Tentang :
“Aplikasi Navier-Stokes pada Turbulens.”
Disusun Oleh :
ROHULLAH SABRAN NEHRU ADAM
17010136
TEKNIK PENERBANGAN
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi
maha bijaksana yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah Ilmiah kami yang berjudul “Aplikasi
Navier-Stokes pada Turbulens” ini. Makalah Ilmiah ini kami buat dengan sepenuh
kemampuan yang saya miliki.
Makalah Ilmiah ini dibuat oleh seluruh saya sendiri menyelesaikan makalah
ini selama 1 minggu dan saya berharap Makalah Ilmiah ini dapat dipertimbangkan
dengan baik oleh para pembimbing dan juga semoga paper ini bisa berguna dengan
baik sesuai dengan fungsinya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
observable dari per- samaan gerak tersebut. Observable yang di-
dapat adalah amplitudo kuadrat dari vertek 4 point.
2
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi
yang diambil dari kutipan buku yang berkaitan dengan
penyusunan laporan makalah serta beberapa literature review
yang berhubungan dengan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan
analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Turbulensi
4
Pecahnya garis arus dan timbulnya arus ed- di dikenal
sebagai fenomena turbulensi. Kapan terjadinya arus laminar
dan turbulensi belum bisa terpecahkan sampai Osborne
Reynolds memperkenalkan bilangan reynolds. Bilangan
Reynold ini berbanding lurus dengan kecepatan, massa jenis
fluida dan diameter pipa yang dilalui fluida serta berbanding
terbalik dengan viskosi- tas. Batas antara laminar dan
turbulensi bila- ngan reynoldnya 2300 (lihat[4]). Jika bilangan
reynold lebih besar dari 2300 maka kemungki- nan terbesar
dari aliran fluida adalah turbulen- si. Transisi aliran laminar
dan turbulen dapat dilihat pada asap rokok. Pada saat asap
rokok mulai mengepul aliran itu adalah laminar. Pa- da saat
asap rokok itu bergerak mulai menjauh aliran tersebut adalah
turbulen.
5
Mengguanan Teorema Gauss diruas kiri dan ruas kanan:
∫ ∫
∂
Ȯ · (ρ˙v)dV = − ρdV ∂t
∫
∂ρ
[ + Ȯ · (ρ˙v)]dV =∂t 0 (2)
∂ρ
+ ˙ (ρ˙v) = 0 (3) O
∂t
6
2.2 Teori Medan Gauge
Teori gauge adalah teori medan yang didasari oleh
prinsip gauge yaitu suatu teori harus invariant terhadap
transformasi lokal gauge. Sebagai contoh, misalkan medan
komplek skalar φ(x) dalam ruang-waktu Minkowski. Kerapatan
Lagrange medan ini dengan potensial V dapat ditulis [7]: L(φ,
∂µφ) = (∂ µφ ? )(∂µφ) − V (φ ?φ) (8) jika kita ambil transformasi:
φ → φ 0 ≡ e −iθφ (9) dimana θ adalah konstanta real.
Pembuktian bahwa kerapatan Lagrange invarian terhadap
transformasi ini sangat mudah . Transformasi e −iθ dikenal
sebagai transformasi gauge global. Dengan menggunakan
teorema Noether’s kita akan mendapatkan rapat arus (sebagai
contoh [8]): J µ = φ∂µφ ? − φ ? ∂ µφ (10) dan hukum kekekalan
arus ∂µJ µ = 0 (11) Bagaimana dengan transformasi gauge
lokal? Transformasi gauge lokal dapat ditulis[7]: φ → φ 0 ≡ e
−iθ(x)φ (12) dengan transformasi ini , kerapatan Lagrange (8)
menjadi: L(φ, ∂µφ) → L0 = (∂ µφ ? )(∂µφ) − V (φ ?φ) +(∂ µφ ?
)(∂µφ) (∂µθ∂µ θ + ∂µθ − ∂ µ θ) (13) yang tidak invarian terhadap
transformasi gauge lokal . Untuk membuat kerapatan Lagrange
invarian terhadap transformasi gauge lokal , kita harus menganti
∂ µ dengan transformasi yang cocok dengan bentuk φ. Untuk
melakukannya, pertama kita perkenalkan medan vektor Aµ(x)
yang biasanya disebut ’medan gauge’ dengan transformasi
sebagai berikut [7]: A µ → A0 ≡ Aµ + ∂ µ θ , Kita definisikan
deravatif kovariant D µ ≡ ∂ µ + iA µ (15) dengan transformasi
gauge lokal, derivatif kovariant akan ditransform : Dµφ → (∂ µ +
i(A µ + ∂ µ ))e −iθφ = e −iθ∂ µφ −ie−iθφ∂µ θ + ie−iθA µφ +
ie−iθφ∂µ θ = e −iθ(∂ µ + iA µ )φ = e −iθD µφ (16) Dµφ ? → e
iθDµφ ? (17) Hal ini menunjukan bahwa derivatif kovariant akan
ditransformasi kedalam bentuk yang sama dengan φ. Jika kita
7
mengganti ∂ µ dengan Dµ, kerapatan Lagrange menjadi : L(φ, D
µφ) = (Dµφ ? )(D µφ) − V (φ ?φ) (18) telah dibuktikan bahwa
kerapatan Lagrange diatas invariant terhadap transformasi
gauge lokal. Sekarang kita punya teori medan gauge yang
invariant terhadap transformasi gauge lokal.
8
2.3 Teori Medan Gauge Non-Abelian
Kita akan memperluas aljabar ke aljabar non komutatif
(non abelian). Hal ini bisa digunakan untuk menjelaskan sistem
medan (medan materi) yang secara umum mengandung medan
multi-komponen. Transformasi Gauge NonAbelian dapat ditulis
sebagai [10]: U = e iTaθ(x) (25) dimana T 0 a s adalah matrix
generator yang dimiliki Group Lie dan memenuhi hubungan
komutatif [Ta, Tb] = ifabcTc. fabc adalah faktor struktur. Aljabar
yang mendasarr hubungan ini disebut sebagai Aljabar Lie [9].
Untuk mendapatkan medan Non-Abelian yang invariant
terhadap Transformasi Gauge lokal, kita harus menemukan
hubungan yang mirip dengan pers.(24). Untuk melakukannya,
kita perkenalkan (dimana g adalah konstanta kopling gauge)
[10]:
Dµ ≡ ∂µ + igTaA a µ (26)
9
dimana F a µν diberikan oleh pers.(28) atau pers.(29). Dengan
kondisi ini maka kerpatan Lagrange menjadi: L = − 1 4 F aµνF a
µν (31)
10
Sekarang kita mengkonstruksi Lagrange untuk sistem fluida.
fluida dapat dipandang sebagai gauge boson yang mirip dengan
teori gauge U(1). Lagrange untuk fluida dapat ditulis sebagai:
LNS = − 1 4 (gλα)(gβσ)[(∂ αA σ − ∂ σA α ) (∂ λA β − ∂ βA λ )] +
gJµA µ (38)
kita mendapatkan:
= − 1 4 (gλα)(gβσ)[δ α ν δ σ µF λβ − δ σ ν δ α µF
λβ +δ λ ν δ β µF ασ − δ β ν δ λ µF ασ] (39)
11
hubungankan dengan simetri gµν dan anti simetri Fµν, keempat
suku sama, mengunakan indeks µ dan ν kita akan
mendapatkan:
12
dimana ~ω ≡ O~ × ~v adalah vortisiti. Hasil ini menghasilkan
persamaan umum NS dengan gaya-gaya konservatif(O~ V ).
Potensial berhubungan dengan gaya-gaya konservatif, yaitu:
13
Dari persamaan diatas kita bisa mendapatkan suku kuadrat
sebagai propagator medan fluida (lihat [5]), − i k 2 · g µν + (ζ −
1)k µk ν k 2 ¸ δ ab (52) s
14
dimana k adalah momentum 4. Hukum kekekalan momentum
masih berlaku, yaitu
Σki = 0 . (55)
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
3.3 Prosedur Penelitian
Mulai
Pengumpulan Data
Persiapan Data
Mengolah data
makalah
Selesai
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
turbulensi dipengaruhi oleh kecepatan, ketinggian,
tekanan, kekentalan fluida dan massa jenis fluida. Pada
bagian ini kita akan menjelaskan hubungan antara
besaran fisis yang telah disebutkan diatas dengan energi
turbulensi. Untuk interaksi 4 point kita menggunakan 4
kecepatan dan gradien kecepatan fluida yang berbeda.
1. Amplitudo Kuadrat dengan θ (sudut antara elemen
fluida 1 dan 2) serta α (sudut antara elemen fluida 1 dan
3) Suhu, tekanan, viskositas, ketinggian dan massa jenis
adalah besaran makroskopis. Pada penelitian ini kita juga
menggunakan kecepatan
19
energi turbulensi berfluktuasi terhadap ke dua sudut
tersebut. Tumbukan keempat elemen fluida tersebut
mencapai puncaknya pada sudut-sudut tertentu. Sudut
inipun mempengaruhi hubungan kecepatan dengan
energi turbulensi.
20
Gambar 5: Energi turbulensi dengan viskositas.
21
Gambar 6: Energi turbulensi terhadap tekanan.
4. Energi Turbulensi dengan tekanan Energi turbulensi
meningkat jika tekanan dinaikan. Pada grafik 6 hubungan
energi turbulensi dengan tekanan adalah parabolik. Perlu
diperhatikan bahwa tekanan dalam hal ini adalah tekanan
internal fluida yang diakibatkan oleh elemen fluida
sebelum berinteraksi dengan elemen lain. Kenaikan
tekanan bisa diakibatkan oleh peningkatan suhu pada
volume tetap atau penurunan volume pada suhu tetap.
Kenaikan tekanan membuat partikel-partikel yang
menyusun fluida semakin bergetar dan semakin
menjauh. Ekspansi partikel ini membuat massa jenis
fluida berkurang. Gaya tekanan berbanding terbalik
dengan massa jenis. Telah dijelaskan diatas bahwa
semakin kecil massa jenis energi turbulensinya semakin
besar.Getaran-getaran ini memberikan kontribusi energi.
Perpindahan fluida bisa juga diakibatkan oleh perbedaan
tekanan antara kedua titik. Semakin besar perbedaan
tekanan ini gaya fluida yang dihasilkan akan semakin
besar. Perbedaan tekanan pada kasus ini antara antara
titik pusat interaksi dengan keempat elemen fluida. 5.
Energi Turbulensi dengan ketinggian Pada interaksi satu
titik energi turbulensi tidak dipengaruhi oleh ketinggian,
22
hal ini disebabkan karena titik interaksi fluida yang kita
amati memiliki perbedaan ketinggian yang sama,
meskipun gravitasi memiliki kontribusi yang besar pada
proses turbulensi lihat gambar 7. Pertambahan
ketinggian tidak meningkatkan energi turbulensi. Kita
dapat menghitung energi turbulensi di darat dan di udara
dengan besar yang sama, jika diambil asumsi besaran
lain sama di kedua tempat tersebut.
23
daripada oli. Untuk besaran lain yang (kecepatan ,
diameter, viskositas) dianggap konstanta dan besarnya
sama maka air memiliki kecenderungan yang lebih tinggi
untuk menjadi turbulensi dibandingkan dengan oli. Pada
grafik antara energi turbulensi dengan massa jenis
didapatkan grafik yang menurun hampir mirip
eksponensial lihat gambar 8. Hal ini sesuai dengan logika
kita, karena fluida yang memiliki massa jenis yang tinggi
memiliki jumlah partikel yang lebih banyak dalam satuan
volume. Jumlah partikel yang bergesekan mempengaruhi
energi turbulensi. Massa jenis dipengaruhi juga oleh
tekanan dan suhu. Semakin tinggi tekanan dan suhu
membuat massa jenis fluida semakin rendah.
24
sejajar dengan komponen gaya tersebut. Untuk keempat
elemen fluida memiliki kemiringan yang sama (lihat
gambar 9). Artinya jika kita meningkatkan gradien
kecepatan salah satu elemen fluida dan ketiga
percepatan elemen fluida yang lain tetap maka energi
turbulensi akan meningkat. Peningkatan percepatan
keempat elemen fluida dengan besar yang sama
meningkatkan juga energi turbulensi. Gradien kecepatan
yang kecil diakibatkan oleh besarnya gesekan antara
lapisan fluida yang bergerak dengan lapisan fluida yang
diam. Jika gesekan ini kita kurangi dengan meningkatkan
suhu atau tekanan maka energi turbulensi akan
meningkat.
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27