Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc. Oligohidramnion kurang baik
untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin
dan amnion atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim. Oligohidramnion di
definisikan sebagai volume cairan ketuban <200/<500ml atau indeks cairan ketuban <5cm.1
ETIOLOGI
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah
tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan
yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan
namaangiotensin-converting enxyme inhibitor (misalnya captopril), dapat merusak ginjal
janin dan menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin.4
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan
gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit,
maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada
posisi abnormal.6
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan
tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter. 6
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital,
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi plasenta
dan obat-obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling
sering menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan
kromosom.
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia janin.
Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme redistribusi darah. Salah
satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan
terjadi oligohidramnion.6
DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1. Ibu merasa nyeri perut pada setiap pergerakan janin
2. Sewaktu his terasa sakit sekali
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi: Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen.
2. Palpasi
- Molding: uterus mengelilingi janin
- Janin dapat diraba dengan mudah
- Tidak ada defek pantul pada janin
c. Auskultasi: Bunyi jantung sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas.
d. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Manuaba (2010) untuk mendiagnosis oligohidramnion, dapat
mempergunakan ultrasonografi yang dapat menentukan:
1. Jika air ketuban kurang dari 500 cc
2. Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5 cm.
3. AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
4. AFI kurang dari 1-2 cm disebut severe oligohidramnion.7
Gambar 1. Pengukuran volume cairan amnion
Indeks cairan amnion (AFI) dihitung dengan membagi uterus menjadi empat kuadran
dan meletakan tranduser di perut ibu sepanjang sumbu longitudinal. Dilakukan pengukuran
garis tengah vertical kantong cairan amnion yang paling besar di masing-masing kuadran
dengan tranduser diletakan tegak lurus terhadap lantai. Hasil pengukuran dijumlah dan dicatat
sebagai AFI. Nilai normal AFI untuk kehamilan normal dari 16 hingga 42 minggu tercantum
di apendiks B, “table acuan ultrasound”. Indeks cairan amnion cukup andal untuk
menentukan normal atau meningkatnya cairan amnion, tetapi kurang akurat untuk
menentukan oligohidramnion. Bebrapa faktor mungkin mempengaruhi indeks cairan amnion,
termasuk ketinggian, dan pembatasan cairan ibu atau dehidrasi.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, dkk. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC : 2010.
2. Trisnawati, Fresca. Asuhan Kebidanan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya: 2014.
3. Dinkes Jawa Barat. Profil kesehatan 2015. Bandung : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. (http://www.depkes.go.id diakses 3 Januari 2021)
4. Khumaira, M. Ilmu kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka : 2004.
5. Benson, Ralph C. dkk. Buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC: 2008.
6. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
2009.
7. Saifuddin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2014.