Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TREND ISSUE HIV/AIDS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah HIV/AIDS

Dosen : Susan Irawan Rifai, S.Kep., Ners., MAN

Disusun Oleh :

Kelas 3B Kelompok 2

1. Eka Mustika Rohmah AK118051 8. Jania Flormoy DJM AK118086

2. Elsa Rachmawati AK118055 9. Lelli Rismawati AK118090

3. Esah Rahayu AK118059 10. Luthfia Serenli N AK118094

4. Fitri setiawati pratiwi AK118066 11. Maryati AK118100

5. Hesti Oktari Rahayu AK118073 12. M Zulfan FN AK118097

6. Indah Nur Safitri AK118078 13. Muhamad Heikal D AK118109

7. Irna Nursantika Irianti AK118082

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “TREND ISSUE HIV/AIDS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandung, Desember 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3

2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia.........................................................................3

2.2 Trend dalam Keperawatan HIV AIDS...............................................................4

2.3 Issue Pada Keperawatan HIV AIDS...................................................................5

2.4 Family Centered Care pada ODHA....................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11

3.2 Saran....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang


menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul karena
terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang system imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD
4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai


gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIv (Hasdianah
dkk, 2014).

Trend kejadian HIV/AIDS didunia cenderung meningkat setiap tahunnya.


Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 di dunia didapatkan
36.900.000 orang terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia menurut Dirjen PP dan PL
Kemenkes RI (2014), ada sekitar 150.285orang terinfeksi HIV/AIDS.Bila dilihat
keseluruhan provinsi di Indonesia, DKI Jakarta menempati urutan pertama
HIV/AIDS sebanyak 32.782 orang dan provinsi Jambi menempati urutan ke23
sebanyak 751 orang dan 15,4% berasal dari kota Jambi (Dinkes Kota Jambi, 2014).
Jadi di Indonesia dan dunia memerlukan penangganan HIV/AIDS yang
samasehingga dapat menekan peningkatan HIV/AIDS.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa trend dan issue HIV/AIDS?


2. Apa saja yang bisa dilakukan keluarga pada odha?
3. Apa itu family centered care pada odha?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui trend dan issue HIV/AIDS


2. Untuk mengetahui pengertian fcc pada odha
3. Untuk bisa membantu odha dalam melawan penyakitnya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Epidemi HIV/AIDS di Indonesia

Di Indonesia kasus epidemi penyakit HIV/AIDS masih terus meningkat,


meskipun jumlah infeksi baru menunjukkan trend penurunan di Myanmar, Nepal
dan Thailand. Indonesia merupakan negara dengan penularan HIV/AIDS tercepat di
Asia Tenggara (WHO, 2009). Indonesia merupakan negara yang menempati urutan
pertama dalam penularan HIV/AIDS di Asia Tenggara. Dari total populasi
penduduk sebanyak 240 juta jiwa, Indonesia memiliki prevalensi HIV sebesar
0,24% dengan estimasi ODHA 186.000, bahkan bisa mencapai 200.000 (Profil
Kesehatan Indonesia, 2010).

Epidemi HIV/AIDS di Indonesia sangat mengancam oleh karena kaitannya


dengan faktor risiko, terutama perilaku seksual dan penggunaan NAPZA suntik
yang semakin meningkat dalam tiga tahun terakhir ini. Walaupun agama dan
budaya Indonesia tidak permisive terhadap hubungan seks diluar nikah, dalam
kenyataannya penularan melalui hubungan seksual meningkat di hampir semua
propinsi. Dari hasil penelitian perilaku diketahui bahwa lebih dari separuh laki-laki
dari kelompok tertentu baik yang sudah menikah maupun belum menikah, pernah
berhubungan seks dengan wanita penjaja seks dalam tahun terakhir. Dalam
hubungan ini sembilan diantara sepuluh orang tidak selalu menggunakan kondom,
dan angka ini merupakan yang terendah di bandingkan dengan negara Asia lainnya.

Dengan perilaku berisiko ini laki-laki dapat tertular ataupun menularkan


HIV kepada pasangannya, isterinya selanjutnya kepada bayinya. Angka kejadian
infeksi HIV pada ibu hamil dari survei di propinsi Riau dan Papua adalah 0,35%
dan 0,25%. Namun dari hasil testing sukarela pada ibu hamil di DKI Jakarta
ditemukan infeksi HIV sebesar 2,86%. Dalam kelompok wanita penjaja seks
kecenderungan meningkat di beberapa propinsi misalnya Papua, Riau dan Jawa
Barat angka infeksi sudah diatas 5%. Di kota besar seperti Jakarta, Surabaya

3
4

walaupun masih dibawah 5% tetapi terlihat meningkat pula pada dua tahun terakhir
ini.

HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan global dan penyebab utama


kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia. Rendahnya pemahaman tentang
HIV/AIDS sampai saat ini karena masih banyak yang belum memahami risiko
penularan penyakit tersebut dan angka kejadian belum dapat diprediksi dengan
baik. Permasalahan HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es, artinya data yang
ada merupakan data kasus HIV/AIDS yang hanya muncul di permukaan. Masih
banyak kasus yang belum terdeteksi karena ada banyak orang yang sudah terinfeksi
HIV tetapi tidak terbuka untuk melakukan pemeriksaan di klinik. Hal ini
disebabkan karena perasaan takut dan malu untuk memeriksakan diri yang muncul
karena adanya stigma dan diskriminasi dari masyarakat bahkan keluaga sebagai
lingkungan terdekat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

2.2 Trend dalam Keperawatan HIV AIDS


Trend Dalam Keperawatan HIV/AIDS di Indonesia
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam
berbagai bidang yang meliputi :
1) Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja dengan peer Group Remaja merupakan
masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini akan berdampak
pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan akan
memberikan dampak terjadinya HIV/AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang
dikembangkan model “peer group” sebagai salah satu cara dalam
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan
reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat
mempengaruhi kelompok remaja yang lain. Metode ini telah diterapkan pada
lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga swadaya masyarakat.
Adapun angka kejadian AIDS pada kelompokremaja hingga juni 2008 adalah
sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan
sangat mengancam masa depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan
5

metode Peer Group dapat menurunkan angka kejadian, karena diyakini bahwa
kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.
2) One Day Care merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak
memerlukan perawatan lebih dari satu hari. Setelah menjalani operasi
pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang biasanya dilakukan pada
kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia
didapatkan bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari
perawatan sehingga tidak menimbukan penumpukan pasien pada rumah sakit
tersebut dan dapat mengurangi beban kerja perawat. Hal ini juga berdampak
pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan seminimal mungkin.

2.3 Issue Pada Keperawatan HIV AIDS


a. Isu Dalam Keperawatan HIV/AIDS di Indonesia
Beberapa masyarakat masih menganggap bahwa penularan HIV/AIDS
melalui meniup terompet yang sama, menggunakan baju bekas, penularan lewat
makanan kaleng, lewat pembalut dan bangku bioskop, berciuman, berpelukan,
berbagi barang pribadi, berbagi makanan, dan berbagai minuman. Isu etik lainya
dalam HIV/AIDS yaitu :
1) Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini,
menggunakan teknologi satelit untuk menyiarka konsultasi antara fasilitas-
fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan video conference
(bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit
kronis. Hal itu memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara
akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara lansung (online).
Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan
kontak yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan
keluarga-keluarga mereka.
Telenursing saat ini semaking berkembang pusat dia banyak negara,
terkait dengan beberapa factor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan,
6

banyak kasus penyakit kronis dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan


kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan
kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi
jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju),
mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan
kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta
menghambat infeksi nosocomial.
2) Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinis menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi
luka sebelum diberikan NaCl 0,9%. Hal ini dilakuka agar kotoran-kotaran
yang menempel pada luka dapat terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas
dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan dilanjutkan irigasi
dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbukan
beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa
tempat dan keefektifan dalam pengenceran betadine.
3) Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter. Ada beberapa pendapat
bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai
area abu-abu. Apabila ditinjau daria beberapa literature, perawat mempunyai
kewenagan mandiri sesuai dengan seni dan keilmuannya dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas kulit.

b. Isu-Isu Mengenai Media Penyebaran HIV/AIDS


1) Terompet tahun baru

Pergantian tahun identik dengan pesta kembang api dan tiup-tiup


terompet. Beberapa waktu lalu pun ramai beredar pesan berantai yang
menyebutkan bahwa virus HIV bisa menyebar lewat terompet. Hal ini
ditepis oleh praktisi kesehatan dari Klinik Cempaka Putih, dr Ayu Yuni
Andini. Menurutnya, HIV tidak menular melalui air liur. Penularan virus ini
memang terjadi melalui kontak cairan tubuh, tetapi bukan melalui mulut.
Darah dan sperma paling sering menularkan virus tersebut.
7

2) Baju bekas

Pada sekitar tahun 2015, Menteri Perdagangan saat itu, Rachmat


Gobel, sempat mendapat kecaman dari aktivis Indonesia AIDS Coalition
(IAC). Gobel menyebut pakaian bekas impor berbahaya karena bisa
menularkan HIV (Human Imunodeficiency Virus). Dalam rilisnya, IAC
menyebut pernyataan Gobel tersebut menyesatkan dan ‘berbau hoax’ karena
HIV hanya menular melalui kontak cairan tubuh. Salah paham tentang cara
penularan virus mematikan tersebut, dikhawatirkan akan menciptakan
stigma negatif terhadap upaya penanggulangan HIV.

3) Makanan kalengan

Pernah beredar kabar bahwa ada virus HIV/AIDS di dalam kemasan


makanan kalengan impor. Pesan yang dikirim melalui broadcast message
blackberry messenger tersebut mengatakan bahwa para pekerja positif
HIV/AIDS tempat makanan tersebut dibuat memasukkan darah mereka ke
dalam kemasan makanan tersebut. Menanggapi hal tersebut, dr Roy
Sparringa yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) mengatakan bahwa berita tersebut hoax dan
menyesatkan. “Itu berita hoax. Sudah lama beredar, tidak benar dan
menyesatkan. Tolong hal ini diluruskan kepada masyarakat,” tutur dr Roy
ketika dihubungi detikHealth. dr Roy mengatakan bahwa BPOM tidak
pernah menemukan hal-hal seperti yang disebutkan dalam pesan berantai
tersebut, termasuk kandungan darah dan virus HIV. Selain itu menurut dr
Roy, virus HIV tidak akan mampu bertahan hidup jika sudah keluar dari
host atau tubuh manusia.

4) Pembalut

Salah satu benda yang disebut-sebut bisa menjadi media penularan


HIV/AIDS dan sempat ramai dibicarakan adalah pembalut. Masyarakat kala
itu diminta berhatihati karena ada produk pembalut yang sudah ‘disisipi’
8

oleh virus HIV. Lagi-lagi sangat tidak masuk akal virus HIV bisa menular
melalui produk pembalut yang dijual di pasaran. Lagipula jika pembalut
yang dibelinya kotor, terdapat bercak darah seperti pembalut yang sudah
pernah dipakai, tentu tidak ada orang yang mau menggunakannya. “Isu-isu
seperti makanan atau pembalut yang terkontaminasi HIV seperti itu tidak
masuk akal sama sekali,” ungkap Prof Dr Samsuridjal Djauzi SpPD-KAI,
FACP beberapa waktu lalu.

5) Bangku bioskop

Selain di toilet umum, jarum suntik yang disebut-sebut berisi virus


HIV juga pernah dipasang di bangku bioskop. Jika ada orang yang duduk di
bangku tersebut, maka ia otomatis akan tertular oleh virus tersebut.
drSarsanto Wibisono Sarwono, SpOG menyebutkan bahwa rasanya sulit
menularkan virus HIV/AIDS. Ini karena darah yang terinfeksi harus benar-
benar masuk ke dalam pembuluh darah seseorang. “Kalau beneran ada
jarum di kursi bioskop, misal ada yang menduduki, jarumnya kan tertahan
sama kain bajunya. Kalau celana juga kan biasanya tebal, itu juga udah
susah kena ke kulit,” imbuh drSarsanto.

2.4 Family Centered Care pada ODHA

1. Konsep dari Family Centered Care pada ODHA


- Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan
menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan
dan latar belakang budaya pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan
intervensi keperawatan pada ODHA.
- Berbagi informasi. Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan
informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak
memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima
informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam
perawatan dan pengambilan keputusan pada ODHA.
9

- Partisipasi. Pasien pada ODHA dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam


perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah
mereka buat.
- Kolaborasi. Pasien pada ODHA dan keluarga juga termasuk ke dalam
komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien pada
ODHA dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan
program, implementasi dan evaluasi, desain

2. Penyebab dilakukan Family-Centered Care pada ODHA


- Membangun sistem kolaborasi dari pada kontrol atau penyembuhan pada
ODHA( orang dengan HIV AIDS).
- Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan keluarga.
- Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA( orang dengan
HIV/AIDS) seperti sebagaimana professional
- Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan
- Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA (orang
dengan HIV AIDS), keluarga dan pemberi pelayanan dari pada
informasihanya diketahui oleh professional.
- Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.

3. Elemen Family-Centered Care pada ODHA

Sembilan element Family-Centered Care pada ODHA (orang dengan HIV


AIDS) yaitu :

- Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran profesi


kesehatan fluktuatif
- Memfasilitasi kolaborasi keluarga professional pada semua level perawatan
kesehatan.
- Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode
alternative dalam koping.
- Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh
keluarga tentang perawatan pada ODHA (orang dengan HIV AIDS) yang
tepat.
10

- Menimbulkan kelompok support antara orang tua dengan ODHA (orang


dengan HIV AIDS).
- Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan pada ODHA (orang dengan HIV AIDS)
- Melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi
dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.
- Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel, accessible,
dan responsive ODHA (orang dengan HIV AIDS) terhadap kebtuhan pasien
pada
- Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi
dukunga nemosional dengan staff. Element Family Centered Care
11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang


menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul karena
terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
Indonesia merupakan negara yang menempati urutan pertama dalam penularan
HIV/AIDS di Asia Tenggara. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa,
Indonesia memiliki prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA
186.000, bahkan bisa mencapai 200.000 (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).

Berdasarkan kondisi yang berkembang saat ini dapat dipahami bahwa


HIV/AIDS adalah sebuah isu yang sangat rumit. Hal ini bukan hanya menjadi
masalah kesehatan semata, tetapi sekaligus telah menjadi masalah sosial.
Mengingat kompleksitas permasalahan tersebut, penyelesaiannya pun menjadi tidak
mudah.

3.2 Saran

Mari bersama-sama berikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS


sehingga tidak menimbulkan stigma buruk pada ODHA. HIV/AIDS tidak menular
melalui pakaiain, alat-alat makan, bersalaman ataupun berpelukan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Kurniawati & Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical

Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing

Wardoyo, Eustachius Hagni dkk. 2018. Peran Dukungan Keluarga Pasien HIV yang
Menjalani Terapi Anti Retroviral di Klinik VCT RSUD Provinsi NTB Terhadap
Outcome Klinis. Jurnal Kedokteran Unram

14

Anda mungkin juga menyukai