Anda di halaman 1dari 63

EMERGENCY TORAKS

Dr. Marshal, SpB, SpBTKV (K)


TUJUAN

- Mengenal berbagai trauma toraks, baik


yang mengancam jiwa ataupun tidak
- Mengetahui komplikasi yang terjadi akibat
trauma toraks
- Melakukan tindakan pertolongan darurat
pada kasus yang mengancam jiwa
PENDAHULUAN
• Penyebab kematian tersering pada trauma
setelah trauma kepala
• Merupakan 20% penyebab kematian akibat
trauma
• Kebanyakan kematian akibat trauma toraks
sebenarnya dapat dicegah  jika pengenalan
masalah segera dapat dikenali dan
penanganannya segera dilakukan
• Menyebabkan kelainan serius : hipoksia,
hipovolemia, gagal jantung
ANATOMI TORAKS
Belakang/posteri Belakang/posteri
or or

Depan/anterio
r

Depan/anterio
r
• Fisiologi nafas :
Aktif  pada waktu inspirasi
Pasif  pada waktu ekspirasi

• Empat fungsinya :
Ventilasi
Distribusi
Difusi
Perfusi
Gangguan ventilasi perfusi PADA
TRAUMA TORAKS
Gangguan ventilasi perfusi (berarti juga difusi) selalu
timbul pd trauma toraks.
• Pd kondisi normal, ventilasi pd distribusi yg baik
selalu SEIMBANG dg perfusi
• Bila tdpt sejumlah rongga alveoli yg hy mdptkn
ventilasi tp tdk ikut perfusi  VENTILASI TANPA
PERFUSI  HIPOKSIA
• Bila tdpt sejumlah rongga alveoli yg kempis (ARDS,
atelektasis paru), alveoli tetap dialiri darah tapi tidak
ada difusi shg pd pembuluh darah eferen msh
tertumpuk CO2  PERFUSI TANPA VENTILASI 
SHUNTING;
(Puruhito, Buku Ajar Ilmu Bedah Toraks Kardio Vaskular hal 22)
VENTILASI TANPA
PERFUSI

PERFUSI TANPA
VENTILASI
APA yang terjadi saat trauma ?
Secara prinsip, sekuele
patofisioloGI trauma
ditandai adanya :
• First hit – initial
traumatic impact,
diikuti cascade
sejumlah reaksi
imunologis : severe
organ injury, hypoxia,
hypovolaemia
• Second hit –
dampak kerusakan
akibat reaksi imun :
infections,
ischaemia/reperfusion
(Lenz A, Injury 2007;38)
Trauma toraks (contusio paru) memicu reaksi inflamasi  eksaserbasi lung injury, ARDS, MOF
& kematian. Aktivasi makrofag alveolar dan rekrutmen netrofil ke dlm interstitial & kompartemen
alveolar diikuti pelepasan proteinase dan oksidan  leakage pumonary microvasculature &
destruksi epitel alveolar.
Neher MD, Weckbach S, Flierl MA, Lang H, Stahel P. Molecular mechanism of inflammation and tissue
injury after major trauma is complement the bad guy. Journal of Biomedical Science 2011;18(1):90
Trias :
• Hipotermia
• Acidosis metabolik,
akibat hipovolemik
syok
• Koagulopati o.k.
dilusi dari resusitasi,
asidosis met, syok
hipovolemik,
hipokalsemi

(Shapiro MB, J Trauma


2000;49:969-78)
MEKANISME TRAUMA
• Trauma tumpul
• Trauma langsung (fraktur iga)
• Trauma deselerasi
• Trauma kompresi

• Trauma tembus
• High velocity  pistol
• Low velocity  pisau, benda tajam
• Penyebab : kecelakaan lalu lintas, terjatuh,
kejahatan, ledakan, dll
• Fraktur iga merupakan tanda tersering
dari trauma tumpul
• Fraktur sternum, skapula, iga 1 & 2
menandakan bahwa trauma tersebut
disebabkan gaya yang besar
• Hanya sebagian kecil trauma toraks
memerlukan tindakan operatif
(torakotomi)
• Konservatif : 59,02 %
• Pemasangan selang dada : 36,83 %
• Operatif (torakotomi) : 4,15 %
Trauma
Trauma
Tumpul
Tembus
Advance Trauma Life Support
(ATLS)

Tenaga medis harus memulai dengan “ABC’s Trauma”


pada semua pasien trauma toraks :
A - airway
B - breathing
C - circulation
T - thoracotomy
D - disability - neuro check
E - exposure - remove clothing, roll person
Pemeriksaan Klinis
Status mental : menurun
Nadi : hilang, melemah, taki atau bradikardi
Tekanan darah : hipotensi, tekanan nadi
menyempit, pulsus paradoksus
Frekuensi napas : taki atau bradipnea, retraksi,
kesulitan bernapas
Kulit : diaporesis, pucat, dingin, sianosis
Leher : posisi trakea, emfisema subkutis, TVJ,
luka terbuka

Dada : memar, nyeri tekan, asimetris, suara


napas menurun, peristaltik usus, perkusi
abnormal, luka terbuka, benda asing, krepitasi

Suara jantung : lemah, jauh, murmur


regurgitasi

Abdomen atas : memar, luka terbuka


Pemeriksaan Tambahan

Foto toraks
CT-Scan
EKG : abnormal ST segmen, aritmia
Laboratorium : darah rutin (anemia)
Cedera Mengancam Jiwa
Segera Potensial
• Obstruksi jalan napas • Kontusio paru dan
• Tension jantung
pneumothorax • Ruptur aorta
• Pneumotoraks
• Ruptur diafragma
terbuka
“sucking chest • Cedera
wound” trakeobronkial
• Hematotoraks masif • Trauma esofagus
• Flail chest
• Tamponade
jantung
Fraktur Iga
• Kelainan tersering akibat trauma langsung
• Lebih sering terjadi pada dewasa dari pada
anak-anak
• Iga 1-3 dilindungi oleh skapula
• Fraktur paling sering terjadi pada iga 4-9
• Fraktur pada iga 10-12 dapat
menyebabkan kerusakan pada organ
padat abdomen : hati, limpa, ginjal
Fraktur Iga
Fraktur Iga
Pemeriksaan klinis :
• Nyeri terlokalisir, nyeri tekan
• Nyeri meningkat apabila batuk,
bergerak, bernapas dalam
• Instabilitas dinding dada, krepitasi
• Deformitas, diskolorasi
• Dapat disertai oleh pneumo atau
hematotoraks
Fraktur Iga
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Kontrol nyeri  analgetik
• Ventilator mekanik dan fiksasi interna jika
masalah pernapasan berat
• Anjurkan pasien untuk bernapas dalam 
mencegah atelektasis
• Monitor ketat pada pasien usia tua dan PPOK 
dapat terjadi retensi sekret
Flail Chest
• Terjadi jika terdapat fraktur 2 atau lebih iga yang
berdekatan pada 2 tempat  ada segmen dada
yang mengambang

• Dapat terjadi gagal napas karena : kontusio paru,


cedera intratorakal, gerakan diafragma inadekuat

• Pernapasan paradoks  menggangu ventilasi


paru

• Penurunan ventilasi menyebabkan hipoksia,


Flail Chest
Flail Chest
Flail Chest
Flail Chest
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Jika perlu
ventilator mekanik
dan PEEP
• Stabilisasi dinding
dada dengan
fiksasi interna
Pneumotoraks
• Terperangkapnya udara di dalam rongga
pleura
• Pneumotoraks tertutup dan terbuka
• Terdapat luka terbuka  “sucking chest
wound”
• Dijumpai takipnea, takikardi, kesulitan
bernapas, suara napas menurun sampai
menghilang
• Menyebabkan paru-paru menjadi kolaps,
gangguan ventilasi paru
Pneumotoraks

Pneumotoraks terbuka Plester 3 sisi


Pneumotoraks
Pneumotoraks
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Tutup luka dengan plester 3 sisi
• Monitor ketat terhadap kemungkinan terjadinya
tension pneumotoraks
• Jika sarana tidak ada  dapat dilakukan aspirasi
• Pemasangan selang dada (WSD)
• Jika terdapat kebocoran yang besar dan menetap
 torakotomi
Pneumotoraks
Tension Pneumotoraks
• Dijumpai mekanisme ventil, udara dapat masuk
ke rongga pleura tetapi tidak dapat keluar
• Paru-paru kolaps  pasien semakin sesak napas
• Pendorongan trakea dan mediastinum ke
kontralateral  preload menurun  cardiac
output menurun  hipotensi
• TVJ meningkat, suara napas menghilang,
hipotensi
• Diagnosa ditegakkan secara klinis tanpa
pemeriksaan foto toraks
Tension Pneumotoraks
Tension Pneumotoraks
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Needle thoracostomy  ditusukkan venocath
ukuran besar (14 G) di sela iga 2 linea
midklavikularis
• Pemasangan selang dada (WSD)
• Penanganan harus segera karena mengancam
jiwa
Hematotoraks
• Akumulasi darah di rongga pleura
• Rongga pleura dapat berisi darah sampai 3000 cc
• Terjadi karena laserasi paru atau cedera pembuluh darah
• Jika terjadi cedera jantung atau pembuluh darah besar 
menyebabkan hematotoraks masif
• Paru-paru menjadi kolaps
• Terjadi hipovolemia
• Dijumpai sesak napas, tanda-tanda shock (akral dingin,
pucat, takikardi, hipotensi)
• Vena jugularis kolaps
• Suara napas menurun sampai hilang, perkusi redup
Hematotoraks
Hematotoraks
Hematotoraks
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Pemasangan selang dada (WSD)
• Indikasi torakotomi jika keluar darah :
> 1000 cc dalam waktu 1 jam setelah trauma
5 cc/kgBB/jam
3-5 cc/kgBB selama 3 jam berturut-turut
Jadi baik pada hematotoraks ataupun
pneumotoraks, indikasi torakotomi
tergantung pada monitor WSD, bukan pada
keadaan klinis

Cedera toraks merupakan keadaan yang


memerlukan diagnostik dan penanganan yang
cepat dan tepat

DO NOT MEMORIZE BUT UNDERSTAND


Tamponade Jantung
• Akumulasi darah di rongga perikardium
• Lebih sering terjadi pada trauma tembus
dibanding trauma tumpul
• Terjadi penekanan terhadap rongga jantung 
gangguan relaksasi jantung, penurunan diastolic
filling dan venous return  hipotensi
• Pulsus paradoksus
Tamponade Jantung
• Trias Beck :
• TVJ meningkat
• Suara jantung menjauh
• Hipotensi menetap
• Diagnosa ditegakkan secara klinis
Tamponade Jantung
Tamponade Jantung
Tamponade Jantung
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Perikardiosintesis  di luar rumah sakit atau bila
tidak ada bedah toraks kardiovaskular
• Terapi definitif adalah perikardiosintesis  “Sub
Xiphoid Pericardial Window”
• Sternotomy bila terjadi kebocoran rongga jantung
Kontusio Paru
• Cedera yang paling sering terjadi pada
trauma tumpul toraks
• 30-70% dari trauma tumpul
• Mortalitas 14-20%
• Gaya deselerasi yang cepat menyebabkan
paru membentur dinding dada
• Biasanya dijumpai fraktur iga, tetapi tidak
semua kasus
Kontusio Paru
• Terjadi ruptur alveolar dengan perdarahan
& edema
• Peningkatan permeabilitas membran kapiler
• Menyebabkan gangguan pertukaran gas 
hipoksia, hiperkarbi
• Gejala klinis : takipnea, gagal napas, takikardi,
hemoptisis, sianosis
Kontusio Paru
Kontusio Paru
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Terapi suportif
• Hindari pemberian cairan yang berlebihan
• Penggunaan ventilasi tekanan positif dini dapat
mengurangi penggunaan ventilator mekanik
• Pada kasus yang berat membutuhkan terapi
ventilator mekanik
Ruptur Diafragma
• Sering terjadi pada trauma tumpul toraks yang
menyebabkan fraktur iga 7 ke bawah  fragmen
fraktur iga merobek diafragma
• Dapat terjadi pada trauma tembus toraks
• Dapat disertai trauma abdomen dan kerusakan
pada organ abdomen
Ruptur Diafragma
• Trauma tumpul pada abdomen
menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen  robekan pada puncak
diafragma
• Organ abdomen masuk ke rongga dada melalui
robekan diafragma
• Paru-paru terdesak & menjadi kolaps
• Obstruksi usus dan strangulasi
• Pendorongan mediastinum
• Lebih sering pada bagian kiri karena
bagian kanan dilindungi oleh hati
Ruptur Diafragma
Ruptur Diafragma
Ruptur Diafragma
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Pemasangan NGT
• Penjahitan robekan diafragma dan reposisi organ
intra abdomen via torakotomi atau laparotomi
Ruptur Trakeobronkial
• Jarang terjadi
• < 3% dari trauma toraks
• Dapat terjadi pada trauma tumpul atau tembus
• Angka mortalitas tinggi (> 30%)
• Bronkial > trakea
• Khas : pneumotoraks menetap setelah
pemasangan selang dada
• Foto toraks : pneumotoraks, “Fallen Lung
Sign”, pneumomediastinum,
pneumopericardium, emfisema subkutis
• Bronkoskopi
Ruptur Trakeobronkial
Ruptur Trakeobronkial
Penatalaksanaan :
• ATLS
• Pemasangan selang dada (WSD)
• Transfer untuk dilakukan repair trakeobronkial
Ruptur Aorta
• Biasanya terjadi pada trauma tumpul yang
mengalami gaya deselerasi tinggi
• Jika robekan besar  90% meninggal dalam
beberapa menit, jika bisa sampai ke rumah sakit
 90% akan meninggal
• Jika robekan kecil, pasien bisa selamat
• Robekan paling sering berada dekat ligamentum
arteriosum
• Tanda dan gejala tidak khas
Ruptur Aorta
• Foto toraks : perselubungan apeks kiri,
mediastinum lebar, penutupan kontur aorta
• Aortografi : memperlihatkan lokasi robekan
• Terapi awal beta bloker untuk mencegah
hipertensi
• Transfer untuk dilakukan operasi atau
endovaskular stent
Ruptur Aorta
Ruptur Aorta
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai