TUMOR MEDIASTINUM
Disusun Oleh :
1. Friska Pratiwi Sipayung
2. Imelda Anatesya Hutabarat
Pembimbing :
dr. Sadarita Sitepu Sp. P
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini, yang berjudul “ Tumor Mediastinum ” yang disusun sebagai tugas
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit Paru di Rumah Sakit
Putri Hijau Tingkat II Kesdam 1/BB
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa lebih baik lagi
dlam tugas selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, dan bisa membantu
dalam menambah wawasan tentang Tumor Mediastinum.
Penulis,
i
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lebih dari 1,3 juta kasus baru kanker paru yaitu stadium lanjutan dari
tumor paru dan bronkus di seluruh dunia, menyebabkan 1,1 juta kematian tiap
tahunnya. Dari jumlah insiden dan prevalensi di dunia, kawasan Asia, Australia,
dan Timur Jauh berada pada tingkat pertama dengan estimasi kasus lebih dari 670
ribu dengan angka kematian mencapai lebih dari 580 ribu orang. Sampai saat ini
kanker paru masih menjadi masalah besar di dunia kedokteran. Kanker paru sulit
terdeteksi dan tanpa gejala pada tahap awal. Sel kanker yang tidak terkendali
bertahun-tahun tak terdeteksi dan tanpa gejala. Penyakit ini baru bisa dideteksi
yaitu rongga yang berada diantara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus,
syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Secara garis besar
posterior dan mediastinum medial. Rongga mediastinum ini sempit dan tidak
dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan
penelitian retrospektif dari tahun 1973 sampai dengan 1995 di New Mexico, USA
didapatkan 219 pasien tumor mediastinum ganas yang diidentifikasi dari 110.284
pasien penyakit keganasan primer, jenis terbanyak adalah limfoma 55%, sel
germinal 16%, timoma 14%, sarkoma 5%, neurogenik 3% dan jenis lainnya 7%.
didapat dari SMF bedah Thorak RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo
137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma,8%
tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor
pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum
posterior 25,5%.
dilakukan foto toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan
dengan ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak
napas berat, sindrom vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan.
Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah
Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan dalam anestesi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Mediastinum
oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe. Jarangnya jaringan ikat, dan
thoracis.
Inferior : Diafragma
Anterior : Sternum
Thymus
Plexus cardiacus
Trachea
Oesophagus
Ductus thoracicus
Otot-otot pravertebral
besar.
yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus,
C. Etiologi
- Penyebab kimiawi
Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan
- Faktor fisik
trauma fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang
berasal ari sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan
- Faktor nutrisi
Salah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh
- Faktor hormon
D. Patofisiologi
relatif singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-
berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan
longgar mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah
untuk pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui
penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan
produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe)
manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran nafas
seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada kanker ini
E. Klasifikasi
limfoma
F. Gambaran Klinis
11
- Anamnesis
saat dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai
mediastinum.
Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat,
batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi
sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor
suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat,
- Pemeriksaan Fisik
organ sekitarnya.
G. Diagnosis
12
asimtomatik
- Lebih dari 60% lesi pada dewasa ditemukan pada rongga anterior-superior
mediastinum
- Pada 75% dewasa dan 50% anak-anak massa yang terjadi adalah jinak
- Massa ganas yang paling umum terjadi di rongga anterior superior adalah
timoma, penyakit hodgkin, limfoma non hodgkin dan tumor germ cell.
- Neurinoma adalah tumor yang paling sering terjadi di rongga posterior dan
contour.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto toraks
Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior,
medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar
sulit ditentukan lokasi yang pasti. Adanya struktur berupa lesi kistik,
mencapai karina
Tumor timus: tumor ini dapat bersifat jinak atau ganas dan sering
2. Tomografi
pada lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan
menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah
4. Flouroskopi
5. Ekokardiografi
16
diduga aneurisma.
6. Angiografi
7. Esofagografi
esofagus.
I. PENATALAKSANAAN
sedangkan untuk tumor ganas, tindakan berdasarkan jenis sel kanker. Tumor
saja, karena resisten terhadap radiasi dan kemoterapi tetapi banyak tumor jenis
adjuvant atau neoadjuvant. Syarat untuk tindakan bedah elektif adalah syarat
umum, yaitu pengukuran toleransi berdasarkan fungsi paru, yang diukur dengan
spirometri dan jika mungkin dengan body box. Bila nilai spirometri tidak sesuai
17
dengan klinis maka harus dikonfirmasi dengan analisis gas darah. Tekanan O2
Hb > 10 gr%
(kemoterapi > 2 siklus, lalu dilanjutkan dengan radiasi, atau radiasi lalu
diawasi terjadinya melosupresi dan efek samping obat atau toksisiti akibat
tindakan lainnya.
18
BAB III
KESIMPULAN
jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar
timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Banyaknya
jenis histologi sel nya tumor mediastinum dapat dibedakan menjadi tumor
pada saat dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai
densitas relatif tumor, apakah padat atau kistik, dan ada atau tidaknya
neoplasma mediastinum.
jenis kanker.
DAFTAR PUSTAKA