Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PERPAJAKAN

HUKUM PAJAK

KASUS SENGKETA PAJAK PT. ASIAN AGRI GROUP

DISUSUN OLEH :

NAMA : RINDI ANTICASARI

JURUSAN : AKUNTANSI ( SEMESTER 5 P2K )

NIM : 183124340362010

Universitas Mpu Tantular

Jalan Puri Kembangan No.2 Kedoya

Kebon Jeruk, Jakarta Barrat

Telepon (021) 581 9779 (Hunting), Fax (021) 5830 1125

Email : info@mputantular.ac.id
A. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan


untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak
dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang
dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada
dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu
peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar
pajak.

Berdasarkan APBD tahun 2011 sektor pajak daerah memiliki peran yang
semakin besar karena akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Peran pajak sangatlah penting
bagi penerimaan kas Negara. Hal ini dapat dilihat dari tabel APBD 2011.

Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu


sumber penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan
pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga
merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai
pembangunan. Jenis pungutan di Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak
pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea dan cukai dan penerimaan Negara
bukan pajak. Salah satu 2 pos Penerimaan Asli Daerah (PAD) dalam anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD) adalah pajak daerah. Pajak Daerah menurut
Kesit (2005:2) “adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah”. Pemungutan pajak daerah oleh pemerintah daerah
propinsi maupun kabupaten/kota diatur oleh Undang-Undang nomor 28 tahun
2009. Jenis pajak daerah sebagaimana yang ada dalam Undang-Undang nomor
28 tahun 2009 adalah Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan; dan
Pajak Rokok; Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak Parkir;
Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Perlu
diketahui bahwa sistem pemungutan pajak ada 3 (tiga) macam yaitu Official
Assessment System, Self Assessment System, With Holding System. Official
Assessment System adalah system pemungutan pajak yang memberi wewenang
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak. Self Assessment System adalah system pemungutan pajak yang 3
memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang dan With Holding System adalah system pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus atau Wajib Pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak. Indonesia menganut Self Assessment System yaitu Wajib Pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menetapkan, membayar,
dan melaporkan pajaknya sendiri. Fiskus, dalam hal ini aparat Direktorat
Jendral Pajak/ Pemerintah Daerah hanya menjalankan fungsi pembinaan,
penelitian, pengawasan, dan penerapan sanksi administrasi perpajakan.
Penagihan pajak dalam sistem Self Assessment dilaksanakan sedini mungkin
sejak timbulnya hutang pajak atau sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
atau penyetoran pajak. Peningkatan efektifitas penagihan pajak lebih diperlukan
mengingat semakin besarnya tunggakan pajak kumulatif dewasa ini. Hal ini
perlu dilakukan karena kenyataan yang ada selama ini adalah semakin
banyaknya Wajib Pajak yang tidak beritikad baik untuk melunasi hutang
pajaknya padahal yang bersangkutan cukup mampu secara finansial.1

B. PEMBAHASAN

PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua
di GrupRaja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah
Forbes, pada tahun2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia,
dengan kekayaan mencapai US$ 2,8miliar (sekitar Rp 25,5 triliun).
Selain PT AAG, terdapat perusahaan lain yang berada di bawah naungan Grup
Raja Garuda Mas, di antaranya:Asia Pacific Resources International Holdings
Limited(APRIL), Indorayon, PEC-Tech, Sateri International, dan Pacific Oil
&Gas. Secara khusus, PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet,
kakao di Indonesia,Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG
merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki
19 pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah selain tiga pabrik
minyak goreng.Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG,
bermula dari aksi VincentiusAmin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT
AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$3,1 juta pada tanggal 13 November
2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG
yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent initerendus
oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu
bahkandiancam akan dibunuh. Vincent kabur ke Singapura sambil membawa

1
http://eprints.uny.ac.id/8740/2/bab%201%20-09409131017.pdf
sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah
terjadi jalinan komunikasi antaraVincent dan wartawan Tempo.

Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia


menyerahkan dirike Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1
Desember 2006 VAS sengajadatang ke KPK untuk membeberkan permasalahan
keuangan PT AAG yang dilengkapidengan sejumlah dokumen keuangan dan
data digital.Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul
“AAACross Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales”,disusun pada
sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapantransfer pricing PT AAG
secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak
sawit mentah(Crude PalmOil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar
negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual kembali ke
pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri
bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang
menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.

Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan


menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak karena memang
permasalahan PT AAG tersebutterkait erat dengan perpajakan.Menindaklanjuti
hal tersebut, Direktur Jendral Pajak, DarminNasution, kemudian membentuk
tim khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik danintelijen. Tim ini bekerja
sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) dan
Kejaksaan Agung.

Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikanb termasuk


penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di
Medan.Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa),
ditemukan Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN).selain itu juga “bahwa
dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan
pencatatan transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaanhingga
Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar.
mengecilkanhasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, Asian Agri diduga
telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6
triliun. Perhitungan SPT Asian Agriyang digelapkan berasal dari SPT periode
2002-2005.

Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu diduga berpotensi


merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun. Dari rangkaian investigasi
dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan 8orang tersangka,
yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan
SL.Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan
penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen Hukum dan
HAM juga telah mencekal 8orang tersangka tersebut.

Penyelesaian Kasus Asian Agri: Di Dalam atau Luar Pegadilan?

PT Asian Agri Group (AAG) diduga telah melakukan penggelapan pajak


(taxevasion) selama beberapa tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian
negara senilai trilyunan rupiah. Belum lagi kelar penyidikan, berkembang
wacana mengenai penyelesaiankasus itu di luar pengadilan (out of court
settlement ). Hal ini sangat menggelisahkan kalanganyang menginginkan
tegaknya hukum dan terwujudnya keadilan, tanpa pandang bulu. Sangatironis
jika para penjahat kelas teri ditangkapi, ditembaki, disidangkan, dan
dimasukkan bui,sementara itu penjahat kerah putih (white collar criminal ) yang
mengakibatkan kerugian besar pada negara justru dibiarkan melenggang karena
kekuatan kapital nya.

Celah Keluar dari Pengadilan

Meski peraturan perundangan mengancam pelaku tindak pidana


perpajakan dengansanksi pidana penjara dan denda yang cukup berat, nyatanya
masih ada celah hukum untuk meloloskan para penggelap pajak dari ketok palu
hakim di pengadilan. Pasal 44B UU No.28/2007 membuka peluangout of court
settlement bagi tindak pidana di bidang perpajakan. Ketentuan itu mengatur
bahwa atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agungdapat menghentikan
penyidikan. Dengan demikian, kasus berakhir (case closed ) jika wajib pajak
yang telah melakukan kejahatan itu telah melunasi beban pajak beserta
sanksiadministratif berupa denda. Ketentuan hukum nyatanya begitu lunak
dalam mengatur tindak pidana perpajakan. Peluang out of court settlement
dimungkinkan bagi segala jenis tindak pidana perpajakan. Peluang itu tidak
hanya berlaku untuk “Perlawanan Pasif terhadap Pajak”,yaitu perlawanan yang
tidak dilakukan secara sadar atau disertai niat dari warga masyarakatuntuk
merintangi aparat pajak dalam melakukan tugasnya. Penghentian penyidikan
danpenyelesaian di luar sidang juga berlaku untuk
“Perlawanan Aktif terhadap Pajak” yangperbuatannya dilakukan lewat cara-cara
ilegal dan langsung ditujukan padafiskus/pemerintah. Jadi, penyelesaian kasus
tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski masuk kategori
“Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun tetap dapat diselesaikan diluar
sidang pengadilan. Dengan demikian, harapan kita bergantung pada Menteri
Keuangandan Jaksa Agung sebagai pihak yang paling menentukan dalam proses
penyelesaian tindak pidana perpajakan ini.
Berujung di Pengadilan

Asian Agri akhirnya benar-benar melayangkan surat keberatan kepada


Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait Surat Ketetapan Pajak (SKP) kepada 14
anak perusahaannya. Perusahaan perkebunan sawit milik taipan Sukanto Tanoto
ini melayangkan surat keberatansetelah membayar senilai Rp 969,675 miliar
atau 49% dari total pajak terutang yaknimencapai Rp 1,95 triliun. Sedari awal
Asian Agri memang berniat banding atas penetapan SKP yang ditetapkanDJP.
Namun mereka harus terlebih dulu membayar setengah dari total utang pajak.
AsianAgri melayangkan keberatan karena menganggap SKP yang mencapai Rp
1,95 triliun tidak sesuai, sebab melebihi total keuntungan perusahaannya yang
pada 2002-2005 hanya Rp 1,24triliun. Total utang pajak plus denda Asian Agri
sendiri mencapai Rp 1,959 triliun. General Manajer Grup Asian Agri, Freddy
Widjaya mengatakan, surat keberatan SKPtelah disampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. "Sesuai dengan jangka waktu tiga
bulan sejak tanggal penerbitan SKP." ujarnya kepada KONTAN di Jakarta,Rabu
(4/9).

Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas DJP, Kismamtoro Petrus


mengakui telahmenerima surat keberatan Asian Agri pada 28 Agustus 2013.
DJP wajib memberikankeputusan atas keberatan itu paling lambat dua belas
bulan.Meski keberatan, Asian Agri tetap harus membayar sisa utang pajak
seperti dalamSKP. Jika Asian Agri tidak melunasi seluruh tagihan SKP setelah
jatuh tempo, DJP dapat melakukan penagihan aktif berupa teguran, penerbitan
surat paksa, penyitaan dan blokir rekening hingga pelelangan aset.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kasus analisis diatas apabila sudah terjadi suatu kasus
sengketa pajak antara Wajib Pajak dengan Fiskus, maka otomatis Wajib Pajak
mempunyai Hak dan Kewajiban dalam menangani sengketa pajak tersebut. Hak
dari Wajib Pajak sendiri ialah dapat mengajukan keberatan kepada Surat
Keputusan Pajak yang dibuat oleh DJP sesuai pasal 25 UU no 28 tahun 2007,
serta dapat mengajukan banding ke Peradilan Pajak apabilatidak puas dengan
Surat Ketetapan Pajak yang dijatuhkan oleh Fiskus sesuai pasal 27 UU no28
tahun 2007. Namun yang menjadi kewajiban Wajib Pajak sebelum mengajukan
keberatanmaupun banding ialah Wajib Pajak terlebih dahulu harus melunasi
pajak yang disetujui dalamkeputusan keberatan maupun banding tersebut.
Dalam kasus sengketa pajak Asian Agri, dijelaskan bahwa Asian Agri
melakukan penggelapan pajak yang mengarah kepada kerugian negara. Maka
dari itu Peradilan Pajak dituntut untuk bijaksana dalam menyelidiki dan
menyelesaikan permasalahan kasus tersebut sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/8740/2/bab%201%20-09409131017.pdf

http://yodikristiantolawstudent.blogspot.com/2015/05/makalah-hukum-
pajakanalisis-kasus.html
Muhammad Zainul Arifin, Understanding The Role Of Village Development
Agency In

Decision Making, Kader Bangsa Law Review,


http://ojs.ukb.ac.id/index.php/klbr

, https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, The Theft Of Bank Customer Data On Atm


Machines In

Indonesia, International Journal of Mechanical Engineering and Technology

(IJMET),

http://www.iaeme.com/MasterAdmin/UploadFolder/IJMET_10_08_018/IJMET
_

10_08_018.pdf ,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8


Tahun 2016
Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Studi Kasus Desa Datar Balam Kabupaten Lahat), Jurnal Fiat Justicia,
http://journal.ukb.ac.id/journal/detail/288/implementasi-peraturan-
pemerintahpp-

-nomor-8-tahun-2016-tentang-dana-desa-yang-bersumber-dari-anggaran-

pendapatan--dan-belanja-negara--studi-kasus-desa-datar-balam-kabupaten-lahat

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad zainul Arifin, Penerapan Prinsip Detournement De Pouvoir


Terhadap Tindakan

Pejabat Bumn Yang Mengakibatkan Kerugian Negara Menurut UndangUndang

Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Jurnal Nurani,

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2741/2070 ,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Korupsi Perizinan Dalam Perjalanan Otonomi


Daerah Di

Indonesia, Lex Librum : Jurnal Ilmu Hukum,

http://www.lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/138/pdf ,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin
Muhammad Zainul Arifin, Pengelolaan Anggaran Pembangunan Desa Di Desa
Bungin

Tinggi, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir,

Sumatera Selatan, Jurnal Thengkyang,

http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/issue/view/1/Hal
a

man%20%201-21 ,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam


Memfasilitasi

Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap Perusahaan Di Indonesia, Jurnal

Nurani, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Nurani/article/view/2740/2072,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Suatu Pandangan Tentang Eksistensi Dan Penguatan


Dewan

Perwakilan Daerah, Jurnal Thengkyang,

http://jurnaltengkiang.ac.id/jurnal/index.php/JurnalTengkhiang/article/view/6/4
,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Kajian Tentang Penyitaan Asset Koruptor Sebagai


Langkah

Pemberian Efek Jera, Researchgate.net,

https://www.researchgate.net/publication/333701113_KAJIAN_TENTANG_PE

NYITAAN_ASSET_KORUPTOR_SEBAGAI_LANGKAH_PEMBERIAN_EF
E

K_JERA_Oleh ,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Freeport Dan Kedaulatan Bangsa,

https://www.academia.edu/38881838/Freeport_Dan_Kedaulatan_Bangsa,

https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

Muhammad Zainul Arifin, Memulai Langkah Untuk Indonesia, Researchgate,

https://www.researchgate.net/publication/333700909_MEMULAI_LANGKAH
_UNTUK_IN DONESIA_1,
https://scholar.google.co.id/citations?user=SFDX82UAAAAJ&hl=id

https://unsri.academia.edu/MuhammadZainulArifin

https://www.researchgate.net/profile/Muhammad_Arifin

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai