Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOMEDIK

PERANAN KIMIA DALAM ILMU GIZI

DOSEN PENGAMPU : PROF. SAIFUDDIN SIRAJUDDIN, MS.

KELOMPOK 1

Zahrotul Hasanah (K021201049) ( Ketua )


Wa Ode Safira Rahmawati Tamar (K021201001)
Nur Iqriyana Thabrani (K021201007)
Tsana Ariyani Rachman (K021201013)
Diah Muchlisah Yuliandini (K021201019)
Resky Ayu Glori (K021201025)
Suci Erida Permata (K021201031)
Pajrul Falaq (K021201037)
Andi Mutmainna Yunus (K021201043)
Resky Putri Chandra (K021201055)
Graciela Endah Sari (K021201061)
Hizwa Arianing Dyah Arief (K021201068)
Cut Rustika Putri Al Husna (K021201076)

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan diskusi dan
penulisan makalah ini. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat dan salam kepada suri tauladan
kita Nabi Muhammad SAW semoga senantiasa tercurah. Aamiin.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Biomedik
Bapak Prof. Saifuddin Sirajuddin, MS. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang
kami peroleh dari beberapa sumber buku dan jurnal sebagai referensi dengan harapan
prembaca dapat memahami tentang peranan Ilmu Kimia terhadap Ilmu Gizi dan pengaplikasian
Kimia Pangan.

Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan penerbitan makalah ini di masa mendatang.

Tim Penyusun

Palu, 5 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN ......................................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 4

1.3 TUJUAN PENULISAN ............................................................................................. 4

PEMBAHASAN....................................................................................................................... 5

2.1 PENGERTIAN ILMU KIMIA ...................................................................................... 5

2.2 PENGERTIAN ILMU GIZI .......................................................................................... 5

2.3 HUBUNGAN ILMU KIMIA TERHADAP ILMU GIZI ............................................. 6

2.4 CONTOH TERAPAN ILMU KIMIA DALAM PENGELOLAHAN PANGAN ........ 9

PENUTUP .............................................................................................................................. 13

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 13

3.2 SARAN........................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN


Saat ini teknologi pangan telah berkembang begitu pesat dalam mengaplikasikan ilmu
kimia khususnya ilmu kimia yang berhubungan dengan pangan dengan imu-ilmu pendukung
lainnya dalam mempertahankan karakteristik pangan agar dapat disimpan selama mungkin.
Demikian juga teknologi pangan telah berkembang untuk membuat berbagai jenis pangan yang
baru yang berbeda dari pangan alami. Dalam hal ini, telah terjadi perkembangan jenis senyawa
kimia yang dapat diaplikasikan ke dalam bahan pangan. Contohnya, bahan tambahan pangan
adalah senyawa kimia yang terus digali, dikaji dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik
dan peruntukkannya. Perkembangannya dilakukan melalui cara-cara kimia murni seperti
sintesis kimia atau melalui pendekatan bioteknologi.
Kimia pangan adalah studi mengenai proses kimia dan interaksinya dengan komponen
biologis dan non-biologis bahan pangan. Mirip dengan biokimia dengan komponen utamanya
yaitu karbohidrat, lemak, dan protein namun juga mempelajari komponen lain seperti air,
vitamin, mineral, enzim, zat aditif, perasa, dan pewarna makanan. Adapun dalam pembahasan
kali ini, akan di jelaskan mengenai contoh terapan dari pengelolahan bahan pangan yang
mempunyai keterkaitan dengan ilmu kimia dalam kehidupan manusia.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun perumusan masalah yang dibahas
dalam makalah ini, antara lain :
1. Apa itu ilmu kimia dan ilmu Gizi?
2. Jelaskan bagaimana peranan ilmu kimia terhadap ilmu gizi?
3. Jelaskan mengenai Contoh penerapan ilmu kimia terhadap ilmu gizi dalam kehidupan
manusia?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
tujuan khusus penulisan makalah ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu ilmu kimia dan ilmu gizi.
2. Untuk mengetahui dan memahami contoh dan terapan ilmu kimia terhadap ilmu gizi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ILMU KIMIA


Ilmu Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat-sifat materi,
perubahan suatu materi menjadi materi yang lain dan energi yang menyertai perubahan
materi. Dengan demikian seluruh materi di langit dan di bumi tanpa terkecuali adalah zat-zat
kimia. Alam semesta berproses melalui reaksi kimia. Di dalam kajian ilmu kimia juga akan
dipelajari Sifat dan perubahan materi. Dalam ilmu kimia mencakup sifat-sifat fisis serta sifat
kimia dari materi. Sifat fisis mencakup wujud dan tampilan materi, sedang sifat kimia yang
mencakup kecenderungan materi untuk berubah, dan menghasilkan materi baru. Pembahasan
tentang energi yang menyertai perubahan kimia, menyangkut banyaknya energi yang
menyertai perubahan sejumlah materi, serta asal usul energi tersebut.
Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa materi dapat berubah secara fisis atau kimia.
Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengubah bahan alam menjadi produk yang lebih
berguna utnuk memenuhi kebutuhan hidupmanusia, dan kita dapat mengerti kebutuhan hidup
manusia, dan kita dapat mengerti berbagai gejala alam yang kita jumpai dalam kehidupan kita
setiap hari, misalnya pencernaan dan pembakaran makanan dalam tubuh. Makanan berasal
dari tumbuh tumbuhan yang ber asimilasi dengan proses kimia, tubuh kita membutuhkan
karbohidart, protein, lemak, vitamin, yang keseluruhannya merupakan proses kimia sehingga
dapat menghasilkan gas karbondioksida, air dan energi.
2.2 PENGERTIAN ILMU GIZI
Dalam bahas inggris, kata gizi berasal dari “nutrition” yang berarti jumlah total dari
proses yang dibutuhkan dalam penyerapan dan pemanfaatan makanan yang digunakan untuk
pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan tubuh (sum total of the processes involved in the
“taking in” and the utilization of food substances by which growth, repair and maintenance
of the body are accomplished).
Istilah “nutrition” diterjemahkan kedalam bahas Indonesia menjadi “Gizi”, bersumber
dari bahasa arab “Al-ghizai” yang artinya makanan atau sari makanan yang bermanfaat untuk
kesehatan. Sedangkan istilah ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses makanan
sejak masuk mulut sampai dicerna oleh organ-organ pencernaaan, dan diolah dalam suatu
sistem metabolisme menjadi zat-zat kehidupan (zat gizi dan zat non gizi) dalam darah dan
dalam sel-sel tubuh membentuk jaringan tubuh dan organ-organ tubuh dengan fungsinya
masing-masing dalam suatu sistem, sehingga menghasilkan pertumbuhan (fisik) dan

5
perkembangan (mental), kecerdasan, dan produktivitas sebagai syarat dicapainya tingkat
kehidupan sehat, bugar dan sejahtera.
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan minuman
terhadap kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit gangguan gizi, di mana
gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya zat-zat
vitamin tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi. Ilmu gizi
adalah ilmu interdisipliner yang mempelajari tentang pangan, zat gizi dan komponen pangan
lainnya dalam kaitannya dengan kesehatan. Dengan demikian ilmu gizi berkaitan dengan
ilmu-ilmu lainnya seperti mikrobiologi, kimia pangan dan biokimia.
2.3 HUBUNGAN ILMU KIMIA TERHADAP ILMU GIZI
Ilmu kimia dapat mengidentifikasi zat zat apa yang terkandung didalam suatu materi ,
mengindetifikasi apakah zat tersebut berbahaya atau tidak, zat tersebut memiliki manfaat atau
malah merusak ekosistem. Dalam Ilmu gizi yang mempelajari tentang penanganan masalah
gizi yang ada di dalam masyarakat. Memiliki hubungan dengan ilmu kimia , dalam Gizi kita
dituntut untuk memberikan inovasi , dan pemaparan mengenai apa saja zat yang berguna dan
baik bagi tubuh.
Zat yang dapat memberi pengaruh positif pada tubuh dapat diketahui apa bila kita
mempelajari ilmu kimia yang didalamnya kita bisa mengetahui zat yang tidak boleh di
konsumsi bagi tubuh dan yang baik bagi tubuh untuk membantu proses metabolisme serta
tumbuh kembang manusia. Hubungan yang sangat erat dan paling umum antara ilmu kimia
dengan ilmu gizi adalah proses pencernaan makanan oleh mahkluk hidup. Contohnya
Manusia, Dalam proses pencernaan manusia terbagi menjadi dua, salah satunya adalah proses
Pencernaan Kimiawi. Pencernaan makanan secara kimiawi terjadi dengan bantuan zat kimia
tertentu. Enzim pencernaan merupakan zat kimia yang berfungsi memecahkan molekul bahan
makanan yang kompleks dan besar menjadi molekul yang lebih sederhana dan kecil. Hal ini
sangat berkaitan dengan ilmu gizi, seperti bagaimana Enzim prialin mengubah amilum
menjadi glukosa, dan masih banyak fungsi enzim-enzim lain yang memecahkan molekul
bahan kompleks menjadi sederhana.
Ilmu kimia yang dikaitkan dengan gizi dikatakan kimia pangan. kimia pangan adalah
studi mengenai proses kimia dan interaksinya dengan komponen biologis dan non biologis
bahan pangan. Di dalam bahan pangan terdapat berbagai jenis senyawa kimia yg jumlahnya
sangat beragam yang berperan dalam menentukan karakteristik bahan pangan yg
bersangkutan. Dalam pangan terkandung senyawa kimia termasuk zat gizi yang penting bagi

6
tubuh dan juga mengandung senyawa kimia yg dapat merugikan karena dapat menimbulkan
gangguan kesehatan serta menurunkan mutu pangan. Contoh senyawa yg berbahaya yaitu
senyawa kimia dalam bentuk toksin seperti aflatoksin yg dihasilkan kapang Aspergillus
flavus atau botulin yang dihasilkan oleh bakteri Cloatridium botulinum yg dapat tmbuh dalam
makanan kaleng,serta residu pestisida yg tersisa dalam sayuran,antibiotik yg terkandung
dalam udang atau metil merkuri yg terkandung dalam ikan. Untuk mengetahui senyawa kimia
yg terkandung dalam bahan pangan diperlukan ilmu kimia untuk menganalisis kandungan
dalam bahan pangan tersebut. Adapun Komponen-komponen yang termasuk dalam kimia
pangan meliputi :
1. Pangan dapat disusun oleh komponen makro (air, karbohidrat, lemak, dan protein) dan
komponen mikro (vitamin, mineral, pigmen, dan komponen organik lainnya).
Bahan tambahan pangan tidak termasuk ke dalam komposisi kimia pangan segar
karena bahan ini ditambahkan ke dalam formulasi pangan pada saat proses pengolahan
pangan. Enam komponen pertama, yaitu air, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan
mineral disebut dengan komponen gizi yang merupakan komponen utama agar manusia
dapat mempertahankan hidup. Komponen kimia mikro (vitamin dan mineral) lebih
banyak berperan dalam memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh.
2. Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental. Peraturan Mentri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan
untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan,
pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk
menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki
penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat
meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan
telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan

7
secara alamiah merupakan bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan
makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa
dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan
makanan yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva). Adakalanya makanan yang
tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.
Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan (sintetis).
“Food additives are substances added to food to preserve flavor or enhance its taste,
appearance, or other qualities. Some additives have been used for centuries; for example,
preserving food by pickling (with vinegar), salting, as with bacon, preserving sweets or
using sulfur dioxide as with wines.”
“Tambahan Makanan merupakan substansi yang ditambahkan kedalam makanan
sebagai bahan pengawet atau meningkatkan rasa makanan, tekstur, maupun menambah
kualitas yang lain. Beberapa bahan tambahan makanan digunakan sejak dulu, contohnya
pengawetan makanan dengan membuat asinan, penggaraman, dengan sistem bacon,
pengawetan dengan membuat manisan atau menggunakan sulfur dioxida seperti pada
pembuatan anggur (wine)”.
3. Komponen Organik Mikro Lain
Disamping komponen-komponen utama di atas, beberapa sumber pangan, terutama
dari bagian tanaman, dapat menganadung komponen-komponen kimia mikro yang
mempunyai sifat fungsional tertentu yang berguna bagi kesehatan kita, seperti
hubungannya dalam menurunkan resiko jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
Komponen mikro ini disebut komponen bioaktif. Atau sering juga disebut komponen
fitokimia karena berasal dari tanaman. Diantara komponen fitokimia yang banyak
memperoleh perhatian para peneliti, di antaranya senyawa karotenoid, flavonoid,
isoflavon, isoprenoid, allicin, terpen. Komponen fitokimia dapat dikonsumsi dalam
bentuk pangan segar atau dalam bentuk ekstrak yang ditambahkan ke dalam produk
olahan. Pangan olahan dengan fungsi kesehatan tertentu yang terdapat kandungan
komponen bioaktif sering disebut dengan pangan fungsional.
Bahan pangan segar juga secara alami dapat mengandung koponen toksik dalam
jumlah kecil, misal asam sianida pada ketela, asam jengkolat pada jengkol, solanin pada
kentang, asam oksalat pada bayam. Beberapa bahan pangan, terutama biji-bijian,
mengandung antinutrisi yang dapat menghambat daya cerna/pennyerapan zat nutri,

8
misalnya tripsin inhibitor (menghambat daya cerna protein), dan hemaglutin, fitat, dan
tanin (mengikat mineral). Komponen toksik dan antinutrisi ini pada proses pengolahan
harus dapat dihilangkan agar tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia.

2.4 CONTOH TERAPAN ILMU KIMIA DALAM PENGELOLAHAN PANGAN


Kimia pangan adalah studi mengenai proses kimia dan interaksinya dengan komponen
biologis dan non-biologis bahan pangan. Mirip dengan biokimia dengan komponen
utamanya yaitu karbohidrat, lemak, dan protein namun juga mempelajari komponen lain
seperti air, vitamin, mineral, enzim, zat aditif, perasa, dan pewarna makanan. Ilmu ini juga
meliputi bagaimana suatu produk pangan mengalami perubahan akibat berbagai metode
pemrosesan makanan dan cara untuk meningkatkan maupun mencegah terjadinya
perubahan itu, atau dengan kata lain ilmu kimia secara langsung berhubungan dengan
setiap tahap pemrosesan bahan pangan yang erat kaitannya dengan ilmu gizi.
Contoh dari pengelolahan bahan pangan yang mempunyai keterkaitan dengan ilmu
kimia yaitu pada bahan pangan yang baru dipetik akan tetap melaksanakan fungsi
fisiologisnya antara lain seperti respirasi. Perubahan–perubahan pada bahan pangan
sebagian besar terjadi karena adanya reaksi kimia dalam bahan pangan karena reaksi dari
dalam bahan pangan itu sendiri atau akibat pengaruh lingkungan. Contoh yang sering
kita jumpai adalah:
1. Pada Kasus Pematangan Pisang
Kalau kita memanen pisang, pisang yang kita tebang dalam keadaan masih
hijau jika kita biarkan begitu saja pisang tersebut akan matang dengan sendirinya
ditandai dengan perubahan warna pada kulit pisang menjadi berwarna kuning,
sedangkan pada tekstur buah akan menjadi lebih lunak dan berasa manis. Kondisi
tersebut adalah kondisi alami, keadaan tersebut disebabkan oleh reaksi kimia dari
dalam buah pisang itu sendiri, selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
seperti suhu yang akan memacu kematangan buah.
Pemanenan akan menyebabkan suplai yang melalui penyerapan akar
terputus. Oleh karena itu akan cepat sekali rusak, yang dapat menyebabkan nilai
gizinya berkurang. Laju proses kerusakan akan dapat cepat atau lambat, tergantung
pada beberapa faktor. Kadar air yang tinggi pada bahan segar dinilai menyebabkan
kerusakan yang cepat. Kandungan air yang tinggi akan memacu proses biologis
yang dapat menyebabkan kerusakan seperti pada sayuran dan daging. Berbeda

9
dengan biji-bijian yang dalam keadaan kering akan tahan terhadap kerusakan,
bahkan dapat disimpan sampai lebih daripada satu tahun.
Berbagai vitamin juga akan cepat rusak setelah dipanen, terutama vitamin
C. Vitamin A akan cepat teroksidasi, begitu pula pada vitamin E. Vitamin D
peka terhadap oksigen dan cahaya. Proses pengolahan itu sendiri akan dapat
mengurangi nilai gizi bila dibandingkan dengan keadaan segar. Makin banyak tingkat
pengolahan nilai gizi akan semakin banyak berkurang. Demikian pula kalau makin lama
diolah. Reaksi enzimatis, serta perubahan kimia dalam bahan hasil pertanian
merupakan penyebab utama kerusakan. Mikrobia dianggap merupakan penyebab susut
utama, baik kualitas, maupun kuantitas bahan hasil pertanian. Kegiatan enzimatis akan
berlangsung pada kandungan air yang tinggi, serta suhu yang cocok untuk kegiatan
suatu enzim.
Reaksi kimia akan berlangsung pada kadar air yang tinggi. Faktor suhu
sangat penting dalam menyebabkan kerusakan pangan. Sesuai dengan hukum vant’
Hoff, bahwa kenaikan suhu 10 °C akan menyebabkan reaksi berlipat dua kecepatannya,
tetapi akibat pengerusakannya bisa lebih, misalnya pada sayur dan buah-buahan sampai
2,5 kali. Berdasarkan pola pikir di atas, maka langkah awal dalam pengawetan, yang
juga termasuk pengolahan bahan pangan hasil pertanian ialah memanipulasi keadaan
sekitar agar tidak cocok untuk ketiga penyebab utama di atas. Untuk dapat
melakukan pengolahan yang tepat terhadap suatu bahan pangan kita haruslah
mengetahui karakteristik dan sifat bahan pangan itu sendiri, terutama sifat kimia dari
bahan.
2. Suatu contoh mengapa gula lebih cepat larut pada air panas?
Pada dasarnya hal itu disebabkan oleh sifat kelarutan padatan dalam cairan
yang akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu; dan itu berlaku
sebaliknya. Padatan akan semakin mudah larut dalam pelarut yang memiliki
temperatur yang lebih tinggi. Selain karena efek kelarutan, temperatur yang
tinggi berfungsi sebagai pemasok energi pelarutan yang digunakan agar padatan
larut dalam air.
3. Keterkaitan antara ilmu gizi dan ilmu kimia
Menyerupai dari peranan ilmu kimia dalam ilmu gizi dalam hal pengolahan
makanan dan kandungan yang ada di dalamnya. Seperti pada pengolahannya ada
beberapa zat gizi yang tidak dapat dimasak pada suhu tinggi seperti sayuran hijau
karena pada saat pemasakan yang menggunakan suhu tinggi akan memicu asam
10
oksalat yang dapat mengikat kalsium sehingga kalsium tidak dapat dimanfaatkan oleh
tubuh dan membentuk kristal yang dapat mengiritasi lambung dan membentuk batu
ginjal. Kandungan asam oksalat yang tinggi pada bayam bisa berbahaya pada
seseorang sebab hanya dengan 4-5 gram asam oksalat dapat menyebabkan kematian
pada orang dewasa.
4. Pemrosesan Makanan
Contoh lainnya adalah dengan pemrosesan makanan dengan cara
memanggang, memanggang adalah cara yang dianjurkan untuk mendapatkan rasa
daging yang tetap segar dan empuk. Tetapi beberapa riset menyebutkan cara memasak
ini bisa meningkatkan risiko kanker pankreas dan kanker payduara. Memanggang di
suhu tinggi akan menghasilkan reaksi kimia antara lemak dan protein dalam daging
sehingga menghasilkan toksin yang akan merusak keseimbangan antioksidan dalam
tubuh. Hal ini diketahui akan memicu diabetes dan penyakit kardiovaskular. Alternatif
proses pengolahan yang lain yaitu dengan cara menumis, metode pemasakan ini hanya
memerlukan sedikit minyak. Hampir sebagian besar bahan pangan cocok dimasak
dengan cara ini. Menumis juga tak perlu terlalu lama, masukan sayur jika minyak
sudah panas dan tiriskan sayur jika sudah layu jangan menunggu hingga matang
karena kandungan gizinya sudah minim.
5. Pengawetan Makanan
Contoh peranan lainnya ialah dalam membuat pengawet makanan,
pengawetan makanan dengan pengasinan, pengalengan dan pengasaman
menggunakan prinsip ilmu kimia untuk mencegah rusaknya makanan akibat aktifitas
enzym maupun pertumbuhan zat mikroba pengurai makanan. Misalnya untuk
membuat sarden berupa ikan laut yang diawetkan dengan pengalengan, yang
mencegah enzim pengurai membusukkan ikan.
6. Formulasi Pangan Pintar dengan Asam Folat untuk Bayi dan Balita
Formulasi tangan pintar dengan asam folat untuk bayi dan balita berasal dari
fermentasi sayur sayuran seperti brokoli dan bayam, fermentasi kacang-kacangan
seperti kacang kedelai, kacang hijau dan kacang merah ditambah modifikasi dari Pati
jagung. Pangan pintar ini tersedia dalam beberapa jenis yaitu Folata Cookies untuk
bayi lebih dari 1 tahun, Folamine bubur untuk bayi kurang dari 1 tahun, Folacine
bubur untuk bayi lebih dari 1 tahun, Foline sup untuk bayi lebih dari 2 tahun dan
Folatine biskuit untuk bayi kurang dari 1 tahun.

11
7. Teknologi Pangan Alternatif LIPI

- PRO BARZ merupakan biskuit berbahan baku pisang dan umbi-umbian bebas
gluten untuk mememuhi kebutuhan pangan saat terjadi bencana, seperti bencana
alam atau perang. Keunggulannya adalah makanan ringan ini sudah memiliki
kandungan sumber energi, serat, kalium, dan prebiotik.
- Tepung MOCAF merupakan tepung dari ubi kayu yang dalam proses
pembuatannya ubi kayu yang digunakan telah difermentasi terlebih dahulu baru
kemudian dikeringkan dan ditepungkan. Modifikasi tepung MOCAF dengan cara
fermentasi bertujuan untuk memperbaiki karakter tepung ubi kayu sehingga dapat
menyerupai karakter dan kualitas tepung terigu. Tepung MOCAF diharapkan dapat
mengganti pemakaian terigu ataupun menjadi campuran terigu untuk kebutuhan
industri makanan.

Dengan begitu sudah jelas antara ilmu kimia dan ilmu gizi mempunyai keterkaitan
dan saling mendukung untuk menunjang satu sama lain sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, pangan adalah suatu obyek yang sangat
menarik untuk dipelajari, dipahami, dan ditelaah secara mendalam. Mengapa tidak? Berbagai
jenis senyawa kimia dalam jumlah yang sangat beragam ada di dalam bahan pangan dan
berperanan pula menentukan karakteristik bahan pangan yang bersangkutan. Saat ini
teknologi pangan telah berkembang begitu pesat dalam mengaplikasikan ilmu kimia
khususnya ilmu kimia pangan dengan Imu-ilmu pendukung lainnya dalam mempertahankan
karakteristik pangan agar dapat disimpan selama mungkin.
Demikian juga teknologi pangan telah berkembang untuk membuat berbagai jenis
pangan yang baru yang berbeda dari pangan alami. Daiam hal yang terakhir ini, telah terjadi
perkembangan jenis senyawa kimia yang dapat diaplikasikan ke dalam bahan pangan.
Meskipun banyak senyawa kimia dalam pangan khususnya zat gizi yang penting bagi
kebutuhan hidup manusia, mungkin juga pangan mengandung senyawa kimia yang
merugikan kita.
3.2 SARAN
Kami selaku tim penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah di atas memiliki
banyak sekali kesalahan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Kami selaku tim penyusun
akan siap memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, kami selaku tim penyusun juga mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

• Jejaring Gizi Nasional. (2012). Ayo dukung gerakan nasional sadar gizi. Diakses pada
tanggal 2 Februari 2015 dari www.depkes.go.id

• Office of Nutrition Policy and Promotion, Health Canada. (2013). Healthy eating
awareness and education initiative. NRC Webinar. Diakses pada tanggal 2 Februari

2015 dari http://opha.on.ca/Health-Canada-Update-Healthy-Eating-Awareness-


andEducation-Initia-tive.pdf.aspx?ext=.pdf.

• Belitz, H. D., W. Grosch and P. Schieberle. (2009). Food chemistry. Springer-Verlag


Berlin Heidelberg.

• Simanjuntak, Pendidikan Kimia Bahan Makanan untuk Membangun Kesadaran Makan


Makanan Sehat.

14

Anda mungkin juga menyukai