
17 32 30 40 20 16
5 50 17 32 30 40 20 16
17 32 30 40 20 16

VII. ANALISA DATA DAN GRAFIK


a. Pada jarum-jarum, η = 1 karena homogen.
S = 50 mm = 5 cm
Ud = Vrata-rata x √2
= 17 x √2
= 24,04 kV
Ud
Emaks =
sxη
24,04
=
5 x1
= 4,8 Kv

b. Pada piring-piring, η = 1 karena homogen.


S = 50 mm = 5 cm
Ud = Vrata-rata x √2
= 40 x √2
= 56,56 kV
Ud
Emaks =
sxη
56,56
=
5x 1
= 11,3 Kv

Data Hasil Perhitungan

Bola-piring Bola-bola Piring-piring Jarum-piring Batang-batang


s Jarum –Jarum (kV) (kV) (kV) (kV) (kV)
No
(mm) (kV)

1 10 5,65 11.31 5,65 9.42 5,65 5,65

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 4


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

2 20 11.31 25.45 16.97 14.14 11.31 11.31


3 30 14.14 30.16 23.57 32.99 14.14 14.14
4 40 16.97 37.71 31.11 43.36 23.57 15.08
5 50 24.04 45.52 42.42 56.56 28.28 22.62

Vbd = f (S)
60

50

40
jarum-jarum
Bola-piring
Bola-bola
30
kV

piring-piring
jarum-piring
Batang-batang
20

10

0
10 20 30 40 50
Sphere (mm)

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknik Tegangan Tinggi kali ini yaitu membahas tentang
Tegangan Tembus AC Pada Berbagai Macam Konfigurasi Elektroda. Elektroda yang
digunakan pada praktikum ini sendiri bermacam – macam antara lain menggunakan,
piring, jarum, bola serta batang. Konfigurasi ini terdiri dari jarum-jarum, batang – batang,
piring – piring, jarum – piring, bola1 – bola2, serta bola1 – piring. Untuk bola1 berdiameter
100 mm dan untuk bola2 berdiameter 50 mm. Pada saat percobaan berlangsung,
dilakukan 3 kali pengambilan data untuk setiap jarak masing – masing konfigurasi
elektroda.
Grafik diatas merupakan Grafik fungsi tegangan tembus terhadap jarak
konfigurasi. Konfigurasi yang dibandingkan pada grafik berikut yaitu konfigurasi Jarum-

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 5


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

Jarum, Batang-Batang, Piring-Piring, Jarum – Piring, Bola1 – Bola2, dan Bola1 – Piring.
Untuk konfigurasi yang memiliki tegangan tembus yang paling tinggi yaitu terdapat pada
konfigurasi Piring-Piring dengan nilai Û mencapai 56,56 kV, selain itu konfigurasi yang
memiliki tegangan tembus tinggi lainnya adalah konfigurasi Bola-Piring dengan nilai Û
mencapai 45,52. nilai ini didapatkan pada saat jarak 50 mm. Sedangkan untuk nilai
tegangan tembus yang paling rendah pada kondisi dimana jarak konfigurasi ada pada
nilai 50 mm adalah konfigurasi Batang-Batang dengan nilai Û = 22,62 kV. Untuk
konfigurasi jarum-jarum pun relative lebih kecil nilai Û nya yaitu 24,04 kV. Dapat
diambil kesimpulan bahwa semakin besar jarak antar konfigurasi maka berbanding lurus
dengan tegangan tembus yang dihasilkan. Selain itu, bentuk dari konfigurasi ini juga
berpengaruh pada nilai tegangan tembus, dimana semakin besar ukuran dari konfigurasi
maka semakin besar pula tegangan tembus yang dihasilkan, ini dapat dilihat pada
konfigurasi piring-piring, dimana konfigurasi ini merupakan konfigurasi yang memiliki
ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan konfigurasi lain yang mana menghasilkan
Û yang lebih besar.

IX. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ;
 Semakin jauh jarak konfigurasi (s) maka semakin besar pula nilai tegangan tembus
(Û) yang dihasilkan.
 Bentuk (ukuran) sebuah konfigurasi mempengaruhi nilai tegangan tembus (Û).
 Nilai tegangan tembus (Û) yang paling besar ada pada konfigurasi Piring – Piring
pada kondisi dimana jarak antar konfigurasi (s) 50 mm, yaitu Û = 56,56 kV.
 Nilai tegangan tembus (Û) yang paling rendah ada pada konfigurasi Batang-Batang
pada kondisi dimana jarak antar konfigurasi (s) 50 mm, yaitu Û = 22,62 kV.

X. TUGAS
1. Mengapa pengangkal petir ujungnya dibuat runcing?
Mengapa batang tembaga penangkal petir konvensional dibuat runcing, hal ini karena
muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam yang
runcing. Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan
listrik yang ada di awan menuju ke batang tembaga penangkal petir yang runcing ini.
Batang tembaga penangkal petir yang runcing ini dipasang pada bagian puncak suatu
bangunan. Dan semua sistem penangkal petir konvensional bekerja persis seperti ini.

2. Mengapa ujung switchyard berbentuk bulat?

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 6


Tegangan tembus tegangan tinggi AC pada berbagai macam konfigurasi elektroda.

Karena peralatan tegangan tinggi relative tinggi, maka isolasinya menopang tekanan
medan elektrik yang tinggi. Oleh karena itu, konstruksinya dirancang dengan
memperbesar dimensi bahan isolasi agar mampu menopang tekanan medan elektrik
yang tinggi.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Deni, Ahmad. 2005. Modul Praktikum Tegangan Tinggi. Bandung ; Politeknik Negeri
Bandung, Jurusan Teknik Konversi Energi.
Zein, Hermagasantos. 2010. Buku Bahan Ajar Teknik Tegangan Tinggi. Bandung ;
Politeknik Negeri Bandung, Jurusan Teknik Konversi Energi.

Laporan Praktikum Tegangan Tinggi 7

Anda mungkin juga menyukai