Anda di halaman 1dari 53

Induced Draft Fan

 Pengertian Induced Draft Fan


Induced draft fan memegang peranan yang sangat penting bagi sebuah PLTU. ID fan
berfungsi untuk mengalirkan flue-gas hasil pembakaran bahan bakar untuk dibuang ke atmosfer
agar keseimbangan udara pembakaram di Furnace tetap terjaga. ID fan beroperasi dengan
menghasilkan udara dengan tekanan dibawah tekanan atmosfer sehingga dapat mengalirkan flue-
gas keluar atmosfer melalui chimney

Gambar 2.45 Induced Draft Fan


(Sumber : https://djwanah1987.wordpress.com/2012/03/11/24/)
Pada kebanyakan instalasi, keandalan yang lebih besar diperoleh dengan cara membagi kapasitas
total fan antara dua fan yang beroperasi secara paralel. Jika satu fan rusak, maka fan yang lainya
hanya dapat membawa 60% atau lebih dari beban penuh boiler, tergantung dari ukuran fan
tersebut. Alternatif lainnya dapat pula dilakukan dengan menyediakan satu fan sebagai
redundant, namun hal ini harus ditinjau terlebih dahulu secara ekonomi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan ID fan adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi yang tinggi
ID fan harus memiliki efisiensi yang tinggi, sebab kinerja ID fan harus disesuaikan dengan
kinerja boiler.
2. Konstruksi dan keandalan ID Fan Konstruksi ID fan harus terjamin kehandalannya serta
bebas perawatan, sebab ID Fan akan bekerja secara non-stop tanpa berhenti hingga boiler
tersebut berhenti bekerja.
3. Proteksi ID Fan
ID fan harus dapat memutuskan arus kerja saat terjadi overload pada motor dan mampu
menggontrol motor penggerak ID fan itu sendiri.
4. Kestabilan
Karena akibat tekanan yang bervariasi dan masa pakai ID fan tersebut, sehingga ID fan
tersebut harus dapat mengontrol aliran udara dari boiler ke chimney selama ID fan bekerja.
5. Material Handling
Karena ID fan bekerja pada temperatur yang tinggi serta udara yang memiliki kontaminan
yang tinggi, maka sangat penting pemilihan bahan dari ID fan agar kinerja ID fan tersebut
tetap dalam kondisi optimal ketika bekerja.
6. Sistem Pendingin
Seperti yang telah dijelaskan bahwa ID fan bekerja pada temperature yang tinggi, maka
diperlukan suatu sistem pendingin untuk mencegah terjadinya overheating pada ID fan.

Selain keenam hal tersebut, dalam pemilihan fan hal yang harus diperhatikan pula adalah fan
margin. Perhitungan fan margin merupakan aspek yang paling critical dalam menentukan ukuran
fan yang benar. Margins yang dimaksudkan mengenai beberapa aspek yakni volume, head,
temperatur ambient dan temperatur kerja termasuk juga kondisi pada saat boiler maximum
continuous rating (MCR).
Regulasi mengenai safety margin untuk fan secara terus-menerus diperbaharui dan didesain
kembali oleh para engineers untuk menghindari kesalahan dalam menentukan margin agar tidak
terlalu besar, karena dapat meningkatkan biaya investasi dan akan meningkatkan penggunaan
energi. Umumnya pelaku industry manufaktur fan telah menyepakati nilai safety margin untuk
draft fan pada boiler jenis coal fire yakni sebagai berikut (Rayaprolu 2009, p.313):
- 20% untuk volume
- 44% untuk variable preasure head
- 20% untuk temperatur operasi

 Perancangan Induced Draft Fan


Untuk dapat menentukan kapasitas fan yang digunakan, maka hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengetahui besarnya laju massa atau volume flue-gas yang ingin dibuang ke
atmosfer. Kemudian baru dapat menentukan spesifikasi dari fan yang digunakan.

a) Perhitungan Laju Massa Flue Gas


Gas asap merupakan produk hasil dari pembakaran bahan bakar dengan udara. Berdasarkan
reaksi pembakaran, komposisi dari gas asap yang dihasilkan dalam setiap 1 kg bahan bakar
yang di bakar dapat dihitung dengan persamaan sabagai berikut (Djokosetyardjo, 2006):

CO2 = 3.67 x ©[ 𝐾𝑔𝑢𝑑𝐾𝑔𝑏𝑏]


SO2 = 2 s (S)[ 𝐾𝑔𝑢𝑑𝐾𝑔𝑏𝑏]
H2O = 9 (H) + (H2O)[ 𝐾𝑔𝑢𝑑𝐾𝑔𝑏𝑏]
N2 = 76.86 % x udara pembakaran + N2% [ 𝑔𝑢𝑑𝐾𝑔𝑏𝑏]
excess air 𝑂2=23,14%×(𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑒𝑥𝑐𝑒𝑠𝑠 𝑎𝑖𝑟 - 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠)

b) Menghitung Massa Jenis Gas Buang


Massa jenis gas buang dapat dihitung dengan menjumlahkan semua massa jenis gas-gas yang
terkandung pada gas buang, sehingga perlu dihitung massa jenis dari setiap gas dengan
persamaan berikut:
𝜌=𝑃×𝑀𝑟×𝑅×𝑇
𝜌𝑔𝑏=Σ𝜌
Keterangan
ρ = massa jenis (kg/m3)
P = tekanan udara pada 1 atm/ 1.01 x105 𝑃𝑎
Mr = Molekul relatif (Kg/Kmol)
R = konstanta gas ( 8.314 kPa m³/Kmol K)
T = temperatur gas buang (K)
ρgb = massa jenis gas buang (kg/m3)

c) Menghitung Laju Volume Gas


Laju volume gas buang dapat diketahui melalui persamaan sebagai berikut:
𝑉̇𝑔𝑏=𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 ṁ𝑔𝑏𝜌𝑔𝑏
Keterangan
Vgb = laju volume gas buang (m3/s)
mgb = laju alir massa gas buang (kg/m3)
Penggunaan nilai margin berguna sebagai faktor pengaman dalam perancangan alat.
d) Menghitung Kebutuhan Tekanan Statis
Pada perancangan fan diperlukan data tekanan statis, namun setiap fan memiliki tekanan statis
yang berbeda sesuai jenis dan peruntukannya. Untuk memperoleh total tekanan statis dapat
dicari dalam sumber-sumber literatur.
Setelah mengetahui total tekanan statis yang digunakan maka perlu dikoreksi dengan safety
factor agar fan dapat beroperasi dengan baik. Nilai safety factor dapat berbeda-beda sesuai
dengan apa yang diperlukan dan diinginkan. Setelah itu dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Δ𝑃 = Safety factor x total tekanan statis [mmWG]
Keterangan
ΔP = Kebutuhan tekanan statis (mmWG)

e) Menghitung Daya Fan


Daya fan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇fan = 𝑉̇𝑔𝑏 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑓𝑎𝑛𝑥 102
Keterangan
Wfan = daya fan (kW)
ηfan = Effisiensi fan (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.

f) Menghitung Daya Motor


Daya motor dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇mptpr = 𝑉̇𝑔𝑏 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟𝑥 102
Keterangan
Wmotor = daya fan (kW)
ηmotor = Effisiensi motor (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.
Force Draft Fan
 Pengertian Force Draft (FD) Fan
Force Draft (FD) Fan berfungsi menghasilkan Secondary Air untuk mencampur udara
dan bahan bakar di Burner sebagai udara pembakaran didalam Furnace. Satu unit FD Fan
mempunyai kapasitas 50%, jadi dalam satu unit PLTU terdiri dari dua unit FD Fan.

Gambar 2.46 Force Draft Fan


(sumber: http://dunia-pltu.blogspot.co.id/2015/05/force-draft-fan.html)

Udara yang diproduksi oleh FD Fan diambil dari udara luar. FD Fan merupakan jenis
Axial Fan, udara outlet dihasilkan oleh Rotor Blade yang berputar dan dihembuskan secara
112emperatur. Rotor digerakkan oleh motor listrik dengan putaran tetap. Rotor Blade atau
disebut Vane/Variable Blade Pitch (VBP) dapat membuka & menutup secara otomatis untuk
menghasilkan jumlah aliran udara tertentu. Gerakan VBP membuka & menutup diatur oleh
tekanan oli Hydraulic.
Dalam perjalanan udara outlet menuju Burner, udara tersebut dinaikkan temperaturnya
dengan mengambil panas yang dibawa oleh gas buang dari Furnace oleh Air Heater. Hal ini
untuk mendapatkan temperature pembakaran bahan bakar yang sesuai di dalam Furnace. Dari
Air Heater sebelum didistribusikan ke tiap-tiap Burner, udara pembakaran melalui Secondary
Air (Seca) Duct.
Gambar 2.47 Axial Fan
(sumber: http://dunia-pltu.blogspot.co.id/2015/05/force-draft-fan.html)

 Prinsip Kerja
Prinsip kerja FD Fan adalah menjaga tekanan udara pembakaran di dalam Seca Duct
dengan Set Point tertentu sesuai permintaan load unit PLTU. Set Pointtersebut memerintahkan
secara otomatis kepada Vane Blade Pitch untuk bergerak membuka atau menutup sehingga
diperoleh tekanan udara diSeca Duct yang sesuai. Semakin besar bukaan VBP akan menaikkan
jumlah aliran udara pembakaran yang menuju Burner.

Gambar 2.48 Vane Blade Pitch


(sumber: http://dunia-pltu.blogspot.co.id/2015/05/force-draft-fan.html)

Satu unit FD Fan mempunyai satu unit Lube & Hydraulic Unit untuk sistem pelumasan
di Bearing motor listrik juga Rotor dan menggerakan Vane Blade Pitch. Untuk kehandalan
operasi FD Fan ketinggian level & 113emperature oli Lube & Hydraulic Unit, Ampere &
113emperature Winding motor, selalu dijaga sesuai dengan standar operasi.

Gambar 2.49 VBP Hydraulic


(sumber: http://dunia-pltu.blogspot.co.id/2015/05/force-draft-fan.html)

 Perancangan Forced Draft Fan


a) Menghitung Laju Volume Udara
Laju volume gas buang dapat diketahui melalui persamaan sebagai berikut:
𝑉̇𝐹𝐷𝐹=𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 ṁ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
Keterangan
VFDF = laju volume udara (m3/s)
mudara = laju alir massa udara (kg/m3)
ρudara = massa jenis udara (kg/m3)
Penggunaan nilai margin berguna sebagai faktor pengaman dalam perancangan alat.
Sedangkan nilai massa jenis bergantung pada temperatur dari udara.
b) Menghitung Kebutuhan Tekanan Statis
Pada perancangan fan diperlukan data tekanan statis, namun setiap fan memiliki tekanan
statis yang berbeda sesuai jenis dan peruntukannya. Untuk memperoleh total tekanan statis
dapat dicari dalam sumber-sumber literatur.
Setelah mengetahui total tekanan statis yang digunakan maka perlu dikoreksi dengan safety
factor agar fan dapat beroperasi dengan baik. Nilai safety factor dapat berbeda-beda sesuai
dengan apa yang diperlukan dan diinginkan. Setelah itu dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Δ𝑃 = Safety factor x total tekanan statis [mmWG])
Keterangan
ΔP = Kebutuhan tekanan statis (mmWG)
c) Menghitung Daya Fan
Daya fan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇fan = 𝑉̇𝐹𝐷𝐹 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑓𝑎𝑛𝑥 102
Keterangan
Wfan = daya fan (kW)
ηfan = Effisiensi fan (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.
d) Menghitung Daya Motor
Daya motor dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇mptpr = 𝑉̇𝐹𝐷𝐹 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟𝑥 102
Keterangan
Wmotor = daya fan (kW) ηmotor = Effisiensi motor (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.
Primary Air Fan
 Pengertian Primary Air Fan
PA Fan terletak di bagian Pulverizer dan berfungsi sebagai penghasil udara primer
(Primary Air) yang digunakan sebagai udara pengangkut serbuk batubara dari Pulverizer
menuju Burner untuk dibakar di Furnace Boiler. Mula-mula PA Fan yang bekerja pada tekanan
rendah mengambil udara dari luar untuk dijadikan sebagai udara primer, lalu PA Fan akan
bekerja pada tekanan tinggi untuk menyalurkan serbuk batubara dari Pulverizer ke Furnace
boiler yang dibantu oleh Seal Air Fan (penghasil udara bertekanan). Sebelum masuk ke boiler,
udara primer dinaikkan suhunya terlebih dahulu oleh Primary Air Heater yang berfungsi
sebagai pemanas awal udara primer yang dihasilkan oleh PA Fan sebelum disalurkan pada
Pulverizer.
Primary air fan ini dibagi menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu cold primary air
system dan hot primary air system. Cold primary air system terletak pada salauran sebelum air
heater, sedangkan hot primary air system terletak setelah melewati air heater. Cold primary air
system mempunyai keuntungan yaitu mempunyai efisiensi volumetric yang kecil saat ditekan
tetapi memiliki kerugian di air heater yang lebih besar disbanding hot primary air heater yang
mempunyai kerugian di air heater kecil tetapi membutuhkan pendinginan untuk komponen
kipasnya serta konstruksinya lebih rumit.

Gambar 2.50 Primary Air Fan


https://ntrux.wordpress.com/2011/04/12/id-fan-pa-fan-fd-fan/
 Komponen Primary Air Fan
Bagian-bagian utama pada Primary Air Fan (PA Fan) yaitu:
a. Lube Oil Circulation Sistem
Berfungsi sebagai sistem untuk mendinginkan / mensirkulasi oli pendingin bearing.
b. Filter udara
Berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk ke Primary Air Fan agar sampah tidak ikut
masuk kedalah Primary Air Fan (PA Fan).
c. Heat Exchanger
Berfungsi sebagai mendinginkan oli dari lube oil supaya tidak teruapkan.
d. Motor
Berfungsi untuk menarik udara atmosfir untuk supply udara pembakaran boiler dan juga
untuk meniupkan serbuk batu bara yang sebelumnya sudah digiling terlebih dahulu di mill.
e. Blower
Berfungsi untuk untuk menaikkan atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan
dialirkan dalam suatu ruangan tertentu.
 Perancangan Primary Air Fan
1. Menghitung Laju Volume Udara
Laju volume gas buang dapat diketahui melalui persamaan sebagai berikut:
𝑉̇𝑃𝐴𝐹=𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 ṁ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
Keterangan
VPAF = laju volume udara (m3/s)
mudara = laju alir massa udara (kg/m3)
ρudara = massa jenis udara (kg/m3)
Penggunaan nilai margin berguna sebagai faktor pengaman dalam perancangan alat.
Sedangkan nilai massa jenis bergantung pada temperatur dari udara.
2. Menghitung Kebutuhan Tekanan Statis
Pada perancangan fan diperlukan data tekanan statis, namun setiap fan memiliki tekanan
statis yang berbeda sesuai jenis dan peruntukannya. Untuk memperoleh total tekanan statis
dapat dicari dalam sumber-sumber literatur.
Setelah mengetahui total tekanan statis yang digunakan maka perlu dikoreksi dengan safety
factor agar fan dapat beroperasi dengan baik. Nilai safety factor dapat berbeda-beda sesuai
dengan apa yang diperlukan dan diinginkan. Setelah itu dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Δ𝑃 = Safety factor x total tekanan statis [mmWG]
Keterangan
ΔP = Kebutuhan tekanan statis (mmWG)
3. Menghitung Daya Fan
Daya fan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇fan = 𝑉̇𝑃𝐴𝐹 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑓𝑎𝑛𝑥 102
Keterangan
Wfan = daya fan (kW)
ηfan = Effisiensi fan (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.
4. Menghitung Daya Motor
Daya motor dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
𝑊̇mptpr = 𝑉̇𝑃𝐴𝐹 𝑥 Δ𝑃𝜂𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟𝑥 102
Keterangan
Wmotor = daya fan (kW)
ηmotor = Effisiensi motor (%)
Untuk nilai effisiensi bergantung pada kebutuhan dan keinginan perancang.
Water Treatment Plant

Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk mengola air dari kualitas
baku (influet) yang tidak sesuai standar agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standart
yang diinginkan/ditentukan atau siap untuk di gunakan. Kualitas dari air hasil pengolahan dapat dilihat
dari parameter-parameter yang ditemtukan. Setiap tempat memiliki standar masing-masing, seperti:

1. Parameter fisik
2. Parameter kimia
3. Parameter biologi

Fungsi WTP ini yaitu untuk memenuhi kualitas air pengisian boiler sesuai standar yang telah
ditentukan. Sumber air baku yang digunakan untuk power plant biasanya diambil dari air laut
(seawater).

A. Prinsip Kerja Water Tretment Plant

Prinsip kerja WTP dibagi menjad dua yaitu Inservice dan Regenerasi Resin.

 Proses Inservice
Yaitu proses pemurnian/demineralisasi air suling desalt (Raw Water) prinsip kerjanya dimulai
dari Raw Water yang berada pada Raw water tank dipompa masuk kedalam Vesel (Mixebed
Polisher) yang berisi resin-resin. Didalam mixbed air unsur anion diikat oleh resin anion, begitu
juga air dengan unsur kation diikat oleh resin kation, air setelah keluar dari vesel berbah menjadi
Denim Water dengan Conduct < 1 ms/cm dan mengalir masuk ke Demin Tank.
Proses Inservice ini berlangsung terus menerus dan akan berhenti jika Conductivity air yang
keluar dari vesel menyentuh limit yang ditentukan yaitu 1 ms/cm, dengan kata lain hal ini
mengindekasikan bahwa resin yang berada pada vesel sudah jenuh dan memerlukan proses
regenerasi.
 Proses Regenerasi
Yaitu proses mengembalikan/mengaktifkan kondisi resin anion dan resin kation yang telah
jenuh akibat digunakan untuk proses pemurnian air. Adapun untuk regenerasi resin
anionmenggunakan bahan kimia NaOH, sedangkan regenerasi resin kation digunakan bahan kimia
HCL.

Kuantitas air yang dibutuhkan oleh sebuah PLTU tergantung dari kualitas sumber air, lokasi PLTU
bediri, karakteristik bahan bakar, desain tekanan dari boiler, serta regulasi mengenai penanganan air di
daerah setempat. Sedangkan untuk kualitasnya, ada beberapa jenis air dengan spesifikasi yang berbda-
beda digunakan di PLTU. Secara umum jenis-jenis air yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Cooling Water
Cooling water (Air Pendingin) merupakan air limbah yang berasal dari aliran limbah yang
digunakan untuk penghilangan panas dan tidak berkontak langsung dengan bahan baku dan produk
akhir. Pada Sistem PLTU air ini dipergunakan di kondensor untuk merubah uap yang berasal dari
turbin menjadi air krmbali sebagai rangkaian siklus rankine. Adapun spesifikasi air yang
dibutuhkan tergantung pada sumber air untuk pendinginnya, yaitu:
 PLTU di tepi laut
Untuk jenis ini digunakan once throught system dimana air pendingin digunakan sebagai
media pendingin pada heat exchanger yang hanya dilewatkan sekali, selanjutnya langsung
dikembalikan lagi ke badan air.
Air laut yang telah mengalaminproses filtrasi dipompa untuk masuk ke kondensor sisi tube
sebagai media pendingin uap air yang mengalir si sisi shell. Proses filtrasi tersebut
menggunakan alat bernama tras rake dan travelling screen. Trash rake menjadi tahap
filtrasi sebelum travelling screen. Trash rake berfungsi untuk menangkal kotoran-kotoran
laut yang ukurannya besar. Sedangkan trevelling screen berfungsi untuk memfilter air laut
dari kotoran-kotoran yang berukuran bih kecil.
Selain filtasi, air laut tersebut juga telah disuntikanbahan kimia tertentu untuk mencegah
hewan-hewan laut berkembang biak di area inlet dan otlet air laut. Pada sisi tube kondensor
digunkan sistem tube cleaner yang berfungsi untuk menjaga kebersihan tubing kondensor
agr tidak terjafi penyumbatan.
 PLTU jauh dari air laut
Jenis yang digunakan pada PLTU ini Open Evaporative Recirculating System dimana air
tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai make-up cooling tower
setelah sebelumnya dilakukan teratment (sedimentasi dan koagulasi) terlebih dahulu. Air
tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-proses di dalam pabrik.
Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di cooling tower untuk kemudian
disirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Untuk menjaga kualitas air, mislanya supaya tidak
terdapat algae/bacteria dan pengendapan (scaling), maka perlu diinjeksikan beberapa jenis
chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga melalui mekanisme make-up dan blow-down.
Open recirculating system terdiri dari pompa, HE dan cooling tower.
2. Auxiliary Cooling Water
Auxiliary Cooling water adalah air yang dibutuhkan sebagai media pendingin berbagai peralatan di
PLTU seperti lub oil system, pendingin kompresor, pendingin pompa, dan sebagainya. Air
pendingin ini bersirkulasi secara close loop / siklus tertutup, dengan menggunakan pompa untuk
membangkitkan tekanan. Selain pompa digunakan pula sistem heat exchanger untuk mendinginkan
auxiliary cooling water yang bersirkulasi, dan menggunakan cooling water sebagai media
pendingin. Auxiliary cooling water yang bersirkulasi disyaratkan harus tidak bersifat korosif dan
bersih dari kandungan zat-zat yang dapat menimbulkan kerak. Untuk itu air yang digunakan harus
ditreatment terlebih dahulu sebelum digunakan. Selain itu diperlukan injeksi zat kimia tertentu
selama sistem auxiliary cooling water beroperasi agar kualitasnya tetap terjaga anti korosif.
3. Service Water & Potable Water
Service water digunakan untuk memenuhi kebutuhan sistem penanggulangan kebakaran, supply air
demineralisasi, kebutuhan kebersihan PLTU, serta kebutuhan-kebutuhan tambahan lainnya.
Service water harus telah bersih dari zat-zat padat terlarut (suspended solids), tidak keruh, dan tidak
berwarna. pH service water dijaga di kisaran 6,0 sampai 8,5 dan total dari dissolved solids dibatasi
kurang dari 1.000 mg/L.
Pada PLTU biasanya juga disediakan potable water atau air dengan kualitas dapat dikonsumsi oleh
manusia. Jika ada sebagian service water yang digunakan untuk potable water maka ia harus
terklorinasi dan sesuai dengan standard kualitas air minum yang telah ditetapkan oleh peraturan
pemerintah setempat. Untuk itu biasanya supaya dapat dihemat dalam instalasi pipa, sistem
pemrosesan airnya, serta lebih efisien, maka PLTU menggunakan satu proses untuk memproduksi
service water dan potable water sekaligus.
4. High Purity Water
High-Purity Water digunakan sebagai media kerja siklus air-uap air pada PLTU. Air ini selain
dimasukkan pada pengisian sistem di awal proses sebelum dilakukan penyalaan boiler, juga
sebagai make up atau supply tambahan yang ditambahkan ke dalam sistem secara terkontrol.
Penambahan tersebut dibutuhkan karena adanya kerugian (losses) yang terjadi. Kerugian-kerugian
tersebut seperti akibat dari penggunaan sootblower pada boiler, proses deaerasi, serta adanya uap
yang dibuang untuk menjaga kualitas dari uap air tersebut.
High-Purity Water juga digunakan pada sistem pendingin generator (Primary Water System),
pendingin pompa sirkulasi boiler (motor cavity), sistem sealing pada pompa ekstraksi kondensat,
serta sistem-sistem lain yang membutuhkan High-Purity Water sebagai komponen kerjanya.
High-Purity Water adalah air hasil olahan yang sudah bebas dari kandungan-kandungan mineral
terlarut yang dapat berbahaya bagi peralatan-peralatan yang bekerja pada siklus uap air. Berbagai
macam ion mineral maupun dalam bentuk senyawa yang terkandung dalam air, harus dihilangkan
melalui proses-proses tertentu sebelum air tersebut dapat digunakan lebih lanjut. Selain untuk
mencegah terjadinya korosif dan kerak yang dapat terbentuk, juga untuk mencegah terjadinya short
circuit jika digunakan pada alat-alat seperti motor cavity dan sistem pendingin pada generator sisi
stator (primary water system).

B. Unit Water Treatment Plant


1. Sand Filter
Sistem filtrasi ini menggunakan media pasir silica yang di tumpuk di atas gravel, system sand fil-
ter berfumgsi sebagai penyaring/menghilangkan kotoran yang kasat mata (mis: kekeruhan, lumut
dll.) yang mempunyai daya saring 20-30μ (tergantung brand/jenis media). Biasanya media ini
mempunyai umur 3-4 tahun (tergantung influent).
2. Karbon Aktif Filter
Sistem filtrasi ini menggunakan media arang, yang saat ini banyak di gunakan adalah arang ba-
tubara dan batok kelapa, system ini berfungsi sebagai bau, warna, bahan organic termasuk sisa
chlor.Biasanya Karbon aktif 124ias bertahan sampai 1-2 tahun (tergantung influent).
3. Softener (Jika memakai system softener)
Sistem filtrasi ini menggunakan media resin kation yang di aktifkan menggunakan garam, sys-tem
ini berfungsi menghilangkan kesadahan (Ca dan Mg).Umur media mencapai 10-12 bulan
(tergantung influent).
4. Kation (Jika memakai system Demineralizer)
Sistem filtrasi ini memakai media resin kation yang di aktifkan menggunakan larutan Hcl yang
berfungsi menurunkan total alkalinitas, kesadahan. Sebagai catatan sistem ini juga menurunkan pH
air yang diproses (<4). Umur media mencapai 10– 12 bulan (tergantung influent).
5. Anion (Jika memakai system Demineralizer)
Sistem filtrasi ini memakai media resin anion yang di aktifkan menggunakan larutan NaoH yang
berfungsi menurunkan total alkalinitas, kesadahan. Sebagai catatan sistem ini juga menaikkan pH
air yang diproses (>10). Umur media mencapai 10– 12 bulan (tergantung influent).

A. Teknologi Catridge Filter


Gambar 2.53 Teknologi Catridge Filter
(Sumber: https://artikel-teknologi.com/pengolahan-air-di-pltu-3-2/)
Filter ini berupa silinder berongga yang terbuat dari bahan berpori. Prosesnya, cairan ditekan
dari dalam dan menerobos keluar melalui dinding silinder. Filter ini terutama digunakan untuk
filtrasi jernih, khusunya untuk penangkap kotoran di dalam saluran-saluran pipa cairan dan gas.
Pembersihan dilakukan dengan cara melepaskannya kemudian mencucinya, atau dengan
menggunakan perlengkapan penyiram atau pembilas yang dipasang didalamnya.
B. Teknologi Mix Bed
Mixed bed merupakan proses lebih lanjut dari kation anion exchanger sehingga didapat demin
yang lunak. Pada beberapa kebutuhan 125ndustry, terkadang dibutuhkan tidak satu tahap proses
pertukaran kation dan anion. Pada beberapa proses, bahan baku air dilewatkan sampai dua atau
tiga kation dan anion kolom resin. Untuk meringkas proses, maka setiap stage pertukaran ion
dapat digunakan satu kolom resin yang berisi resin kation dan anion sekaligus.
Pada akhir proses demineralisasi, akan didapatkan air dengan kualitas sangat murni. Sistem ini
sangat cocok digunakan pada pabrik-pabrik pengguna boiler bertekanan tinggi, serta
125ndustry elektronik untuk kebutuhan mencuci transistor dan komponen-komponen
elektronika lainnya.

Gambar 2.54 Teknologi Mixed bed


(Sumber: https://artikel-teknologi.com/proses-demineralisasi-air/)
C. Teknologi Reverse Osmosis
Pengolahan air pada pembangkit terdiri atas beberapa tahapan, yakni sedimentasi, aerasi,
softening, filtrasi, menghilangkan kandungan besi dan magnesium dan demineralisasi. Proses
demineralisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni ion exchanger, membrane desalination dan
thermal desalination.
Gambar 2.55 Reverse Osmosis
(Sumber: http://www.wattech.co.id/tag/proses-air-laut-menjadi-air-minum/)
Reverse Osmosis (RO) adalah suatu metode penyaringan untuk berbagai molekul besar dan ion-
ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika berada di salah satu sisi
membran (lapisan penyaring). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendapkan di lapisan
yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke lapisan berikutnya.
Kondensor
Kondensor yang digunakan pada PLTU yang akan kami rancang berkapasitas 1x100 MW.
Kondensor yang dirancang merupakan tipe shell and tube. Dengan tipe ini perpindahan panas akan
terjadi antara uap yang dialirkan diluar pipa-pipa (shell side) dan air pendingin yang dialirkan didalam
pipa-pipa (tube side). Air pendingin yang digunakan adalah air sungai. Air laut sebagai media pendingin
yang digunakan terlebih dahulu melalui beberapa treatment di water treatment plant yang dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan adanya kotoran dan kandungan lain yang dapat mengurangi umur
komponen. Begitu pula dengan air pendingin yang keluar dari kondensor, air tersebut dialirkan melalui
cooling tower.

Kondensor Tipe Shell and Tube


Secara umum kondensor yang akan kami gunakan adalah menggunakan tipe shell and tube
dengan menggunakan air laut sebagai air pendinginnya, kondensor tipe ini terdiri dari tube-tube kecil
yang melintang. Pada tube-tube inilah air pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari
atas menuju ke bawah agar mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam
kondensor, air laut biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran
ataupun lumpur yang terbawa air laut. Agar uap dapat bergerak turun dengan -enga dari sudu terakhir
turbin, maka vakum kondensor harus dijaga, karena -enga nada vakum pada kondensor akan membuat
tekanan udara pada kondensor menjadi rendah, adapun gambaran umum skema dari kondensor
terhilat pada Gambar dibawah.

Gambar 2…. Kondensor tipe shell and tube


(Sumber : G.f Hewit, G.L.Shires, T.R Bott ”Process Heat and Transfer”)

Bagian-Bagian Kondensor
Dibawah ini gambar menjelaskan terkait bagian bagian yang terdapat didalam kondensor dan
juga dijelaskan beserta fungsinya.

Gambar 2…. Bagian-Bagian Kondensor

Fungsi dari bagian-bagian kondensor shell and tube adalah:


1) Steam Inlet
Berfungsi sebagai saluran masuknya steam yang keluar dari exhaust turbin.

2) Condensate Outlet
Berfungsi sebagai saluran keluarnya condensate cair dari hotwell.

3) Inlet/outlet Waterbox
Berfungsi sebagai penampung air pendingin atau refrigerant sebelum dan sesudah memasuki
kondensor.

4) Transition Piece and Neck


Berfungsi sebagai penyambung antara steam inlet dengan shell kondensor.

5) Shell
Berfungsi sebagai tempat terkumpulnya steam dan terjadinya proses kondensasi.

6) Hotwell
Berfungsi sebagai tempat terkumpulnya air hasil proses kondensasi.
7) Tubesheets and Tubes
Berfungsi sebagai tempat mengalirnya air pendingin atau refrigerant.

8) Tube Support Plates


Berfungsi sebagai penopang pipa-pipa pendingin didalam shell kondensor
9) Anode (cathodic protection)
Berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan terjadinya korosi

Persamaan yang Digunakan


Rumus-rumus perhitungan yang digunakan pada perancangan kondenser yang akan digunakan
pada PLTU 1x100 MW ini berdasarkan yang tertera dalam standar HEI, TEMA dan ASME.

1. Penentuan Temperatur Film pada Shell and Tube


T i+ T o
Tf= …..…………………………………………….()
2

Keterangan:

Tf : Temperatur film fluida panas (steam) (K)

Ta: Temperatur film fluida dingin (K)

Ti : Temperatur fluida masuk (K)

To : Temperatur fluida keluar (K)

2. Penentuan Heat Load

Q=W × ( H s −H c ) ……………………………….()

Keterangan:
Q : Heat load (kJ/s)
W: Flowrate fluida panas (steam) (kg/s)
Hs: Entalpi fluida panas (steam) (kJ/kg)
H c: Entalpi condensate (kJ/kg)

3. Penentuan Overall Heat Transfer Coefficient


U =C1 C2 C3 C 4 √V ………………………………….()
Keterangan:
U : Overall heat transfer coefficient (Btu/hr-ft2-°F)
C1 : Konstanta sebagai fungsi kec. aliran pendingin dan diameter pipa
C2 : Faktor koreksi untuk temperatur inlet air pendingin
C3 : Konstanta sebagai fungsi material dan ketebalan pipa
C4 : Faktor kebersihan .
V : Kecepatan air pendingin di dalam tube (m/s)
4. Penentuan LMTD
( T s−T a , o )−( T s −T a ,i )
LMTD=
( T s−T a ,o ) …..…………………………………….()
ln ⁡
( T s−T a ,i )
Keterangan:
LMTD : Logarithmic Mean Temperature Difference (K)
5. Penentuan Luas Permukaan Kondensor
Q
A= ………………………………………………..….()
U × LMTD
Keterangan:
A :Luas permukaan condenser (m2)
Q : Heat Load, BTU/hr
U :Overall heat transfer coefficient, BTU/ft2.℉ .hr
6. Penentuan Circulating Water Flow
Q
Fl CW = …..………………………………………….()
500 ×T R
Keterangan:
Fl CW : Circulating water flow (gpm)
TR : Temperature rise fluida dingin (K)

7. Penentuan Jumlah Tube


N p=2
g=2.797 gp m/ fps
Fl CW × N p
Nt= …..……………………………………….()
g× v
Keterangan:

Nt : Jumlah tube
Np : Jumlah passes
g : gpm per tube at 1,0 ft/s (from tube characteristics table)
V : velocity, ft/s

8. Penentuan Panjang Tube


A
L= …………………………………………….….()
Nt × m
Keterangan:

L : Panjang tube (m)

m : Surface external, sq-ft per linear foot (from tube characteristic table BWG)

9. Penentuan Bilangan Reynold, Prandlt dan Nusselt pada Sisi Tube


ρ × Di × v
ℜt = …………………………………………….….()
μ

Keterangan:

ℜ : Bilangan Reynold

Pr : Bilangan Prandlt

Nu : Bilangan Nusselt

Cp : Panas jenis fluida (kJ/kg-K)

ρ : Massa jenis fluida (kg/m3)

μ : Nilai kekentalan fluida (kg/m-s)

k : Konduktifitas panas (W/m-K)

10. Penentuan Koefisien Perpindahan Panas (hi) pada Sisi Tube


Nu× k tube
hi= ..............................................................................................()
Di

Keterangan:

hi : Koefisien perpindahan panas fluida dingin (W/m 2-K)

Di : Inside diameter (m)

11. Penentuan Koefisien Perpindahan Panas (hio) pada Sisi Tube


Di
hio= × hi ...................................................................................()
Do
keterangan:

Do : Outside diameter (m)

hio : Koefisien perpindahan panas tube (W/m2-K)

hi : Koefisien perpindahan panas fluida dingin (W/m 2-K).

12. Penentuan Temperatur Dinding pada Sisi Shell


hi
T w =T a + ×(T i−T a).............................................................................. ()
hio+hi

Keterangan:

T w : Temperatur dinding shell (K)

13. Penentuan Temperatur Film pada Sisi Shell


T w +T i
T f , s= ...................................................................................................()
2

Keterangan:

T f , s : Temperatur film shell (K)

14. Penentuan Tube Pitch dan Diameter Bundle


Pt =1.25× D o...................................................................................................()

1
Nt
Db =Do × ( ) K1
n1
..............................................................................................()

Keterangan:

Pt : Tube pitch (m)

Nt : Number of tubes

Db : Diameter bundle (m)

Ds : Diameter shell (m)

K1 : Tetapan dari tabel di buku John. E. Edwards


n : Tetapan dari tabel di buku John. E. Edwards

15. Penentuan Diameter Shell


Ds =Db + BDC................................................................................................ ()
Keterangan:
BDC : Bundle Diameter Clearance (m)
16. Penentuan Jarak Buffle
Bs=0.4 × D s.................................................................................................()

Keterangan:

Bs : Jarak buffle (m)

17. Penentuan Luas Cross-Flow pada Sisi Shell


(Pt −D o)× D s × B s
A s= .................................................................()
Pt
Keterangan:

A s : Luas cross-flow shell (m2)

18. Penentuan Shell-side Mass Velocity


Shell Side Flowrate
Gs = ...............................................................()
As
Keterangan:

Gs : Shell-side Mass Velocity (kg/s-m2)

19. Penentuan Diameter Ekuivalen Shell


1.27
De = ×( Pt 2−0.785 D o2)........................................................()
Do
Keterangan:

D e : Diameter ekuivalen shell (m)

20. Penentuan Bilangan Reynold, Prandlt dan Nusselt pada Sisi Shell
Gs × De
ℜs= ......................................................................................()
μ
Keterangan:

ℜs : Bilangan Reynold pada sisi Shell


Pr s : Bilangan Prandlt pada sisi Shell

Nus : Bilangan Nusselt pada sisi Shell

21. Penentuan Koefisien Perpindahan Panas (ho) pada Sisi Shell


Nu s × k shell
ho= ...............................................................................()
Do
22. Penentuan Jumlah Buffle
L
Nb= …..……………………………………………….......()
Bs
23. Penentuan Nilai Kekotoran
1−C 4
Rf = …..……...…………………………………………()
U
A : Luas permukaan condenser (m2)

ho : Koefisien perpindahan panas fluida panas (steam) (W/m2-K)

T w : Temperatur dinding shell (K)

N b : Jumlah buffle

Rf : Faktor kekotoran
Cooling Tower

Persamaan yang digunakan dalam merancang cooling tower adalah:

M =E+ B ( overall material balance )


C×∆T
E=
1000
E
B=
CR−1
CR
M =E ×( )
CR−1
Keterangan:

C = Tingkat sirkulasi sistem, GPM


ΔT = Perbedaan suhu sistem pendingin
E = tingkat sistem pendinginan penguapan, GPM
M = sistem pendingin tingkat makeup, GPM
B = sistem pendingin jumlah blowdown, GPM

Jumlah Unit Transfer yang diberikan adalah:


H2
dH
N tog =∫
H1
H sat −H
Keterangan:

H = Enthalpy of air, BTU/lb dry air


H1 = Enthalpy of entering air, BTU/lb dry air
H2 = Enthalpy of exit air, BTU/lb dry air
Hsat = Enthalpy of saturated air, BTU/lb
Ntog = number of transfer units

Laju kalor yang diserap oleh cooling tower

q=ṁ ×Cp× ∆ T
Dengan:

q = Laju kalor yang diserap (KJ/detik)


m = laju alir massa (kg/detik)
Cp = kapasitas panas (kJ/kg K)
ΔT = perubahan suhu (k)
X. Generator

Generator sinkron adalah mesin pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik sebagai
input menjadi energi listrik sebagai energi output. Tegangan output dari generator sinkron adalah
tegangan bolak – balik, karena itu generator sinkron disebut juga generator AC.

Menurut Anderson P.M (1982), generator sinkron dapat menghasilkan sumber energi, yaitu :
tegangan bolak-balik, oleh karena itu generator sinkron disebut juga generator AC. Dikatakan
generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada
stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub magnet yang
berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator.

XX. Prinsip Kerja

Prinsip dasar generator arus bolak-balik menggunakan hukum Faraday yang menyatakan jika
sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-ubah, maka pada penghantar tersebut
akan terbentuk gaya gerak listrik. Prinsip kerja generator arus bolak-balik tiga fasa (alternator) pada
dasarnya sama dengan generator arus bolak-balik satu fasa, akan tetapi pada generator tiga fasa

memiliki tiga lilitan yang sama dan tiga tegangan outputnya berbeda fasa 1200 pada masing-
masing fasa.(Kundur Prabha, 1993). Jika pada sekeliling penghantar terjadi perubahan medan magnet,
maka pada penghantar tersebut akan dibangkitkan suatu gaya gerak listrik (GGL) yang sifatnya
menentang perubahan medan tersebut. Untuk dapat terjadinya gaya gerak listrik (GGL) tersebut
diperlukan dua kategori masukan, yaitu: 1. Masukan tenaga mekanis yang akan dihasilkan oleh
penggerak mula (prime mover). 2. Arus masukan (If) yang berupa arus searah yang akan menghasilkan
medan magnet yang dapat diatur dengan mudah. Di bawah ini akan dijelaskan secara sederhana cara
pembangkitan listrik dari sebuah generator.
XX. Gambar Prinsip Kerja

Apabila rotor generator diputar pada kecepatan nominalnya, dimana putaran tersebut
diperoleh dari putaran penggerak mulanya (prime mover), kemudian pada kumparan medan
rotor diberikan arus medan sebesar If, maka garis-garis fluksi yang dihasilkan melalui kutub-
kutub inti akan menghasilkan tegangan induksi pada kumparan jangkar stator sebesar:

Ea = C. n. Φ

Dimana:

Ea : Tegangan induksi yang dibangkitkan pada jangkar generator

C : Konstanta

n: Kecepatan putar

Φ: Fluksi yang dihasilkan oleh arus penguat (arus medan)

Apabila generator digunakan untuk melayani beban, pada kumparan jangkar generator
akan mengalir arus. Untuk generator 3 fasa, setiap belitan jangkar akan memiliki beda fasa
sebesar 1200.
xx. Gambar skema kumparan 3 fasa

XX. Komponen Generator

Menurut Kundur Prabha (1993), konstruksi generator sinkron terdiri dari dua bagian
utama, yaitu : stator dan rotor. Stator adalah bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolak-
balik dan rotor adalah bagian bergerak yang menghasilkan medan magnet yang
menginduksikan ke stator.

XXX. Rotor

Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk mengahasilkan
medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet
berputar pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan
stator generator. Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang
besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor
silinder). Gambar 2.2 menunjukan bentuk rotor kutub sepatu

Gambar Bentuk rotor


Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub, sedangkan
rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi
rotor tergantung dari kecepatan putar primer mover, frekuensi dan rating daya generator.
Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan rating daya sekitar
10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan
rendah maka digunakan rotor kutub sepatu. Gambar 2.3 menunjukkan bentuk rotor silinder.

XXX. Stator

Stator atau armatur adalah bagian generator yang berfungsi sebagai tempat untuk
menerima induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan melalui
armatur, komponen ini berbentuk sebuah rangka silinder dengan lilitan kawat konduktor yang
sangat banyak. Armatur selalu diam, oleh karena itu komponen ini juga disebut dengan stator.
Lilitan armatur generator dalam wye dan titik netral dihubungkan ke tanah.

Lilitan dalam wye dipilih karena :


1. Meningkatkan daya output.
2. Menghindari tegangan harmonik, sehingga tegangan line tetap sinusoidal dalam
kondisi beban apapun.
Dalam lilitan wye tegangan harmonik ketiga fasa saling meniadakan, sedangkan dalam
lilitan delta tegangan harmonik ditambahkan. Stator adalah bagian diam yang mngeluarkan
tegangan bolak-balik pada generator sinkron yang terdiri dari : rangka stator, inti stator dan alur
dan gigi stator, serta kumparan stator. Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang
menyangga inti jangkar generator. Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau
besi magnetik khusus yang terpasang ke rangka stator. Alur (slot) dan gigi stator merupakan
temapat meletakkan kumparan stator. Ada tiga bentuk alur stator yaitu : terbuka, setengah
terbuka dan tertutup. Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan ini merupan
tempat timbulnya ggl induksi.
Gambar XX Bentuk Alur

XX. Perhitungan Kapasitas Generator

Perhitungan kapasitas generator yang akan digunakan yakni berdasarkan simulasi yang telah
dilakukan pada GateCycle, dengan adanya nilai daya poros pada turbin uap yang digunakan, maka
dapat dihitung melalui persamaan berikut.

𝑃𝑔𝑒𝑛 =𝑃𝑠ℎ𝑎𝑓𝑡× 𝜂𝑔𝑒𝑛

Kemupian untuk memperoleh nilai VA dengan asumsi besarnya nilai pf sebesar 0.85 maka
dapat dilakukan perhitungan dengan persamaan berikut:

𝑆𝑔𝑒(𝑝𝑓 0.85)=𝑃𝑔𝑒𝑛𝑝𝑓
X. Circuit breaker

Circuit breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian
listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik
pada semua kondisi, termasuk kondisi abnormal, seperti gangguan hubung singkat, tegangan
lebih/kurang, dan lain-lain.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.

b. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.

c. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan cepat agar arus hubung singkat tidak sampai
merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga
itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan suatu PMT, yaitu:
Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan dipasang.
Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.

a. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung
pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut
terpasang.

b. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.

c. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. Hal ini berhubungan dengan
waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.

d. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.

e. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.


f. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
g. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.

XX. Komponen Circuit Breaker


1. Bimetal
Bagian bimetal berfungsi sebagai thermal trip. Bimetal ini juga menjadi bagian yang akan bekerja
ketika arus listrik berlebihan. Ketika arus listrik berlebihan, maka bimetal akan berubah menjadi panas
dan memuai bahkan melengkung jika panasnya semakin besar.

2. Actuator lever / toggle switch (tuas)


Bagian yang satu ini digunakan sebagai switch on-off dari sebuah miniature circuit breaker. Artinya
actuator lever akan menunjukkan kepada kita apakah MCB dalam keadaan mati/OFF atau hidup/ON.

3. Lilitan atau coil


Coil atau lilitan merupakan bagian dari MCB yang berguna sebagai magnetic trip serta akan bekerja
apabila terjadi hubung singkat arus listrik.

4. Kontak arus listrik


Sebagai pemutus serta penghubung aliran arus listrik, MCB memanfaatkan bagian kontak arus listrik
ini.

5. Pemadam busur api


Pemadam busur api bagian dari MCB yang berguna sebagai pengaman apabila terjadi percikan api
ketika dilakukan pemutusan atau pengaliran listrik.

6. Baut kalibrasi pabrikan


Baut kalibrasi pabrikan sendiri menjadi bagian MCB yang berfungsi untuk mensetting arus trip dari
MCB setelah pabrikasi dan hanya bisa pihak prabikan saja yang melakukannya.

7. Terminal kabel listrik


Dengan adanya bagian-bagian tersebutlah MCB atau miniature circuit breaker dapat bekerja
semestinya sebagai proteksi instalansi listrik rumah. MCB yang gagal bekerja maka dapat beresiko
kebakaran, oleh karena itu pemasangan MCB harus sesuai standar.
8. Switch mekanis
Switch mekanis merupakan bagian yang berfungsi sebagai komponen yang membuat rangkaian
terhubung dan arus listrik bekerja.

XXX. Prinsip Kerja

Pada kondisi Normal, MCB berfungsi sebagai sakelar manual yang dapat menghubungkan
(ON) dan memutuskan (OFF) arus listrik. Pada saat terjadi Kelebihan Beban (Overload) ataupun
Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit), MCB akan beroperasi secara otomatis dengan memutuskan
arus listrik yang melewatinya. Secara visual, kita dapat melihat perpindahan Knob atau tombol dari
kondisi ON menjadi kondisi OFF. Pengoperasian otomatis ini dilakukan dengan dua cara seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini yaitu dengan cara Magnetic Tripping (Pemutusan hubungan arus
listrik secara Magnetik) dan Thermal Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara
Thermal/Suhu).

a. Thermal Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik dengan Suhu Tinggi)

Pada saat kondisi Overload (Kelebihan Beban), Arus yang mengalir melalui Bimetal
menyebabkan suhu Bimetal itu sendiri menjadi tinggi. Suhu panas tersebut mengakibatkan Bimetal
melengkung sehingga memutuskan kontak MCB  (Trip).

Gambar XX. Thermal Tripping

b. Magnetic Tripping (Pemutusan Hubungan arus listrik secara Magnetik)

Ketika terjadi Hubung Singkat Rangkaian (Short Circuit) secara mendadak ataupun Kelebihan
Beban yang sangat tinggi (Heavy Overload), Magnetic Trippping atau pemutusan hubungan arus listrik
secara Magnetik akan diberlakukan. Pada saat terjadi hubungan singkat ataupun kelebihan beban berat,
Medan magnet pada Solenoid MCB akan menarik Latch (palang) sehingga memutuskan kontak MCB
(Trip)

Gambar Magentic Tripping

Emergency Diesel Generator (EDG).


Pengertian Umum Emergency Diesel Generator.

Sebelum unit pada suatu pembangkit shut down total maka dibutuhkan suplai cadangan listrik
yang mana digunakan untuk pendinginan kondensor, turbin, generator, dan komponen lainnya.
Emergency Diesel Generator (EDG) ini hanya digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau "off-
grid" yang digunakan apabila terjadi pemadaman pada unit pembangkit. Emergency Diesel Generator
(EDG) ini merupakan mesin diesel yang mana termasuk dalam kategori mesin dengan pembakaran
dalam atau disebut dengan motor bakar, ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya (energi
panas).

Suatu Emergency Diesel Generator (EDG) terdiri dari :

1. Prime mover atau pengerak mula, dalam hal ini mesin diesel.
2. AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch).
3. Baterai dan Battery Charger
4. Panel ACOS (Automatic Change Over Switch).
5. Relai proteksi.
6. Perlengkapan instalasi tenaga.

Cara Kerja Mesin Diesel.

Pada mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara murni
yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (± 30 atm), sehingga temperatur di
dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bersuhu dan
bertekanan tinggi melebihi titik nyala bahan bakar sehingga bahan bakar yang diinjeksikan akan
terbakar secara otomatis. Penambahan panas atau energi senantiasa dilakukan pada tekanan yang
konstan. Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara akan mendorong torak yang
dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak bolak-
balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol
(crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak
pada langkah kompresi.

Pada mesin diesel, piston melakukan empat langkah kerja yang mana sebagai berikut.

1. Langkah ke bawah yang pertama merupakan langkah pemasukan dan penghisapan, di sini
katup udara dan bahan bakar terbuka sehingga udara dan bahan bakar dapat masuk.
2. Langkah kedua merupakan langkah kompresi, poros engkol terus berputar menyebabkan torak
naik dan menekan bahan bakar, bahan bakar dan udara terkompresi, tekanan naik, temperatur
naik, dan terjadi pembakaran.
3. Langkah ketiga merupakan langkah ekspansi dan kerja, di sini kedua katup yaitu katup hisap
dan buang tertutup, gas hasil pembakaran berekspansi mendorong piston ke bawah dan
menghasilkan kerja.
4. Langkah keempat merupakan langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan
menyebabkan gas hasil sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada proses
keempat ini torak kembali bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat keluar. Dan
kemudian kembali lagi ke tahap 1 menjadi siklus

Transformator
Transformator adalah sebuah alat yang mentransfer energi listrik antara dua atau lebih rangkaian
listrik dengan menggunakan induksi elektromagnetik yang berlangsung pada frekuensi konstan.
Transformator digunakan sebagai pengubah nilai tegangan atau arus menjadi tingkat tegangan atau arus
lainnya.

Transformer ini terdiri dari satu atau tiga buah pasang kabel yang melilit di sekeliling inti untuk
menciptakan efek arus listrik yang sangat kuat dari satu atau tiga buah pasang kabel tersebut. Inti
biasanya di lapisi dengan besi dan dilaminasi agar meminimalkan rugi arus eddy.

Berdasarkan persamaan diatas dapat diketahui bahwa jumlah kumparan pada belitan primer dan
sekunder berbanding lurus dengan tegangan yang terdapat pada kumparan primer dan sekunder.
Sedangkan untuk arus yang terdapat pada kumparan primer dan sekunder berbanding terbalik dengan
jumlah kumparan dan tegangan pada kumparan primer dan sekunder. Berikut adalah jenis-jenis
transformator antara lain :

1. Transformator Step-Up atau tranformator penaik tegangan adalah transformator


yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari rendah ke tegangan yang lebih
tinggi.
2. Transformator Step-Down atau transformator penurun tegangan adalah
transformator yang digunakan untuk menurunkan tegangan dari tinggi ke
tegangan yan lebih rendah.
3. Transformator tiga fase (3-phase) adalah transformator yang memiliki tiga buah
belitan baik primer maupun sekunder dan dihubungkan secara khusus satu sama
lain. Lilitan primer dapat dihubungkan secara bintang (Y), delta (∆), zigzag. Dan
lilitan sekunder juga dapat dihubungkan secara bintang (Y), delta (∆), zigzag.
4. Generator Transformer (GT) merupakan transformator yang digunakan untuk
menaikkan tegangan keluaran generator ke tegangan jaringan transmisi dan
bertujuan mengalirkan daya yang dibangkitkan ke jaringan transmisi.
5. Transformator pemakaian sendiri (UAT – Unit Auxiliary Transformer)
merupakan transformator yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
tegangan keluaran generator ke tegangan switchgear tegangan menengah
dimana digunakan mengalirkan daya ke beban pemakaian sendiri pembangkit
yang mana menggunakan tegangan menengah.
6. Service Transformer merupakan transformator yang digunakan untuk beban
pemakaian sendiri satu unit pembangkit yang mana hanya digunakan untuk
startup pembangkit. Daya yang digunakan berasal dari jaringan.
7. Transformator tengangan rendah merupakan transformer penurun tegangan dari
tegangan switchgear tegangan menengah ke switchgear tegangan rendah yang
digunakan untuk pemakain sendiri yang mana menggunakan tegangan rendah.
Daya berasal dari switchgear teganagn menengah.
Sistem Busbar / ril

Semua peralatan G.I. dihubungkan pada dan mengelilingi busbar; corak dasar dari hubungan
rangkaian dalam G.I. ditentukan oleh ystem busbarnya. Dalam ystem busbar ada busbar tunggal
(single bus), busbar ganda (multiple bus) dan ring gelang (ring bus). Kadang-kadang busbar mungkin
dapat dihilangkan sesuai dengan komposisi system tenaga listrik.

 Jenis busbar
1) Busbar Tunggal
Busbar tunggal adalah sistem Busbar yang paling sederhana. Karena hanya memerlukan
sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistem ini sangat menguntungkan.
Sistem ini dipakai untuk G.I. skala kecil yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar dan
tidak memerlukan pindah-hubungan sistem tenaga. Namun, jika terjadi gangguang pada ril,
isolator pada sisi ril, pemutus beban dan peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga
listrik akan terputus sama sekali. Jika dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total,
maka dipasang pemutus beban dan pemisah bagian (section) seperti pada Gbr 4.28 (b) dan
(c); komposisi dari system tenaga harus disesuaikan seperlunya.

a b c

Gambar 2.70 Busbar Tunggal


Sumber : www.info-electro.com/2013/07/sistem-busbar-pada-transmisi-tenaga.html
Gambar 2.71 Busbar ganda Standar

(Sumber : www.info-electro.com/2013/07/sistem-busbar-pada-transmisi-tenaga.html

2) Busbar Ganda/ril ganda


Busbar ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak
lazim dipakai. Sistem ini memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja
dan ruang dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi
sistem tenaga menjadi lebih mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak
bekerjanya transformator atau saluran transmisi.
Di Jepang bila dipakai saluran transmisi rangkap (double circuit), maka biasanya
rangkaian pertama dihubungkan dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B, sehingga
beban kedua rangkaian itu seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan untuk
membatasi pemutusan pelayanan dan arus hubung-singkat dengan membuka pemutus beban
penghubung kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril A dan
ril B dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistem tenaga yang berlainan.
Oleh karena itu system dua ril ini pada umumnya dipakai pada G.I. yang kedudukannya
penting dalam sistem tenaga.
Pada G.I. di mana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi dan dimana diperlukan
keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus beban bagian pada setiap ril
seperti terlihat pada Gambar.5. 3. Di sini G.I. itu terbagi menjadi dua bagian yang bekerja
terpisah, sehingga akibat-akibat gangguan pada ril dikurangi. Gambar.5.4 menunjukkan ril
rangkap (ganda) jenis lain. Gambar.5.4 adalah apa yang disebut sistem 2-pemutus-beban,
dengan dua-ril standar (Gambar.5.2), pada sistem ini saluran transmisi dan transformator
tidak usah terhenti selama pemutustenaga diperiksa atau diperbaiki. Dan dalam keadaan
gangguan ril, gangguan itu dapat ditiadakan dengan tidak mempengaruhi komposisi sistem
tenaga. Di balik keuntungan-keuntungan tadi, sistem ini me mpunyai kerugian-kerugian
bahwa ia memerlukan banyak pemutus-tenaga, pemisah dan ruang serta sirkit kontrol dan
pengamannya menjadi sangat kompleks. Oleh karena itu sistem ini sampai sekarang belum
dipakai di Jepang
Gambar 2.72 Busbar Rangkap (Sistem Inspeksi)
Sumber : www.info-electro.com/2013/07/sistem-busbar-pada-transmisi-tenaga.html

Di sini sebuah ril, yaitu ril inspeksi tadi ditambahkan pada ril tunggal, sehingga
memudahkan melakukan pemeriksaan (inspeksi) atas ril atau pemutus beban, meskipun ia
tidak dapat bekerja seperti sistem dua-ril standar. Sistem ini juga dipakai untuk mengurangi
jumlah pemutus-tenaga, jika jumlah rangkaian yang dihubungkan tidak banyak. Sistem ini
dapat diperluas dengan mudah menjadi system dua-ril standar bila kelak jumlah sirkit
hubungan menjadi besar.
3) Ril Gelang
Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan sebagian dari
pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistem ini jarang dipakai di Jepang karena
mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistem tenaga ia tidak begitu leluasa seperti
sistem rua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya menjadi lebih kompleks, dan
kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih besar.
Gambar 2.73 Busbar Ril Gelang
Sumber : www.slideshare.net/mobile/makmursaini1/gardu-induk-sistem-tenaga-listrik

4) Sistem Tanpa Ril


Akhir-akhir ini, sistem unit dengan menghilangkan ril mulai banyak dipakai karena
adanya kemajuan dalam keandalan alat-alat, meluasnya sistem transmisi bawah tanah di
kota-kota, dan penyederhanaan instalasi karena sukarnya memperoleh tanah.
 Komponen Utama Busbar
Pemisah (PMS) pada busbar adalah alat yang dipergunakan untuk menyatakan secara
visual bahwa suatu pelataran listrik sudah bebas dari tegangan kerja. Oleh karena itu pemisah
tidak diperbolehkan untuk dimasukkan atau dikeluarkan pada rangkaian listrik dalam keadaan
terbeban. Untuk tujuan tertentu pemisah penghantar atau kabel dilengkapi dengan pemisah
tanah (pisau pentanahan/earthing blade). Umumnya antara pemisah penghantar atau kabel dan
pemisah tanah terdapat alat yang disebut intelock. Dengan terpasangnya interlock ini maka
kemungkinan kesalaan operasi dapat dihindarkan.
 Jenis busbar pemisah
Sesuai dengan fungsinya, pemisah dapat dibagi
1) Pemisah tanah (pisau pentanahan) Berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa tegangan
yang timbul esudah SUTTdiputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau kabel lainnya.
2) Pemisah peralatan Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi yang bertegangan. Pemisah ini harus dimasukkan atau dibuka dalam keadaan tanpa beban.
Motor Induksi

 Pengertian Motor Induksi


Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan magnet
stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi
merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan
medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator. Motor induksi sangat banyak
digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun di rumah tangga. Motor induksi
yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase
dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di dalam berbagai bidang industry
dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1-fase dioperasikan pada sistem tenaga 1- fase dan
banyak digunakan terutama untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es,
pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran
yang rendah.

Gambar 2.74 Motor induksi 3-fasa


(Sumber: https://wandasaputra93.wordpress.com/2015/01/10/motor-ac/)
Gambar 2.75 Penerapan motor induksi di dunia industry
(Sumber: https://wandasaputra93.wordpress.com/2015/01/10/motor-ac/)

Data-data motor induksi mengenai daya, tegangan dan data lain yang
berhubungan dengan kerja motor induksi dibuatkan pada plat nama (name plate) motor induksi.
Contoh data yang ditampilkan pada plat nama motor induksi ini diperlihatkan pada
gambar 2.76

Gambar 2.76 Contoh data yang ada di plat nama motor induksi
(Sumber: https://wandasaputra93.wordpress.com/2015/01/10/motor-ac/)
 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2.77 sebagai berikut.
1) Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2) Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.
3) Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator
yang diinduksikan kepada kumparan rotor.

Gambar 2.77 Bentuk konstruksi dari motor induksi


(Sumber: Bentuk konstruksi dari motor induksi)

Bentuk konstruksi rotor sangkar motor induksi secara lebih rinci diperlihatkan
pada gambar 2.78
Gambar 2.78 Konstrksi rotor sangkar motor induksi
(Sumber: http://electro-creations.blogspot.co.id/2014/04/motor-induksi-asinkron.html)

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian


sebagai berikut.

1) Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.


2) Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3) Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan
belitan (kumparan stator).
4) Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi ini didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1) Menutupi inti dan kumparannya.
2) Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan dari
goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka
(cuaca luar)
3) Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator
didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4) Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.
Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu.
1) Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2) Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bahagian-bahagian sebagai berikut.
1) Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator.
2) Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur merupakan
tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3) Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4) Poros atau as
Gambar 2.79 Gambaran sederhana bentuk alur / slot pada motor induksi
(Sumber: http://electro-creations.blogspot.co.id/2014/04/motor-induksi-asinkron.html)
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan rotor.
Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa
sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu
besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah terlalu
kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.

Gambar 2.80 Gambaran sederhana motor induksi dengan satu kumparan stator dan satu
kumparan rotor
(Sumber: http://electro-creations.blogspot.co.id/2014/04/motor-induksi-asinkron.html)

 Prinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada
kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor induksi 3-fasa yang dihubungkan dengan suatu
sumber tegangan 3-fasa, maka kumparan stator akan menghasilkan medan magnet yang berputar.
Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan memotong kumparan rotornya
sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor merupakan
rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor. Penghantar (kumparan)
rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks yang berasal dari kumparan stator sehingga
kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung
menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan induksi stator. Medan putar pada stator
tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai
dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putaran relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel
motor yang olehkarenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip antara
medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi. Bila beban motor bertambah,
putaran rotor cenderung menurun.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slotslotnya yang dililitkan
pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan berputarnya medan stator
yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup akan mengakibatkan makin
kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini
disebut kecepatan sinkron. Besarnya kecepatan sinkron ini adalah sebagai berikut.

Ωsink = 2πf (listrik, rad/dt) .................................................................(2.215)


Ωsink = 2πf / P (mekanik, rad/dt)........................................................(2.216)
atau:
Ns = 60. f / P (putaran/menit, rpm) ......................................................(2.217)
Keterangan:
f = frekuensi sumber AC (Hz)
P = jumlah pasang kutup
Ns dan ωsink = kecepatan putaran sinkron medan magnet stator

 Slip
Apabila rotor dari motor induksi berputar dengan kecepatan Nr, dan medan magnet stator berputar
dengan kecepatan Ns, maka bila ditinjau perbedaan kecepatan relatif antara kecepatan medan magnet
putar stator terhadap kecepatan rotor, ini disebut kecepatan slip yang besarnya sebagai berikut.

Kec.slip = Ns – Nr ................................................................................(2.218)

Kemudian slip (s) adalah :

S = 𝑁𝑠 – 𝑁𝑟 𝑁𝑠

..............................................................................................(2.219)
Frekuensi yang dibangkitkan pada belitan rotor adalah f2 dimana

f2 = (𝑁𝑠 – 𝑁𝑟) 120 .........................................................................................(2.220)

dengan: p = jumlah kutup magnet stator.

Sedangkan frekuensi medan putar stator adalah fl, di mana

f1 = 𝑁𝑠.𝑝 120 ................................................................................................(2.221)

Dari persamaan–persamaan di atas akan diperoleh

f2 f1 = (𝑁𝑠 – 𝑁𝑟) 𝑁 , f2 = sf1 ......................................................................(2.222)

Apabila, slip = 0 (karena Ns=Nr) maka f2 = 0. Apabila rotor ditahan slip = 1 (karena Nr= 0) maka f2 =
f1. Dari persamaan f2 = sf1, diketahui bahwa frekuensi rotor dipengaruhi oleh slip. Leh karena GGL
induksi dan reaktansi pada rotor merupakan fungsi frekuensi maka besarnya juga turut dipengaruhi
oleh slip. Besarnya GGL induksi efektif pada kumparan stator adalah : E1 = 4,44 f1 N1
φm .............................................................................(2.223)

Selanjutnya, besarnya GGL induksi efektif pada kumparan rotor adalah : E2S = 4,44 f2 N2 φm
E2S = 4,44 s f1 N2 φm

E2S = s.E2 ...........................................................................................(2.224)


dimana :

E2 = GGL pada saat rotor diam (Nr = Ns)


E2S = GGL pada saat rotor berputar
N1 = jumlah lilitan primer (lilitan stator)
N2 = jumlah lilitan sekunder (lilitan rotor)
Karena kumparan rotor mempunyai reaktansi induktif yang dipengaruhi oleh frekuensi, maka
dapat dibuatkan :
X2S = 2π f2 L2
X2S = 2π s.f1 L2
X2S = sX2.............................................................................................(2.225)
Dengan :
X2S = reaktansi pada saat rotor berputar.
X2 = reaktansi pada saat rotor diam
 Efisiensi pada Motor Induksi
Efisiensi motor dapat didefinisikan sebagai “perbandingan daya keluaran motor yang
dirgunakan terhadap daya masukan pada terminalnya”, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
η = 𝑃𝑂𝑈𝑇/𝑃𝐼𝑁 x.100% .................................................................................(2.226)
dengan : η = efisiensi motor (%)
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah
1) Usia. Motor baru lebih efisien
2) Kapasitas, Sebagaimana pada hamper kebanyakan peralatan, efisiensi motor meningkat dengan
laju kapasitasnya
3) Kecepatan. Motor dengan kecepatanyang lebih tinggi biasanya lebih efisien.
4) Jenis rotor.
5) Temperatur. Motor yang didinginkan oleh fan dan tertutup total lebih efisien daripada motor
screen protected drip-proof (SPPD)
6) Penggulungan ulang motor dapat mengakibatkan penurunan efisiensi.

Anda mungkin juga menyukai